Anda di halaman 1dari 16

INSTITUT

TEKNOLOGI
KALIMANTAN

CRITICAL REVIEW
PENGELOLAAN HUTAN DALAM MENGATASI ALIH FUNGSI
LAHAN HUTAN DI WILAYAH KABUPATEN SUBANG
Mata Kuliah : Tata Guna Lahan
Oleh

DARMARITA PERDANA NUR FAJARINI

08141004
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat ....................................................................................................................... 2

1.4 Sistematika Pembahasan............................................................................................ 2

BAB II. REVIEW TEORI TERKAIT .................................................................................... 3

BAB III. REVIEW JURNAL ................................................................................................ 5

BAB IV. CRITICAL REVIEW ............................................................................................. 11

4.1 Penyajian Jurnal ......................................................................................................... 11

4.2 Substansi Jurnal ......................................................................................................... 11

BAB V. PENUTUP ............................................................................................................ 12

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 12

5.2 Lesson Learned .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

Tata Guna Lahan | i


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Overlay Peta ....................................................................................... 3

Gambar 2. Analisis Kawasan Hutan Kabupaten Subang ................................................... 5

Gambar 3. Peta Identifikasi Alih Fungsi Lahan Kabupaten Subang................................... 9

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penjelasan Kawasan Hutan Hasil Analisis .......................................................... 6

Tata Guna Lahan | ii


PENGELOLAAN HUTAN DALAM MENGATASI ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN DI WILAYAH
KABUPATEN SUBANG
Rahajeng Kusumaningtyas1, Ivan Chofyan2
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Bandung

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Subang, merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki
hutan kota yang cukup luas yaitu 80 hektar (Dinas Tata Ruang, Pemukiman dan
Kebersihan, 2013). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang tahun
2011 menyatakan bahwa kawasan hutan di Kabupaten Subang terbagi kedalam 2 jenis
hutan yaitu hutan lindung dan hutan produksi. Pada dasarnya, hutan di Kabupaten Subang
memiliki berbagai potensi diantaranya yaitu hutan sebagai kawasan resapan air, hutan
sebagai pemasok air bagi masyarakat. Namun, faktanya luas kawasan hutan ini terus
berkurang. Kawasan hutan di Kabupaten Subang beralih fungsi menjadi berbagai fungsi
seperti menjadi fungsi kawasan industri, kawasan permukiman, perhotelan dan lain- lain.
Alih fungsi lahan pada wilayah selatan di Kabupaten Subang terjadi sekitar tahun
1997-1998 yang disebabkan oleh masalah krisis ekonomi sehingga pemerintah memberikan
izin untuk memanfaatkan lahan resapan air yang telah dipersiapkan oleh pihak perhutani.
Permasalahan tidak hanya secara fungsional dan fisik semata namun lebih kompleks
sehingga berkaitan dengan dimensi kehidupan masyarakat. Dalam jangka waktu panjang
alih fungsi lahan akan menimbulkan masalah ekologi. Oleh sebab itu diperlukan
pengelolaan hutan yang tepat serta kebijakan yang dapat mengatasi alih fungsi lahan.
Sehubungan dengan hal tersebut, hutan merupakan salah satu kawasan yang
penting untuk keberlangsungan kehidupan manusia. Dalam jurnal yang berjudul
Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan Di Wilayah Kabupaten
Subang, membahas dan mengkaji tentang pengelolaan hutan dalam mengatasi alih fungsi
lahan di Kabupaten Subang dengan memerhatikan beberapa aspek yang
mempengaruhinya terutama jenis hutan dan peruntukannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah critical review ini adalah
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengelolaan hutan untuk mengatasi alih
fungsi lahan di Kabupaten Subang.
2. Untuk mengetahui hubungan antara permasalahan alih fungsi lahan dengan disiplin
ilmu tata guna lahan.

Tata Guna Lahan | 1


1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah critical review ini adalah
1. Dapat mengetahui tentang permasalahan terkait tata guna lahan
2. Dapat mengetahui hubungan antara alih fungsi lahan dengan tata guna lahan

1.4 Sistematika Pembahasan


Adapun sistemka pembahasan dalam pembuatan makalah critical review ini adalah
BAB I Pendahuluan
Berisi latar belakang, tujuan, manfaat, dan sistematika pembahasan.
BAB II Review Teori Terkait
Berisi tentang teori terkait permasalahan yang ada di dalam jurnal
BAB III Review Jurnal
Berisi pembahasan point-point output atau hasil dari penilitian jurnal
BAB IV Critical Review
Berisi tentang kritik terkait substansi dan penyajian jurnal
BAB V Penutup
Berisi kesimpulan dan juga lesson learned yang dapat diambil dari jurnal tersebut.

Tata Guna Lahan | 2


BAB II. REVIEW TEORI TERKAIT

Landasan teori pada jurnal ini, berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan
dalam teknik menganalisa data. Penelitian ini menggunakan pendekatan spatial analysis,
dengan kebutuhan data sekunder. Dalam jurnal ini, terdapat 3 metode analisis yang
digunakan dalam menganalisa data. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
- Metode analisis keruangan
- Metode perbandingan
- Analisis Alat dan Sarana Pengamanan Hutan
Dari metode analisis yang digunakan, berlandaskan teori-teori yaitu :
1. Metode Analisis Keruangan
Analisis keruangan merupakan metode analisis yang khas dalam geografi karena
merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi dengan menelaah masing-
masing aspek-aspek keruangannya. Analisa keruangan mempelajari perbedaan
lokasi mengenai sifat-sifat penting yang menekankan pada eksistensi ruang (lokasi
dan waktu). Dalam analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran
penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai
keperluan yang telah direncanakan. Proses overlay antara dua atau lebih layer peta
tematik digunakan untuk mendapatkan output baru sesuai dengan kriteria yang
mendukung penelitian. Perangkat software Arc-GIS digunakan untuk mengolah peta
tematik dalam bentuk vektor dan raster. Dengan bantuan software, proses overlay
peta-peta tematik pada analisis keruangan akan dilakukan dengan menggunakan
menu yang terdapat pada software.

Gambar 1. Proses Overlay Peta


Sumber : Jurnal Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan Di Wilayah
Kabupaten Subang

Tata Guna Lahan | 3


2. Metode Perbandingan
Metode ini dibutuhkan untuk mengetahui sebaran terjadinya alih fungsi lahan
berdasarkan deliniasi kawasan hutan dalam kondisi ideal. Metode perbandingan
yang dimaksud adalah membandingkan peta dari sumber yang berbeda.
Perbandingan ini dilakukan dengan pada tiga jenis peta yakni membandingkan peta
berdasarkan hasil analisis (Keppres 32/1990, SK Mentan No.683/Kpts/Um/8/1981),
peta berdasarkan RTRW dan peta berdasarkan kondisi eksisting. Dari perbandingan
ketiga peta ini akan disimpulkan peruntukan lahan yang paling sesuai dengan kondisi
lahan. Adapun metode perbandingan ini dipergunakan dalam menentukan
kekurangan kebutuhan sarana dan prasarana pengamanan Kehutanan.

3. Analisis Alat dan Sarana Pengamanan Hutan


Sarana dan prasarana pengamanan hutan meliputi keseluruhan alat dan sarana
yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan pelaksanaan tugas,
fungsi dan pembinaan polisi kehutanan. Kriteria yang digunakan dalam analisis ini
yakni Peraturan Menteri Kehutanan RI No : P.5/Menhut-II/2010 Tentang Standar
Peralatan Polisi Kehutanan. Metode yang digunakan dalam perhitungan yakni
metode kuantitatif dimana dilakukan pengurangan antara kriteria dengan
ketersediaan alat dan sarana pada tahun eksisting.

Tata Guna Lahan | 4


BAB III. REVIEW JURNAL

Pada penelitian tentang Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan
Hutan Di Wilayah Kabupaten Subang, ruang lingkup wilayah penelitian adalah wilayah
Kabupaten Subang. Analisis Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan
Di Wilayah Kabupaten Subang dibagi menjadi tiga (3) rekapitulasi dalam bentuk peta
analisis dan juga rekomendasi. Pertama adalah peta analisis kawasan hutan yang menjadi
output dari analisis keruangan terkait penentuan kawasan hutan di kabupaten Sumedang.
Hasil penentuan hutan berdasarkan analisis ini dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan
fungsinya, berikut ini merupakan penjelasan masing-masing kawasan hutan di Kabupaten
Subang.

Gambar 2. Analisis Kawasan Hutan Kabupaten Subang


Sumber : Jurnal Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan Di Wilayah
Kabupaten Subang

Tata Guna Lahan | 5


Tabel1. Penjelasan Kawasan Hutan Hasil Analisis
Hasil Analisis
No Kawasan Hutan
Luas Keterangan
1 Hutan Lindung 15.881,65 Ha Kawasan hutan
lindung ini tersebar
pada bagian selatan
(upstream)
Kabupaten Subang.
Kawasan hutan
lindung ini meliputi
Kecamatan
Tanjungsiang,
Kecamatan Cisalak,
Kecamatan Ciater,
Kecamatan
Sagalaherang,
Kecamatan
Serangpanjang,
Kecamatan Dawuan
dan Kecamatan
Cipendeuy.
2 Hutan Konservasi
a. Cagar Alam 2.215,74 Ha Lokasi cagar alam
terdapat di
Kecamatan
Serangpanjang,
Kecamatan
Sagalaherang dan
Kecamatan Ciater
dengan kondisi alam,
baik biota maupun
fisiknya yang masih
asli dan tidak atau
belum diganggu
manusia,serta luas
dan bentuk tertentu

Tata Guna Lahan | 6


agar menunjang
pengelolaan yang
efektif dengan
daerah penyangga
yang cukup luas.
b. Taman Wisata Alam 320,04 Ha Persebaran taman
wisata alam terdapat
di bagian selatan
Subang yaitu
Kecamatan
Sagalaherang dan
sebagian kecil di
Kecamatan Ciater
dengan kondisi
bervegetasi tetap
dengan tumbuhan
dan satwa yang
beragam, memiliki
arsitektur bentang
alam yang baik serta
memiliki akses yang
baik untuk keperluan
pariwisata/rekreasi.
c. Pantai Berhutan Bakau 10.744,94 Ha Hasil penentuan
kawasan pantai
berhutan bakau
dengan kriteria
minimal 130 kali nilai
rata-rata perbedaan
air pasang tertinggi
dan terendah
tahunan diukur dari
garis air surut
terendah ke arah
darat, didapat bahwa
kawasan pantai

Tata Guna Lahan | 7


berhutan bakau yang
harus ditetapkan
adalah sepanjang
6 Km diukur dari air
surut terendah.
Terdapat di bagian
utara Subang.
3 Hutan Produksi 13.275,39 Ha Persebaran kawasan
hutan produksi
terbatas ini terdapat
pada Kecamatan
Ciater, Kecamatan
Kasomalang,
Kecamatan
Jalancagak,
Kecamatana
Sagalaherang,
Kecamatan
Serangpanjang,
Kecamatan Cijambe,
Kecamatan Subang,
Kecamatan Dawuan,
Kecamatan Kalijati
dan Kecamatan
Cipendeuy.

Dari peta analisis kawasan hutan di Kabupaten Subang, diperoleh data yang valid terkait
kawasan hutan hasil overlay dari beberapa peta tematik. Dari data analisis tersebut
didapatkan terdapat tiga (3) kawasan hutan di kabupaten Subang yaitu kawasan hutan
lindung, kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan produksi.
Kedua adalah peta identifikasi alih fungsi hutan di kabupaten Subang. Identifikasi dilakukan
pada setiap kawasan hutan terkait alih fungsinya. Adapaun peta identifiksi alih fungsi lahan
dapat dilihat pada gambar 3.

Tata Guna Lahan | 8


Gambar 3. Peta Identifikasi Alih Fungsi Lahan Kabupaten Subang
Sumber : Jurnal Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan Di Wilayah
Kabupaten Subang, 2012
Berdasarkan peta identifikasi alih fungsi lahan di kabupaten Subang, alih fungsi yang
terjadi pada cagar alam didominasi dengan alih fungsi lahan menjadi kawasan perkebunan
dengan presentase 5,54 % dari keseluruhan kawasan cagar alam. Sedangkan alih fungsi
lahan pada taman wisata alam didominasi dengan fungsi lahan tanah berbatu dengan
presentase sebesar 10,50 % dari keseluruhan kawasan taman wisata alam. Sedangkan alih
fungsi terbesar dalam kawasan konservasi terjadi pada pantai berhutan bakau dengan
presentase sebesar 75,03%. Hal ini yang menyebabkan sering terjadinya banjir air rob di
Kabupaten Subang.
Pada hutan lindung, konversi yang terjadi diatas 50% dimana didominasi oleh alih
fungsi lahan menjadi perkebunan (36,29 %) dan sawah tadah hujan (10,40 %). Fungsi
utama hutan yang menjadi daerah resapan air terganggu sehingga ketersedian air di
kabupaten Subang berkurang serta terjadi banjir di daerah hilir Subang.
Ketiga adalah rekomendasi pengelolaan hutan di kabupaten Subang. Dari analisis
keruangan untuk menentukan kawasan hutan di kabupaten Subang serta identifikasi alih
fungsi hutan didapatkan rekomendasi untuk pengelolaan hutan dalam mengatasi alih fungsi
lahan hutan. Adapun rekomendasi tersebut yakni :

Tata Guna Lahan | 9


- Mempertahankan keberadaaan kawasan cagar alam dan taman wisata dengan
mempertahankan ciri khas pada kedua kawasan tersebut.
- Deliniasi dan penanaman hutan bakau pada konservasi bakau.
- Pengembalian kawasan lindung guna menjaga kestabilan sumber daya alam yang tersedia
di Kabupaten Subang.

Tata Guna Lahan | 10


BAB IV. CRITICAL REVIEW
Pada tinjauan kritis atau yang disebut critical review, dibedakan menjadi dua pada penyajian
(format) jurnal dan substansi jurnal.
4.1 Penyajian Jurnal
Pada jurnal Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan Di
Wilayah Kabupaten Subang output dari analisis yang dihasilkan adalah berupa data spasial
yaitu peta. Namun penjelasan terkait data spasial tersebut hanya menggunakan penjelasan
dalam bentuk paragraf. Jika data tersebut disertakan tabel (contoh pada : BAB II REVIEW
JURNAL) yang berisi data terkait maka dapat memudahkan pembaca dalam memahami dan
mengkorelasikan data pada analisis yang dimaksud. Selain itu redaksi kata yang diambil
masih mempunyai banyak kekurangan sehingga menimbulkan ambiguitas. Terakhir, sumber
data seperti peta tidak disertakan sumber yang jelas dan beberapa data yang kurang
mempunyai sumber yang jelas.
4.2 Substansi Jurnal
Jurnal Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan Di Wilayah
Kabupaten Subang apabila dikaitkan dengan mata kuliah Tata Guna Lahan, masih perlu
dikuatkan pengaruhnya dalam pembahasan/analisis pada jurnal. Analisis yang berkaitan
dengan alih fungsi lahan yang merupakan salah satu permasalahan dalam Tata Guna
Lahan diperkuat dengan adanya analisis keruangan yang menghasilkan peta kawasan
hutan kabupaten Subang dan peta identifikasi alih fungsi lahan (gambar 2 dan 3). Alih fungsi
hutan menjadi lahan perkebunan ataupun sawah tadah hujan ada kaitannya dengan nilai
guna lahan yang merupakan teori yang ada dalam tata guna lahan. Aktivitas ekonomi
(perkebunan dan sawah tadah hujan) menjadikan konversi lahan hutan berhektar-hektar di
kabupaten Subang.
Selain itu, judul jurnal kurang sinkron dengan substansi jurnal. Pada judul di
sebutkan bahwa output adalah pengelolaan hutan yang secara tidak langsung akan
mengarah kepada rekomendasi/kebijakan. Namun hal tersebut kurang ditonjolkan dalam isi
jurnal karena analisis tentang alih fungsi lahan lebih dominan daripada rekomendasi
pengelolaan hutan. Lalu, ada beberapa pernyataan atau fakta yang kurang lengkap
contohnya pada kalimat Presentase alih fungsi lahan terbesar dalam kelompok kawasan
hutan konservasi terjadi pada pantai berhutan bakau dengan presentase sebesar 75,03%
dimana tidak ada penjelasan terkait konversi hutan tersebut digunakan untuk lahan apa. Hal
ini dapat menimbulkan pertanyaan serta kerancuan dalam menganalisis.

Tata Guna Lahan | 11


BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Konversi lahan yang terjadi pada hutan kabupaten Subang daerah selatan dan utara
memiliki prosentase yang cukup besar. Cagar alam terkonversi sebanyak 5,54 % dan taman
wisata terkonversi sebanyak 10,50% menjadi ladang, kebun dan sawah tadah hujan.
Konversi lahan yang cukup besar terjadi pada konversi bakau dimana 75,03% telah beralih
fungsi. Fungsi utama hutan sebagai daerah resapan air menjadi terganggu akibat pengalih
fungsian lahan sebagai ladang, perkebunan dan sawah tadah hujan. Konversi hutan yang
terjadi di kabupaten Subang memiliki faktor ekonomi yang berkaitan dengan nilai lahan.
Perkebunan, ladang serta sawah tadah hujan memiliki nilai tanah yang cukup tinggi
dibandingkan dengan hutan pada umumnya. Hal tersebut di karenakan adanya aktivitas
ekonomi dalam lahan tersebut.
Alih fungsi lahan pada wilayah selatan di Kabupaten Subang terjadi sekitar tahun
1997-1998 yang disebabkan oleh masalah krisis ekonomi sehingga pemerintah memberikan
izin untuk memanfaatkan lahan resapan air yang telah dipersiapkan oleh pihak perhutani.
Akibat rentang waktu yang panjang, maka dampak ekologi sudah dirasakan oleh
masyarakat Subang. Contohnya adalah terjadinya banjir di daerah hilir Subang serta
kurangnya ketersediaan air. Selain itu banjir rob melanda daerah pesisir Subang akibat
konversi kawasan bakau. Walaupun kawasan ladang, hutan dan juga sawah tadah hujan
merupakan lahan terbuka, namun vegetasi yang ada tidak dapat menggantikan fungsi hutan
sebagai daerah resapan air dan penahan banjir.
Rekomendasi penggunaan hutan yang didapatkan adalah yag pertama,
mempertahankan keberadaaan kawasan cagar alam dan taman wisata dengan
mempertahankan ciri khas pada kedua kawasan tersebut. Kedua adalah deliniasi dan
penanaman hutan bakau pada konservasi bakau. Ketiga adalah pengembalian kawasan
lindung guna menjaga kestabilan sumber daya alam yang tersedia di Kabupaten Subang.

5.2 Lesson Learned


Adapun lesson learned atau pelajaran yang dapat diambil dalam critical review jurnal
yang berjudul Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan Di Wilayah
Kabupaten Subang adalah mahasiswa mampu menemukan kolerasi antara teori-teori tata
guna lahan dengan permasalahan yang dihadapi serta alasan-alasan terjadinya sebuah
tindakan. Korelasinya adalah alih fungsi hutan merupakan sala satu permasalaan tata guna
lahan terkait alih fungsi lahan. Salah satu faktor yang terlihat dari konversi hutan tersebut
adalah faktor ekonomi. Hal ini berkaitan dengan nilai suatu lahan. Berdasarkan teori, nilai
lahan ditentukan oleh aktivitas ekonomi yang ada di lahan tersebut. Jika dilihat, konversi

Tata Guna Lahan | 12


hutan di kabupaten Subang digunakan sebagai lahan perkebunan dan sawah tadah hujan.
Terjadi aktivitas ekonomi di kawasan hutan yang semula tidak ada kegiatan ekononomi
apapun.
Selain itu mahasiswa mampu mengembangkan pola berfikir kritis terhadap
penggunaan sebuah metode dalam menganalisis. Seperti halnya penggunaan analisis
keruangan dalam menentukan kawasan hutan di kabupaten Subang. Analisis keruangan
yang dilakukan menggunakan data sekunder yang berupa peta tematik seperti peta
ketinggian tanah, peta kemiringan tanah, peta curah hujan, dll yang di overlay dalam
software Arch GIS. Selanjutnya dari analisis tersebut dihasilkan peta terkait penentuan
kawasan hutan dimana seorang planner atau peneliti dapat mengidentifikasi alih fungsi
hutan yang terjadi di kabupaten Subang. Dengan adanya kaitan serta hubungan
pembahasan jurnal dengan teori-teori tentang tata guna lahan dapat menambah dan
mengasah ilmu serta wawasan dalam mengahadapi dan menyelesaikan permasalahan
sehingga terciptanya solusi dan alternatif yang baik dan tepat guna.
Terkait permasalahan yang ada tentang alih fungsi hutan yang terjadi di kabupaten Subang,
rekomendasi yang ditawarkan adalah sebagai berikut :
- penyelenggaraan evaluasi pembangunan terkait perencanaan yang ada pada dokumen
rencana kabupaten Subang sehingga adanya control dari pemerintah.
- gerakan penanaman kembali pada kawasan pesisir kabupaten Subang sebagai solusi
penahan air rob.
- penerapan metode bahwa masyarakat kabupaten Subang menjadi subjek dalam
pembangunan serta pelestarian lingkungan dimana harapannya adalah dapat menjadi sosial
control terkait permasalahan alih fungsi hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai.
Jurnal Litbang Pertanian 23(1) 2004
Arief, Arifin. 1994. Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Kusumaningtyas, Rahajeng. Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutan
Di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas
Islam Bandung
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan
Kehutanan

Tata Guna Lahan | 13

Anda mungkin juga menyukai