Oleh :
Salsabila Lady Al’idza Nurin
NIM : 119390003
(Program Studi Arsitektur Lanskap)
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Sasaran ............................................................................................ 3
1.2.1. Tujuan ......................................................................................................... 3
1.2.2. Sasaran ........................................................................................................ 3
1.3. Ruang Lingkup ................................................................................................... 4
1.4. Keluaran ............................................................................................................. 4
BAB II .......................................................................................................................... 5
TAPAK DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ............................................... 5
2.1. Tapak Dalam Kebijakan Penataan Ruang Nasional, Provinsi Dan
Kabupaten/Kota......................................................................................................... 5
2.1.1. Dasar Hukum Penataan Ruang.................................................................... 5
2.1.2. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten Lampung Selatan ............... 6
2.2. Tapak Dalam Kebijakan Pembangunan Sektor Lainnya ................................... 7
2.3. Tapak Dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota......................................................................................................... 8
2.3.1. Peraturan Daerah Lampung Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Lampung ......................... 8
BAB III ....................................................................................................................... 10
KONDISI UMUM DAN ANALISIS TAPAK........................................................ 10
3.1 Analisi Kondisi Umum Sekitar Tapak .............................................................. 10
3.1.1 Lokasi Geografis dan Administratif ........................................................... 10
Gambar 1 Peta Administrasi Provinsi Lampung ................................................. 10
Gambar 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan ................. 11
3.1.2 Aspek Fisik Lingkungan ............................................................................ 12
Gambar 3 Peta Inventarisasi Fisik Lingkungan .................................................. 12
iii
Gambar 4 Peta Analisis Curah Hujan Provinsi Lampung ................................... 12
Gambar 5 Grafik Perkiraan Suhu Lampung Selatan ........................................... 13
Tabel 1 Pengamatan Unsur Iklim Menurut Bulan di Stasiun Meteorologi Radin
Inten II Bandar Lampung, 2020 .......................................................................... 13
Gambar 6 Peta Topografi Kabupaten Lampung Selatan..................................... 14
Gambar 7 Grafik Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut Kabupaten Lampung
Selatan Menurut Kecamatan, 2020 ..................................................................... 14
Gambar 8 Peta Hidrogeologi Kabupaten Lampung Selatan ............................... 15
Gambar 9 Peta Geologi Lampung Selatan .......................................................... 16
Gambar 9 Peta Kerentanan bencana Alam Provinsi Lampung ........................... 17
Gambar 10 Peta Potensi Rawan Bencana Kabupaten Lampung Selatan ............ 18
3.1.3 Aspek Ekologis .......................................................................................... 18
Gambar 11 Peta Inventarisasi Biologis ITERA (Flora Fauna) ........................... 18
Gambar 12 Peta Ekoregion Sumatera ................................................................. 19
Gambar 13 Distribusi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di
Kampus ITERA................................................................................................... 20
Gambar 14 Distribusi Burung di ITERA ........................................................... 20
3.1.4 Aspek Sosial Budaya Dan Ekonomi .......................................................... 21
Gambar 15 Peta Inventarisasi sosial Budaya lingkungan ITERA ...................... 21
3.2 Analisis Tapak................................................................................................... 24
3.2.1 Aspek Fisik Lingkungan ....................................................................... 24
3.2.2 Aspek Ekologis ..................................................................................... 28
3.2.3 Aspek Sosial Budaya Dan Ekonomi ..................................................... 31
3.2.4 Aspek Kepariwisataan................................................................................ 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
Untuk menjadikan lahan ini sebagai obyek wisata diperlukan penataan tapak yang
menunjang fungsi wisata. Pengembangan tapak perlu diarahkan untuk menawarkan
pengalaman wisata yang edukatif. Banyak hal yang harus ditata jika kebun ini akan
dikembangkan sebagai obyek wisata. Untuk itu tujuan utama studi yaitu menyusun
rencana tapak Kawasan kampus ITERA sebagai obyek wisata bernilai edukasi, melalui
identifikasi dan analisis kondisi biofisik tapak dan potensi wisata konservasi edukasi.
Rencana tapak dibuat dengan mempertimbangkan kondisi biofisik agar berkelanjutan,
serta diharapkan mampu menunjang karakter tapak sebagai sebuah kawasan wisata
edukasi.
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Tujuan
1. Menciptakan wisata edukasi berbasis lingkungan/konservasi atau sering
disebut ekoturisme. (SDGs 4)
2. Penambahan luas lahan konservasi, sehingga dapat meningkatkan capaian
serapan karbo. (SDGs 13)
3. Menciptakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan
satwa, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. (SDGs 15)
1.2.2. Sasaran
1.1.Mengedukasi wisatawan secara langsung dengan melihat dan mengenal
lingkungan alam. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Civitas Akademik Institut Teknologi Sumatera dengan kegiatan penelitian /
workshop dan menjalain kerjasama dengan institusi pendidikan dan pemerintah
daerah untuk menambah inovasi dan membantu upaya pendanaan dalam
pembangunan dan pengadaan fasilitas.
1.2.Menciptakan tempat edukasi yang menarik, meningkatkan rasa ingin tahu
masyarakat terhadap pengetahuan tentang alam dan menjaga kelestarian alam.
Dengan mengadakan workshop dan memciptakan tempat penelitian mengenai
flora dan fauna yang terdapat di area konservasi dan mengadakan kontes
fotografi untuk menambah daya Tarik pengunjung.
2.1.Menambahkan spesies tumbuhan untuk meningkatkan keragaman ekosistem
area konservasi yang berfungsi meningkatkan daya serap emisi gas rumah kaca.
2.2. Penggunaan jenis tanaman konservasi dan system penanaman yang tidak
monokultur. Penanaman tidak monokultur dapat meminimalkan risiko
kegagalan akibat seranagan hama dan penyakit tanaman atau system-sistem
terasering.
3.1.Konservasi flora dan fauna dalam upaya pelestarian sumber daya alam
sehingga berpotensi dan menciptakan keindahan alam, dapat dikembangkan
dan dimanfaatkan sebagai objek untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
seperti penelitian yang dapat mendukung ketahanan lingkungan.
3
3.2.Menjalin hubungan antar institusi, misal dengan Dinas Pertanian dan
perkebunan karena dinas ini dapat mendorong untuk memlihara kesuburan dan
kualitas tanah dengan peralihan dari pupuk kimia ke pupuk organik. Dinas
Kehutanan yang memiliki program perlindungan dan konservasi sumber daya
hutan. Sinergi dengan badan usaha milik negara (Seperti PTPN dan
Kehutanan).
1.3. Ruang Lingkup
Hal-hal yang disajikan dalam kajian ini berupa perencanaan kawasan wisata edukasi
konservasi dengan mempertimbangkan indikator-indikator tujuan pembangunan
berkelanjutan (SDGs) yang meliputi konsep dan definisi, inventarisasi, analisis dan
sintesis dan rencana desain.
1.4. Keluaran
4
BAB II
5
1) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
3) Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang; Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Nasional;
4) Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Nasional;
5) Peraruran Daerah Provinsi Lampung No.1 Tahun 2010; dan
6) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 15 Tahun 2012.
2.1.2. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten Lampung Selatan
Dalam Perda RTRW Kabupaten Lampung Selatan, ketentuan pengendalian
pemanfaatan Ruang diatur dalam Pasal 87. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Lampung Selatan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:
1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat
(2) huruf a, menjadi pedoman bagi penyusunan peraturan zonasi oleh
Pemerintah Daerah
2) Ketentuan umum peraturan zonasi meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana.
3) Ketentuan umum peraturan zonasi memuat:
a. Kegiatan yang diizinkan;
b. Kegiatan yang diizinkan bersyarat;
c. Kegiatan yang dilarang;
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
e. Prasarana dan sarana minimum; dan
f. Ketentuan lain-lain.
Pengendalian pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
dilakukan dengan pengaturan zonasi dengan cara mengklasifikasikan rencana
penggunaan ruang, menyiapkan beberapa bentuk perizinan, Pemberian Insentif dan
Disinsentif yang belum terlaksana, Pemberian Sanksi yang hanya dilakukan jika di
perizinan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, pemberian sanksi yang tegas belum
terlaksana.
Faktor pendukung pengembangan wilayah bagi tata ruang Kabupaten Lampung
Selatan mengacu pada Peraturan Daerah No.15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
6
Ruang Wilayah. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan penataan ruang di
Kabupaten Lampung Selatan yaitu cepatnya pertumbuhan berbagai bidang seperti
masalah ekonomi, masalah sosial, masalah daya dukung lingkungan dan masalah tata
ruang, infrastruktur seperti permasalahan infrastruktur bidang daerah tertinggal,
pembangunan infrastruktur bidang sosial, bidang daya dukung lingkungan, pertanian
dan pariwisata, Peraturan perundang-undangannya masih bersifat umum, pertumbuhan
penduduk dan keterbatasan lahan menyebabkan kepadatan penduduk semakin tinggi
sehingga efisiensi pemanfaatan ruang menjadi tuntutan yang dapat dihindari,
kurangnya sumber daya manusia dan pendanaan serta kurangnya pemahaman aparatur
pemerintah mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruangnya.
2.2. Tapak Dalam Kebijakan Pembangunan Sektor Lainnya
Dalam tatanan regulasi, pemerintah Indonesia telah menerbitkan beberapa peraturan
terkait pentingnya mengintegrasikan aspek lingkungan dalam perencanaan dan
implementasi pembangunan, yaitu UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH), UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, dan UU 23/2014
tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan UU 32/2009 tentang PPLH, dijelaskan
bahwa ruang lingkup PPLH terdiri dari perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Integrasi LHK penting untuk
diimplementasikan dalam tahapan perencanaan dan pengendalian pembangunan.
Berdasarkan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, aspek lingkungan memiliki peranan
penting dalam hal penyelenggaraan penataan ruang. Salah satu landasan penting dalam
penyelenggaraan penataan ruang adalah terwujudnya keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan. Berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah,
aspek lingkungan memiliki peranan penting dalam perencanaan pembangunan daerah.
Salah satu amanahnya adalah penyusunan rencana pembangunan daerah perlu
dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif,
terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.
Salah satu regulasi yang telah ditetapkan mengenai pelaksanaan TPB/SDGs adalah
Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian TPB. Berdasarkan
Pasal 2 ayat (2) Perpres 59/2017, dijelaskan bahwa pelaksanaan TPB dimaksudkan
untuk mencapai tujuan mulia, yaitu menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang
mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
7
2.3. Tapak Dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, bahwa yang
dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam, flora dan fauna,
hasilnkarya manusia, serta peninggalan sejarah dan budaya yang merupakan model
baginperkembangan dan peningkatan kepariwisataan di Indonesia. Obyek dan daya
tarik wisatanmenurut Hadiwijoyo (2012:49) dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
Obyek Wisata Alam, Obyek Wisata Sosial Budaya, Obyek Wisata Minat Khusus.
Prioritas pembangunan kabupaten Lampung Selatan Tahun 2022 adalah Peningkatan
kualitas pembangunan infrastruktur untuk pengembangan potensi wilayah dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mengacu pada pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi.
Kebijakan program Tahun 2022 ada 6 program prioritas seperti peningkatan kualitas
pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
penurunan kemiskinan melalui efektifitas bantuan sosial dan peningkatan kerja sektor
pertanian, perikanan, pariwisata, perdagangan maupun UMKM, peningkatan investasi
melalui kemudahan perizinan dan pemenuhan potensi wilayah lingkungan
berkelanjutan.
2.3.1. Peraturan Daerah Lampung Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Lampung
Menimbang : a. Bahwa keadaan alam, flora, dan fauna serta peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni, dan budaya daerah lampung merupakan
sumber daya Tarik wisata dan modal pembangunan kepariwisataan
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
b. Bahwa potensi kepariwisataan Provinsi Lampung harus dikelola dan
dikembangkan guna menunjang pembangunan daerah pada umumnya
dan pembangunan kepariwisataan pada khususnya yang tidak hanya
mengutamakan segi-segi finansial saja, melainkan juga segi-segi
agama, budaya, pendidikan, lingkungam hidup serta ketentraman dan
ketertiban;
c. Bahwa dalam rangka pengembangan potensi kepariwisataan yang
tersebar diseluruh wilayah (laut, daratan, dan pegunungan) mampu
mewujudkan keterpaduan dalam penyelenggaraan dan mendorong
upaya peningkatan kualitas obyek dan daya Tarik wisata serta menjaga
kelestarian lingkungan hidup;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
8
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi
Lampung;
9
BAB III
10
Gambar 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan
(Sumber: Dinas Pengairan dan Permukiman Provinsi Lampung)
Kabupaten Lampung selatan mempunyai daratan kurang lebih seluas 210.974 Ha.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki kantor Pusat Pemerintahan di Kota Kalianda,
yang diresmikan menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Selatan oleh Menteri Dalam
Negeri pada tanggal 11 Februari 1982.
Batas wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan:
1. .Utara : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah & Lampung Timur.
2. Selatan : berbatasan dengan Selat Sunda.
3. Barat : berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran.
4. Timur : berbatasan dengan Laut Jawa.
Lokasi tapak berada di kawasan Kampus ITERA di Jalan Terusan Ryacudu, Way
Huwi, Kec. Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35365. Lokasinya
berada di antara wilayah Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Bandar Lampung.
ITERA terletak pada 5022’06.23’’ lintang selatan dan 105018’38” bujur timur dengan
luas wilayah sebesar 285 Ha. Secara administratif ITERA berbatasan dengan :
1. Bagian Utara : Berbatasan dengan Permukiman Warga (Daerah belakang
wisma ITERA)
2. Bagian Barat : Berbatasan dengan Kantor Polda Lampung dan Permukiman
warga.
3. Bagian Selatan : Berbatasan dengan Jl. Endro Suratmin dan Permukiman
warga.
4. Bagian Timur : Berbatasan dengan Perkebunan karet dan jalan tol trans
sumatera.
11
3.1.2 Aspek Fisik Lingkungan
1. Klimatologi
Iklim diidefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan variabilitas kuantitas yang
relevan dari variabel tertentu (seperti temperatur, curah hujan atau angin), pada
periode waktu tertentu, yang merentang dari bulanan hingga tahunan atau
jutaan tahun.
12
Iklim di Kabupaten Lampung Selatan sama halnya dengan daerah lain di
Indonesia. Akibat pengaruh angin Muson, maka daerah Lampung Selatan tidak
terasa adanya musim peralihan (pancaroba) antara musim kemarau dan musim
hujan.
13
2. Topografi
Gambar 7 Grafik Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut Kabupaten Lampung Selatan Menurut
Kecamatan, 2020
(Sumber: BPS Kabupaten Lampung Selatan)
14
ketinggian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan
beriklim panas.
3. Hidrologi
15
Gambar 9 Peta Geologi Lampung Selatan
(Sumber: Scribd.com By Tenisya Putri)
Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, antara lain:
1. Tanah Latosol. Jenis tanah ini paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten
Lampung Selatan, hampir menutupi seluruh wilayah barat dan sebagian
besar dari bagian tengah. Tanah Latosol berwarna coklat tua sampai
kemerah merahan adalah hasil pelapukan bahan induk komplek turfin
medier. Penyebaran pada daerah bertopografi bergelombang sampai
bergunung.
2. Tanah Podsolik. Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk
turfazam sedimen batuan plutonik yang bersifat asam, tersebar pada
wilayah yang bertopografis berbukit sampai bergunung. Tanah podsolik
berwarna merah kuning, juga terdapat di daerah yang luas, tersebar pada
wilayah bagian utara Kabupaten Lampung Selatan.
3. Tanah Andosol. Jenis tanah ini adalah pelapukan dari bahan induk komplek
turfinmedier dan basah, berwarna coklat sampai coklat kuning.
Penyebarannya terdapat pada daerah bertopografis bergelombang sampai
bergunung. Jenis tanah ini tidak begitu banyak di wilayah Kabupaten
Lampung Selatan.
4. Tanah Hidromorf. Tanah hidromorf adalah hasil pelapukan dari bahan
induk sedimen turfazam sampai entermedier, berwarna kelabu, terdapat
pada daerah datar sampai berombak. Tersebar di wilayah Kabupaten
Lampung Selatan bagian timur.
5. Tanah Alluvial Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk
endapan marine atau endapan sungai-sungai, terdapat pada daerah dengan
bentuk wilayah datar. Tersebar di daerah pantai bagian timur.
Jenis tanah ITERA dikategorikan dalam tanah ultisol masam dengan pH 4,09.
Tanah ultisol memiliki ciri-ciri, bahan induk tanah adalah batuan sedimen
16
masam dan peka terhadap erosi. Ultisol umumnya berwarna kuning kecoklatan
hingga merah.
5. Mitigasi
Bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh alam, non alam atau manusia yang dapat menimbulkan korban jiwa
ataupun merusak lingkungan serta kerugian materil. Lampung sendiri
menempati urutan 14 dari 34 Provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat resiko
tinggi terjadi bencana.
17
Gambar 10 Peta Potensi Rawan Bencana Kabupaten Lampung Selatan
(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Lampung Selatan, 2021)
18
Gambar 12 Peta Ekoregion Sumatera
(Sumber: Perpustakaan Kementrian Lingkungan Hidup)
19
Dari perkebunan karet dan Arboretum ITERA yang didominasi oleh Acacia mangium
hasil dari kegiatan penghijauan. Menurut Sari dkk. (2005); Febrianti dan Sofan (2014),
nilai > 0,8 merupakan daerah dengan tutupan vegetasi/hutan hujan tropis yang tinggi.
ITERA memiliki Kebun Raya seluas seluas 75,52 hektare. Jenis flora yang terdapat di
Kebun Raya Itera yaitu berupa tanaman etnik sumatera . Kebun Raya ITERA juga
sudah memiliki 11.315 tanaman penghijauan yang terdiri dari 109 jenis tanaman, serta
232 tanaman koleksi yang terdiri dari 49 famili, sumbangan Kebun Raya Bogor. Selain
koleksi tumbuhan Kebun Raya ITERA juga sudah memiliki fasilitas embung yang di
tengah-tengahnya memiliki pulau buatan berbentuk Pulau Sumatera, dan labirin yang
menjadi daya tarik tersendiri di Kebun Raya ITERA.
Kombinasi vegetasi rerumputan dan semak memberikan peluang bagi burung. Menurut
Tews et al. (2004), semakin beragam jenis vegetasi di suatu habitat maka akan semakin
mendukung makanan burung sehingga akan mendapatkan berbagai pilihan jenis
makanan.
20
Persebaran burung berdasarkan kondisi vegetasi memiliki kecenderungan bahwa
semakin tinggi nilai vegetasi maka semakin tinggi pula perjumpaan burung. .
Peningkatan perjumpaan burung terjadi dari jenis vegetasi rendah hingga tinggi.
Vegetasi merupakan bagian dari habitat yang menyediakan kebutuhan hewan untuk
tempat berteduh, berkembang biak dan sumber makanan (Fleming, 1992). Menurut
Tews et al. (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat korelasi positif
antara heterogenitas habitat dengan keragaman spesies satwa liar. Perubahan
penggunaan habitat oleh burung sangat dipengaruhi oleh kondisi vegetasi dan
pemilihan penggunaan habitat oleh burung sesuai dengan kebutuhannya (Lambert,
1992; Wiens, 1992).
3.1.4 Aspek Sosial Budaya Dan Ekonomi
21
Provinsi Lampung pada tahun 2021 meiliki jumlah penduduk 9.081.792 jiwa yang
terdiri dari suku asli Lampung sendiri dan transmigran dari daerah Sumatera bagian
lain maupun dari luar pulau Sumatera yang umumnya berasal dari Pulau Jawa.
Lampung memiliki ragam hias berupa batik yang terdiri dari motif Siger, Gajah
Lampung, Kapal, Pohon Hayat, dan Pramadya atau Manggis. Lampung juga memiliki
alat musik khas yaitu Cetik, berasal dari daerah Lampung Barat.
Ujung Pulau Sumatera berbatasan dengan bagian Selatan wilayah kabupaten Lampung
Selatan yang terdapat sebuah Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, yang merupakan
tempat transit penduduk dari Pulau Jawa ke Sumatra dan sebaliknya. Dengan demikian
Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang Pulau Sumatra bagian Selatan.
Penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar dapat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu penduduk asli Lampung dan penduduk pendatang. Penduduk asli
khususnya sub suku Lampung Saibatin (Peminggir) umumnya berkediaman di
sepanjang pesisir pantai. Penduduk sub suku lainnya tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Lampung Selatan.
Salah satu ruas jalan Tol Trans Sumatera yang berada di Provinsi Lampung adalah Tol
Kota Baru. Tol Kota Baru ini terletak di Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan. Tol ini menghubungkan langsung wilayah sekitar pusat Kota Bandar Lampung
dengan jalan tol. Di wilayah sekitar gerbang tol ini terdapat banyak aktivitas seperti
perdagangan dan jasa, permukiman, pendidikan dll. Dengan adanya keberadaan jalan
tol di wilayah tersebut tentunya akan berdampak atau berpengaruh terhadap aktivitas-
aktivitas yang ada di sekitar jalan tol. Selain berpengaruh terhadap beberapa jenis
aktivitas, keberadaan jalan tol tersebut juga berpengaruh terhadap perkembangan
karakteristik jalan-jalan utama penghubung gerbang tol yaitu Jalan Mayjen H.M.
Ryacudu, Jalan Terusan Ryacudu, Jalan Airan Raya, Jalan Endro Suratmin, dan Jalan
Senopati. Dengan keberadaan Tol Kota Baru ini, jumlah kendaraan yang berlalu lalang
di Jalan Mayjen H.M Ryacudu menjadi semakin banyak terutama jenis kendaraan kelas
berat seperti bus-bus antar provinsi, dan truk-truk besar. Semakin banyaknya
kendaraan kelas berat yang melewati jalan tersebut, mengakibatkan kondisi fisik jalan-
jalan utama disekitar Kampus ITERA dan Tol Kota Baru mengalami beberapa
kerusakan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat memungkinkan hierarki jalan-jalan
utama di sekitar Kampus ITERA dan Tol Kota Baru akan mengalami perubahan
menjadi hierarki jalan yang lebih tinggi yaitu jalan yang dapat menampung kendaraan
dengan lebih banyak.
Tabel Klasifikasi eksisting 2020
22
(Sumber: Syahrir Muhammad, Dr. Rahayu Sulistyorini S.T., M.T. dan Shahnaz Nabila Fuady S.T., M.T.
Perkembangan Aktivitas di Wilayah Sekitar Kampus Institut Teknologi Sumatera dan Tol Kota Baru)
Setelah adanya ITERA dan Tol Kota Baru semakin banyak aktivitas permukiman yang
berkembang dan semakin berkembang, tampak banyaK yang awalnya merupakan
lahan kosong berupa seperti pertanian, RTH, perkebunan dll. Perlahan berubah menjadi
lahan terbangun seperi permukiman, perdagangan dan jasa, SPU, Hankam dll. Hal
tersebut menunjukkan dengan kemunculan suatu jaringan baru seperti ITERA dan Tol
Kota Baru memengaruhi aktivitas yang ada di wilayah sekitarnya. Karena dengan
munculnya suatu jaringan baru seperti jaringan transportasi akan membuat peningkatan
tingkat arus pergerakan pada wilayah tersebut dengan semakin besar dan banyak
pergerakann akan memengaruhi berkembangnya aktivitas pada wilayah tersebut
karena untuk memenuhi akan kebutuhan-kebutuhan sehari-hari.
Tabel Data Bentuk Perubahan Lahan Setelah Adanya ITERA dan Tol Kota Baru
23
(sumber: Syahrir Muhammad, Dr. Rahayu Sulistyorini S.T., M.T. dan Shahnaz Nabila Fuady S.T., M.T.
Perkembangan Aktivitas di Wilayah Sekitar Kampus Institut Teknologi Sumatera dan Tol Kota Baru)
24
38Ha. Lokasi lahan berada di bagian belakang kampus ITERA tepatnya
berdekatan dengan gerbang barat ITERA.
25
Secara dominan lahan pada tapak memiliki bentuk yang cukup datar pada
bagian Kebun Raya dikarenakan lahan tersebut merupakan lahan yang sudah
terbangun dan difungsikan, namun pada bagian timur tapak terdapat kontur
yang curam berada di sekitar Embung E. Adapun potensi yang dapat
dikembangkan dari bentuk topografi pada lahan yaitu pada area yang landai
dapat dijadikan sebagai sistem aliran air alami, karena dapat mempermudah
system sirkulasi aliran air. Area cekungan dapat dimanfaatkan sebagai wadah
limpasana air dan menjadi ekosisitem fauna.
3. Geologi dan Tanah
Geologi regional batuan permukaan di tapak merupakan formasi lampung yang
tersusun oleh tufa, batu lempung tufan dan batu pasir tufan. Dari hasil pemetaan
geologi dilokasi penelitian menunjukan adanya sebaran batuan yaitu pasirtuff
yang terdapat di permukaan. Berdasarkan hasil sifat fisik batuan tersebut
merupakan formasi batuan yang dapat menyimpan air namun tidak dalam
jumlah yang cukup besar. (Sumber: Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 1, Januari
2020, 040-04)
Jenis tanah ditapak merupakan tanah jenis aluvial dan tanah latosol. Tanah
alluvial adalah salah satu jenis lapisan tanah yang mengendap dalam jangka
waktu yang relatif lama, lalu terbentuk dari lumpur dan pasir halus yang
terendap oleh air serta menyerap air dalam jumlah yang besar dan mengalami
erosi tanah. Tanah yang tererosi tersebut menyerap unsur nitrogen yang
kemudian dalam siklusnya mengalami pemupukan yang terjadi secara alamiah.
Unsur lainnya dari tanah alluvial ini juga dapat membantu bidang pertanian,
lantaran banyak mengandung unsur zat haranya.
1. Tanah aluvial memiliki warna agak kelabu, warna kelabu ini biasanya terletak
pada daerah pesawahan, sedangkan untuk warna tanah yang tidak terletak pada
daerah pesawahan cenderung memiliki warna yang coklat.
26
2. Tanah aluvial cenderung memi0liki banyak kandungan mineral yang tersimpan
di dalam tanah, karena kemudahannya dalam menyerap air yang menjadikan ia
memiliki banyak mineral dalam tanah.
3. tanah aluvial cenderung mirip dengan tanah liat, meskipun di saat kemarau
tanah aluvial ini cenderung terlihat lebih kering.
4. memiliki Ph tanah yang cukup rendah yaitu Ph tanah aluvial adalah dibawah 6
5. kandungan P dan K pada tanah sangat rendah ketika tanah aluvial ini berada
pada daerah yag memiliki curah hujan yang sangat rendah pula.
Jenis tanah latosol merupakan salah satu jenis tanah yang dikenal dengan sebutan
tanah merah tropis. Jenis tanah latosol lazim ditemukan di daerah tropis yang
kandungan tanahnya memiliki konsentrasi besi dan aluminium oksida yang tinggi.
Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya
lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah
yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada
ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. (sumber:
https://pertanian.uma.ac.id/jenis-tanah/)
27
Fungsinya yaitu sebagai tanah untuk bercocok tanam, menunjang pertumbuhan akar
tumbuhan, supplier unsur hara sebagai penyubur tanaman, dan sebagainya. Kandungan
latosol terdiri dari 5% bahan organik, unsur hara sedang-tinggi, serta solum tebal.
4. Hidrologi
Pada tapak terdapat Embung KRI dan Embung F. Embung yang berada di
ITERA dibangun sebagai upaya konservasi sumber daya air di kampus. Tak
hanya sebagai upaya konservasi sumber daya air. ITERA memiliki 6 embung,
Enam embung ini nantinya akan memiliki fungsi yang berbeda. Di antaranya
yakni sebagai konservasi kura-kura Sumatera, sebagai konservasi flora air
tawar Sumatera, dan sebagai spot olahraga dayung. Selanjutnya yakni sebagai
spot ITERA Camp, sebagai Water Treatment, dan sebagai konservasi ikan
tawar Sumatera.
3.2.2 Aspek Ekologis
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energinya menuju pada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari
semua energy, dalam ekosistem, organisme pada komunitas berkembang
bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem.
Komponen Biotik pada suatu ekosistem adalah makhluk hidup itu sendiri,
sebab ekosistem tak akan pernah terbentuk tanpa adanya makhluk hidup
didalamya. Komponen biotik pada tapak ITERA beragam, terdapat berbagai
28
macam jenis mahkluk hidup diantaranya tumbuhan, pohon, semak, bunga dan
hewan seperti burung, kupu – kupu, serangga dan masih banyak lagi
Komponen Abiotik adalah komponen yang terdiri dari benda-benda bukan
makhluk hidup tetapi ada di sekitar kita, dan ikut mempengaruhi kelangsungan
hidup. Terdapat berbagai komponen abiotic dalam lahan seluas ITERA seperti
embung, Gedung kuliah, kantin, PLTS, kebun raya ITERA, Kebun buah
eduwisata, Sebagai perguruan tinggi yang mengusung konsep forest campus,
Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengembangkan Kebun Raya ITERA
yang lokasiya berada di lingkungan kampus. Kebun raya ITERA yang menjadi
pusat konservasi tumbuhan khas Pulau Sumatera dan Indonesia serta menjadi
pusat penelitian berbagai jenis tumbuhan.
Pada area tapak banyak terdapat pepohonan eksisting dan tumbuhan liar.
Pepohonan eksisting ini dapat dipertahankan. Beberapa vegetasi yang tetep di
pertahankan untuk dijadikan sebagai estetika, pereduksi suara, pengendali
siklus CO2 dan O2 dan lain sebagainya.
1. Vegetasi
29
tanaman, serta 232 tanaman koleksi yang terdiri dari 49 famili, sumbangan
Kebun Raya Bogor. Tanaman koleksi di Kebun Raya ITERA merupakan
tanaman khas kebun raya, yakni tanaman yang memiliki identitas dan
terdokumentasi, serta beberapa tanaman langka seperti teratai raksasa (Victoria
amazonica), tanaman baobab (Adansonia digitata).
Selain koleksi tumbuhan Kebun Raya ITERA juga sudah memiliki fasilitas
embung yang di tengah-tengahnya memiliki pulau buatan berbentuk Pulau
Sumatera, dan labirin yang menjadi daya tarik tersendiri di Kebun Raya
ITERA. Labirin yang kini sudah ditanami tanaman pembatas, nantinya akan
menjadi wahana rekreasi menelusuri jalan rumit dengan pembatas tumbuhan,
hingga pengunjung menemukan jalan keluar. Labirin yang sudah dibangun
adalah satu dari tiga labirin yang akan ada di Kebun Raya ITERA. Meski belum
dapat maksimal menjadi labirin, karena tanaman yang belum memenuhi tinggi
minimal, akan tetapi secara estetika sudah cukup menarik untuk dijadikan
tempat berfoto pengunjung. Kebun Raya ITERA masih akan banyak
membangun fasilitas lain yang mendukung fungsi sebuah kebun raya yakni
menjadi tempat konservasi,penelitian,pendidikan, wisata dan jasa lingkungan.
Seperti mengembangkan fasilitas perkantoran, pusat informasi kebun raya,
penambahan rumah kaca untuk jenis-jenis tanaman khusus seperti anggrek,
serta akan dibangun museum etnobotani sebagai tempat menampilkan
tanaman-tanaman khusus yang memiliki nilai budaya.
2. Fauna
30
Jenis burung yang ditemukan di kawasan ITERA sebanyak 28 jenis dari 17
famili. Spesies dengan nilai kelimpahan tertinggi adalah munia bersisik (54%),
burung pipit pohon eurasia (10,5%), dan burung walet pasifik (7,5%). Munia
bersisik dan burung pipit pohon eurasia memiliki nilai kelimpahan yang tinggi
diduga karena daerah pengamatan ruang terbuka dan vegetasi yang
menyediakan sumber makanan seperti biji-bijian dari rumput dan semak
(MacKinnon et al., 2010). Potensi serangga di kawasan ITERA sangat tinggi
karena adanya perdu dan padang rumput. Kehadiran embung di ITERA juga
mendukung burung walet mencari ikan kecil. Selain itu, burung pipit pohon
eurasia dan burung walet pasifik merupakan burung kosmopolitan yang
memiliki persebaran cukup luas dan memiliki daya adaptasi yang tinggi di
berbagai habitat. Jenis burung ini dapat berasosiasi dengan manusia dan hidup
berkelompok di sekitar pemukiman (Mackinnon et al., 2010).
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa tapak berpotensi untuk dijadikan sebagai
lahan konservasi fauna (burung), sehingga dapat menambah minat dan daya
Tarik untuk wisatawan.
3.2.3 Aspek Sosial Budaya Dan Ekonomi
Lahan ini sebelumnya merupakan lahan perkebunan karet milik PT. Perkebunan
Nusantara VII dan dibeli oleh Pemerintah Provinsi Lampung lalu dihibahkan ke
Kementrian Pendidikan untuk pembangunan ITERA.
Lokasi lahan berada di bagian belakang kampus ITERA tepatnya berdekatan dengan
gerbang barat ITERA, untuk menuju tapak memerlukan waktu sekitar 3 menit dari
Gerbang Utama ITERA dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Pada tapak terdapat jalur pedestrian yang sudah dibangun oleh pihak kampus, dan
terdapat jalur untuk kendaraan dan pejalan kaki di sekitar area tapak. Untuk utilitas
sendiri kelistrikan dan air dari PLN dan PDAM.
Setelah adanya ITERA dan Tol Kota Baru, terjadi perubahan dari segi penggunaan
lahan pada wilayah ITERA dan sekitarnya, di mana yang semula lahan yang ada
didominasi oleh lahan non terbangun sekarang berubah menjadi lahan terbangun
berupa aktivitas perdagangan dan jasa, permukiman, sarana pelayan umum dll.
Kegiatan dari calon penggguna / pengunjung yaitu) terbagi menjadi dua, yaitu kegiatan
di hari produktif (weekday) dan kegiatan di hari libur (weekend). Kegiatan utama calon
pengguna untuk di hari produktif (weekday) akan lebih banyak penggunanya dari
kalangan anak muda khususnya dari mahasiswa ITERA, kegiatan yang dilakukan lebih
mengarah ke arah kegiatan organisasi dan kegiatan akademis seperti diskusi, research,
dan hal-hal yang menyangkut akademik. Untuk di hari libur (weekend) calon pengguna
/ pengunjung Pusat Kegiatan Mahasiswa ITERA (PKM-ITERA) akan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bersantai, seperti jalan-jalan sore, menikmati taman,
berfoto-foto, dan lain-lain.
31
Calon penggunanya dikategorikan berdasarkan status, umur dan jenis kegiatan. Calon
pengguna bangunan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) berstatus antara lain mahasiswa
ITERA, mahasiswa dari kampus lain, dosen, investor, pedagang dan warga setempat
dengan kisaran umur calon pengguna dilihat dari fungsinya sebagai bangunan Pusat
Kegiatan Mahasiswa (PKM), maka dapat disimpulkan calon pengguna berumur rata-
rata antara umur 17 tahun - 50 tahun.
32
ataupun kendaraan pribadi dengan melalui pintu Gerbang Tol Trans Sumatera
dengan jarak 78KM sampai di gerbang tol Kota Baru lalu melanjutkan
perjalanan sekitar 15 menit untuk sampai di ITERA.
Bila wisatawan berasal dari luar Indonesia maka dapat melalui jalur sebagai
berikut :
1. Dari luar negeri
- Alternatif 1 :
Daerah Asal Wisatawan – Bandara Internasional Soekarno Hatta
(Jakarta, Indonesia) – Bandara radin Inten II (Lampung) – ITERA
Wisatawan melakukan penerbangan dari daerah asal lalu transit di
Bandar Internasional Soekarno hatta, Jakarta. Kemudian melanjutkan
penerbangan dengan tujuan Bandara Radin Inten II, Lampung.
Selanjutnya dapat melanjutkan perjalanan ke ITERA dengan
menggunakan transportasi darat milik pribadi atau transportasi online
maupun transportasi umum seperti Taxi bandara dapat melalui Jalan
Lintas Sumatera atau melalui Gerbang Tol natar rua Pelabuhan
Bakauheni-Terbanggi Besar. Dapat juga menggunakan transportasi
umum sperti mikrolet berwarna cokelat jurusan Branti-Bandar
Lampung dengan berhenti bundaran Hajimena dan melanjutkan
perjalan dengan naik mikrolet berwarna biru muda jurusan Rajabasa-
tanjung Karang, lalu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
transportasi online untuk menuju ke ITERA.
- Alternatif 2:
Daerah Asal – Bandar Internasional Soekarno hatta (Jakarta, Indonesia)
– Terminal kampong Rambutan – Pelabuhan Merak – Pelabuhan
Bakauheni – ITERA
Penerbangan dari negara asal dengan tujuan Bandara Internasional
Soekarnoa Hatta (Jakarta, Indonesia) lanjut perjalanan menggunakan
bis ke Terminal kampong rambutan lalu memilih bis ke tujuan
Pelabuhan merak. Kemudian menyebrangi selat sunda menggunakan
kapal laut sampai di pelabuhan bakauheni kemudian dapat
menggunakan taxi atau travel menuju ITERA. Dapat juga menaiki bis
jurusan RajaBasa dan setelah sampai di terminal Rajabasa dapat
melanjutkan dengan menggunakan mikrolet berwarna birumuda
Jurusan rajabasa tanjung karang dan melanjutkan menggunakan
transportasi online menuju ITERA.
33
Daerah asal wisatawan – Terminal rajabasa – Mikrolet Biru –
Transportasi online – ITERA
Wisatawan jika menggunakan bis / angkutan umum lainnya dapat menuju
arah terminal rajabasa kemudian melanjutkan perjalanan dengan
naikmikrolet berwarna biru muda setelah itu dapat menggunakan
transportasi online untuk sampai di ITERA.
Alternatif 2:
Daerah asal wisatawan – stasiun tanjung karang – mikrolet biru –
transportasi online – ITERA
34
Berdasarkan badan pusat statistik kota bandar lampung tahun 2021 banyaknya
sarana dan prasarana umum berupa saran pendidikan (SD, SLTP, SLTA),
sarana keagamaan masjid, mushola, gereja, dan pura) sarana kesehatan (rumah
sakit, puskesmas, dan klinik), pusat perdagangan (pasar tradisional dan super
market), sarana pariwisata (hotel dan taman rekreasi).
(SUMBER: https://bandarlampungkota.go.id )
35
3. Lampung sebagai pusat inkubasi tanaman nusantara, mengembangkan pusat
inkubasi tanaman nusantara dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan
agrowisata nasional
4. Mengelola Lingkungan Hidup untuk kesejahteraan rakyat: a.
Mengarusutamakan lingkungan hidup dalam pengelolaan pembangunan; b.
Mengorientasikan pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat;
c. Mengintegrasikan pengelolaan hutan dengan upaya keterlibatan masyarakat
sekitar hutan
Berdasarkan poin-poin diatas, perencanaan tapak sebagai kawasan wisata edukasi
konservasi flora dan fauna dapat mewujudkan dan membantu dalam pembangunan
guna menunjang kemajuan provinsi Lampung.
36
BAB IV
RENCANA PENGEMBANGAN
37
4.1.4 Rencanan Zonasi Kawasan
4.1.5 Rencanan Aksesibilitas dan Sirkulasi
Aspek aksesibilitas untuk menuju ITERA yaitu apabila wisatawan berasal dari luar
daerah dapat dijangkau melalui alternatif berikut:
Alternatif 1 : Daerah asal wisatawan – Terminal rajabasa – Mikrolet Biru –
Transportasi online – ITERA
Alternatif 2: Daerah asal wisatawan – stasiun tanjung karang – mikrolet biru –
transportasi online – ITERA
Alternatif 3: Daerah Asal Wisatawan – Bandara Internasional Soekarno Hatta (Jakarta,
Indonesia) – Bandara radin Inten II (Lampung) – ITERA
Alternatif 4: Daerah Asal – Bandar Internasional Soekarno hatta (Jakarta, Indonesia) –
Terminal kampong Rambutan – Pelabuhan Merak – Pelabuhan Bakauheni – ITERA
Setelah sampai di ITERA wisatawan dapat menempuh jarak sekitar 3,7 km dari
gerbang utama ITERA dengan estimasi waktu 7-10 menit dengan menggunakan
kendaraan, namun jika jalan kaki memerlukan waktu sekitar 20-30 menit untuk sampai
di lokasi yaitu Kebun Raya ITERA. Namun jika wisatawan dari arah gerbang barat
ITERA hanya menempuh jarak 1,3 km untuk sampai di pintu masuk Kebun Raya
ITERA dengan estimasi waktu sekitar 3-5 menit dengan menggunakan kendaraan
mobil/motor, namun jika jalan kaki dapat memerlukan waktu sekitar 10-15 menit.
4.1.6 Rencana Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kegiatan wisata edukasi berbasis lingkungan, diperlukan adanya
sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan wisata, antara lain yaitu:
Sudah tersedia:
1. Welcome area (gerbang dan ticketing)
2. Visitor center
3. Plaza penerimaan dan signage
4. Amphiteather
5. Restoran
6. Mushola dan toilet
7. Klinik dan galeri herbal
8. Rumah kaca anggrek display
9. Took souvenir dan bibit
10. Kantor pengelola
11. Gedung herbarium
12. Kantor anggrek
13. Pos komando
14. Paranet pembibitan
38
15. Rumah kaca pembibitan
16. Kantor dan gudang pembibitan
Rencana penambahan/pengembangan sarana dan prasarana:
1. Fasilitas transportasi ramah lingkungan dalam kampus, yaitu beberapa unit
odong-odong kampus yang dilengkapi dengan teknologi aplikasi pelacak posisi
odong-odong secara real-time dan penyewaan sepeda atau skuter listrik.
2. Pemandu wisata, dengan lahan yang luas dan faislitas yang beragam perlu
adanya pemandu wisata guna memberi informasi tentang program wisata yang
akan ditempuh dan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
3. Papan petunjuk (signage) berupa: nama taman kehati; denah blok dan sub blok;
daftar nama spesies tumbuhan/tanaman; dan satwa (nama lokal dan ilmiah),
informasi persemaian dan pembenihan tanaman, label setiap pohon berupa:
nomor individu,nama spesies lokal dan ilmiah.
4. Jalan setapak: Desain tapak jalan setapak dibangun dengan lebar maksimal 1
meter dengan menggunakan bahan baku lokal tanpa melakukan pengerasan dan
mengikuti kontur lahan dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti papan
petunjuk yang berisi tentang denah blok, arah lokasi koleksi.
5. Peralatan untuk kegiatan birdwatching seperti peralatan pengamatan, papn
interpretasi, leaflet dan pemandu lapangan.
6. Gazebo/shelter
7. Lokasi parkir kendaraan bagi pengelola dan pengunjung
8. Tempat sampah
4.1.7 Rencana Ruang Terbuka Hijau
4.1.8 Rencanan Tata Vegetasi
4.1.9 Rencanan Mitigasi Bencana
4.1.10 Rencanan Pentahapan Pembangunan (Skenario Pengembangan)
4.1.11 Rencanan Pengendalian Pemanfaatn Ruang
4.1.12 Masterplan (ilustrasi berwarna)
4.1.12 Visualisasi Perencanaan Lanskap
39