Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN LENGKAP PRAKTIK PENGENALAN HUTAN AIR

TERJUN DI DESA BALUMPEWA,DOLO BARAT,KABUPATEN


SIGI SULAWESI TENGAH

“Disusun Sebagai Syarat Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah Praktik


Pengenalan Hutan, Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Tadulako”

Oleh :

Muhammad Fajar

L13119425

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Penyertaan kasih Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan kita berbagai macam berkat , sehingga sampai detik ini masih

merasakan perlindungan kasih Nya. Sehingga semua rencana yang kita inginkan

dapat dimudahkan selalu.

Terima kasih sebelum nya atas segalanya,baik bantuan moril maupun

materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul

“Laporan Lengkap Praktik Pengenalan Hutan”.

Saya Pribadi mengaku dalam laporan yang telah dibuat jauh dari kata

sempurna, sehingga masih diharapkan kritik dan saran yang dapat

menyempurnakan laporan ini. Harapan saya semoga apa yang terkandung dalam

laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua

Palu, 8, Agustus 2021


Penyusun

Muhammad Fajar

L 131 19 425
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................. i
KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................iv

INVENTARISASI HUTAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum............................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inventarisasi Hutan..................................................................................4


2.2 Pengenalan Alat.......................................................................................6

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................7


3.2 Alat dan Bahan........................................................................................7
3.3 Prosedur Kerja.........................................................................................8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil.........................................................................................................9
4.2 Pembahasan...........................................................................................17

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan............................................................................................18
5.2 Saran......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam isti lah pengelolaan hutan ialah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui informasi sumber daya dalam suatu kawasan yang berada dalam hutan.Oleh
karena itu jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah. Hal itu
menyebabkan inventore hutan tidak mudah untuk dilaksanakan, namun adanya kesulitan
kesulitan yang di hadapi oleh inventore hutan justru mendorong perkembangan teknik
inventore hutan itu sendiri dan ilmu ilmu yang berkaitan dengannya.

Nilai kekayaan suatu hutan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan hutan yang ada
pada inventore yang ada serta taksiran perubahan yang terjadi, tetapi juga ditentukan oleh
faktor faktor yang lain di luarnya. Semua itu merupakan elemen-elemen yang terkandung
di dalamnya yang akan dicatat dalam suatu inventore hutan.

Pada inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi penaksiran kharus berisi
deskripsi areal berhutan serta pemilikan nya, penaksiran volume (parameter lain seperti
berat) pohon-pohon yang masih berdiri, dan penaksiran tambah-tumbuh dan pengeluaran
hasil. Dalam inventarisasi tertentu, dapat diberikan tekanan atau pembatasan pada satu
atau beberapa masalah tersebut, bergantung pada asas tujuan

Kegiatan pengenalan hutan tegakan merupakan salah satu tahapan awal yang sangat
penting dalam pengusahaan hutan. Di dalam kegiatan inventarisasi hutan, keadaan
tegakan, komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang peranan yang sangat penting
dalam menentukan tindakan-tindakan silvikultur yang akan diterapkan. Ketelitian data
yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi potensi tegakan tersebut merupakan kunci dari
tercapainya kelestarian pengusahaan dan kelestarian sumberdaya hutan yang akan
dikelola.

Mengingat bahwa pembangunan, dan pemanfaatan hutan tidak terlepas bahkan


merupakan bagian dari pada usaha pembangunan daerah, maka dalam inventarisasi hutan
lawasa cakupannya tidak terbatas hanya pada tegakan hutan saja, tetapi mencakup pula
masalah social ekonomi yang erat kaitannya dengan pemanfaatan hutan yang
direncanakan
Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat

merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keotentikan data yang

diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil

pengukuran yang akan di dapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan

pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu akat, maka

semakin baik pula data yang akan diperoleh.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktik pengenalan hutan khususnya di ilmu

inventarisasi hutan, yaitu memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa tentang

inventarisasi hutan, mahasiswa dapat melakukan inventarisasi pohon dengan baik

dan benar, memperkenalkan mahasiswa dengan alat-alat yang digunakan dalam

inventarisasi hutan.

Adapun kegunaan dari praktik pengenalan hutan khususnya di ilmu

inventarisasi hutan, yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal

keadaan fisik hutan yang akan diamati.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inventarisasi Hutan
Ilmu inventarisasi hutan adalah salah satu cabang ilmu kehutanan yang

membahas tentang metode penaksiran potensi hutan. Metode penaksiran adalah

cara pengukuran sebagian atau seluruh elemen dari suatu objek yang

bersangkutan. Inventarisasi hutan dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu

kehutanan yang membahas tentang cara pengukuran sebagian atau seluruh

elemen-elemen dari suatu lahan hutan untuk mengetahui sifat-sifat dan nilai

kekayaan yang ada diatas lahan hutan yang bersangkutan

Inventarisasi hutan adalah salah satu tindakan untuk mendapatkan

informasi tentang kekayaan hutan. Selain itu, inventarisasi dapat diartikan sebagai

usaha untuk menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta sebagai

karakteristik areal tempat tumbuhnya. Skala dan kompleksitas inventarisasi hutan

terutama dipengaruhi oleh ukuran luas areal hutan yang perlu diketahui dan tujuan

yang mengikat hasil informasi yang disiapkan. Kegiatan inventarisasi hutan terdiri

dari inventarisasi hutan tingkat nasional, wilayah, daerah aliran sungai dan unit

pengolahan.

National Forest Inventory (NFI) adalah salah satu cara untuk mendapatkan

data dan informasi sumber daya hutan (SDH) nasional baik data dan informasi

tentang kayu da non-kayu maupun stok karbon dan perubahannya untuk berbagai

keperluan, perlu beradaptasi dengan dinamika permintaan akan data dan informasi

SDH tersebut
Ukuran contoh berbentuk lingkaran digambarkan oleh titik pusat dan jari-

jari (radius). Di negara-negara tropis untuk ukuran contoh berbentuk lingkaran

biasanya menggunakan ukuran 0,05 Ha. Keuntungan utama petak ukur lingkaran

adalah keliling minimum untuk luas tertentu dari lingkaran dibandingkan dengan

bentuk geometri sederhana lainnya, yang berarti menyangkut jumla minimum

pohon-pohon batas. Dan gambaran isotropic dari hutan disekitar pusat yang

diberikan oleh unit sampling lingkaran.

Petak yang biasa dipakai dalam klaster plot umumnya berbentuk persegi

yang dapat mewakili suatu data. Ukuran minimum petak dapat ditentukan

menggunakan kurva spesies area yang ditentukan dengan dasar bahwa

penambahan luas tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5%,

2.2 Pengenalan Alat


1. Clinometer

Klinometer merupakan alat sederhana yang digunakan untuk mengukur sudut

elevasi yang dibentuk antara garis datar dengan sebuah garis yang

menghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut dengan titik puncak (ujung)

suatu obyek.
2. Hagameter

Hagameter adalah alat untuk mengukur tinggi pohon. Sebenarnya alat ini dapat

pula difungsikan untuk mengukur tinggi apa saja, termasuk kelerengan.

Kecenderungan pengukuran tinggi pohon dengan Hagameter selama ini pada

posisi relatif datar

3. Altimeter

Altimeter adalah sebuah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari

permukaan laut. Biasanya alat ini digunakan untuk keperluan navigasi dalam

penerbangan, pendakian, dan kegiatan yang berhubungan dengan ketinggian.

Altimeter bekerja dengan beberapa prinsip: Tekanan udara Magnet bumi

Gelombang
4. Kompas

Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah mata angin berupa sebuah

panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan

magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga

sangat membantu dalam bidang navigasi.

5. Phi Band

Alat ukur dimensi pohon berikutnya adalah phi band yang dapat digunakan untuk

mengukur diameter pohon. Diameter pohon yang biasa diukur adalah diameter

setinggi dada (dbh) atau sekitar 130 cm dari permukaan tanah. Lilitkan

melingkar phi band pada pohon setinggi 130 cm dari permukaan tanah.
6. Meteran Rol

Meteran gulung adalah salah satu jenis alat yang berfungsi untuk mengukur

panjang dan juga jarak. Alat ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengukur sudut,

membuat sudut siku, serta membuat lingkaran.

7. GPS

Sistem Pemosisi Global adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan

bumi dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24

satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi.


III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Adapun kegiatan praktik pengenalan hutan ini, bertempat di Wera

Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Adapun waktu pelaksanaan praktik pengenalan hutan ini, dilaksanakan pada

hari jumat, 8 Agustus 2021. Pada pukul 08.00 WITA sampai dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan pada praktik pengenalan hutan ini yaitu,

Clinometer, Hagameter, Altimeter, Kompas, Phiband, Meteran roll, GPS, Patok

kayu, dan parang

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum “Inventarisasi

Hutan” ini yaitu, tally sheet tali rafia, dan alat tulis menulis.

3.4 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum “Inventarisasi

Hutan” ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengamatan lokasi

2. Buatlah plot 20m x 20m, 10m x 10m, 5m x 5m, dan 2m x 2m pada

lokasi yang telah ditentukan

3. Hitunglah jumlah pohon, tiang, pancang dan semai yang masuk di

dalam plot yang telah dibuat, dan lakukan penomoran terhadap pohon

tersebut.
4. Hitunglah tinggi seluruh pohon di dalam plot tersebut dengan tinggi

130 cm dari bawah permukaan tanah.

5. Gunakan phi band untuk menghitung diameter dari tiap pohon tersebut.

6. Hitunglah healing atas dan healing bawah tiap pohon dengan

menggunakan clinometer atau hagameter.

7. Catatlah jarak datar dari pengamat clinometer sampai ke pohon yang

diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang di dapat setelah melakukan praktikum “Inventarisasi

Hutan” adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Pengukuran Pohon

Diameter Jarak Healing Healing Tinggi


(cm) Datar Bawah Atas Total
NO Nama Pohon
(m)

1. Repogonu
m 34 cm
scandens 8m 1,6 m 8,4 m 10 m

2.

Pohon taraire 30 cm 8m 0,9 m 8,5 m 8,5 m

3. Pohon
Anamirta
21,3 cm 8m 10 % 110 % 9,6 m
cocculus
4. Pohon
Aidia
40 cm 8m -1 m 8m 9m
wallichiana
5. Pohon
gonystylu 30,3 cm 17 m 10 % 170 % 30,6 m
s
velutinus
6. Pohon
Meliosma
85 cm 13 m 20 % 190 % 27,3 m
myriantha
7. Pohon
Aquilaria
tree 120 cm 15 m 30 % 210 % 36 m
 Pohon 1
Diketahui :

Tinggi : 10 m

Diameter : 34 cm = 0,34 m

Jarak datar : 8 meter

Helling atas : 8,4 meter

Helling bawah : 1,6 meter

Ditanya :

a. Volume pohon

Penyelesaian :

a. Volume pohon

Vpohon= 1⁄ π.d2.t.fk
4

= 1⁄ x 3,14 x (0,34)2 x 10 x 0,7


4

= 1⁄ x 3,14 x 0,11 x 10 x 0,7


4

= 0,60 m3

 Pohon II

Diketahui :

Tinggi : 9,4 m
Diameter : 30 cm = 0,30 m

Jarak datar :8m

Helling atas : 8,5 m

Helling bawah : 0,9 m


Ditanya :

a) Volume pohon

Penyelesaian :

a. Volume pohon

Vpohon= 1⁄ π.d2.t.fk
4

= 1⁄ x 3,14 x (0,30)2 x 9,4 x 0,7


4

= 1⁄ x 3,14 x 0,09 x 9,4 x 0,7


4

= 0,46 m3

 Pohon III

Diketahui :

Tinggi : 9,6 m

Diameter : 21,3 cm = 0,213

Jarak datar :8m

Helling atas : 110 %

Helling bawah : 10 %

Ditanya :

a. Volume pohon

Penyelesaian :

a. Volume pohon
V pohon = 1⁄ π.d2.t.fk
4

= 1⁄ x 3,14 x (0,213)2 x 9,6 x 0,7


4

= 1⁄ x 3,14 x 0,045 x 9,6 x 0,7


4
= 0,23 m3

 Pohon IV

Diketahui

Tinggi :9m

Diameter : 40 cm = 0,40 m

Jarak datar :8m

Helling atas :8m

Helling bawah : -1 m

Ditanya :

a. Volume pohon

Penyelesaian :

a. Volume pohon

V pohon = 1⁄ π.d2.t.fk
4

= 1⁄ x 3,14 x (0,40)2 x 9 x 0,7


4

= 1⁄ x 3,14 x 0,16 x 9 x 0,7


4

= 0,79 m3

 Pohon V

Diketahui :
Tinggi : 30,6 m

Diameter : 30,3 m

Jarak datar : 17 m

Helling atas : 170 %

Helling bawah : 10 %
Ditanya :

a. Volume pohon

Penyelesaian :

a. Volume pohon

V pohon = 1⁄ π.d2.t.fk
4

= 1⁄ x 3,14 x (0,303)2 x 30,6 x 0,7


4

= 1⁄ x 3,14 x 0,09 x 30,6 x 0,7


4

= 1,51 m3

 Pohon VI

Diketahui :

Tinggi : 27,3 m

Diameter : 85 cm : 0,85 m

Jarak datar : 13 m

Helling atas : 190 %

Helling bawah : 20 %

Ditanya :

a. Volume pohon

Penyelesaian :

a. Volume pohon
V pohon = 1⁄ π.d2.t.fk
4

= 1⁄ x 3,14 x (0,85)2 x 27,3 x 0,7


4

= 1⁄ x 3,14 x 0,72 x 27,3 x 0,7


4
= 10,8 m3

 Pohon VII

Diketahui

Tinggi : 36 m

Diameter : 120 cm : 0,120 m

Jarak datar : 15 m

Helling atas : 210 %

Helling bawah : 30 %

Ditanya :

a. Volume pohon

Penyelesaian :

a. Volume pohon

V pohon = 1⁄ π.d2.t.fk
4

= 1⁄ x 3,14 x (0,120)2 x 36 x 0,7


4

= 1⁄ x 3,14 x 0,014 x 36 x 0,7


4

= 0,27 m3

1.1.1 Data Pengamatan Tiang

Tabel 2. Plot ukuran 10 meter x 10 meter


No NamaJenis/ Tinngi Diameter JD Ta Tb
NamaLatin
1 Pohon 9,8 m 10 cm 8m 8m 1,8 m
Anamirt
a
cocculus

Tiang I
Diketahui

Tinggi : 9,8 m

Diameter : 10 cm : 0,10 m

Jarak datar :8m

Helling atas :8m

Helling bawah : 1,8 m

Ditanya :

a. Volume pohon

Penyelesaian :

a. Volume pohon

V pohon = 1⁄ π.d2.t.fk
4

= 1⁄ x 3,14 x (0,10)2 x 9,8 x 0,7


4

= 1⁄ x 3,14 x 0,01 x 9,8 x 0,7


4

= 0,05 m3

4.1.3 Pengamatan pancang

Tabel 3. Plot ukuran 5 meter x 5 meter


No Nama Jenis/Latin Jumlah

1 Tidak ada Tidak ada


4.1.4 Pengamatan Semai

Tabel 3. Plot ukuran 2 meter x 2 meter

No Nama Jenis/Latin Jumlah

1 Pohon Aidiawallichiana 15

4.2 Pembahasan

Adapun pembahasan pada praktik Inventarisasi Hutan yang dilakukan

Untuk menentukan diameter tegakan pada suatu areal dilakukan dengan

menggunakan phiband. Disini yang kami dapatkan, yaitu pohon normal.

Pada pohon normal diukur diameter pohonnya pada ketinggian 1,3 m atau

setinggi dada orang dewasa, yaitu dengan mengukur dari pangkal pohon hingga

tinggi 1,3 m kemudian barulah di ukur diameter nya. Dan pada pohon berbanir

yang memiliki tinggi banir diatas 1,3 m maka pengambilan diameter pohon yaitu

dengan menambah 20 m setelah banir, barulah diameter pohon diukur. Kemudian

pada kondisi pohon bercabang yaitu dengan mengukur diameter masing-masing

cabang lalu hasilnya ditambahkan dan dibagi dengan jumlah cabang yang ada

pada pohon.

Kemudian pada pengukuran tinggi yaitu dengan menggunakan clinometer,

pertama dengan mencari lokasi yang dapat melihat pohon yang akan diukur secara

keseluruhan lalu ukur jarak dari pohon yg akan diukur ke tempat yang akan

digunakan sebagai tempat pengukuran nantinya. Setelah itu gunakan clinometer


dan ukur mulai dari atas yaitu pada bagian teratas tajuk pada pohon dan bagian
bawah yaitu pada bagian pangkal pohon. Setelah datanya dicatat pada tally sheet

kemudian dimasukkan kedalam rumus.

Selanjutnya pada pengukuran volume pohon dan sesuai pada rumus volume

pohon yaitu terdapat elemen penting yaitu memasukkan diameter dan tinggi

pohon kedalam rumus. Dan ada tambahan yaitu Faktor Koreksi (Fk), yaitu faktor

yang dimana bentuk batang pohon tidaklah simetris sehingga perlu adanya koreksi

dalam menghitung volume tegakan pohon. Faktor koreksi ini ada 2 bagian yaitu

untuk Hutan Alam dan Hutan Tanaman. Pada Hutan Alam Faktor koreksi yang

digunakan yaitu sebesar 0,7, dan pada Hutan Tanaman Faktor Koreksi yang

digunakan sebesar 0,8. Dan pada praktik Inventarisasi Hutan yang kami lakukan

berada di Hutan Alam sehingga Faktor Koreksi digunakan yaitu sebesar 0,7
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun hasil dan pembahasan dari pelaksanaan praktikum, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Inventarisasi hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan

informasi mengenai sumber daya hutan dan karakteristik suatu wilayah

untuk mengetahui potensi sumber daya hutan dan melaksanakan perencanan

berkelanjutan pengelolaan sumber daya hutan.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi pada saat pengambilan data adalah

kondisi pohon mulai dari yang normal hingga berbanir yang pada

kondisinya memiliki cara tersendiri dalam pengukuran, kondisi topografi

areal inventarisasi, alat dan bahan yang mempengaruhi keakuratan data serta

kondisi cuaca.

5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum di lapangan, diharapkan kepada seluruh

teman-teman dan penanggung jawab kelompok agar dapat bekerja sama, dan juga

untuk melengkapi alat-alat yang diperlukan pada saat pengambilan data.


DAFTAR PUSTAKA
Adiwinata, S. 2007. Pendugaan potensi tegakan agathis (Agathis

loranthifolia Salisb) menggunakan metode two stage sampling dengan unit

contoh sixtrees sampling (6-contoh pohon) dan circular plots (lingkaran) studi

kasusdi hutan pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi. Skripsi. Institut Pertanian

Bogor.

Eddy, S.W. 2001. Perbandingan efisiensi metode pohon contoh (tree

sampling) dan metode konvensional dalam pendugaan potensi tegakan jati

(Tectona grandis

L.f.) di KPH Mantingan Perum Perhutani unit I Jawa Tengah.(Skripsi). Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 49 p.

Hairiah, K., Dewi, S., Agus, F., Velarde, S., Ekadinata, A., Rahayu, S. dan

Van, N.M. 2011. Measuring Carbon Stocks Across Land Use Systems : AManual.

Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre (ICRAF), SEARegional Office.

Indriyanto. 2015. Panduan Praktikum Ekologi Hutan. Universitas

Lampung.Bandar Lampung. 67 p.Malamassam, D. 2009. Inventarisasi Hutan.

Fakultas Kehutanan. UniversitasHasanuddin. Makassar.Tim Pengajar Biometrika

Hutan. 2014. Penuntun Praktikum Biometrika Hutan.Universitas Lampung.

Bandar Lampung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai