Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

KECEPATAN DISOLUSI

Asisten Praktikum: Annisa Nadya - 10718029

Disusun oleh:

Kelompok - 5A

Stefanny Putri H - 10719005

Kalista Faramadina - 10719021

Zahra Nur Ichwandini - 10719036

Adinda Mutiara – 10719044

PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKONOLOGI FARMASI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021
I. Tujuan
1. Menentukan molaritas hasil pembakuan NaOH 0,35 M.
2. Menentukan konsentrasi asam salisilat yang terdisolusi per satuan waktu pada kecepatan
pengadukan 50 rpm.
3. Menentukan konsentrasi asam salisilat yang terdisolusi per satuan waktu pada kecepatan
pengadukan 100 rpm.
4. Menentukan konsentrasi asam salisilat yang terdisolusi per satuan waktu pada kecepatan
pengadukan 150 rpm.
5. Menentukan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi.

II. Pengolahan Data

Pembakuan NaOH 0,35 M


Menggunakan kalium biftalat 0,35 M sebanyak 10 mL
Volume titrasi:
V1 = 5,2 mL
V2 = 5,4 mL

Vrata-rata = (5,2 mL + 5,4 mL) / 2 = 5,3 mL


M1 x V1 = M2 x V2
0,35 M x 10 mL = M2 x 5,3 mL
M2 = M NaOH = 0,66 M

Hasil Pengamatan
V tiap sampling: 15 mL
V total bejana: 400 mL
V tiap sampel: 10 mL (setelah di saring)
T 30˚C

Tabel 2.1 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Waktu dengan Kecepatan Pengadukan 50 rpm
50 rpm
Waktu V rata-rata Fk (Faktor
sampling V1 (mL) V2 (mL) C (M) Ck (M)
(menit) (mL) Koreksi)
1 0,1 0,15 0,125 0,00825 0 0,00825
5 0,6 0,55 0,575 0,03785 0,00031 0,406
10 1,5 1,55 1,525 0,10065 0,00173 0,10238
15 2,1 2,21 2,155 0,14223 0,0055 0,14773
20 2,8 2,9 2,85 0,1881 0,011 0,1991
25 3,4 3,52 3,46 0,22836 0,0179 0,24659
30 4,2 4,01 4,105 0,27093 0,026 0,29693

Perhitungan:
Menit ke-1:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 0,125 mL = C x 10 mL
C = 0,00825 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0 = 0
Ck = C + Fk = 0,00825 M

Menit ke-5:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 0,575 mL = C x 10 mL
C = 0,03795 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,00825 M = 0,00031
Ck = C + Fk = 0,03785 M + 0,00031 = 0,406 M

Menit ke-10:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 1,525 mL = C x 10 mL
C = 0,10065 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,0461 M = 0,00173
Ck = C + Fk = 0,10065 M + 0,00173 = 0,10238 M

Menit ke-15:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 2,155 mL = C x 10 mL
C = 0,14223 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,14675 M = 0,0055
Ck = C + Fk = 0,14223 M + 0,0055 = 0,14773 M

Menit ke-20:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 2,85 mL = C x 10 mL
C = 0,1881 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,28898 M = 0,011
Ck = C + Fk = 0,1881 M + 0,011 = 0,1991 M

Menit ke-25:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 3,46 mL = C x 10 mL
C = 0,22836 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,47708 M = 0,0179
Ck = C + Fk = 0,22836 M + 0,0179 = 0,24659 M

Menit ke-30:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 4,105 mL = C x 10 mL
C = 0,27093 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,76544 M = 0,026
Ck = C + Fk = 0,27093 M + 0,026= 0,29693 M

Tabel 2.2 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Waktu dengan Kecepatan Pengadukan 100 rpm
100 rpm
Waktu V rata-rata Fk (Faktor
sampling V1 (mL) V2 (mL) C (M) Ck (M)
(menit) (mL) Koreksi)
1 0,2 0,2 0,2 0,0132 0 0,0132
5 1,2 1,3 1,25 0,0825 0,000495 0,082995
10 3,1 2,88 2,99 0,19734 0,0036 0,20094
15 4,3 4,4 4,35 0,2871 0,011 0,2981
20 5,2 5,6 5,4 0,3564 0,0218 0,3782
25 5,8 5,9 5,85 0,3861 0,035 0,4211
30 6,2 6,3 6,25 0,4125 0,0496 0,4621

Perhitungan:
Menit ke-1:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 0,2 mL = C x 10 mL
C = 0,0132 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0 = 0
Ck = C + Fk = 0,0132 M

Menit ke-5:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 1,25 mL = C x 10 mL
C = 0,0825 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,0132 M = 0,000495
Ck = C + Fk = 0,0825 M + 0,000495 = 0,082995 M

Menit ke-10:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 2,99 mL = C x 10 mL
C = 0,19734 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,0957 M = 0,0036
Ck = C + Fk = 0,19734 M + 0,0036 = 0,20094 M

Menit ke-15:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 4,35 mL = C x 10 mL
C = 0,2871 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,29304 M = 0,011
Ck = C + Fk = 0,2871 M + 0,011 = 0,2981 M

Menit ke-20:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 5,4 mL = C x 10 mL
C = 0,3564 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,58014 M = 0,0218
Ck = C + Fk = 0,3564 M + 0,0218 = 0,3782 M

Menit ke-25:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 5,85 mL = C x 10 mL
C = 0,3861 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0,93654 M = 0,035
Ck = C + Fk = 0,3861 M + 0,035 = 0,4211 M

Menit ke-30:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 6,25 mL = C x 10 mL
C = 0,4125 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 1,32264 M = 0,0496
Ck = C + Fk = 0,4125 M + 0,0496 = 0,4621 M

Tabel 2.3 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Waktu dengan Kecepatan Pengadukan 150 rpm
150 rpm
Waktu V rata-rata Fk (Faktor
sampling V1 (mL) V2 (mL) C (M) Ck (M)
(menit) (mL) Koreksi)
1 0,3 0,35 0.33 0.0215 0 0.0215
5 2,1 2,22 2.16 0.1426 0.000804 0.1434
10 4,2 4,1 4.15 0.2739 0.006150 0.2801
15 5,1 5,3 5.20 0.3432 0.016422 0.3596
20 6,5 6,6 6.55 0.4323 0.029292 0.4616
25 6,5 6,6 6.55 0.4323 0.045503 0.4778
30 6,6 6,5 6.55 0.4323 0.061714 0.4940

Perhitungan:
Menit ke-1:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 0,33 mL = C x 10 mL
C = 0.0215 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = (15 mL / 400 mL) x 0 = 0
Ck = C + Fk = 0.0215 M

Menit ke-5:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 2.16 mL = C x 10 mL
C = 0.1426 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = 0.000804
Ck = C + Fk = 0.1434 M

Menit ke-10:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 4.15 mL = C x 10 mL
C = 0.2739 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = 0.006150
Ck = C + Fk = 0.2801 M

Menit ke-15:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 5.20 mL = C x 10 mL
C = 0.3432 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = 0.016422
Ck = C + Fk = 0.3596 M

Menit ke-20:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 6.55 mL = C x 10 mL
C = 0.4323 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = 0.029292
Ck = C + Fk = 0.4616 M

Menit ke-25:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 6.55 mL = C x 10 mL
C = 0.4323 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = 0.045503
Ck = C + Fk = 0.4778 M

Menit ke-30:
Mpembakuan x Vrata-rata (mL) = C x Vtiap sampel
0,66 M x 6.55 mL = C x 10 mL
C = 0.4323 M
Fk = (Vsampling / Vtotal) x (C sebelumnya) = 0.061714
Ck = C + Fk = 0.4940 M

Grafik 2.1 Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi

Kurva Konsentrasi Asam Traneksamat terhadap Waktu


pada 50, 100, dan 150 RPM
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Waktu 1 5 10 15 20 25 30
sampling
(menit)

Ck (M) 50 RPM Ck (M) 100 RPM Ck (M) 150 RPM

III. Pembahasan
Disolusi adalah proses suatu zat padat seperti tablet atau serbuk masuk kedalam fase pelarut
seperti air (Sinko et al, 2011). Saat zat padat terlarut, partikel padat akan tercampur dengan molekul
pelarutnya sehingga menjadi bagian dari pelarutnya. Disolusi obat memiliki kaitan yang erat
dengan proses absorpsi obat dalam tubuh. Obat dalam tubuh, khususnya obat tablet peroral, harus
dibentuk dalam bentuk terlarut untuk bisa terabsorpsi. Dalam studi disolusi, pelepasan zat aktif dari
produk obat di media disolusi yang sebanding dengan cairan saluran cerna ditentukan (Susanti,
2019). Berdasarkan ini, dapat dilakukan suatu kondisi pendekatan antara in vitro dan in vivo terkait
disolusi ini. Uji disolusi merupakan pengujian yang penting dilakukan dalam bidang farmasi. Uji
disolusi merupakan suatu metode yang digunakan dalam pengembangan formulasi obat baru,
memantau kualiatas produk obat, menilai dampak potensial dari perubahan pasca-persetujuan pada
kasus kinerja produk, memprediksi kinerja in vivo dari produk obat (Diaz et al, 2015).

Pada tahap pra formulasi, penentuan laju disolusi dilakukan terhadap bahan baku obat
dengan tujuan mendapat informasi bahan baku tersebut termasauk data disolusi. data disolusi
tersebut dimanfaatkan untuk pemilihan sumber bahan baku yang cocok. Pada tahap formulasi
kecepatan disolusi ini menjadi salah satu paramater dalam pemilihan formula sediaan yang terbaik.
Pada obat tertentu memiliki syarat data disolusi yang telah tercantum dalam kompendial. Data
disolusi tersebut digunakan untuk menjadi evaluasi dalam pemenuhan syarat disolusi yang sudah
ada. Pada tahap produksi kecepatan disolusi dilakukan untuk mengendalikan kualitas obat yang
diproduksinya (Sjuib et al, 2021)

Disolusi suatu zat dipengeruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi disolusi
antara lain:
1) Faktor berkaitan zat aktif
Sifat – sifat fisikokimia zat aktif memiliki peranan dalam pengendalian disolusinya dari bentuk
sediaan. Faktor zat aktif mencangkup:
- Ukuran partikel
Mengikuti rumus einstein mengenai koefisien difusi, semakin kecil ukuran atau jari-jari
suatu partikel zat padat maka laju disolusinya juga akan meningkat. Hal ini dikarenakan
luas pemukaan efektif akan menjadi lebih besar sehingga laju disolusinya meningkat
(Shargel dan Andrew, 1988).
- Kelarutan obat dalam pelarut
Semakin besar kelarutan zat maka laju disolusi dari partikel tersebut juga akan semakin
cepat. Contohnya obat yang berupa garam elektrolit lebih mudah larut dalam air
dibandingkan dengan asam atau basa lemah maka disolusinya akan semakin cepat
dibandingkan obat dalam bentuk yang sukar larut (Siregar, 2010).
- Struktur internal zat
Kelarutan suatu zat dipengaruhi dengan adanya polimorfisme. Struktur internal zat yang
berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda. Kristal metastabil biasanya
lebih mudah larut dibanfing bentuk stabilnya sehingga laju disolusi lebih besar. (Sjuib
et al, 2021)
2) Faktor lingkungan
- Suhu
Pada zat dengan sifat endotermik, maka peningkatan suhu akan memperbesar kelarutan
dari suatu zat. Sehingga laju disolusi pun akan meningkat. Menurut rumus einstein, suhu
berbanding lurus dengan koefisien difusi sehingga suhu meningkat, koefien difusi besar,
laju difusi pun besar.
- Viskositas
Menurut rumus koefisien difusi einstein, viskositas berbanding terbalik dengan nilai
koefisien difusi. Sehingga semakin besar nilai viskositas larutan atau semakin kental
suatu larutan maka koefisien difusinya akan semakin kecil. Sehingga dengan viskositas
besar, laju disolusi yang dihasilkan pun akan kecil (Sjuib et al, 2021)
- pH pelarut
Penganruh pH pelarut sangat bergantung dari sifat keasaman dari zat tersebut. Untuk
zat bersifat asam lemah maka semakin tinggi pH (H+ kecil) maka akan cenderung
membentuk suatu garam yang kelarutannya akan meningkat. Dengan demikian disolusi
zat meningkat. Sebaliknya untuk zat bersifat masa lemah maka untuk meningkatkan laju
disolusi dan kelarutan harus diberi suasana pH yang lebih kecil.
- Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi (h). Semakin cepat
kecepatan dari pengadukan maka tebal lapisan difusi akan lebih cepat berkurang.
Sehingga dengan cepat kecepatan pengadukan semakin besar juga laju disolusi yang
dihasilkan. (Sjuib, 2021).
- Sifat permukaan zat
Umumnya zat obat bersifat hidrofobik. Dengan penambahan surfaktan, tegangan
permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun. Tegangan permukaan
mempunyai pengaruh nyata terhadap laju disolusi bahan obat. Surfaktan dapat
menurunkan sudut kontak, oleh karena itu dapat meningkatkan proses penetrasi medium
disolusi ke matriks (Maharani, 2017). Sehingga dengan penambahan surfaktan zat
mudah terbasahi dan kecepatan disolusi menjai meningkat.
3) Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan.
- Efek formulasi.
Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila dicampur dengan bahan
tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat hidrofil dapat
memberikan sifat hidrofil pada bahan obat yang hidrofob, oleh karena itu disolusi
bertambah, sedangkan bahan tambahan yang hidrofob dapat mengurangi laju disolusi
(Maharani, 2017).
- Efek faktor pembuatan sediaan.
Metode granulasi dapat mempercepat laju disolusi obat-obat yang kurang larut.
Penggunaan bahan pengisi yang bersifat hidrofil seperti laktosa dapat menambah
hidrofilisitas bahan aktif dan menambah laju disolusi (Shargel dan Andrew, 1988).
- Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan.
Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan solid yang mempengaruhi proses disolusi
meliputi metode granulasi atau prosedur pembuatan, ukuran granul, interaksi zat aktif
dan eksipien, pengaruh gaya kempa, pengaruh penyimpanan pada laju disolusi (Siregar,
2010).

Pada percobaan ini, pengukuran kecepatan disolusi dilakukan dengan metode suspensi
menggunakan kecepatan pengadukan yang bervariasi, yaitu 50 rpm, 100 rpm, dan 150 rpm. Pada
menit ke-1, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30, dilakukan pengambilan sampel asam salisilat sebanyak 20 ml.
Air sebanyak 20 ml segera ditambahkan setiap pengambilan sampel. Hal ini dilakukan agar kondisi
atau perlakuan terhadap sampel tetap sama. Titrasi asam basa dilakukan terhadap sampel yang telah
diambil. Titrasi ini dilakukan menggunakan titran NaOH dan indikator fenolftalein untuk
menentukan konsentrasi asam salisilat. Faktor koreksi diperlukan karena setiap pengambilan
sampel sebanyak 20 ml akan digantikan dengan air sebanyak 20 ml. Hal ini akan menurunkan kadar
asam salisilat pada sampel sehingga lama kelamaan akan hilang. Faktor koreksi ini bertujuan untuk
meningkatkan keakuratan dalam perhitungan kecepatan disolusi.

Konsentrasi yang diperoleh setelah perhitungan faktor koreksi yang diperoleh pada setiap
kecepatan pengadukan dibandingkan terhadap waktu. Grafik dapat dilihat pada Grafik 2.1
Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Kecepatan Disolusi. Pada grafik, konsentrasi asam
salisilat yang terlarut tiap waktu pada kecepatan pengadukan 150 rpm lebih banyak dibandingkan
dengan menggunakan kecepatan pengadukan 50 rpm dan 100 rpm. Hasil percobaan sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa kecepatan disolusi dipengaruhi oleh kecepatan pengadukan.
Kecepatan disolusi berbading lurus dengan kecepatan pengadukan. Jika kecepatan pengadukan
ditingkatkan, maka kecepatan disolusi akan meningkat juga. Kecepatan pengadukan yang tinggi
akan membuat lapisan difusi semakin tipis sehingga kecepatan disolusi meningkat. Pada grafik,
dapat dilihat pada kecepatan pengadukan 150 ppm pada menit ke-20 hingga menit ke-50 terjadi
peningkatan konsentrasi yang sedikit. Hal ini terjadi karena kecepatan disolusi pada kecepatan
pengadukan 150 ppm sangat besar sehingga larutan lebih cepat mencapai konsentrasi jenuhnya.
Pada grafik, dapat dilihat pada kecepatan pengadukan 50 ppm pada menit ke-5 terjadi peningkatkan
konsentrasi, lalu turun kembali pada menit ke-10. Hal-hal seperti ini dapat terjadi karena adanya
kesalahan pada percobaan, perhitungan, atau data. Asam salisilat merupakan senyawa yang sukar
larut dalam air. Peningkatan kecepatan pengadukan terbukti dapat mempercepat kelarutan dan
meningkatkan kecepatan disolusi asam salisilat dalam air.

IV. Kesimpulan
1. Molaritas hasil pembakuan NaOH 0,35 M adalah 0,66 M.
2. Konsentrasi asam salisilat yang terdisolusi per satuan waktu pada kecepatan pengadukan 50 rpm
terdapat pada Tabel 2.1 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Waktu dengan Kecepatan Pengadukan 50
rpm.
3. Konsentrasi asam salisilat yang terdisolusi per satuan waktu pada kecepatan pengadukan 100 rpm
terdapat pada Tabel 2.2 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Waktu dengan Kecepatan Pengadukan
100 rpm.
4. Konsentrasi asam salisilat yang terdisolusi per satuan waktu pada kecepatan pengadukan 150 rpm
terdapat pada Tabel 2.3 Konsentrasi Asam Salisilat Tiap Waktu dengan Kecepatan Pengadukan
150 rpm.
5. Kecepatan pengadukan berbanding lurus dengan kecepatan disolusi. Jika kecepatan pengadukan
ditingkatkan, maka kecepatan disolusi akan meningkat juga. Jika kecepatan pengadukan
diturunkan, maka kecepatan disolusi akan menurun juga. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap
kecepatan disolusi dapat dilihat pada Grafik 2.1 Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap
Kecepatan Disolusi.

V. Daftar Pustaka

Sinko, P. J., & Singh, Y. (2011). Martin’s physical pharmacy and pharmaceutical sciences: Physical
chemical and biopharmaceutical principles in the pharmaceutical sciences: Sixth edition. In
Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences: Physical Chemical and
Biopharmaceutical Principles in the Pharmaceutical Sciences: Sixth Edition.

Siregar, C., Wikarsa., S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar – Dasar Praktis. Jakarta:
EGC

Shargel, L. Andrew, B.C.Yu. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. edisi 2.


Surabaya: Airlangga University Press.
Sjuib, F., Pamudji, J.S., Soewandhi, S.N., Mauludin, R., Lusiana. (2021) Modul Praktikum Farmasi
Fisika. Sekolah Farmasi. Institut Teknologi Bandung

Maharani, I.R., (2017) Uji Disolusi Terbanding Tablet Floating Metformin HCl. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Diakses 12 April 2021 from:
http://repository.ump.ac.id/id/eprint/2069

Diaz, Dorys Argelia., S.T. Colgan., C. S. Langer., Nagesh T. Bandi., Michael D. Likar., Leslie Van
Alstine. 2015. Dissolution Similarity Requirements: How Similar or Dissimilar Are the
Global Regulatory Expectations? The AAPS Journal. DOI: 10.1208/s12248-015- 9830-9.

Susanti, I. (2019). Pengaruh Medium Disolusi dan Upaya Peningkatan Metformin. Farmaka, 17,
97–106.

Anda mungkin juga menyukai