Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN


“Penyebab Kerusakan Hutan dalam Kelompok
Faktor Lingkungan Abiotik”

Disusun oleh : Kelompok 4


Nama : Aan Irawandi (18.61.019550)
Mawaddah (18.61.019983)
Taufik Noor Hidayat (18.61.020000)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALANGKARAYA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “Penyebab Kerusakan Hutan
dalam Kelompok Faktor Lingkungan Abiotik”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
mata kuliah Perlindungan dan Pengamanan Hutan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada


Yth :
1. Ibu Ise Afitah., S.Hut., MP selaku Dosen Perlindungan dan Pengamanan Hutan.
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.

Palangka Raya,13 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor Abiotik Penyebab Kerusakan Hutan
B. Penanggulangan/Pencegahan Kerusakan Hutan oleh Faktor Abiotik
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan merupakan tumpuan dan harapan bagi setiap komponen mahkluk hidup yang ada
di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat
benefit cost maupun non benefit cost. Namun, dalam upaya untuk memaksimalkan fungsi
hutan terkadang muncul faktor – faktor yang dapat menjadi pembatas tercapainya fungsi dan
manfaat hutan secara optimal atau atau bisa disebut faktor yang menjadi penyebab kerusakan
hutan tersebut.

Banyak faktor yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik yang berasal
dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan hutan itu
sendiri. Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri atas organisme hidup atau
faktor-faktor lingkungan fisik. Salah satunya yaitu faktor abiotik.

Kerusakan hutan yang disebabkan oleh faktor abiotik teridiri dari unsur-unsur
lingkungan, diantaranya yaitu iklim, tanah, air, dan lain-lain. Faktor abiotik ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan pohon secara langsung maupun tidak langsung yang dapat
mengakibatkan kerusakan hutan maupun membantu perkembangan sistem hutan. Untuk
membantu perkembangan sistem hutan tersebut unsur faktor abiotik harus setara dengan
kebutuhan pohon. Dan unsur faktor abiotik yang kelebihan dan kekurangan dapat
mengakibatkan kerusakan sistem hutan.

Perlindungan hutan merupakan usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karena itu
penyelamatan fungsi hutan dan perlindunganya sudah saatnya menjadi tumpuan harapan bagi
kelangsungan jasa produksi ataupun lingkungan untuk menjawab kebutuhan mahkluk hidup.
Mengingat tinggi dan pentingya nilai hutan, maka upaya pelestarian hutan wajib dilakukan
apapun konsekuensi yang harus dihadapi, karena sebetulnya peningkatan produktivitas dan
pelestarian serta perlindungan hutan sebenarnya mempunyai tujuan jangka panjang, oleh
karena itu perlu dicari solusi yang tepat untuk mempertahankan produktivitas tegakan
ataupun ekosistem hutan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah ini yang tibul dari latar belakang poin di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:  
1. Apa saja faktor-faktor abiotik penyebab kerusakan hutan?
2. Bagaimana penanggulangan/pencegahan kerusakan hutan oleh faktor abiotik?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan yang akan di dapat dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor-faktor abiotik penyebab kerusakan hutan
2. Mengetahui penanggulangan/pencegahan kerusakan hutan oleh faktor abiotik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor Abiotik Penyebab Kerusakan Hutan


1. Kerusakan Hutan karena Faktor Fisik (non infectious diseases)
Kerusakan yang disebabkan karena faktor fisik dalam literatur disebut
Physiological Diseases atau Atmospheric Agencies. Nama lainnya adalah Nonparasitic
Diseases dan Noninfectious Diseases. Noninfectious Diseases ini merupakan penyakit
tanaman yang tidak disebabkan oleh patogen atau makhluk hidup. Sebagian besar
penyebabnya adalah faktor cuaca.
Tanaman akan tumbuh secara sempurna apabila semua faktor lingkungan berada
dalam keseimbangan. Tidak satupun faktor yang tidak ditemukan dan tersedianya tidak
melebihi atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Suatu batas faktor
lingkungan memungkinkan proses pertumbuhan tanaman berjalan secara sempurna
misalnya kecepatan pertumbuhan, fotosintes dan sebagainya.
a) Temperatur
Pengaruh temperatur yang tinggi dapat dikurangi dengan menanam pohon lebih
rapat atau mendapatkan air yang cukup, menggunakan tanaman penutup tanah,
menutupi serasah pada permukaan tanah dan memberikan naungan. Dalam keadaan
temperatur tinggi tanaman sebaiknya diberikan fungisida karena jaringan-jaringan
tanaman sangat peka terhadap parasit. Temperatur 65°C atau 150°F cukup untuk
merusak jaringanjaringan sel yang lembut atau lemah sehingga dapat menyebabkan
matinya tanaman terutama sekali tanaman muda (seedling). Secara singkat, gejala dan
akibat yang dapat ditimbulkan oleh temperatur tinggi adalah:
- Kematian pada seedling
- Mencegah terjadinya regenerasi.
- Luka-luka pada bagian pohon yang mempunyai jaringan lemah.
- Terjadi luka pada bagian tanaman muda di dekat permukaan tanah. Gejala ini sering
disangka damping off, bedanya kalau damping off luka akan menjalar ke atas dan ke
bawah sedang luka karena temperatur tinggi tidak menjalar.
-Gugurnya daun sebelum waktunya, sering disebut sebagai “Heat defoliator“ atau
“Premature defoliator“.
-Daun-daun tertutup oleh lapisan gula. Hal ini terjadi karena temperatur yang tinggi
menyebabkan pohon banyak mengeluarkan cairan dari ujung-ujung daun (exudation)
dan sewaktu air dari cairan menguap maka yang tinggal pada daun adalah lapisan
gula, sehingga sering gejalanya disebut sebagai “Sugar exudation“.
-Luka tersebut pada kulit pohon yang halus, disebabkan keadaan yang sangat panas
dan kekeringan atau dapat pula terjadi pada pohon sisa dari suatu
penebangan atau penjarangan. Gejalanya sering disebut sebagai “Sunscald“.

b) Air
Proses pertumbuhan tanaman dan hubungan hasil panen dengan nilai jual
produksinya sering berhubungan erat dengan tersedianya air tanah yang cukup.
Tumbuh tumbuhan memerlukan air untuk proses biosintetik, hydration protoplasma
dan mengangkut larutan-larutan yang terdapat dalam jaringan pembuluh. Tekanan air
dalam jaringan dapat mempengaruhi pembelahan dan perpanjangan sel. Oleh sebab
itu berkurangnya air tanah akan cenderung memperlihatkan gejala penyakit tanaman
berupa terhambatnya pertumbuhan, perubahan warna daun, daun-daun menjadi kerdil,
perkembangan buah sangat lambat, akhirnya tanaman layu dan mati.
Tanaman tahunan biasanya lebih tahan kekurangan air dibanding dengan tanaman
musiman. Untuk tanaman musiman gejala yang terjadi biasanya berupa daun
hangus,daun berguguran mulai dari pucuk menuju kebawah, pengguguran
keseluruhan daun dan layu. Air tanah yang terlalu banyak menyebabkan drainase
jelek sehingga konsentrasi oxygen didalam tanah menurun sampai dibawah level
kebutuhan minimal bagi pertumbuhan akar. Sel-sel membran akan berubah. Sebagai
akibatnya, akar mati dan tumbuhan segera layu karena air tidak dapat diabsorbsi
sungguhpun tersedianya cukup banyak. Air yang berlebihan yang mengakibatkan
persediaan oxygen terbatas akan menghasilkan perubahan komposisi mikroflora.
Beberapa microorganisme ini dapat menghasilkan zat fitotoxik disamping fakultatif
saprofit lainnya akan aktif menyerang dan mematikan akar.

c) Gas-gas di Udara
Gas-gas yang diperlukan untuk pertumbuhan pohon-pohon dan yang dapat
menimbulkan hal kritis hanyalah oxygen. Pengaruh kekurangan oxygen yang
disebabkan oleh air tanah telah dibicarakan di atas. Pusat-pusat jaringan pada daging
buah dan sayur sayuran dapat menderita defisiensi oxygen jika disimpan dengan
temperatur tinggi. Proses diffusi yang memerlukan oxygen tidak mampu lagi
membantu terjadinya respirasi normal dan akan terjadi reaksi enzym yang tidak
normal. Sebagai suatu contoh adalah penyakit “Black heart“ pada kentang.

d) Cahaya
Gejala penyakit yang disebabkan oleh pengaruh cahaya kadang-kadang sangat
sukar dipisahkan dari penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan lainnya.
Intensitas cahaya yang berlebih-lebihan menyebabkan reaksi photochemical menjadi
tidak normal karena tidak aktifnya beberapa enzym dan oksidasi klorofil. Pengaruh
tersebut hanya dapat dikatakan apabila oxygen terdapat dalam jumlah yang cukup.
Dengan demikian proses foto-oksidasi dapat menyebabkan daun berwarna pucat dan
kadang-kadang daun mati. Peranan cahaya ultra violet dalam proses foto-oksidasi
belum banyak diketahui. Tetapi ultra violet telah dipergunakan dalam penyinaran
kacang kacangan yang ditanam dalam pot di daerah altituted tinggi.
Penyinaran yang tidak cukup akan menghambat formasi kloropfil dan
merangsang “photomorphogenetic“, proses mana menyebabkan tumbuhan menjadi
pucat. Tumbuhan seperti ini mempunyai batang yang panjang, pertumbuhan daun
sangat kerdil, daun berwarna hijau kekuning-kuningan dan sangat peka terhadap
serangan perusak.

e) Angin
Angin sebagai faktor cuaca lainnya dapat memberikan pengaruh baik dan buruk
terhadap hutan. Pengaruh yang baik misalnya dalam hal penyerbukan dan penyebaran
biji. Disini hanya akan dibahas mengenai pengaruh yang merugikan pohon-pohon
hutan baik yang langsung maupun yang tidak langsung. Pengaruh angin yang
merugikan dapat dibagi menjadi:
1. Pengaruh terhadap Tanah Hutan
Pengaruh angin terhadap tanah hutan dapat menyebabkan terjadinya erosi angin
dan menyebabkan tanah menjadi kering. Erosi angin terjadi karena perpindahan
tanah dari tempatnya karena tiupan angin. Biasanya butir-butir tanah yang halus
sewaktu tanah sedang kering akan mudah untuk ditiup angin. Tertiupnya butiran-
butiran tanah yang terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi kurus atau
tidak subur lagi. Sering pula serasah hutan juga tertiup sehingga tanah menjadi
terbuka dan ditempat lain terdapat timbunan dari serasah yang tebal.
2. Pengaruh terhadap Cuaca Hutan
Angin kuat yang meniup di hutan dapat mengganggu atau menyebabkan
terjadinya gangguan terhadap penguapan, transpirasi, temperatur, kelembaban,
carbondioxida, dan lain-lainnya. Akibatnya cuaca dari hutan akan dapat berubah
menjadi cuaca yang tak menguntungkan bagi hutan. Sering terjadi karena adanya
angin cuaca di hutan menjadi dingin atau menjadi panas.
3. Pengaruh terhadap Fisiologi Pohon
Akibat fisiologi pohon karena tiupan angin dapat berbentuk:
- Bentuk dari tajuk yang tak normal
- Merubah sistem dari perakarannya
- Berkurangnya tinggi dari pohon
Perubahan-perubahan fisiologi pohon tersebut adalah merupakan usaha dari
pohon untuk mempertahankan diri agar tetap hidup dalam menghadapi angin.
Gejala gejala ini tampak jelas pada pohon-pohon yang tumbuh di pinggir hutan
karena merupakan pohon yang langsung menahan tiupan angin. Makin ke dalam
hutan akibat dari angin akan makin berkurang.
4. Kerusakan Mekanis terhadap Pohon
Kerusakan mekanis yang disebabkan oleh angin dapat berbentuk:
- Ranting-ranting patah
- Daun-daun berguguran
- Akar-akar mudah patah
- Batang-batang pohon patah
- Pohon-pohon terbongkar dengan akarnya
Kerugian besar biasanya terjadi bila ada angin taupan, sehingga banyak pohon
akan tumbang dan patah. Angin yang kecil saja tidak akan menimbulkan
kerusakan mekanis. Kerusakan mekanis terjadi bila angin mempunyai kecepatan +
45 km per jam ke atas.
5. Penyemprotan Garam pada Hutan
Hutan yang menderita penyemprotan garam adalah yang berada di pantai.
Angin yang keras dengan kecepatan +150 km per jam akan mampu meniup butir-
butir air laut sampai sejauh 45-70 km. Hutan yang tersiram air garam daunnya
akan menjadi kuning kemerah-merahan. Dalam keadaan yang merana ini sering
hama dan penyakit akan datang menyerang hingga dapat mempercepat
kematiannya. Hutan yang menderita hebat akan tampak seperti terbakar.
Mencegah sama sekali timbulnya kerusakan hutan akibat angin sangatlah
sulit,tetapi mengurangi besarnya kerusakan dapatlah dilakukan dengan jalan
mengusahakanagar pinggir hutan terutama yang berbatasan dengan tanah terbuka,
ditutupi vegetasisecara rapat dan vertikal dengan daun-daunnya yang lebat,
sehingga angin tidak dapatmasuk ke dalam hutan. Usaha untuk membuat pohon-
pohon hutan tahan terhadap angindapat dilakukan dengan pengaturan
penjarangan. Mempercepat penjarangan yang kerasdan secara bertahap
membiasakan pohon untuk menghadapi angin (karena perubahanfisiologi pohon)
akan dapat membuat hutan lebih tahan dalam menghadapi angin. Tebangpilih
terutama yang berbentuk jalur-jalur banyak memberikan keuntungan
dalammenghadapi angin. Mengingat pohon-pohon tua akan lebih menderita
daripada yang muda di dalam menghadapi angin, maka sering daur tebang hutan
dipendekkan.
Untuk mencegah terjadinya erosi tanah oleh angin, jalan yang baik adalah
selalu mengusahakan agar tanah selalu tertutup oleh humus, serasah dan tanaman
bawah. Apabila terdapat tanah yang terbuka terutama banyak mengandung pasir,
untuk menghindari terjadinya erosi angin sebelum tanaman hutan dapat menutup,
dapat diusahakan dengan menanami jenis rumputan-rumputan atau semak-semak
yang cepat dapat menutup tanah. Menutup tanah dengan batang-batang rumput
kering yang diberi pemberat dapat pula dilakukan selama bibit-bibit pohon hutan
masih kecil.

2. Pengelolaan Tanah yang Kurang Baik


Tumbuh-tumbuhan tidak dapat berperanan sebagaimana mestinya apabila beberapa
faktor fisik dan kimia yang terdapat di dalam tanah menghambat sistem perakaran untuk
menyerap air, unsur hara dan oxygen. Faktor fisik tanah yang sangat penting adalah
mengenai tekstur dan strukturnya. Faktor ini sangat mempengaruhi daya tampung air dan
hara, peredaran udara, temperatur dan pertumbuhan akar.
Faktor kimia meliputi sumber-sumber mineral, kapasitas pertukaran kolloid tanah dan
reaksi tanah. Pembicaraan lebih lanjut tentang faktor-faktor diatas adalah diluarbidang
ilmu perlindungan hutan. Tetapi kita harus menyadari bahwa banyak interaksi antara
tanah yang dapat menyebabkan kebutuhan utama tumbuh-tumbuhan melampaui batas
toleran. Dengan demikian akan timbul gejala penyakit tanaman sebagai akibat defisiensi
karena tersedianya kebutuhan secara berlebihan atau tidak adanya keseimbangan antara
faktor-faktor yang diperlukan.
a) Penyakit karena Defisiensi Bahan Makanan atau Hara
Analisa mineral hara yang terdapat di dalam tanah menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata dalam hal konsentrasinya. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman
mempunyai kemampuan untuk menyeleksi absorbsi hara yang tersedia di dalam
tanah. Lebih 60 jenis elemen telah diketemukan di dalam jaringan berbagai tanaman.
Diantara ini hanya 16 yang dianggap sangat penting untuk pertumbuhan dari
kebanyakan tanaman.
Ada tiga kriteria untuk menentukan apakah sesuatu elemen sangat dibutuhkan
oleh tanaman atau tidak yakni:
- Sesuatu tanaman tidak dapat menyempurnakan pertumbuhan vegetatifnya atau
fase reproduksi tidak dapat berkembang apabila kekurangan element tersebut.
- Gejala defisiensi sesuatu elemen hanya dapat dinormalkan kembali dengan
memberikan element tersebut kepada tanaman.
- Elemen ini secara langsung merupakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Defisiensi hara dapat terjadi apabila tersedianya dalam tanah sangat kurang atau
terdapatnya dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Defisiensi dapat
disebabkan karena proses pencucian, antagonisme bahan-bahan kimia, aktifitas
mikroba, peredaran udara dan kemasaman tanah (pH). Jika satu atau lebih element
hara kurang, maka tanaman-tanaman sering memperlihatkan gejala sebagai berikut:
- Tidak berkembangnya anakan (seedling) atau seedling akan mati seluruhnya.
- Tanaman kerdil
- Memperpanjang waktu pemetikan produksi
- Gejala perubahan warna pada daun atau batang
- Penurunan produksi tanaman terutama sekali kwalitasnya.
Untuk mengetahui penyakit defisiensi harus dimulai dengan mengetahui peranan
fisiologis tanaman dan tipe-tipe gejala defisiensi yang disebabkan oleh setiap unsur
hara. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel agar supaya mudah mengevaluasi jenis
kerusakan, dan selanjutnya menentukan sistem pemupukan yang akan dianjurkan.
Penyakit tanaman sebagai akibat defisiensi hara dapat dicegah antara lain dengan:
- Usaha pemupukan
- Merubah pH tanah
- Tindakan pengelolaan tanah yang baik
- Sistem pengaturan atau pergiliran tanaman

b) Penyakit yang Disebabkan Kelebihan Hara


Apabila konsentrasi elemen-elemen hara terdapat dalam jumlah yang berlebihan
baik secara alam maupun sebagai akibat penggunaan pupuk akan menyebabkan
timbulnya gejala fitotoxik. Keadaan ini terutama timbul karena konsentrasi
micronutrient tinggi seperti: boron, copper, manganese dan lain-lain, yang mana
sering-sering disebabkan karena berubahnya pH tanah. Dengan berlebihnya salah satu
mikro-nutrient dapat mempengaruhi unsur hara lainnya, misalnya besi tidak dapat
diserap oleh tanaman apabila copper terdapat dalam jumlah yang berlebihan.
Demikian pula halnya dengan penggunaan kapur yang berlebihan dapat membuat
tanah menjadi basah (alkali), sehingga unsur lainnya seperti manganese tidak dapat
diserap oleh tanaman. Tanah yang bergaram tidak hanya kelebihan sodium tetapi juga
sangat jelek strukturnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar.

3. Kerusakan yang Disebabkan Oleh Zat Kimia dan Mekanis

Ekosistem hutan tanaman pada umumnya sangat tidak stabil, karenanya itu
memerlukan kecakapan para rimbawan untuk memperoleh produksi yang
menguntungkan. Untuk produksi yang tinggi, sering-sering diperlukan penambahan hara
kedalam tanah melalui sistem pemupukan, selain penggunaan bermacam-macam biosida
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Dengan konsentrasi tinggi kebanyakan
biosida (fungisida, insektisida dan lain-lain) akan bersifat racun. Jika tanaman tidak mati
terbunuh oleh bahan-bahan kimia ini, maka bagian tanaman yang sudah dirusak oleh
bahan kimia tadi akan lebih mudah diserang oleh hama dan penyakit. Bermacam-macam
penggunaan bahan kimia dibidang kehutanan dapat menimbulkan polusi pada tanah yang
mempengaruhi proses siklus hara dan selanjutnya akan menyebabkan timbulnya penyakit
defisiensi hara.
Sejumlah besar bahan kimia yang beracun terhadap tanaman telah ditemukan sebagai
polusi udara disekitar areal-areal industri. Bahan-bahan kimia ini antara lain: ethylene,
nitrogen dioxide, peroxyacyl nitrates, ozone, photochemical smog, hydrogen flouride dan
sulphur dioxide. Semua zat-zat ini, jika konsentrasinya cukup dapat menyebabkan gejala
penyakit pada daun. Tetapi beberapa diantara zat ini dapat juga beracun terhadap jamur
sehingga jenis-jenis jamur tersebut tidak akan ditemukan di daerah polusi.
Jarang sekali ada pohon di hutan yang dapat bebas sama sekali dari kerusakan
mekanis sampai mencapai masak tebang. Kerusakan mekanis pada pohon biasanya
berbentuk suatu luka terbuka pada kulit atau kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis
sampai menyebabkan matinya pohon yaitu karena disambar petir, sekalipun demikian
tidak dapat dijumpai adanya luka yang terbuka.
Kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi karena sebab sebagai berikut:
a. Tumbangnya suatu pohon.
Tumbangnya suatu pohon yang disebabkan karena: pohonnya mati, Penebangan
hutan, Penjarangan hutan. Hal ini akan dapat menyebabkan tumbuhnya luka pada
kulit dan kayu pohon, patahnya cabang-cabang dan pucuk. Luka-luka pada pohon
merupakan tempat infeksi dari hama dan penyakit pohon, hingga akan dapat makin
memperbesar kerusakan. Penebangan hutan dengan menggunakan mesin-mesin sering
menimbulkan banyak luka-luka pada pohon-pohon yang tinggal.
b. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan tipe ground-fire, dimana api hanya membakar serasah dan
lapisan atas dari tanah dapat menimbulkan luka terbuka pada pangkal-pangkal batang.
c. Es atau salju
Hujan es atau salju yang disertai dengan angin akan dapat menyebabkan daun-
daun rontok, luka-luka pada kulit, kambium atau pucuk pohon menjadi patah. Selain
luka, pohon sering pula mengeluarkan cairan yang tidak normal (resin) atau
tumbuhnya suatu jaringan dalam kayu yang tak normal.
d. P e t i r
Tidak ada jenis pohon yang dapat kebal terhadap petir. Sambaran petir tidak
selalu membunuh pohon, kadang-kadang hanya melukai pohon pada kulit atau bagian
kayunya, tetapi dapat pula menyebabkan matinya pohon baik dengan menimbulkan
luka-luka atau tanpa adanya luka. Kematian pohon akibat petir sebenarnya tidak
begitu berarti, paling banyak hanya berbentuk segerombol pohon yang mati, biasanya
hanya beberapa pohon saja yang mati. Kerugian yang berarti akibat petir terjadi
apabila petir tersebut menimbulkan kebakaran hutan.
Kerusakan mekanis akibat suatu aktifitas manusia (penebangan) akan dapat
dihindari atau dikurangi dengan memperbaikli teknik-teknik dari penebangan, tetapi
kerusakan mekanis yang disebabkan oleh alam (es dan petir) sulit dihindarkan,
biasanya akan diusahakan mencari jenis pohon yang lebih tahan terhadap pengaruh-
pengaruh alam tersebut. Akibat karena kebakaran hutan akan diuraikan dalam bab
tersendiri.

B. Penanggulangan/Pencegahan Kerusakan Hutan oleh Faktor Abiotik


Penanggulangan atau pencegahan kerusakan hutan akibat faktor abiotik atau karena faktor
alam adalah tidak semua dapat dikendalikan. Gelala kerusakan karena faktor abiotik dapat
diindikasikan jika gejala yang nampak secara menyeluruh pada luasan dengan jenis pohon
yang sama contonya pada persemaian yang kekurangan unsur hara tertentu atau kekurangan
air. Sedangkan bila gajala akibat serangan pathogen biasanya hanya ditemukan satu, dua atau
sebagian saja yang menampakkan gejala.
Ada beberapa faktor abiotik penyebab kerusakan hutan yang dapat dikendalikan, yaitu
antara lain:
1. Akibat Suhu dan penyinaran Tinggi
a. membuat naungan pada persemaian berupa atap, sarlon atau pohon-pohon
pelindung. Pada pertanaman cukup ditanam pohon-pohon pelindung.
b. memperlakukan semai di persemaian dengan sedikit demi sedikit mendapatkan sinar
matahari penuh, agar kalau dipindahkan sudah tahan terhadap sinar matahari penuh.
2. Curah Hujan
Kerusakan semai dari curah hujan di persemaian adalah sama dengan perlindungan
terhadap penyinaran yang tinggi, yaitu dengan menggunakan pelindung sarlon karena
dapat memecahkan butir-butir air hujan menjadi lebih kecil sehingga tidak
membahayakan semai. Hindari pemupukan semai dengan N (nitrogen), karena dinding sel
semai yang tidak dipupuk dengan N lebih tebal dan kaya akan lignin.
3. Angin
Untuk mencegah kerusakan hutan akibat angin dapat dilakukan dengan cara menanam
jenis-jenis pohon dengan system campuran, menanam pohon dengan jarak yang rapat
pada pinggir hutan yang berbatasan dengan tanah terbuka. Melakukan penjarangan atau
pemangkasan di dalam hutan (bukan di pinggir), sehingga dapat menghasilkan pohon-
pohon yang kekar.
4. Polusi Udara
Kerusakan hutan akibat polusi udara ialah dengan membersihkan uap pabrik gasgas
beracun atau paling sedikit menurunkan konsentrasinya sampai di bawah konsentrasi
yang membahayakan, misalnya dengan membuat saringan, melarutkan, memanaskan atau
menetralisir limbah berbahaya.
5. Api
Pencegahan merupakan upayayang dilakukan pada fase sebelum kejadian
berlangsung. Kegiatan pencegahan kebakaran hutan dapat dilakukan meliputi membuat
peta kerawanan kebakaran, memantau gejala rawan kebakaran, penyiapan regu pemadam,
membangun menara pengawas, membuat jalur sekat bakar, penyuluhan dan membentuk
organisasi pemadam kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan untuk pemadaman atau
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan akan dibahas pada bab lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerusakan hutan yang disebabkan oleh faktor abiotik teridiri dari unsur-unsur
lingkungan, diantaranya yaitu iklim, tanah, air, dan lain-lain. Faktor abiotik ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan pohon secara langsung maupun tidak langsung yang dapat
mengakibatkan kerusakan hutan maupun membantu perkembangan sistem hutan. Untuk
membantu perkembangan sistem hutan tersebut unsur faktor abiotik harus setara dengan
kebutuhan pohon. Dan unsur faktor abiotik yang kelebihan dan kekurangan dapat
mengakibatkan kerusakan sistem hutan. Untuk lebih  jelasnya dapat diperhatikan penjelasan
berikut ini.
1. Kerusakan Hutan Disebabkan Faktor Fisik
- Temperatur
- Air
- Gas-gas di udara
- Cahaya
- Angin
2. Kerusakan Hutan Disebabkan Tanah yang Kurang Baik
- Penyakit Karena Defisiensi Bahan Makanan atau Hara
- Penyakit yang Disebabkan Kelebihan Hara
3. Kerusakan Hutan Disebabkan oleh Zat Kimia dan Mekanis

B. Saran
Perlindungan hutan merupakan usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yang
disebabkan oleh faktor abiotik. Oleh karena itu penyelamatan fungsi hutan dan
perlindunganya sudah saatnya menjadi tumpuan harapan bagi kelangsungan jasa produksi
ataupun lingkungan untuk menjawab kebutuhan mahkluk hidup. Mengingat tinggi dan
pentingya nilai hutan, maka upaya pelestarian hutan wajib dilakukan apapun konsekuensi
yang harus dihadapi, karena sebetulnya peningkatan produktivitas dan pelestarian serta
perlindungan hutan sebenarnya mempunyai tujuan jangka panjang, oleh karena itu perlu
dicari solusi yang tepat untuk mempertahankan produktivitas tegakan ataupun ekosistem
hutan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :

Buku Ajar Pelindungan dan Pengamanan Hutan


http://panehutan.blogspot.com/2019/07/faktor-faktor-abiotik-penyebab.html
http://seeevil13.blogspot.com/2015/05/referensi-makalah-penyebab-utama.html
https://www.academia.edu/28704529/PERLINDUNGAN_HUTAN

Anda mungkin juga menyukai