Oleh
RAHMAWATI
1910611120027
FAKULTAS KEHUTANAN
BANJARBARU
2022
2
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan
judul “SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL ACEH” sebagai salah satu tugas mata kuliah
Ekowisata dan Jasa Lingkungan di Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Penulis
juga menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Penulis
1
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
I.1 Latar Belakang................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
I.3 Tujuan Makalah................................................................................ 3
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN............................................................ 4
2.1 Sejarah Kawasan.............................................................................. 4
2.2 Lokasi............................................................................................... 6
2.3 Potensi Kawasan............................................................................... 7
2.4 Kondisi Fisik Kawasan..................................................................... 9
a. Iklim........................................................................................... 10
b. Topografi.................................................................................... 10
c. Gambaran Ekosistem.................................................................. 11
d. Gambaran Umum Permasalahan................................................ 13
BAB III PENUTUP.................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
DAFTAR GAMBAR
4
Nomor Halaman
sebuah wilayah daratan dan perairan yang ditetapkan untuk perlindungan dan
pengawetan keragaman hayati dan sumber daya alam serta budaya terkait, serta
Kawasan Suaka Alam (KSA) merupakan kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
dataran maupun perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
sistem penyangga kehidupan. KSA terdiri dari Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa
1990 adalah sebuah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keunikan dan
pembinaan terhadap habitatnya. SM juga adalah kawasan suaka lama yang mempunyai
ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan
wisata dalam jumlah yang terbatas (menikmat keindahan alam dengan syarat
konservasi yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh.
Kawasan ini merupakan tipe ekosistem hutan rawa gambut yang menjadi kawasan
ekosistem Leuser berada di Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Singkil,
jenis-jenis serta keanekaragaman satwa dan habitatnya, termasuk jenis satwa yang
bersih, pelindung satwa langka, sumber tanaman herbal, dan juga penghasil
produk hutan non kayu serta berfungsi sebagai gudang alam untuk penyimpanan
karbon guna mitigasi dampak pemanasan global. Selain itu, Suaka Margasatwa
Rawa Singkil juga dapat digunakan dalam penelitian ilmiah, dan pemanfaatan
Singkil.
tahun 1998, Rawa Singkil juga ditetapkan sebagai bagian dari Kawasan
konservasi yang sangat penting. Hal ini karena kawasan ini memiliki
hutan Rawa Singkil. Karena itu pada tanggal 26 Februari 1998, area hutan
102.500 ha. Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil terdiri dari hutan
produksi yang berubah status seluas 46.000 ha dan hutan rawa seluas
kawasan suaka tersebut adalah areal HPH PT. Lembah Bakti seluas 19.000
ha dan PT Alas Aceh Perkasa Timber seluas 27.000 ha, yang telah
yaitu Kabupaten Aceh Singkil (bagian utara) dan Kabupaten Aceh Selatan
Selatan yang merupakan bagian dari BKSDA Seksi Wilayah II Aceh. Hal
ini dikarenakan pada saat itu kantor BKSDA Seksi Wilayah II Aceh masih
saat ini, belum ada pengelolaan yang baik terhadap kawasan baik dari
yang sejauh ini telah dilaksanakan oleh BKSDA adalah penetapan tata
status dan fungsi kawasan sejauh ini masih sangat kurang, sebagaimana
Nasional Gunung Leuser dan merupakan jalur migrasi satwa seperti gajah.
dan pemasangan tonggak batas KEL, tidak ada bentuk pengelolaan lainnya
kawasan masih belum terpetakan dengan jelas. Hal ini sedikit banyak
penduduk.
2.2 Lokasi
Singkil (2185 km2) dengan populasi 110.706 jiwa dan kepadatan 50,7
7
km2; 210.071 jiwa, 54,7 jiwa/km2) dan Kota Subulussalam (1.206 km2;
Hutan Rawa Singkil memiliki kekayaan flora yang bernilai biologis dan
lesi- lesi/medang adalah jenis-jenis kayu yang bernilai ekonomis tinggi, dan
sebagian besar kayu-kayu ini berasal dari hutan di sekitar Rawa Singkil. Hal ini
diperkuat juga oleh hasil diskusi (FGD) dengan staf Pemda yang menyatakan
bahwa Singkil dahulu dikenal sebagai penyuplai kayu bernilai ekonomis tinggi
dan kini saat luasan hutan di daerah ini semakin berkurang, suplai kayu yang bisa
Soerianegara (1996) juga menegaskan bahwa hutan rawa juga kaya akan
dan lain lain. Selain kekayaan floranya, jenis-jenis fauna yang terdapat di kawasan
Suaka Margasatwa Rawa Singkil cukup beragam. Setidaknya tiga spesies satwa
Sumatera endemik dan terancam punah dapat ditemukan di kawasan ini, yaitu
memiliki populasi orangutan sebanyak 1500 ekor dan merupakan satu dari tiga
habitat orangutan di Sumatera Utara dan Aceh yang memiliki populasi lebih dari
1000 ekor (Singleton et al., 2004). Selain orangutan sumatera (Pongo abelii),
primata lain yang dapat ditemui di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil
jenis mamalia lainnya yang juga dapat ditemui di kawasan hutan rawa antara lain
rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), dan babi hutan (Sus scrofa).
Beruang madu juga mungkin masih dapat ditemui di beberapa hutan rawa,
sandanglawa (Ciconia stormi) yang tergolong satwa langka, itik sayap putih
satwa terancam menurut IUCN Red List (1994). Daftar jenis-jenis burung yang
terdapat dalam kawasan Rawa Singkil dapat dilihat pada gambar daftar di bawah
ini.
a. Iklim
dari arah barat laut dan barat daya, dan biasanya berlangsung daribulan
Nopember sampai bulan mei setiap tahunnya. Ciri umum iklim tropis
intensitas hujanyang tinggi juga. Suhu udara bulanan berkisar antara 29,6
b. Topografi
Dairi dan Kabupaten Aceh Tenggara. Akibatnya, jenis ekosistem yang terdapat di
daerah ini pun cukup beragam yang berakibat kepada nilai keanekaragaman hayati
yang tinggi. Secara khusus, kecamatan Kuala Baru, Singkil dan Rundeng terletak
di dataran rendah, dengan Kuala Baru Baru dan Singkil berada di daerah pantai
c. Gambaran Ekosistem
12
Sebagai suatu kawasan lahan basah, Rawa Singkil sangatlah unik karena
memiliki berbagai tipe ekosistem yang berbeda, diawali dari ekosistem hutan
beberapa tipe ekosistem yaitu ekosistem pantai, ekosistem hutan rawa, ekosistem
dari ekosistem ini adalah pantai berpasir yang relatif landai dengan vegetasi pes
Untuk Suaka Margasatwa Rawa Singkil, tipe ekosistem ini dapat dijumpai
di sepanjang sungai utama yang melintasi kawasan ini, yaitu Sungai Alas dan
sungai-sungai kecil yang berhulu di sungai ini. Sebagian besar desa-desa yang
menjadi sasaran dalam kegiatan Kampanye Bangga Aceh Singkil, memiliki tipe
ekosistem ini, terutama masyarakat kecamatan Kuala Baru dan Rundeng. Hutan
rawa memiliki fungsi yang penting tidak hanya bagi masyarakat yang bermukim
di sekitarnya namun juga bagi masyarakat Aceh Singkil pada umumnya. Beberapa
jenis tumbuhan kayu dengan nilai ekonomi tinggi yang dapat ditemukan dalam
ekosistem hutan rawa di kawasan Rawa Singkil antara lain kayu meranti, kayu
kapur, keruing, damar laut, dan medang. Masyarakat lokal memanfaatkan hutan
13
rawa untuk berbagai keperluan, kayunya untuk membuat perahu, rumah, dan kayu
3. Ekosistem sungai
dan Singkil) dan berperan penting bagi kehidupan masyarakat. Hal ini karena
sungai merupakan jalur transportasi, sumber air baku, perikanan, sumber mata
4. Ekosistem buatan
ekosistem perkebunan adalah perkebunan kelapa sawit baik yang dikelola oleh
Aceh Singkil.
lain lain.
14
Baru, ada keraguan di antara mereka, apakah kawasan yang mereka kelola itu
sebagian juga masuk dalam kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Hal ini
secara hukum hingga kini belum dapat dijelaskan, bahkan oleh pihak BKSDA
sebagai pengelola kawasan. Selain itu, saat ini ada upaya pengembangan kawasan
yang terletak di seberang sungai dari pemukiman yang ada saat ini. Kemungkinan
karena tata batas belum jelas, hal ini sulit untuk dicegah. Namun hal ini belum
penduduk dan keberadaan kawasan SM Rawa Singkil. Hal ini berawal dari
Rawa Singkil. Akibatnya rencana proyek ini pun ditolak oleh PPK dan
dalam hal ini BKSDA. Konflik yang muncul akibat tata batas yang belum jelas
keberadaan kawasan.
15
illegal logging di kabupaten Aceh Singkil. Namun rupanya tindakan ini kurang
efektif dan tidak membuat jera para pelaku pembalakan liar ini. Kerusakan hutan
akibat perambahan liar dan aktivitas HPH telah mengakibatkan banjir yang terjadi
beberapa kali di wilayah Singkil dan Trumon (Ahmad, 1999). Informasi dari
Rawa Singkil. Data Bappedalda Kabupaten Aceh Singkil tahun 2004 juga
menunjukkan bahwa Kecamatan Kuala Baru dan Rundeng yang terletak dekat
Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan berada di DAS Alas termasuk daerah rawan
banjir.
2. Konflik manusia-satwa
menyebabkan rusaknya habitat satwa liar. Akibatnya konflik manusia dan satwa
pertanian yang terjadi di beberapa desa di Kecamatan Rundeng. Hal ini terjadi
karena luasan daratan yang selama ini digunakan untuk pemukiman penduduk
berakibat kepada lahan pertanian mereka yang terletak di belakang kampung pun
harus dipindahkan. Selain itu, masyarakat mengaku melakukan konversi lahan ini
karena mereka tidak tahu bahwa areal hutan tersebut merupakan bagian dari
kawasan konservasi.
kelapa sawit masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, ada kemungkinan areal
yang akan dikonversi merupakan bagian dari kawasan suaka margasatwa Rawa
dan pertanian bagi transmigran mengganggu distribusi dan pengendalian air dari
sungai Alas. Permasalahan lainnya yang mungkin timbul akibat perubahan fungsi
pemanfaatan lahan dan air terutama untuk kabupaten Aceh Tenggara, Dairi dan
kelapa sawit membawa dampak hilangnya habitat satwa liar. Hal ini secara
Singkil. Van Schaik et al. (2001) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab
adalah konversi hutan menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Konversi lahan
konsekuensi lain karena tanaman monokultur rentan terhadap hama dan penyakit
tanaman.
5. Pembangunan jalan
Saat ini ada rencana pembangunan jalan yang akan menghubungkan desa-
desa yang ada di sekitar kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil (Kuala Baru –
Rundeng). Di satu sisi, rencana ini bermanfaat bagi masyarakat setempat karena
sumberdaya alam hayati yang ada di dalam kawasan. Hasil penelitian Dessy
lingkungan dan iklim mikro antara daerah tepi jalan dengan bagian tengah hutan.
Selain itu, dampak ekologis yang terjadi akibat pembangunan jalan raya tidak
18
hanya seluas areal hutan yang ditebang, tetapi ditambah dengan 40 m di sepanjang
3.1 Kesimpulan
nasional dapat dilihat dari begitu banyaknya jasa ekosistem yang disediakan oleh
hutan rawa gambut. Sebagai contoh untuk keanekaragaman hayati, Singkil adalah
pemahaman yang harus di berikan kepada masyarakat sekitar kawasan suaka alam
margasatwa Rawa Singkil ini di rasa sangat di perlukan guna menghindari dan
mengatasi konflik yang terjadi seperti konflik batas wilayah, illegal logging,
konflik manusia dengan satwa, konflik Konversi kawasan hutan untuk areal
Ahmad, R. (1999). Hukum Sumber Daya Alam Dalam Sector Kehutanan. Sinar
Grafika. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. (2004). Kabupaten Aceh Singkil dalam Angka 2004.
Singkil: BPS.
Schaik, C.P. (1999). Leuser: Biodiversity Values and Threats to Its Integrity.
Dalam Berjuang Mempertahankan Hutan: Kearifan Tradisioanal Masyarakat
Aceh Melestarikan Ekosistem Leuser. Madani Press.
Singleton, I., Wich, S., Husson, S., Stephens, S., Atmoko, S.U., Leighton, M.,
Rosen, N., Traylor-Holzer, K., Lacy, R. & Byers, O. (eds.). (2004).
Orangutan Population and Habitat Viability Assessment: Final Report.
IUCN/SSC Conservation Breeding Specialist Group, Apple Valley, MN.