Anda di halaman 1dari 7

Penatausahaan/

Pengelolaan Hasil
Hutan Bukan Kayu
(HHBK)
Oleh : Kelompok III

Nama anggota : Aan Irawandi

Mawaddah

Rizky Alfahrezi

Siswanto

Prodi : Kehutanan

Semester : IV
A. Definisi
Pengertian Penatausahaan Hasil Hutan (PUHH) mengacu pada Permenhut P.55/Menhut-II/2006
Pasal 1 Ayat 1 yaitu kegiatan yang meliputi penatausahaan tentang perencanaan produksi,
pemanenan atau penebangan, penandaan, pengukuran dan pengujian,
pengangkutan/peredaran dan penimbunan, pengolahan dan pelaporan.
B. Tujuan
Penatausahaan hasil hutan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan pedoman
kepada semua pihak yang melakukan usaha atau kegiatan di bidang kehutanan, sehingga
penatausahaan hasil hutan ber jalan dengan tertib dan lancar, agar kelestarian hutan,
pendapatan negara, dan pemanfaatan hasil hutan secara optimal dapat tercapai.
C. Subjek
Terdapat 3 (tiga) subyek PUHH HHBK yaitu IUPHHBK, IPHHBK, IUIPHHBK.
1. IUPHHBK sendiri ada 2 (dua) pada hutan alam dan hutan tanaman.  Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada hutan alam adalah izin untuk memanfaatkan hasil hutan bukan
kayu pada hutan alam. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada hutan
tanaman adalah izin untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu hasil budidaya pada hutan
produksi. yang kegiatannya terdiri dari penyiapan lahan, perbenihan atau pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, pengamanan, pemanenan, dan pemasaran hasil hutan bukan kayu.
2. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK) adalah izin dengan segala bentuk kegiatan
untuk mengambil hasil hutan bukan kayu antara lain rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan,
tanaman obat-obatan dan lain sebagainya di dalam hutan lindung dan atau hutan produksi.
3. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu (IUIPHHBK) adalah izin mendirikan industri
untuk mengolah hasil hutan bukan kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
D. Metode
Pengelolaan HHBK dibedakan atas pengelolaan mekanis, termis, dan kimia. Tahapan
pengelolaan HHBK secara umum adalah tahap pra pemanenan, pemanenan, dan pasca
pemanenan. Pengelolaan mekanis biasanya dilakukan dengan cara pemotongan, perajangan,
penggilingin, dan pengempaan. Pengelolaan secara termis dilakukan dengan cara pengeringan,
perebusan, pengukusan, pengasapan, dan penggorengan. Pengelolaan secara termis dengan
cara ekstraksi, fraksinasi, dan destilasi.
Pengelolaan HHBK di Indonesia yang umum dilakukan biasanya adalah bagaimana teknologi
pengolahan bambu (pengeringan, pengawetan dan produksi bambu laminasi), teknologi
pengolahan rotan, teknologi penyulingan minyak atsiri (kayu putih, nilam, eucalyptus, cengkeh
dll.), teknologi pembuatan minyak lemak (kemiri, tengkawang, jarak dll.), teknologi pengolahan
resin/getah (pinus, damar dll.), pengenalan tumbuhan penghasil tanin dan teknologi
pengolahannya.
Contoh Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu
1. Penyulingan Minyak Atsiri
Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling atau destilasi terhadap
tanaman penghasil minyak. Didunia komersil, metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat
dilakukan dengan 3 cara, antara lain :
a. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation). Cara penyulingan dengan sistem ini
adalah dengan memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan
basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar
dari ketel dialirkan dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor.
b. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation). Cara penyulingan dengan
sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering
ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan.
c. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation). Prinsip kerja metode ini
adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut dialirkan
melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku.
2. Pengolahan Rotan
Secara garis besar pengelolaan rotan dibagi menjadi fase pemanenan, merunti
(menghilangkan duri dan kelopak yang melekat pada batang rotan),
pencelupan(mencegah serangan jamur dan pemucatan warna), penggorengan
(mengeluarkan zat lilin dan menghasilkan warna kunign yang mengkilap serta
menurunkan kadar air), pengasapan belerang (mencegah serangan hama dan
menyeragamkan warna), pengeringan (menurunkan kadar air), dan tahap
pengolahan lebih lanjut.
3. Pengolahan Resin
Pengolahan resin dilakukan dengan proses destilasi. Proses ini bisa dengan cara
kohobasi (getah pinus dimasak dalam ketel destilasi dan kondensasi uap
(terpentin) dilakukan menggunakan kondensor) atau steam (pemasakan getah
secara tidak langsung dengan uap dan terpentin dikondensasikan dengan alat
kondensor). Penyulingan getah pinus ini menghasilkan gondorukem (fraksi
padatan) 70-80% dan terpentin (fraksi cairan) 10-18%.
4. Enfleurasi

Enfleurasi atau ekstraksi dengan lemak dingin merupakan metode yang cocok sekali untuk
bunga yang setelah dipetik masih meneruskan aktivitas fisiologisnya dalam memproduksi
minyak, seperti bunga melati dan bunga sedap malam. Enfleurasi ini menggunakan lemak
karena lemak memiliki daya absorpsi yang tinggi terhadap minyak yang dikeluarkan bunga.
Hasil dari enfleurasi adalah pomade, yaitu lemak yang memiliki aroma yang khas dari
bahan yang sudah dienfleurasi sebelumnya. Untuk mendapat minyak enfleurasi absolut,
pomade yang sudah terbentuk diekstrasi dengan alkohol dan hasilnya disebut ekstrait.
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai