Anda di halaman 1dari 10

Pengaturan Hasil &

Penataan Hutan

Oleh : Kelompok III

Nama anggota : Aan Irawandi

Mawaddah

Rizky Alfahrezi

Siswanto

Prodi : Kehutanan

Semester : IV
Pengaturan Hasil
1. Definisi
Pengaturan hasil itu sendiri didefinisikan oleh FAO (1998), diacu dalam Rosa (2003) sebagai penentuan
kayu dan produk lainnya dalam preskripsi rencana pengelolaan, termasuk di mana, kapan, dan
bagaimana hasil seharusnya diekstraksi. Menurut Sopiana (2011), pengaturan hasil merupakan salah satu
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan hutan rakyat yang memiliki andil besar dalam menentukan
keberhasilan pengelolaan hutan rakyat.
2. Latar Belakang
Pengaturan hasil diterapkan karena berbagai alasan antara lain:
– penyediaan bagi konsumen dimana penebangan harus dilaksanakan agar tersedia jenis, ukuran, mutu,
dan jumlah kayu sesuai permintaan pasar;
– pemeliharaan growing stock untuk mempertahankan dan mengembangkan produksi dalam bentuk
serta kualitas yang baik secepat mungkin;
– penyesuaian jumlah dan bentuk tegakan persediaan agar lebih sesuai dengan tujuan pengelolaan;
– penebangan, perlindungan terutama dipergunakan dalam sistem silvikultur untuk melindungi tegakan
dari angin, kebakaran hutan dan sebagainya.
3. Tujuan
Pengaturan hasil dimaksudkan dengan tujuan mencapai kelestarian hasil yang diperoleh dari
hasil hutan secara berkelanjutan dengan jumlah yang relatif sama atau lebih besar setiap
tahunnya. Menurut Osmaston 1968, pengaturan hasil bertujuan untuk memperoleh hasil
akhir yang berazaskan kelestarian. Beberapa alasan penebangan dan pengaturan hasil dalam
hubungannya dengan jumlah, mutu, tempat, dan waktu.
4. Metode
Pengaturan hasil dilakukan dengan:
– Mengontrol pertumbuhan yaitu dengan melakukan teknik silvikultur yaitu mengatur
jumlah dan susunan pohon-pohon dalam tegakan   hutan
– Mengurangi growing stock yaitu dengan menetapkan jumlah yang dapat ditebang atau
hasil yang boleh dikeluarkan dalam suatu periode pengelolaan
Klasifikasi metode pengaturan hasil menurut Osmaston 1968 didasarkan pada:
a. Metode berdasarkan luas
b. Metode berdasarkan volume dan riap
c. Metode berdasarkan jumlah pohon dan ukuran pohon
a. Metode berdasarkan luas
Adalah suatu metode untuk menentukan panen tahunan atau panen berkala dari suatu
hutan berdasarkan alokasi areal. Hal ini dapat diperlihatkan oleh rumus sebagai berikut:
Areal Tebangan Tahunan = Areal hutan total / rotasi
Dengan demikian, terdapat areal tebangan tahunan yang sama jumlahnya dengan
banyaknya tahun dalam rotasi. Setiap tahun hanya akan ditebang hutan yang terletak pada
petak tertentu. Tebangan pada tahun-tahun berikutnya akan dilakukan secara berurutan
sehingga pada akhir daur seluruh petak yang ada telah mengalami satu kali penebangan.
b. Metode berdasarkan volume dan riap
Sebenarnya pengaturan hasil hutan cukup dihitung berdasarkan luas dan rotasi yang
digunakan, tetapi secara tidak langsung akan melibatkan pula riap tegakan. Dengan Tabel
Tegakan dapat ditaksir volume suatu tegakan pada waktu-waktu tertentu atas dasar
keadaan tegakan tersebut pada waktu sekarang. Untuk mewujudkan azas kelestarian
tegakan, maka panen/penebangan = riap, sehingga perlu cara yang tepat untuk
menghitung volume riap dalam jangka waktu tertentu dari suatu tegakan yang ada.
Metode berdasarkan volume dan riap :
– Metode Austria
Pengaturan hasil diarahkan agar tegakan mendekati susunan hutan normal. Apabila volume tegakan nyata
lebih besar dari volume tegakan normal, maka hasil panen lebih besar dari riap, dengan cara mengurangi
growing stock. Sebaliknya, jika volume tegakan nyata lebih kecil dari volume tegakan normal, maka hasil
panen lebih kecil dari riap, karena sebagian riap ditinggalkan untuk menambah growing stock.
– Metode Hundeshagen
Hasil tebangan tahunan harus menyatakan proporsi yang sama dengan volume tegakan persediaan nyata
(actual growing stock), karena hasil normal juga dinyatakan dalam tegakan persediaan normal (normal
growing stock).
– Metode Von Mantel
Metode Von Mantel merupakan pengembangan dari metode Hundeshagen, yaitu menyederhanakan
rumus Hundeshagen. Hasil tebangan tahunan normal (Hn) dalam rumus Hundeshagen, dinyatakan dalam
riap normal (In) dalam Von Mantel.
– Metode Biolley
Metode Biolley disebut juga metode Inventarisasi Berulang (Continous Forest Inventory) atau Metode Riap
Tahunan Berjalan. Efektif untuk pengaturan hasil pada tegakan hutan dengan sistem silvikultur tebang pilih.
c. Metode berdasarkan jumlah pohon dan ukuran pohon
Metoda pengaturan hasil ini dikembangkan oleh Brandis (1856) pada waktu mengelola hutan
jati di Birma. Digunakan pada hutan yang dikelola secara ekstensif seperti pada hutan hujan
tropika yang terdiri dari banyak jenis dan sedikit yang bernilai komersial dengan limit diameter
tertentu. Kelestarian dapat tercapai apabila ada jaminan bahwa pohon-pohon muda tidak rusak.
Pengaturan hasil akan berhasil baik apabila ada jaminan pemeliharaan tegakan untuk
memperbaiki komposisi jenis dan struktur tegakan muda jenis komersial. Metoda pengaturan
hasil berdasarkan jumlah dan ukuran pohon membutuhkan pengetahuan tentang keadaan
growing stock, yaitu :
– Jumlah pohon dalam setiap kelas ukuran/kelas diameter
– Waktu lewat (time of passage), yaitu waktu yg diperlukan oleh pohon dlm berbagai kelas
diameter utk tumbuh hingga mencapai ukuran masak tebang
– Persentase kematian (mortalitas) jumlah pohon pada setiap kelas diameter, baik karena
penjarangan maupun sebab lain
Penataan Hutan

1. Definisi
Penataan hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup
kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan
potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari (PP No. 6/2007)
2. Prinsip Penataan Hutan
Penataan hutan didasarkan pada tujuan pengelolaan, daya dukung, potensi,
karakteristik wilayah, fungsi, & sesuai prinsip/kaidah pengelolaan hutan lestari baik
dari aspek produksi, ekologi, dan sosial.
3. Arti Penting Penataan Kawasan Hutan
– Areal konsesi suatu UM sangat luas, puluhan ribu bahkan sampai ratusan ribu
hektar,
– Perlu keseimbangan antara pengelolaan aspek produksi, ekologi, dan sosial.
– Efektifitas dan efisiensi kelola kegiatan teknik kehutanan : pembangunan hutan
(forest establishment), pemeliharaan hutan (forest culture), dan Pemanenan
hasil hutan (forest harvesting)
– Mantapnya organisasi pengelola hutan di tingkat teritorial / tapak
 4. Ragam Kegiatan Penataan Hutan
– Zonasi kawasan kelola produksi, ekologi & sosial
– Kompartmenisasi,
– Pembentukan Planning Unit & Management Unit.
5. Output Penataan Kawasan Hutan
– Tertatanya kawasan hutan menjadi zona/bagian yang lebih kecil termasuk
petak/kompartmen,
– Tertatanya organisasi wilayah atau organisasi teritorial sehingga pengawasan
dan pembagian pekerjaan dapat diatur secara jelas.
– Organisasi wilayah tersebut memungkinkan adanya pengawasan dan
pembagian tugas yang berjenjang, dari pimpinan tertinggi sampai dengan
tingkatan mandor (termasuk kelompok kelompok kerjanya di lapangan)
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai