Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Inventarisasi Hutan Medan, April 2022

ANGKA BENTUK

Dosen Penanggungjawab:
Samsuri S.Hut., M.Si.

Disusun Oleh:
Sri Rusmayanti Lubis (201201055)
Elza Ocktora Abidin (201201111)
Hasrat Silvester Hura (201201122)
Hazrikal Ahmad Chezar (201201123)
Keysha Alifah Zahra Nasution (201201130)
Kelompok 8
HUT 4C

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Inventarisasi Hutan ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini berjudul “Angka
Bentuk”. Tujuan dari penulisan Laporan ini yaitu sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Praktikum Inventarisasi Hutan selanjutnya, di Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam menulis laporan Akhir ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Samsuri S.Hut., M.Si. sebagai dosen penanggung jawab dan kepada asisten
praktikum yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan
praktikum sehingga selesainya laporan ini.
Meski penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
laporan ini agar mendapat yang terbaik, namun penulis sadar bahwa laporan ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Medan, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................ 1
Tujuan ........................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat...................................................................................... 6
Alat dan Bahan ........................................................................................... 6
Prosedur Praktikum .................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................... 8
Pembahasan ................................................................................................ 8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan............................................................................................... 10
Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Hasil Pengukuran Diameter Perseksi ................................................................ 8
2. Hasil Perhitungan Volume Pohon..................................................................... 8
3. Hasil Perhitungan Angka Bentuk Pohon.......................................................... 8

iii
1

PENDAHULUAN

Inventarisasi hutan adalah suatu kegiatan pengumpulan dan penyusunan


data ataupun fakta mengenai sumber daya hutan untuk rencana
pengelolaannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah
menjadi informasi yang digunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan
jangka panjang, jangka waktu menengah, dan jangka waktu jangka pendek sesuai
dengan tingkat dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan. Ruang lingkup
inventarisasi hutan meliputi survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora
dan fauna, sumber daya manusia serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di
sekitar hutan tersebut (Wirakusumah, 2015).
Pada umumnya, dalam pendugaan potensi hutan, khususnya potensi
volume, memerlukan pengukuran tinggi dan diameter pohon. Pengukuran tinggi
pohon biasanya lebih sulit sehingga dapat memakan waktu lama dan mahal
sedangkan pengukuran diameter dapat dilakukan dengan mudah dan relatif
murah. Jika tersedia data tinggi dan diameter maka dapat dirumuskan model
hubungan tinggi-diameter di mana yang merupakan fungsi dari
diameter. Selanjutny a, berdasarkan penduga model hubungan tinggi diameter
tersebut dapat diperkirakan besarnya tinggi pohon dengan melakukan pengukuran
diameter sehingga waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam inventarisasi hutan,
khususnya dalam pendugaan volume tegakan dapat ditekan (Umar, 2021).
Pendugaan suatu komunitas salah satunya dilakukan dengan melakukan
pengukuran pada tinggi pohon dari komunitas yang akan diketahui tersebut. Tinggi
pohon merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi
pohon dan tegakan. Data tinggi bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai
dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume.
Dalam pengelolaan hutan, data tinggi diperlukan untuk membuat volume pohon
dan tegakan serta memastikan tempat tumbuh. Tinggi pohon jarak tegak antara
puncak pohon terhadap permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon dapat
dilakukan terhadap berbagai hal, yaitu tinggi total (Tt), tinggi bebas cabang (Tbc)
dan tinggi pada ketinggian tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengukuran menggunakan 5 macam alat ukur tinggi pohon terhadap 10 individu
2

pohon dan masing-masing dilakukan pengulangan sebanyak dua kali dari setiap alat
ukur. Data yang diperoleh sangat penting dalam langkah selanjutnya dalam
iventarisasi pada sebuah hutan (Nayli, 2019).
Angka bentuk mutlak adalah angka bentuk dimana volume silindernya
menggunakan lbds berdasarkan diameter pada pangkal. Angka bentuk buatan
adalah angka bentuk dimana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan
diameter setinggi dada. Sedangkan angka bentuk normal adalah angka bentuk
dimana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada
ketinggian 1/10 tinggi pohon. Oleh karena itu dbh biasa digunakn sebagai ciri
diameter pohon, maka angka bentuk sering digunakan pun adalah angka bentuk
buatan. Taper adalah suatu istilah yang digunakan/yang menggambarkan bentuk
batang yang meruncing. Dengan kata lain, taper menggambarkan pengurangan atau
semakin kecilnya diameter batang dari pangkal hingga keujung. Taper merupakan
resultante dimensi pohon yang disebabkan oleh dengan pertumbuhan tingggi dan
diameter pohon pada suatu hutan (Paembonan, 2020).
Angka bentuk batang didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio antara
volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki tinggi atau
panjang yang sama. Perhitungan angka bentuk batang didasarkan pada pengukuran
dimensi pohon seperi diameter pohon, tinggi pohon, dan luas bidang dasar. Angka
bentuk batang bervariasi karena dipengaruhi oleh jenis pohon, umur pohon, ukuran
tajuk, faktor tempat tumbuh dan pengaruh angin. Bentuk batang berkaitan erat
dengan perubahan diameter batang karena perubahan tinggi pengukuran. Karena
perbedaan diameter pada berbagai macam ketinggian itu, maka secara umum ada
tiga macam pendekatan bentuk batang. Pertama adalah pada pangkal batang
didekati dengan bentuk neloid. Segmen batang bagian tengah didekati dengan
paraboloid. Bagian ujung pohon dapat didekati dengan bentuk kerucut atau konoid,
biasanya pohon jenis pinus (Pinus merkusii) (Hidayat, 2020).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Ekonomi Sumberdaya Hutan yang berjudul “Angka
Bentuk” adalah untuk mengetahui pengertian angka bentuk, bilangan bentuk atau
faktor bentuk dan kegunaannya serta untuk mengetahui cara meng
hitung cara menghitung angka bentuk atau bilangan bentuk.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Data potensi tegakan pada umumnya diperoleh dari hasil kegiatan


inventarisasi, dimana dalam inventarisasi tersebut massa tegakan ditaksir melalui
pendugaan volume setiap pohon penyusun tegakan yang bersangkutan.
Beragamnya keadaan tegakan menurut tempat tumbuh dan lingkungannya
menyebabkan bentuk batang pohon bervariasi dari suatu kondisi tempat tumbuh
dengan kondisi tempat tumbuh yang berbeda. Beragamnya keadaan tegakan
menurut tempat tumbuh dan lingkungannya menyebabkan bentuk batang pohon
bervariasi dari suatu kondisi tempat tumbuh dengan kondisi tempat tumbuh yang
berbeda.Sehubungan dengan itu, cara penaksiran volume pohon secara seragam
dengan menggunakan perangkat penduga volume pohon yang menggunakan satu
macam angka bentuk batang sebaiknya dihindarkan karena hal tersebut merupakan
sumber kesalahan hasil taksiran (Susila et al., 2012).
Angka bentuk batang didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio antara
volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki tinggi atau
panjang sama. Berdasarkan diameter yang digunakan untuk menghitung volume
silindernya. Angka bentuk dapat bervariasi karna jenis pohon dan pengaruh genetik,
umur pohon, ukuran tajuk pohon, faktor tempat tumbuh (khususnya pengaruh
angin). Berdasarkan diameter yang digunakan untuk menghitung volume
silindernya angka bentuk dibedakan menjadi tiga yaitu: angka bentuk mutlak, angka
bentuk buatan dan angka bentuk normal.Angka bentuk mutlak adalah angka bentuk
dimana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada pangkal.
Angka bentuk buatan adalah angka bentuk dimana volume silindernya
menggunakan lbds berdasarkan diameter setinggi dada. Sedangkan angka bentuk
normal adalah angka bentuk dimana volume silindernya menggunakan lbds
berdasarkan diameter pada ketinggian 1/10 tinggi pohon. Oleh karena itu dbh biasa
digunakn sebagai ciri diameter pohon, maka angka bentuk sering digunakan pun
adalah angka bentuk buatan (Purnomo, 2020).
Bentuk batang berkaitan erat dengan perubahan diameter batang karena
perubahan tinggi pengukuran. Karena perbedaan diameter pada berbagai macam
ketinggian itu, maka secara umum ada tiga macam pendekatan bentuk batang.
4

Pertama adalah pada pangkal batang didekati dengan bentuk neloid. Segmen batang
bagian tengah didekati dengan paraboloid. Bagian ujung pohon dapat didekati
dengan bentuk kerucut (konoid) bisa juga dengan paraboloid, tergantung apakah
perubahan diameter menuju ujung konstan atau tidak (melengkung). Volume
batang adalah besaran tiga dimensi dari suatu benda yang besarnya dinyatakan
dalam satuan kubik, yang didapat dari perkalian satuan dasar panjang. Pada
umumnya setiap pohon mempunyai bentuk yang berbeda. Tiap jenis mempunyai
bentuk pohon yang khas dan berbeda dengan bentuk pohon yang lainya dan bahkan
jenis yang sama, bentuk pohon dapat berubah. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi bentuk batang antara lain : Ketinggian,Fisiologis,Tempat tumbuh,
Kesuburan tanah, dan basal areal (Ardelina et al., 2015).
Taper adalah suatu istilah yang menggambarkan bentuk batang yang
meruncing. Dengan kata lain, taper menggambarkan pengurangan atau semakin
mengecilnya diameter batang dari pangkal hingga ke ujung. taper merupakan
resultante dimensi pohon yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan tinggi dan
diameter pohon. Taper curve adalah tingkat perubahan ukuran diameter batang
mulai dari pangkal batang hingga tinggi batang atau panjang batang. Persamaan
taper disusun berdasarkan hubungan antara diameter sepanjang batang dengan
ketinggian batang yang bersangkutan dari permukaan tanah. Pertumbuhan tinggi
pohon lebih dipengaruhi oleh kualitas tempat tumbuh, sedangkan diameter pohon
lebih dipengaruhi oleh kerapatan pohon. Kelebihan cara pendugaan volume pohon
melalui fungsi taper ini adalah bahwa volume pohon dapat ditentukan pada berbagai
ketinggian atau panjang yang dikehendaki. Sedangkan kelemahannya adalah
dugaan volume pohon akan bias kalau fungsi taper yang digunakan tidak berhasil
menggambarkan pola bentuk batang yang sebenarnya (Wahjon, 2013).
Pendugaan suatu komunitas salah satunya dilakukan dengan melakukan
pengukuran pada tinggi pohon dari komunitas yang akan diketahui tersebut.
Tinggi pohon merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan
potensi pohon dan tegakan. Data tinggi bukan hanya diperlukan untuk
menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan
untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan
penebangan dengan batas tinggi tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui
5

struktur suatu tegakan hutan. Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan


beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Dengan
demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang
berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kelemahan
suatu alat tertentu pada praktikum ini (Kurniawan, 2015).
Pengelolaan hutan lestari perlu memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, dan
sosial. Perencanaan hutan perlu dilakukan agar tercipta pengelolaan hutan yang
lestari, sehingga diperlukan data dan informasi mengenai hutan yang dikelola.
Salah satu informasi yang dibutuhkan sebagai dasar kegiatan perencanaan adalah
informasi mengenai potensi volume pohon dan tegakan. Struktur tegakan
dipengaruhi oleh waktu, sehingga terjadi perubahan dimensi dan jumlah pohon.
Oleh karena itu, pembaharuan model-model volume perlu dilakukan terhadap
berbagai jenis tegakan untuk mengetahui potensi tegakan yang dikelola. Pendugaan
volume pohon dapat dilakukan menggunakan model volume dan angka bentuk
pohon. Perbedaan jenis dan karakteristik pohon dapat mempengaruhi angka bentuk
yang digunakan, sehingga perlu dilakukan pengukuran untuk jenis pohon berbeda
agar memperoleh angka bentuk yang sesuai (Puspitasari, 2015).
Pada umumnya, dalam pendugaan potensi hutan, khususnya
potensi volume, memerlukan pengukuran tinggi dan diameter pohon. Pengukuran
tinggi pohon biasanya lebih sulit sehingga dapat memakan waktu lama dan mahal
sedang pengukuran diameter dapat dilakukan dengan mudah dan relatif murah. Jika
tersedia data tinggi dan diameter maka dapat dirumuskan model hubungan tinggi-
diameter di mana tinggi merupakan fungsi dari diameter. Selanjutnya, berdasarkan
penduga model hubungan tinggi diameter tersebut dapat diduga besarnya tinggi
pohon hanya dengan melakukan pengukuran diameter sehingga waktu dan biaya
yang dibutuhkan dalam kegiatan inventarisasi hutan, khususnya dalam pendugaan
volume tegakan dapat ditekan. Beragamnya keadaan tegakan menurut tempat
tumbuh dan lingkungannya menyebabkan bentuk batang pohon bervariasi dari
suatu kondisi tempat tumbuh dengan kondisi tempat tumbuh yang berbeda. Cara
penaksiran volume pohon secara seragam yang menggunakan satu macam angka
bentuk batang sebaiknya dihindarkan karena hal tersebut merupakan sumber
kesalahan hasil taksiran (Susila, 2012).
6

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Inventarisasi Hutan yang berjudul “Angka Bentuk” ini
dilaksanakan pada hari Senin, 18 April 2022 pada Pukul 13.00 WIB sampai dengan
selesai. Praktikum ini dilakukan secara daring dengan menggunakan Google Meet,
Google Classroom, dan Whatsapp..

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran dan phiband.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pohon-pohon didalam
dan sekitar kampus USU.

Prosedur Praktikum
1. Mahasiswa mencari pohon yang sedang ditebang atau sudah tumbang (daun
lebar atau daun jarum).
2. Batang pohon dibagi-bagi menjadi bagian yang sesuai dengan bentuk
batang (neloid, silindris, paraboloid, dan konus).
3. Menghitung rumus volume untuk tiga macam bentuk batang
 Bagian pangkal (neloid)
V = π L/20 (D2 + d3/2 d1/2 + D d + D1/2 d3/2 + d2)
 Bagian Tengah (paraboloid)
V = π L/20 (D2 + d2)
 Bagian atas (konus)
V = π L/20 (D2 + D d + d2)
Keterangan :
Untuk bentuk silindris D = d
V = volume batang (m3)
L = panjang batang (m)
D = diameter batang bagian pangkal (cm)
d = diameter batang bagian ujung (cm)
4. Menghitung angka bentuk
5. Memasukkan hassil pengukuran ke tabel yang tersedia
7

6. Membandingkan hasil perhitungan angka bentuk absolute, nyata dan buatan

Contoh Tabel
Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter per Seksi dan Perhitungan Volume per Seksi
No Seksi PosisiPengukuran Di (m2) Bi (cm²) Li (m) Vi (m2)

D1,30(DBH)
D0,90
D1
Tinggi
Volume(V)

Tabel 2. Hasil Perhitungan Volume Pohon


No Nama Pohon Volume Pohon per Volume PohondariRumusEmpiris (m3)
Seksi m3,(V) Huber Smallian Newton

Tabel 3. Hasil Perhitungan Angka BentukPohon


No Nama D1,30 D0,90 D1 Volume Angka Bentuk (V)
Pohon (cm) (cm) (cm)
V V1,30 V0,90 V1 f1,,30 f0,90 f1
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum Inventarisasi Hutan yang
berjudul “Angka Bentuk” adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Perseksi dan Perhitungan Volume Perseksi Pohon
No Posisi Di (cm) Bi (m2 ) Li (m) Vi (m )
Pengukuran
1 U1=P2 25,60 0.0514 1 0,05
2 U2=P3 24,90 0,0486 1 0,04745
3 U3=P4 24,30 0,0463 1 0,0689
4 U4=P5 24,00 0,0452 1 0,06705
5 U5=P6 23,60 0,0437 1 0,02185
D1,30 (dbh) 24,60
D0,90 25,40
D1 25,60
Tinggi 5
Volume (V) 0,0889

Tabel 2. Hasil Perhitungan Volume Pohon


No Nama Pohon Volume Pohon Volume Pohon & Rumus Empiris (m )
Persesksi (m ),(v) Huber Smallian Newton
1. Pohon Sampel 0,0889 0,2315 0,2377 0,2335

Tabel 3. Hasil Perhitungan Angka Bentuk Pohon


No Nama D1,30 D0,90 D1 V Volume Angka Bentuk
Pohon (cm) (cm) (cm) V1,30 V0,90 V1 F1,30 F0,90 F1
1. Pohon 24,60 25,40 25,60 0,0889 0,2375 0,2532 0,2572 0,3743 0,3511 0,3456
Sampel

Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul “Angka Bentuk” ini seperti terlihat pada tabel
didapati bahwa volume, luas, dan diameter pada setiap bagian pohon yang dibagi
menjadi 5 bagian itu mempunyai hasil yang berbeda-beda. Hal ini membuktikan
bahwa bentuk dari sebuah pohon tidak ada yang benar-benar sempurna seperti
tabung. Variasi bentuk dari sebuah pohon sendiri dapat dipengaruhi oleh perbedaan
jenis, tempat tumbuh, maupun sisstem silvikultur yang digunakan pada pohon
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ardelina, Tiryana, dan Muhdin (2015)
bahwa adanya variasi pertumbuhan pohon, baik disebabkan oleh perbedaan jenis,
tempat tumbuh maupun tindakan silvikultur, akan menyebabkan bentuk dan ukuran
batang yang berbeda sehingga dibutuhkannya pendugaan volume pohon yang
bersifat khusus sehingga menghasilkan hasil data yang cukup akurat.
9

Hasil perhitungan angka bentuk pohon pada pohon sampel didapati F1,30
sebesar 0,3743: F0,90 yaitu 0,3511; dan F1 bernilai ,3456. Angka bentuk yang
digunakan pada praktikum kali ini merupakan angka bentuk yang dibedakan
berdasarkan dari diameter pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Qirom dan
Supriyadi (2013) bahwasannya berdasarkan diameter yang digunakan untuk
menghitung volume silindernya, angka bentuk dibedakan atas : (1) angka bentuk
mutlak ; (2) angka bentuk buatan ; (3) angka bentuk normal. Angka bentuk mutlak
(absolute form factor) adalah angka bentuk di mana volume silindernya
menggunakan lbds berdasarkan diameter pada pangkal batang. Angka bentuk
buatan (artificial form factor) adalah angka bentuk di mana volume silindernya
menggunakan lbds berdasarkan dbh. Sedangkan angka bentuk normal (true form
factor/hohenadl form factor) adalah angka bentuk di mana volume silindernya
menggunakan lbds berdasarkan diameter pada ketinggian 1/10 tinggi pohon.
Oleh karena dbh biasa digunakan sebagai ciri diameter pohon, maka angka
bentuk yang sering digunakanpun adalah angka bentuk buatan. Angka bentuk
merupakan salah satu komponen yang digunakan untuk menghitung volume pohon
yang kemudian dapat digunakan untuk menduga potensi suatu tegakan. Pada
pendugaan potensi tegakan maka harus diperhatikan tingkat ketelitiannya dengan
cara yaitu menggunakan perangkat penduga yang cukup tinggi dan teknik yang
terbaru serta tenaga kerja yang handal. Hal in sesuai dengan pernyataan Sumadi,
Nugroho, dan Rahman (2010) bahwa Berkaitan dengan hasil tegakan yang akan
diperoleh, diperlukan data potensi tegakan hutan yang ada.
Data potensi tegakan yang digunakan harus didasarkan atas hasil penaksiran
dengan metode yang cukup akurat. Hal ini dapat dipenuhi apabila penaksiran
potensi tegakan tersebut diperoleh dari hasil pendugaan dengan menggunakan
perangkat penduga yang memiliki ketelitian yang cukup tinggi. pengunaan teknik
yang tepat, handal dan up to date dalam pendugaan yang benar mengenai volume
kayu berguna dalam efisiensi pengelolaan potensi tegakan, evaluasi tegakan, dan
keperluan perhitungan produksi kayu. Perhitungan angka bentuk ini sangat
berpengaruh dalam kegiatan inventarisasi hutan. Dalam memperoleh data
dilapangan, kegiatan pengukuran yang dilakukan di lapangan hendaklah dilakukan
secara teliti dan baik.
10

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Inventarisasi hutan adalah suatu kegiatan pengumpulan dan penyusunan data
ataupun fakta mengenai sumber daya hutan untuk rencana pengelolaannya.
2. Angka bentuk batang didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio antara
volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki tinggi
atau panjang yang sama.
3. Angka bentuk pohon pada pohon sampel didapati F1,30 sebesar 0,3743: F0,90
yaitu 0,3511; dan F1 bernilai ,3456.
4. Besar volume pohon perseksi adalah 0,0889 m3.
5. D1 merupakan diameter yang terbesar yaitu 25,60 dan D3 merupakan diameter
yang terkecil yaitu 23,6.

Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya praktikan lebih teliti
dalam mengolah data yang telah diberikan oleh asisten agar mendapat hasil
perhitungan yang akurat dan tepat.
11

DAFTAR PUSTAKA

Wirakusumah S. 2015. Ekologi Dasar-Dasar Bagi Populasi Dan Komunitas. UI-


Tekan. Jakarta.

Umar S. 2021. Manajemen Hutan Sistem Redd+. Absolute Media.

Nayli N. 2019. Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Kebun


Kendenglembu Ptpn Xii Glenmore-Banyuwangi. Kajian Khusus: Panen
Buah Kakao.

Hidayat M. 2020. Sistem Pengelolaan dan Pendapatan Petani Agrisilvikultur


Berbasis Salak di Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. (Doctoral
dissertation, Universitas Hasanuddin).

Paembonan SA. 2020. Silvika Ekofisiologi dan Pertumbuhan Pohon. Fakultas


Kehutanan, Universitas Hasanuddin.

Ardelina A, Tiryana T, Muhdin. 2015. Model Volume Pohon Sengon Untuk


Menilai Kehilangan Keuntungan Petani Hutan Rakyat. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 12(2) : 131-139.

Sumadi A, Nugroho AW, Rahman T. 2010. Model Penduga Volume Pohon Pulai
Gading di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 7(2) : 107-112.

Qirom MA, Supriyadi. 2013. Model Penduga Volume Pohon Nyawai (Ficus
variegata Blume) di Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman,
10(4) : 173-184.

Susila IW. (2012). Model Dugaan Volume Dan Riap Tegakan Jati (Tectona grandis
LF) di Nusa Penida, Klungkung Bali. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 9(3), 165-178.

Purnomo AK. 2020. Angka Bentuk Pohon Sonokeling (Dalbergia latifolia) Di


Hutan Rakyat Kabupaten Bantul. (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
Mada).

Ardelina A, Tiryana T, Muhdin M. 2015. Model Volume Pohon Sengon untuk


Menilai Kehilangan Keuntungan Petani Hutan Rakyat. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 12(2), 131-139.

Wahjono D. 2013. Penggunaan Model Taper Untuk Menduga Volume Batang


Pohon Jenis Matoa (Pometia pinnata Forst.) Di Halmahera,
Maluku. Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin), 6(3): 11-24.
12

Atmaja AW. 2010. Model Taper Untuk Pendugaan Volume Kayu Jenis Nyatoh Di
Wilayah Hutan IUPHHK PT. Palopo Timber, Sulawesi Tengah.

Susila IW. 2012. Model Dugaan Volume Dan Riap Tegakan Jati (Tectona grandis
L.F) Di Nusa Penida, Klungkung Bali. Balai Penelitian Kehutanan
Mataram.

Puspitasari, D .2015. Angka Bentuk Dan Model Volume Kayu Afrika (Maesopsis
eminii Engl) Di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat.
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai