Anda di halaman 1dari 29

INVENTARISASI HUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

(Pengukuran Parameter Pohon dengan Menggunakan Metode Line Plot


Systematic Sampling)

Oleh

Nur Almira Febrianty Supriadi


105951103817 105951103818
Kehutanan 5B Kehutanan 5B

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

T.A. 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karna berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kita semua masih diberikan kesehatan, kesempatan, serta

kemampuan dalam menyelesaikan makalah ini sebagai tugas pengganti

PRAKTEK LAPANGAN Mata kuliah Inventarisasi Hutan yang berjudul

“Pengukuran Parameter Pohon dengan Menggunakan Metode Line Plot

Systematic Sampling” tepat pada waktu yang ditentukan. Salam serta shalawat

tak pula penulis kirimkan kepada baginda Muhammad SAW yang menjadi parton

semangat bagi ummat islam.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

kata sempurna oleh karena itu, penulis sangat berharap saran dan kritik yang

bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

orang yang membacanya.

Makassar, 23 April 2020

2
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.............................................................................................................6
1.1. Latar Belakang.................................................................................................6
1.2 Tujuan dan Kegunaan..........................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................9
2.1. Pengertian Inventarisasi Hutan...........................................................................9
2.2. Pengertian Sistematik Sampling..........................................................................9
2.3. Pengelolaan Petak Ukur.....................................................................................10
2.4. Populasi dan Sampel (Contoh)...........................................................................11
2.5. Pengambilan Sampel Secara Sistematik............................................................15
BAB III............................................................................................................................20
METODE PRAKTEK......................................................................................................20
3.1. Waktu dan tempat...............................................................................................20
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................................20
3.3 Cara kerja...................................................................................................21
3.4 Metode pengumpulan data.................................................................................22
BAB IV............................................................................................................................23
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................23
4.1 Hasil.....................................................................................................................23
4.2 Pembahasan..........................................................................................................26
BAB V.............................................................................................................................29
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................29
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................29
5.2 Saran.....................................................................................................................29

3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam istilah pengelolaan hutan konservasional, inventore hutan diperlukan

untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat

tertentu dengan dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap

waktu. Oleh karena itu jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga

selalu berubah. Hal itu menyebabkan inventore hutan tidak mudah untuk

dilaksanakan, namun adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh

inventorehutan justru mendorong perkembangan tekhnik inventore hutan itu

sendiri dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.

Nilai kekayaan suatu hutan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan hutan yang

ada pada inventore yang ada serta taksiran perubahan yang terjadi, tetapi juga

ditentukan oleh faktor-faktor yang lain di luarnya. Semua itu merupakan elemen-

elemen yang terkandung di dalamnya yang akan dicatat dalam suatu inventore

hutan.

Suatu inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu harus

berisi deskripsi areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran volume (parameter

lain seperti berat) pohon-pohon yang masih berdiri, dan penaksiran tambah-

tumbuh dan pengeluaran hasil. Dalam inventarisasi tertentu, dapat diberikan

tekanan atau pembatasan pada satu atau beberapa masalah tersebut, bergantung

pada asas tujuan. Tetapi untuk suatu penilaian yang menyeluruh terhadap suatu

4
areal hutan dan terutama bermaksud untuk mengelolanya berdasar asas hasil

lestari, semua elemen itu harus dikuasai.

Kegiatan inventarisasi tegakan merupakan salah satu tahapan awal yang

sangat penting dalam pengusahaan hutan. Di dalam kegiatan inventarisasi hutan,

keadaan tegakan, komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang peranan

yang sangat penting dalam menentukan tindakan-tindakan silvikultur yang akan

diterapkan. Ketelitian data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi potensi

tegakan tersebut merupakan kunci dari tercapainya kelestarian pengusahaan dan

kelestarian sumberdaya hutan yang akan dikelola.

Mengingat bahwa pembangunan, dan pemanfaatan hutan tidak terlepas bahkan

merupakan bagian dari pada usaha pembangunan daerah, maka dalam

inventarisasi hutan lawasa cakupannya tidak terbatas hanya pada tegakan hutan

saja, tetapi mencakup pula masalah social ekonomi yang erat kaitannya dengan

pemanfaatan hutan yang direncanakan

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum Inventarisasi Hutan adalah agar mahasiswa dapat

mengetahui sekaligus memahami cara pengembilan data dengan benar dari

tegakan hutan dalam hal pengukuran parameter pohon dengan menggunakan

metode Line Plot Systematic Sampling.

Kegunaan dari praktikum Inventarisasi Hutan ini adalah agar mahasiswa

dapat memahami tata cara pembuatan jalur petak ukur, cara menentukan arah

jalur, serta cara pengukuran jarak petak ukur pada masing-masing jalur.

5
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Inventarisasi Hutan

Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan

fakta mengenai sumberdaya hutan untuk rencana pengelolaannya. Tujuannya

adalah mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan

sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka

panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan

tingkatan dan kedalam inventarisasi yang dilaksanakan.

Ruang lingkup inventarisasi hutan meliputi survei mengenai status dan

keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya manusia serta kondisi sosial

masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik pengumpulan, pengevaluasian,

dari menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena secara

umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya di kumpulkan

dengan kegiatan sampling.

Di dalam merencanakan suatu inventarisasi hutan, ada beberapa hal yang

harus selalu diperhatikan walaupun bagi masing-masing tidak perlu mendapatkan

perhatian yang sama. Hal-hal yang yang perlu mendapatkan perhatian dalam

melaksanakan inventarisasi hutan

2.2. Pengertian Sistematik Sampling

Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan

dengan satu pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah

7
ditentukan terlebih dahulu. Bentuk pola tersebut bermacam-macam, bergantung

pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang tersedia, serta kondisi populasi yang

dihadapi (Simon H. 2007).

Line plot systematic sampling merupakan perkembangan dari continous strip

sampling. Latar belakang penggunaan line plot sampling adalah untuk

menghemat waktu dan biaya dengan mengurangi pekerjaan pengukuran di

lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi kecermatan sampling yang diperoleh

(Simon H., 1996).

Intensitas sampling adalah suatu bilangan yang menggambarkan

perbandingan antara jumlah contoh dengan jumlah populasi seluruhnya

tergantung dari besar kecilnya intensitas sampling tergantung pada tingkat

kecermatan yang di inginkan dan heterogenitas dari populasi yang di hadapi

(Madyana. Th., 1989).

Dalam rancangan sampling jalur sistematik pemilihan jalur pertama secara

acak (random start) dan selanjutnya jalur di tempatkan secara sistematik. Adanya

pengambilan contoh secara sistematik dengan awal acak ini sangatlah tepat karena

untuk memperkecil kekurangan sistematik sampling, maka jalan keluarnya adalah

dengan mengkombinasikan metode sistematik sampling dengan metode random

sampling.

2.3. Pengelolaan Petak Ukur

Petak ukur adalah satuan sampling yang berupa bagian dari luasan sebuah

tegakan dimana akan dilakukan pengukuran dan pengamatan karakter tegakan dan

kondisi lahannya.

8
Pencatatan dan pengolahan data memperoleh perhatian yang cermat,

khususnya selama permulaan tahap perencanaan suatu invenntore hutan karena

sarana pengolahan data (misalnya tersedianya fasilitas dan personil untuk

perhitungan) atau biayanya akan mempunyai dampak yang berarti pada

rancangan, intensitas dan pembagian waktu seluruh inventore. Didalam kerangka

informasi yang diperlukan serta uang dan waktu yang tersedi, perlakuan terhadap

data harus dipandang sebagai faktor pembantu yang secara langsung

mempengaruhi pemilihan metode inventore. Secara umum akan ditekankan,

semakin sederhana rancangan inventorenya, semakin murah biaya penanganan

data dan semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.

Walaupun pengolahan data lebih membantu sebagai sarana inventore hutan

daripada sebagai faktor penentu, namun pengaruhnya terhadap realisasi inventore

tak dapat dianggap kecil

Secara umum tipe petak ukur dapat dipisahkan menjadi tiga macam yaitu

petak ukur sederhana dengan berbagai bentuk, petak ukur terkombinasi, dan petak

ukur satelit.

2.4. Populasi dan Sampel (Contoh)

Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan populasi dan

sampel penelitian. Dewasa ini, kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan

penarikan sampel, karena metode penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih

hemat, serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan

dengan metode sensus. Pengambilan sebagian dari keseluruhan objek, dan atas

hasil penelitian suatu keputusan atau kesimpulan mengenai keseluruhan objek

9
populasi dibuat, disebut sebagai metode penarikan sampel (sampling). Penelitian

yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki karakteristik objek

penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara lain: objek yang diteliti

sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti bersifat homogen, tidak mungkin

meneliti secara fisik seluruh objek dalam populasi, untuk menghemat biaya, untuk

menghemat waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling.

Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan

mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran

penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah

subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber

data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau

subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang

karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara

pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel

yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan

populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria

terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud

menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika

keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin

besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas

dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan

tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan

sampel, serta (c) besarnya sampel.

10
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis, baik pada

penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan

kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah atau persoalan yang

dihadapi, yaitu: pertama, bahwa persoalan sampling adalah proses untuk

mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus benar-benar bisa

mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil penelitian yang

diangkat dari sampel harus merupakan kesimpulan atas populasi. Sehingga

masalah yang dihadapi adalah bagaimana memperoleh sampel yang representatif,

yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam populasi atau mencerminkan

keadaan populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam penelitian yang

menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang bagaimana proses

pengambilan sampel, dan berapa banyak unit analisis yang akan diambil.

Sehingga masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan sampel manakah

yang cocok dengan karakteristik populasi, tujuan dan masalah penelitian yang

akan dikaji. Selain itu berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample

size) yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian.

Populasi merupakan keseluruhan rangkaian unsur-unsur di mana kita sedang

mencari informasi tentang sesuatu dan ini harus diberi batasan secara baik. Suatu

sampel adalah suatu bahagian dari populasi yang kita harapkan merupakan wakil

populasi. Suatu sampel terdiri atas pengamatan-pengamatan dan terdapat n

observasi di dalam satu sampel (Paine P.D., 1992).

Di dalam pengukuran parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam

pengukuran kayu adalah diameter atau keliling, tinggi pohon, tinggi batang,

11
diameter tajuk dan volume. Di samping dapat diukur pada berbagai ketinggian,

pengukuran diameter pohon melibatkan beberapa macam alat, baik untuk dimensi

dengan atau tanpa kulit (Simon H., 2007).

Sampel merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap refresentatif

untuk mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter populasi tersebut

(Simon H., 2007).

Sampling merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap

representatif untuk mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter

populasi tersebut. Sifat dari populasi dapat di ukur dengan tingkat kepercayaannya

(degree of confidence)dan ini merupakan eror sampling (sampling erorr) yang

selalu melekat pada sampel manapun. Hal ini disebabkan oleh dua hal yang

berkaitan dengan sifat alami populasi, yaitu :

a. Variasi di dalam populasi, dan

b. Kesempatan untuk memilih sampel/dan juga eror non-sampling (non-sampling

erorr).

Kedua macam eror tersebut sama sekali terpisah kedudukannya dalam

statistik. Penggunaan sampel ukur (sampel plot) dalam kehutanan untiuk berbagai

keperluansuda dilakukan sejak lama, bentuk-bentuk petak ukur yang lazim

digunakan adalah persegi panjang, bujur sangkar, jalur dan lingkaran.

Besarnya anggota sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan seperti praktis, ketepatan, nonresponden dan analisi data. Teknik

untuk menghitung besarnya anggota sampel secara umum dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu cara proporsi dan ketelitian estimasi (Usman, H., 2008).

12
Menurut Nasoetion, contoh adalah bagian dari populasi yang digunakan guna

pengamatan atau penyelidikan. Contoh ini merupakan suatu irisan sifat populasi,

haruslah keseluruhan anggota contoh yang terpilih mencerminkan keadaan

populasi sewajarnya.

Pengambilan contoh menurut Teken, dilakukan atas pertimbangan biaya

waktu dan tenaga yang tersedia dalam suatu penelitian. Menurut Mubyarto,

pengambilan contoh dilakukan atas pertimbangan sumberdaya yang terbatas,

keterbatasan data dan pengujian yang sifatnya merusak.

2.5. Pengambilan Sampel Secara Sistematik

Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan

dengan satu pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah

ditentukan terlebih dahulu. Bentuk pola tersebut bermacam-macam, bergantung

pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang tersedia, serta kondisi populasi yang

dihadapi. Pada line plot systematic sampling merupakan perkembangan dari

continous strip sampling. Latar belakang penggunaan line plot sampling adalah

untuk menghemat waktu dan biaya dengan mengurangi pekerjaan pengukuran di

lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi kecermatan sampling yang

diperoleh.

Menurut Sutarahardja bahwa metode sampling jalur sistematik merupakan

suatu metode yang ditentukan berdasarkan luas tertentu dari unit contohnya,

yakni berdasarkan dengan unit contoh berbentuk jalur yang terdistribusi secara

sistematik. Sistematik di sini diartikan bahwa jalur tersebar merata dengan lebar

jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur lainnya.

13
Bentuk petak ukur yang lazim digunakan dalam inventore hutan adalah

bentuk petak ukur persegi panjang, bujur sangkar, jalur dan lingkaran.

Digunakannya petak ukur dalam kehutanan disebabkan karena hutan bukan

semata-mata sebagai kumpulan dari pohon, melainkan merupakan suatu asosiasi

dari flora dan fauna di suatu wilayah yang cukup luas, mulai dari mikroorganisme

sampai tumbuhan berbunga dan binatang menyusui (Madyana Th.,1989).

Dalam inventarisasi hutan dikenal beberapa istilah yang digunakan dalam

melakukan pengukuran dan penaksiran potensi suatu tegakan yaitu populasi,

sampel (contoh), dan parameter. Menurut Cochran, populasi digunakan untuk

menyatakan kumpulan dari mana contoh diambil, sedangkan Husch mengatakan

populasi merupakan kumpulan keseluruhan anggota dan individu yang akan

diteliti atau dipelajari.

Sampel merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap

refresentatif untuk mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter

populasi tersebut. Sedangkan parameter adalah ciri suatu populasi, seperti harga

rata-rata populasi atau simpangan baku populasi.

Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti

penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan

pengelolaan. Dengan keterbatasan alat yang tersedia, seringkali pengukuran

keliling (K) lebih banyak dilakukan, baru kemudian dikonversi ke diameter (D),

dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran yaitu D = k/π (Kadri

Wartono Ir., DKK, 1992).

14
Selain pengukuran keliling dan diameter, tinggi pohon juga merupakan

variabel dari parameter pohon yang mempunyai arti yang tak kalah pentingnya

dalam melakukan pengukuran dan penaksiran potensi tegakan hutan dan hasil

hutan. Tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti penting

dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diameter, tinggi pohon diperlukan untuk

menaksir volume dan riap. Secara khusus tinggi pohon dapat dihubungkan

dengan umur hutan tanaman untuk menentukan kelas kesuburan tanah (bonita)

(Simon H., 2007).

Dalam inventarisasi hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi yaitu

tinggi total, tinggi batang bebas cabang, tinggi batang komersil dan tinggi

tunggak. Dalam kegiatan praktikum inventarisasi hutan di hutan produksi Desa

Oloboju variable tinggi pohon yang diamati adalah tinggi batang bebas cabang

dan tinggi total pohon. Tinggi batang bebas cabang yaitu tinggi pohon dari

pangkal batang di permukaan tanah sampai cabang pertama, sedangkan tinggi

total yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon

(Simon H., 2007).

Pengukuran keliling, diameter dan tinggi pohon merupakan data

inventarisasi yang diperoleh langsung di lapangan. Setelah data-data tersebut

terkumpul selanjutnya akan dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil

perhitungan volume dari setiap pohon sampel pada masing-masing petak ukur dan

perhitungan volume rata-rata dari semua pohon sampel pada keseluruhan petak

ukur. Agar hasil yang diperoleh dari perhitungan volume pohon dapat

memberikan keyakinan bagi si penaksir maka diperlukan analisis data yang lain

15
berupa perhitungan ragam (varians), simpangan baku (standar deviasi), galat baku

(standard error), kesalahan pengambilan contoh (sampling error), tingkat

kecermatan dan konviden interval (selang kepercayaan).

Volume merupakan salah parameter yang paling penting dalam melakukan

inventarisai hutan secara obyektif. Dalam menentukan volume dari sebatang

pohon yang ditaksir maka digunakan suatu tabel volume. Tabel volume disususn

berdasarkan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara beberapa

parameter pohon yang mudah untuk diukur dengan volume pohon tersebut.

Dalam melakukan penyusunan tabel volume diperlukan perhitungan volume

pohon yang masih berdiri untuk menentukan hubungan volume dengan parameter

pohon lainnya seperti keliling, diameter, dan tinggi pohon.

Secara alami volume kayu dapat dapat dibedakan menurut berbagai

macam klasifikasi sortimen. Jenis sortimen kayu yang lazim dipakai sebagai

dasar penaksiran ada lima macam, yaitu volume kayu tunggak, kayu batang

komersil, kayu cabang komersial, kayu batang non-komersial dan kayu ranting

(Simon H., 2007).

Pada dasarnya ada dua macam cara untuk menaksir volume kayu yaitu

penaksiran secara langsung dan tidak langsung. Penaksiran secara tidak langsung

dilakukan dengan menggunakan tabel volume sedangkan dengan cara langsung

dilakukan dengan mengukur parameter individu pohon di lapangan, kemudian

dihitung volumenya dengan menggunakan metode rumus analisis data kuantitatif

(matematis-statistik). Dalam penaksiran volume pohon yang masih berdiri

16
seluruhnya hanya dapat dilakukan secara langsung dengan ketinggian 2 meter,

selebihnya harus menggunakan taksiran.

17
BAB III

METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan tempat

Pelaksanaan Praktikum Inventarisasi Hutan ini dilaksanakan pada hari Minggu

26 April 2015, Pukul 09.00- 10.00 WITA. bertempat di Desa Labuan Kunguma,

Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Inventarisasi Hutan adalah sebagai

berikut :

1) Meteran Roll

2) Kompas Bidik

3) Parang

4) Pita Ukur

5) Hagameter

6) Alat Tulis Menulis

7) Kayu

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

1) Tally Sheet

2) Tali Rafia

18
3.3 Cara kerja

1) Pertama-tama kita menentukan plot dengan ukuran 20 m x 20 m untuk

menganalisis tingkat pohon, 10mx10m untuk tingkat tiang, 5m x 5m untuk

tingkat panacang, dan 2m x 2m untuk tingkat semai.

2) Kemudian untuk plot berukuran 20m x 20m kita mengukur keliling pohon

satu persatu untuk menentukan diameter pohon tersebut nantinya.

3) Pohon yang telah diukur diameternya, diberi label gantung. Setelah itu

dlakukan pengukuran tinggi bebas cabang pohon dan tinggi total pohon.

Dengan menggunakan alat hagameter.

4) Untuk melakukan pengukuran TBC dan TT pohon pertama-tama kita

menentukan jarak antara pengukur dan pohon yang akan diukur.

5) Setelah itu kita mengukur tinggi mata pengamat dari ujung kaki sampai

ke mata pengamat/pengukur.

6) Setelah itu kita membidik TBC dan TT pohon antara mata pengukur

dengan TBC ataupun TT pohon, untuk menentukan berapa besar sudut

yang terbentuk dengan menggunakan alat hagameter.

7) Setelah dilakukannya pengukuran pada plot 20m x 20m untuk tingkat

pohon, kita menganalisis tingkat tiang pada plot yang berukuran 10 m x 10

m. Pengukuran yang dilakukan sama perlakuannya dengan tingkat pohon,

hanya saja pengukuran yang dilakukan hanya pada tingkat tiang,

begitupun pengukuran yang dilakukan pada tingkat pancang pada plot

yang berukuran 5m x 5m.

19
8) Untuk tingkat semai penkuran yang dilakukan hanya menentukan berapa

tinggi dar semai tersebut pada plot dengan ukuran 2m x 2m.

9) Semua hasil data dilapangan dicatat pada tali sheet, dan kita perlu

menggambar skema pengkuran kita.

3.4 Metode pengumpulan data

Pembuatan Plot 20x20 untuk pohon, 10x10 untuk tiang, 5x5 untuk pancang,

2x2 untuk semai, Menggunakan Metode sampling untuk mengidentifikasi potensi

tegakan dalam plot. Mengukur Keliling pohon, Tinggi Total pohon, Batang Lepas

Cabang, dan menghitung jumlah vegetasi dan diameter pohon, tiang dan pancang.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengukuran tiap-tiap vegetasi.

Keliling Diameter TBC Tinggi total


No Jenis
(m) (m) (m) (m)

1 Pohon Jenis 1 1,05 0,334 8,0 12,5

2 Pohon Jenis 1 0,96 0,305 6,0 10,0

3 Pohon Jenis 2 0,85 0,271 7,0 9,5

4 Pohon Jenis 2 0,71 0,225 6,5 8,5

5 Tiang Jenis 1 0,45 0,142 - 5,5

6 Tiang Jenis 2 0,55 0,176 - 6,0

7 Pancang Jenis 2 0,19 0,059 - 4,5

8 Pancang Jenis 1 0,20 0,064 - 3,5

9 Semai Jenis 1 - - - 0,25

10 Semai Jenis 2 - - - 0,15

 Perhitungan Volume Rata-rata Pohon pada plot 5:

1. Pohon Jenis 1 :

1 2
V= π d . t . fk
4

21
1 2
V =( x 3 , 14 x 0,334 ¿ x 12 ,5 x 0 ,7
4

= 0,77 m3.

2. Pohon Jenis 1 :

1 2
V= π d . t . fk
4

1 2
V=( x 3 , 14 x 0,305 ¿ x 10 , 0 x 0 , 7
4

= 0,51 m3.

3. Pohon Jenis 2 :

1 2
V= π d . t . fk
4

1 2
V=( x 3 , 14 x 0,271 ¿ x 9 ,5 x 0 ,7
4

= 0,38 m3.

4. Pohon Jenis 2 :

1 2
V= π d . t . fk
4

1 2
V=( x 3 , 14 x 0,225 ¿ x 8 ,5 x 0 , 7
4

= 0,24 m3.

 Volume rata-rata pohon :

V=
∑ Vi
n

1, 90
=
4

= 0,47 m3.

22
 Perhitungan Rata-rata Tiang

1. Tiang jenis 2

1 2
V= π d . t . fk
4

1 2
V=( x 3 , 14 x 0,142 ¿ x 5 ,5 x 0 ,7
4

= 0,06 m3.

2. Tiang jenis 2

1 2
V= π d . t . fk
4

1 2
V=( x 3 , 14 x 0,176 ¿ x 6 x 0 , 7
4

= 0,10 m3.

 Volume rata-rata tiang :

V=
∑ Vi
n

0,163
=
2

= 0,08 m3.

 Perhitungan Rata-rata Pancang

1. Pancang jenis 2

1 2
V= π d . t . fk
4

1 2
V=( x 3 , 14 x 0,059 ¿ x 4 ,5 x 0 ,7
4

= 0,01 m3.

2. Pancang jenis 2

23
1 2
V= π d . t . fk
4

1 2
V=( x 3 , 14 x 0,064 ¿ x 3 , 5 x 0 , 7
4

= 0,01 m3.

 Volume rata-rata Pancang :

V=
∑ Vi
n

0,016
=
2

= 0,008 m3.

Keterangan :

V = Volume pohon

d = Diameter pohon

t = Tinggi total pohon

fk = Faktor koreksi

n = Jumlah pohon

4.2 Pembahasan

Metode yang dikembangkan dalam kegiatan inventarisasi hutan baik teknik

pengambilan data, penggunaan bentuk unit contoh, maupun pengolahan

datanya adalah metode line plot sampling karena tatanan cara dalam

pengambilan contoh hanya dilakukan pada sebagian elemen dari populasi,

tidak semua elemen dalam populasi diukur atau dengan kata lain pendugaan

karakteristik suatu populasi berdasarkan contoh (sample) yang diambil dari

populasi tersebut yang digunakan untuk memperoleh nilai dugaan dari

24
populasi yang sedang dipelajari. Cenderung menguntungkan karena

menghemat sumberdaya (biaya, waktu, dan tenaga), kecepatan mendapatkan

informasi (up to date), ruang lingkup (cakupan) lebih luas, data/informasi

yang diperoleh lebih teliti dan mendalam serta pekerjaan lapangan lebih

mudah.

Penentuan metode sampling jalur sistematik berkaitan dengan penandaan

petak ukur pengamatan. Petak ukur ini berbasis pada plot persegi yang

umumnya dibuat tegak lurus garis kontur atau sungai yang mengarah ke

puncak gunung atau bukit agar keragaman karakteristik tegakan yang diukur

dapat terwakili. Adanya penentuan petak ukur ini tidak lepas dari

pengamatan, pengukuran , dan penandaan pohon inti yang meliputi jumlah,

jenis, keliling, diameter, tinggi bebas cabang, tinggi total, dan volume

tegakan pohon.

Kawasan hutan Desa Labuan Kunguma merupakan kawasan hutan alam yang

wilayahnya cukup luas, oleh karena itu diperlukan suatu pengamatan potensi

tegakan hutan. Dan untuk mengetahui potensi tegakan tersebut maka diadakan

inventarisasi hutan dengan melakukan pengamatan, pengukuran, dan penaksiran

dari sampel (contoh) yang diambil.

Dalam praktikum ini kondisi hutan yang ada didesa Labuan Kunguma

termasuk hutan sekunder karena vegetasi dalam hutan dalam proses

perkembangan dan jumlah vegetasi yang masih sedikit.

25
Dari hasil praktikum inventarisasi hutan di hutan produksi Desa Labuan

Kunguma yang telah dilaksanakan diperoleh hasil pengukuran volume rata-rata

pohon dengan pengambilan sampel sebanyak 4 pohon pada petak ukur (plot).

Pada pelaksanaan praktikum yang pertama kali dilakukan adalah menentukan

jalur dan jarak antar jalur dengan menggunakan alat meteran roll, selanjutnya jika

jalur telah ditentukan kemudian menetukan arah jalur dengan menggunakan

kompas bidik. Selanjutnya membuat petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 m.

Setelah petak ukur dibuat selanjutnya mengamati dan menghitung jumlah pohon

yang akan dijadikan sampel, terdapat 4 pohon sampel yang masing-masing akan

dilakukan pengukuran dan penaksiran pada parameter pohon tersebut.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan praktikum dapat

diketahui potensi tegakan pohon dalam hal ini volume pohon dengan

menggunakan plot yang berukuran 20 m x 20 m dengan melakukan pengukuran

atau penaksiran pada parameter pohon yang terdiri dari diameter, tinggi total dan

tinggi bebas cabang, penambahan nilai phi (π (3,14)) dan faktor koreksi (fk (0,7))

adalah sebesar 1,90 m3

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam praktikum ini dapat diketahui selain

potensi tegakan pohon, juga diperoleh volume tegakan rata-rata tiang sebesar 0,08

m3 dan volume rata-rata tegakan pancang sebesar 0,008 m3.

26
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil suatu kesimpulan:

1. Kondisi hutan yang ada didesa Labuan Kunguma termasuk hutan sekunder

karena vegetasi dalam hutan dalam proses perkembangan dan jumlah

vegetasi yang masih sedikit.

2. Sampling merupakan tatanan cara dalam penarikan contoh yang metode

pengukurannya hanya dilakukan pada sebagian elemen dari populasi,

tidak semua elemen dalam populasi diukur atau dengan kata lain

pendugaan karakteristik suatu populasi berdasarkan contoh (sample) yang

diambil dari populasi tersebut yang digunakan untuk memperoleh nilai

dugaan dari populasi yang sedang dipelajari.

3. Pembuatan petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 dan diperoleh 8 hasil

jumlah pohon yang akan dijadikan sampel, dari jenis pohon sebanyak 4,

tiang sebanyak 2, pancang sebanyak 2, dan semai sebanyak 2.

4. Volume rata-rata pohon adalah sebesar 1,90 m3. volume tegakan rata-rata

tiang sebesar 0,08 m3 dan volume rata-rata tegakan pancang sebesar 0,008

m3.

5.2 Saran

Untuk kelancaran praktikum berikutnya sebaiknya fasilitas seperti alat dan

bahan yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar hasil yang

diperoleh dalam pengambilan data lebih maksimal dan kesalahan dalam

27
pengambilan data juga dapat berkurang. Selain itu agar praktikum dapat berjalan

dengan maksimal sebaiknya disediakan penuntun praktikum bagi praktikkan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Inventarisasi hutan.2013. www.dephut.go.id

Diakses tanggal 1 Mei 2015

Kadri Wartono Ir., DKK. 1992. Buku Ajar Inventarisasi Hutan. Universitas

Tanjungpura.

Madyana Th. 1989. Macam-macam Bentuk Petak Ukur.Penerbit Djambatan,

Jakarta.

Simon H. 2007, Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelayar, Yogyakarta

Usman, H., 2008. Metode Sampling Inventarisasi Hutan. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai