Anda di halaman 1dari 43

PERENCANAAN LANSKAP KAWSAN WISATA EDUKASI

KONSERVASI (FLORA DAN FAUNA)

LAPORAN AKHIR STUDIO PERENCANAAN LANSKAP

Karya tulis sebagai salah satu syarat


Kelulusan mata kuliah Studio Perencanaan Lanskap Program Studi Arsitektur
Lanskap
Institut Teknologi Sumatera

Oleh :
Salsabila Lady Al’idza Nurin
NIM : 119390003
(Program Studi Arsitektur Lanskap)

PRODI ARSITEKTUR LANSKAP


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN
KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022
KATA PENGANTAR

Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai agenda pembangunan baru yang


mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca-2015, terutama berkaitan dengan
perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu penipisan sumber daya alam,
kerusakan lingkungan, perubahan iklim, perlindungan sosial,ketahanan pangan dan
energi.
Dalam pendekatan lansekap sumber daya hutan sebagai satu kesatuan ekosistem
merupakan bagian (sub-sistem) yang tidak terpisahkan dari ekosistem yang lebih besar,
yaitu ekosistem bentang alam ekologis (ecological landscape), yang berfungsi sebagai
satu kesatuan analisis dalam perencanaan pengelolaan.
Tujuan penelitian ini ialah menganalisis integrasi indikator SDGs ke dalam
perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh ITERA melalui mahasiswa Prodi
Arsitektur Lanskap dalam Mata Kuliah Studio Perencanaan Lanskap. Lokasi penelitian
di sekitar lahan kampus ITERA guna mengembangkan potensi sumber daya yang ada
di sekitar kampus dan pemanfaatan ruang terbuka sebagai sarana edukasi dan
konservasi.
Topik dari perencanaan ini yaitu Perencanaan Lanskap Kawsan Wisata Edukasi
Konservasi (Flora Dan Fauna). Sehingga lebih terfokus pada Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan / sustainable development Goals (TPB/SDGs) yaitu pada : Goal 4
Pendidikan Berkualitas, ditunjukkan melalui output kegiatan penyelenggaran kawasan
edukasi di ruang terbuka serta kegiatan penelitian dan pengembangan dalam upaya
menciptakan lingkungan pendidikan yang bebas polusi air, udara dan kebisingan. Goal
13 penanganan Perubahan Iklim, mengambil tindakan segera untuk memerangi
perubahan iklim dan dampaknya. mendekarbonasi sistem energi, menjamin energi
bersih untuk semua, dan meningkatkan efisiensi energy. Perubahan iklim berdampak
pada permasalahan lain seperti terganggunya ekosistem laut dan ekosistem darat.
Dengan Penambahan luas lahan konservasi, sehingga dapat menambah luas tutupan
lahan dan meningkatkan capaian serapan karbo. Goal 15 Ekosistem Daratan,
pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus, penelitian dan pengembangan,
rehabilitasi lahan akses terbuka, restorasi ekosistem, dan konservasi flora dan fauna.
Menjaga keanekaragaman hayati, mengembangkan potensi yang ada pada tapak.
Laporan ini menganalisis peran dari Arsitektur Lanskap agar dapat mendorong
peningkatan konservasi pada manusia agar dapat menjaga keanekaragaman hayati flora
dan fauna. Proses perencanaan meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis,
konsep, dan pembuatan rencana tapak. Analisis tapak menggunakan pendekatan
deskriptif dan spasial terhadap komponen lanskap fisik dan bio-fisik serta elemen
wisata edukasi.

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Sasaran ............................................................................................ 3
1.2.1. Tujuan ......................................................................................................... 3
1.2.2. Sasaran ........................................................................................................ 3
1.3. Ruang Lingkup ................................................................................................... 4
1.4. Keluaran ............................................................................................................. 4
BAB II .......................................................................................................................... 5
TAPAK DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ............................................... 5
2.1. Tapak Dalam Kebijakan Penataan Ruang Nasional, Provinsi Dan
Kabupaten/Kota......................................................................................................... 5
2.1.1. Dasar Hukum Penataan Ruang.................................................................... 5
2.1.2. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten Lampung Selatan ............... 6
2.2. Tapak Dalam Kebijakan Pembangunan Sektor Lainnya ................................... 7
2.3. Tapak Dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota......................................................................................................... 8
2.3.1. Peraturan Daerah Lampung Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Lampung ......................... 8
BAB III ....................................................................................................................... 10
KONDISI UMUM DAN ANALISIS TAPAK........................................................ 10
3.1 Analisi Kondisi Umum Sekitar Tapak .............................................................. 10
3.1.1 Lokasi Geografis dan Administratif ........................................................... 10
Gambar 1 Peta Administrasi Provinsi Lampung ................................................. 10
Gambar 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan ................. 11
3.1.2 Aspek Fisik Lingkungan ............................................................................ 12
Gambar 3 Peta Inventarisasi Fisik Lingkungan .................................................. 12

iii
Gambar 4 Peta Analisis Curah Hujan Provinsi Lampung ................................... 12
Gambar 5 Grafik Perkiraan Suhu Lampung Selatan ........................................... 13
Tabel 1 Pengamatan Unsur Iklim Menurut Bulan di Stasiun Meteorologi Radin
Inten II Bandar Lampung, 2020 .......................................................................... 13
Gambar 6 Peta Topografi Kabupaten Lampung Selatan..................................... 14
Gambar 7 Grafik Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut Kabupaten Lampung
Selatan Menurut Kecamatan, 2020 ..................................................................... 14
Gambar 8 Peta Hidrogeologi Kabupaten Lampung Selatan ............................... 15
Gambar 9 Peta Geologi Lampung Selatan .......................................................... 16
Gambar 9 Peta Kerentanan bencana Alam Provinsi Lampung ........................... 17
Gambar 10 Peta Potensi Rawan Bencana Kabupaten Lampung Selatan ............ 18
3.1.3 Aspek Ekologis .......................................................................................... 18
Gambar 11 Peta Inventarisasi Biologis ITERA (Flora Fauna) ........................... 18
Gambar 12 Peta Ekoregion Sumatera ................................................................. 19
Gambar 13 Distribusi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di
Kampus ITERA................................................................................................... 20
Gambar 14 Distribusi Burung di ITERA ........................................................... 20
3.1.4 Aspek Sosial Budaya Dan Ekonomi .......................................................... 21
Gambar 15 Peta Inventarisasi sosial Budaya lingkungan ITERA ...................... 21
3.2 Analisis Tapak................................................................................................... 24
3.2.1 Aspek Fisik Lingkungan ....................................................................... 24
3.2.2 Aspek Ekologis ..................................................................................... 28
3.2.3 Aspek Sosial Budaya Dan Ekonomi ..................................................... 31
3.2.4 Aspek Kepariwisataan................................................................................ 32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah wilayah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dengan memiliki
berbagai jenis flora dan fauna. Terdapat 300 jenis satwa liar dan berbagai satwa
endemik yang hanya ada di Indonesia. Namun Indonesia juga menjadi negara dengan
daftar satwa yang terancam punah. Terdapat 184 jenis mamalia, 119 jenis burung, 32
jenis reptil, 140 jenis ampibi yang terancam punah di Indonesia. Jika dibiarkan maka
bukan tidak mungkin satwa satwa ini manjadi benar benar punah.
Data dari Bappenas menyebutkan tahun 1993 Sumatera memiliki lebih dari 10.000
spesies tumbuhan tingkat tinggi yang mayoritas tumbuh di hutan dataran rendah. Dari
segi fauna, pulau ini paling kaya di Indonesia, karena memiliki 210 spesies mamalia (9
spesies endemik), 580 spesies burung (19 spesies endemik), 194 spesies reptilia, 62
spesies amfibia dan 272 spesies ikan air tawar (30 spesies endemik). Sumatera
merupakan pulau keenam terbesar di dunia, luasnya sekitar 476.000 kilometer persegi
dengan panjang 1.800 kilometer dan lebar 400 kilometer, atau sekitar enam kali luas
Pulau Jawa. . Kekayaan hayati yang terancam punah itu terdiri dari 29 spesies burung,
38 spesias mamalia, 8 spesias amfibia, 12 spesias reptilia, 14 spesies ikan, dan 142
spesies tumbuhan. Sumber : Sinar Harapan (26 Januari 2006)
Tingginya laju pertumbuhan penduduk secara tidak langsung berpengaruh terhadap
segala aspek lingkungan hidup, termasuk memberikan tekanan terhadap
keanekaragaman hayati. Beberapa isu strategis terkait keanekaragaman yang ada di
Provinsi Sumatera yaitu Terjadinya alih fungsi kawasan hutan dan lahan pertanian
produktif untuk kebutuhan pembangunan sektor perumahan, industri, transportasi dan
kebutuhan lahan untuk sektor lainnya.
Terkait dengan persoalan tersebut di atas, diperlukan kajian dalam rangka memberikan
kontribusi pada integrasi indikator SDGs ke dalam perencanaan pembangunan daerah.
Setiap daerah memilki persoalan pembangunan masing-masing, di sisi lain juga
memiliki keterbatasan sumberdaya. SDGs merupakan salahsatu tugas berat bagi daerah
untuk merealisasikannya di dalam perencanaan pembangunan daerah. Oleh sebab itu,
penelitian ini diarahkan untuk menganalisis persoalan dan solusi yang diperlukan
dalam integrasi tersebut baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, khususnya di
Pulau Sumatera, Provinsi Lampung.
Permasalahan yang penting untuk dikaji adalah bagaimana pemerintah daerah
melakukan integrasi indikator SDGs ke dalam perencanaan pembangunan daerah, di
sisi lain pemerintah daerah memiliki kebutuhan terhadap pencapaian visi dan misi
pembangunan daerah, serta menjawab kebutuhan masyarakat. Tidak semua indikator
SDGs relevan di daerah, tidak semua indikator tersedia datanya di daerah, tidak semua
daerah memiliki sumberdaya anggara dan manusia yang memadai, aspirasi masyarakat,
serta masalah lain seperti kepentingan politik pembangunan daerah.
Salah satu regulasi yang telah ditetapkan mengenai pelaksanaan TPB/SDGs adalah
Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian TPB. Berdasarkan
Pasal 2 ayat (2) Perpres 59/2017, dijelaskan bahwa pelaksanaan TPB dimaksudkan
untuk mencapai tujuan mulia, yaitu menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang
mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Pelaksanaan pencapaian TPB/SDGs tersebut perlu diselaraskan dengan
RPJPN dan RPJMN.
Peraturan gubernur tentang rencana aksi daerah tujuan pembangunan berkelanjutan /
Sustainable Development Goals (SDGs) Provinsi Lampung Nomor 19 Tahun 2018
Pasal 1 ayat 5 yaitu : Rencana Aksi Daerah SDGs Provinsi Lampung yang selanjutnya
disingkat dengan RAD TPB/SDGs Provinsi Lampung adalah dokumen rencana aksi
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di provinsi lampung, yang merupakan
komitmen bersama semua pihak, yang bertujuan untuk menjaga peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan
kehidupan social masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan
yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas
kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Peraturan Gubernur Provinsi Lampung Nomor 19 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 7 yaitu :
Akademisi adalah pendidik professional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Upaya mendukung pencapaian TPB/SDGs memiliki tantangan tersendiri untuk dapat
diimplementasikan secara komprehensif. Kenyataan yang ada, jika pembangunan
dapat berjalan dengan baik, maka dapat berdampak pada kondisi lingkungan yang
menjadi rusak. Over eksploitasi alih fungsi lahan, peningkatan pemanfaatan SDA,
peningkatan jumlah penduduk, dapat memberikan dampak terjadinya ketimpangan
antara pembangunan dan lingkungan. Padahal sejatinya, lingkungan juga menjadi
prioritas untuk dijaga dan dipertahankan. Dalam rangka mendukung pencapaian
TPB/SDGs, diperlukan keterlibatan dan sinergitas stakeholder. Stakeholder yang
mendukung pelaksanaan TPB/SDGs terdiri dari empat platform, yaitu: pemerintah dan
parlemen, akademisi dan pakar, filantropi dan pelaku usaha, serta organisasi
kemasyarakatan.

2
Untuk menjadikan lahan ini sebagai obyek wisata diperlukan penataan tapak yang
menunjang fungsi wisata. Pengembangan tapak perlu diarahkan untuk menawarkan
pengalaman wisata yang edukatif. Banyak hal yang harus ditata jika kebun ini akan
dikembangkan sebagai obyek wisata. Untuk itu tujuan utama studi yaitu menyusun
rencana tapak Kawasan kampus ITERA sebagai obyek wisata bernilai edukasi, melalui
identifikasi dan analisis kondisi biofisik tapak dan potensi wisata konservasi edukasi.
Rencana tapak dibuat dengan mempertimbangkan kondisi biofisik agar berkelanjutan,
serta diharapkan mampu menunjang karakter tapak sebagai sebuah kawasan wisata
edukasi.
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Tujuan
1. Menciptakan wisata edukasi berbasis lingkungan/konservasi atau sering
disebut ekoturisme. (SDGs 4)
2. Penambahan luas lahan konservasi, sehingga dapat meningkatkan capaian
serapan karbo. (SDGs 13)
3. Menciptakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan
satwa, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. (SDGs 15)
1.2.2. Sasaran
1.1.Mengedukasi wisatawan secara langsung dengan melihat dan mengenal
lingkungan alam. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Civitas Akademik Institut Teknologi Sumatera dengan kegiatan penelitian /
workshop dan menjalain kerjasama dengan institusi pendidikan dan pemerintah
daerah untuk menambah inovasi dan membantu upaya pendanaan dalam
pembangunan dan pengadaan fasilitas.
1.2.Menciptakan tempat edukasi yang menarik, meningkatkan rasa ingin tahu
masyarakat terhadap pengetahuan tentang alam dan menjaga kelestarian alam.
Dengan mengadakan workshop dan memciptakan tempat penelitian mengenai
flora dan fauna yang terdapat di area konservasi dan mengadakan kontes
fotografi untuk menambah daya Tarik pengunjung.
2.1.Menambahkan spesies tumbuhan untuk meningkatkan keragaman ekosistem
area konservasi yang berfungsi meningkatkan daya serap emisi gas rumah kaca.
2.2. Penggunaan jenis tanaman konservasi dan system penanaman yang tidak
monokultur. Penanaman tidak monokultur dapat meminimalkan risiko
kegagalan akibat seranagan hama dan penyakit tanaman atau system-sistem
terasering.
3.1.Konservasi flora dan fauna dalam upaya pelestarian sumber daya alam
sehingga berpotensi dan menciptakan keindahan alam, dapat dikembangkan
dan dimanfaatkan sebagai objek untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
seperti penelitian yang dapat mendukung ketahanan lingkungan.

3
3.2.Menjalin hubungan antar institusi, misal dengan Dinas Pertanian dan
perkebunan karena dinas ini dapat mendorong untuk memlihara kesuburan dan
kualitas tanah dengan peralihan dari pupuk kimia ke pupuk organik. Dinas
Kehutanan yang memiliki program perlindungan dan konservasi sumber daya
hutan. Sinergi dengan badan usaha milik negara (Seperti PTPN dan
Kehutanan).
1.3. Ruang Lingkup
Hal-hal yang disajikan dalam kajian ini berupa perencanaan kawasan wisata edukasi
konservasi dengan mempertimbangkan indikator-indikator tujuan pembangunan
berkelanjutan (SDGs) yang meliputi konsep dan definisi, inventarisasi, analisis dan
sintesis dan rencana desain.
1.4. Keluaran

4
BAB II

TAPAK DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

2.1. Tapak Dalam Kebijakan Penataan Ruang Nasional, Provinsi Dan


Kabupaten/Kota
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pada UUPR
RTRW Nasional, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota mencakup ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.
Di Kabupaten Lampung Selatan masalah RTRW diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Lampung Selatan Nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lampung Selatan tahun 2011-2031. RTRW Kabupaten Lampung
Selatan 2011-2031 merupakan Penjabaran RTRW Provinsi Lampung 2009-2029 ke
dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kota. RTRW Kota adalah
rencana pengembangan kota yang disiapkan secara teknis dan non-teknis oleh
Pemerintah Daerah yang merupakan rumusan kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi
wilayah kota termasuk ruang di atasnya yang menjadi pedoman pengarahan dan
pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan kota.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten harus memperhatikan:
1. Perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan
ruang kabupaten;
2. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
3. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;
4. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
5. Rencana pembangunan jangka panjang daerah;
6. Rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan
7. Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.
2.1.1. Dasar Hukum Penataan Ruang
Konsep dasar hukum penataan ruang terdapat dalam pembukaan Undang – Undang
Dasar 1945 aliniea ke-4, yang menyatakan “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia”.
Selanjutnya, dalam pasal 33 ayat (3) UndangUndang Dasar 1945 menyatakan “Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Selain itu konsep dasar hukum penataan ruang diatur dalam :

5
1) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
3) Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang; Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Nasional;
4) Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Nasional;
5) Peraruran Daerah Provinsi Lampung No.1 Tahun 2010; dan
6) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 15 Tahun 2012.
2.1.2. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten Lampung Selatan
Dalam Perda RTRW Kabupaten Lampung Selatan, ketentuan pengendalian
pemanfaatan Ruang diatur dalam Pasal 87. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Lampung Selatan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:
1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat
(2) huruf a, menjadi pedoman bagi penyusunan peraturan zonasi oleh
Pemerintah Daerah
2) Ketentuan umum peraturan zonasi meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana.
3) Ketentuan umum peraturan zonasi memuat:
a. Kegiatan yang diizinkan;
b. Kegiatan yang diizinkan bersyarat;
c. Kegiatan yang dilarang;
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
e. Prasarana dan sarana minimum; dan
f. Ketentuan lain-lain.
Pengendalian pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
dilakukan dengan pengaturan zonasi dengan cara mengklasifikasikan rencana
penggunaan ruang, menyiapkan beberapa bentuk perizinan, Pemberian Insentif dan
Disinsentif yang belum terlaksana, Pemberian Sanksi yang hanya dilakukan jika di
perizinan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, pemberian sanksi yang tegas belum
terlaksana.
Faktor pendukung pengembangan wilayah bagi tata ruang Kabupaten Lampung
Selatan mengacu pada Peraturan Daerah No.15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

6
Ruang Wilayah. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan penataan ruang di
Kabupaten Lampung Selatan yaitu cepatnya pertumbuhan berbagai bidang seperti
masalah ekonomi, masalah sosial, masalah daya dukung lingkungan dan masalah tata
ruang, infrastruktur seperti permasalahan infrastruktur bidang daerah tertinggal,
pembangunan infrastruktur bidang sosial, bidang daya dukung lingkungan, pertanian
dan pariwisata, Peraturan perundang-undangannya masih bersifat umum, pertumbuhan
penduduk dan keterbatasan lahan menyebabkan kepadatan penduduk semakin tinggi
sehingga efisiensi pemanfaatan ruang menjadi tuntutan yang dapat dihindari,
kurangnya sumber daya manusia dan pendanaan serta kurangnya pemahaman aparatur
pemerintah mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruangnya.
2.2. Tapak Dalam Kebijakan Pembangunan Sektor Lainnya
Dalam tatanan regulasi, pemerintah Indonesia telah menerbitkan beberapa peraturan
terkait pentingnya mengintegrasikan aspek lingkungan dalam perencanaan dan
implementasi pembangunan, yaitu UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH), UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, dan UU 23/2014
tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan UU 32/2009 tentang PPLH, dijelaskan
bahwa ruang lingkup PPLH terdiri dari perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Integrasi LHK penting untuk
diimplementasikan dalam tahapan perencanaan dan pengendalian pembangunan.
Berdasarkan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, aspek lingkungan memiliki peranan
penting dalam hal penyelenggaraan penataan ruang. Salah satu landasan penting dalam
penyelenggaraan penataan ruang adalah terwujudnya keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan. Berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah,
aspek lingkungan memiliki peranan penting dalam perencanaan pembangunan daerah.
Salah satu amanahnya adalah penyusunan rencana pembangunan daerah perlu
dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif,
terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.
Salah satu regulasi yang telah ditetapkan mengenai pelaksanaan TPB/SDGs adalah
Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian TPB. Berdasarkan
Pasal 2 ayat (2) Perpres 59/2017, dijelaskan bahwa pelaksanaan TPB dimaksudkan
untuk mencapai tujuan mulia, yaitu menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang
mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.

7
2.3. Tapak Dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Dan
Kabupaten/Kota
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, bahwa yang
dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata berupa keadaan alam, flora dan fauna,
hasilnkarya manusia, serta peninggalan sejarah dan budaya yang merupakan model
baginperkembangan dan peningkatan kepariwisataan di Indonesia. Obyek dan daya
tarik wisatanmenurut Hadiwijoyo (2012:49) dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
Obyek Wisata Alam, Obyek Wisata Sosial Budaya, Obyek Wisata Minat Khusus.
Prioritas pembangunan kabupaten Lampung Selatan Tahun 2022 adalah Peningkatan
kualitas pembangunan infrastruktur untuk pengembangan potensi wilayah dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mengacu pada pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi.
Kebijakan program Tahun 2022 ada 6 program prioritas seperti peningkatan kualitas
pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
penurunan kemiskinan melalui efektifitas bantuan sosial dan peningkatan kerja sektor
pertanian, perikanan, pariwisata, perdagangan maupun UMKM, peningkatan investasi
melalui kemudahan perizinan dan pemenuhan potensi wilayah lingkungan
berkelanjutan.
2.3.1. Peraturan Daerah Lampung Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Lampung
Menimbang : a. Bahwa keadaan alam, flora, dan fauna serta peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni, dan budaya daerah lampung merupakan
sumber daya Tarik wisata dan modal pembangunan kepariwisataan
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
b. Bahwa potensi kepariwisataan Provinsi Lampung harus dikelola dan
dikembangkan guna menunjang pembangunan daerah pada umumnya
dan pembangunan kepariwisataan pada khususnya yang tidak hanya
mengutamakan segi-segi finansial saja, melainkan juga segi-segi
agama, budaya, pendidikan, lingkungam hidup serta ketentraman dan
ketertiban;
c. Bahwa dalam rangka pengembangan potensi kepariwisataan yang
tersebar diseluruh wilayah (laut, daratan, dan pegunungan) mampu
mewujudkan keterpaduan dalam penyelenggaraan dan mendorong
upaya peningkatan kualitas obyek dan daya Tarik wisata serta menjaga
kelestarian lingkungan hidup;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang

8
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi
Lampung;

9
BAB III

KONDISI UMUM DAN ANALISIS TAPAK

3.1 Analisi Kondisi Umum Sekitar Tapak


3.1.1 Lokasi Geografis dan Administratif

Gambar 1 Peta Administrasi Provinsi Lampung


(Sumber: Peta Bahasa)

Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung


dengan ibu kota kabupaten terletak di Kecamatan Kalianda.
Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105°14’ sampai dengan 105°45’
Bujur Timur dan 5°15’ sampai dengan 6°Lintang Selatan yang merupakan wilayah
kabupaten di Provinsi Lampung yang terletak di ujung Pulau Sumatera. Daerah
Kabupaten Lampung selatan seperti halnya daerah –daerah lain di Indonesia
merupakan daerah tropis. Kabupaten Lampung Selatan bagian selatan meruncing dan
mempunyai sebuah teluk besar yaitu Teluk Lampung.

10
Gambar 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan
(Sumber: Dinas Pengairan dan Permukiman Provinsi Lampung)

Kabupaten Lampung selatan mempunyai daratan kurang lebih seluas 210.974 Ha.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki kantor Pusat Pemerintahan di Kota Kalianda,
yang diresmikan menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Selatan oleh Menteri Dalam
Negeri pada tanggal 11 Februari 1982.
Batas wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan:
1. .Utara : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah & Lampung Timur.
2. Selatan : berbatasan dengan Selat Sunda.
3. Barat : berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran.
4. Timur : berbatasan dengan Laut Jawa.
Lokasi tapak berada di kawasan Kampus ITERA di Jalan Terusan Ryacudu, Way
Huwi, Kec. Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung 35365. Lokasinya
berada di antara wilayah Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Bandar Lampung.
ITERA terletak pada 5022’06.23’’ lintang selatan dan 105018’38” bujur timur dengan
luas wilayah sebesar 285 Ha. Secara administratif ITERA berbatasan dengan :
1. Bagian Utara : Berbatasan dengan Permukiman Warga (Daerah belakang
wisma ITERA)
2. Bagian Barat : Berbatasan dengan Kantor Polda Lampung dan Permukiman
warga.
3. Bagian Selatan : Berbatasan dengan Jl. Endro Suratmin dan Permukiman
warga.
4. Bagian Timur : Berbatasan dengan Perkebunan karet dan jalan tol trans
sumatera.

11
3.1.2 Aspek Fisik Lingkungan

Gambar 3 Peta Inventarisasi Fisik Lingkungan

1. Klimatologi
Iklim diidefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan variabilitas kuantitas yang
relevan dari variabel tertentu (seperti temperatur, curah hujan atau angin), pada
periode waktu tertentu, yang merentang dari bulanan hingga tahunan atau
jutaan tahun.

Gambar 4 Peta Analisis Curah Hujan Provinsi Lampung


(Sumber: BMKG Provinsi Lampung)

12
Iklim di Kabupaten Lampung Selatan sama halnya dengan daerah lain di
Indonesia. Akibat pengaruh angin Muson, maka daerah Lampung Selatan tidak
terasa adanya musim peralihan (pancaroba) antara musim kemarau dan musim
hujan.

Gambar 5 Grafik Perkiraan Suhu Lampung Selatan

Berdasarkan grafik diatas iklim di wilayah lampung selatan berdasarkan badan


administrasi kelautan dan atmosfer pada tahun 2022 rata-rata suhu berkisar
anatara 21°C-32°C. Kecepatan angina berkisar 1m/s-2m/s dengan tekanan
udara rata-rata 1000mb.
Tabel 1 Pengamatan Unsur Iklim Menurut Bulan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Bandar Lampung, 2020

(Sumber: Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung, 2020)


Berdasarkan pengamatan Stasiun Meteorologi Radin Inten II pada tahun 2020
Curah hujan di wilayah Lampung Selatan sepanjang tahun 2020 sangat
berfluktuatif, dimana di awal tahun pada bulan Januari curah hujan mencapai
442,20 mm dengan total mencapai 26 hari hujan turun, yang merupakan curah
hujan dan jumlah hari terbesar di tahun 2020. Sementara pada bulan-bulan
berikutnya sampai dengan bulan Agustus, curah hujan masih berkisar di atas
100 mm, yang menandakan akan terjadi musim kemarau. Namun mendekati
akhir tahun, curah hujan kembali meningkat hingga mencapai 269 mm, yang
merupakan bulan musim penghujan.

13
2. Topografi

Gambar 6 Peta Topografi Kabupaten Lampung Selatan


(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Lampung Selatan)

Secara umum, Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah dataran dengan


ketinggian dari permukaan laut yang bervariasi.

Gambar 7 Grafik Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut Kabupaten Lampung Selatan Menurut
Kecamatan, 2020
(Sumber: BPS Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan Grafik diatas, menunjukkan bahwa daerah dataran tertinggi berada


di Kecamatan Merbau Mataram dengan ketinggian 102 meter dari permukaan
laut (mdpl). Kecamatan Natar dan Kecamatan Katibung sebagai wilayah
terbesar berada pada ketinggian masing-masing 85 mdpl dan 100 mdpl.
Sedangkan kecamatan dengan dataran terendah yaitu Kecamatan Ketapang dan
Kecamatan Bakauheni yang berada di bawah 3 mdpl. Sementara, Kecamatan
Kalianda sebagai ibukota pemerintahan berada pada 33 mdpl. Berdasarkan

14
ketinggian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan
beriklim panas.
3. Hidrologi

Gambar 8 Peta Hidrogeologi Kabupaten Lampung Selatan


(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Lampung Selatan)

Berdasarkan Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


Kabupaten Lampung Selatan, Kondisi Hidrogeologi Kabupaten Lampung
Selatan dapat dilihat dari kondisi Cekungan Air Tanah (CAT). Kondisi CAT
Kabupaten Lampung Selatan, termasuk ke dalam dua cekungan yaitu CAT
Metro-Kotabumi dan CAT Kalianda. CAT Metro–Kotabumi memiliki rata–
rata imbuhan air tanah bebas mencapai ± 11.807.000.000 m3 per tahunnya, dan
imbuhan air tanah yang tertekan pada lapisan aquifernya mencapai ±
524.000.000 m3 per tahunnya. CAT Metro– Kotabumi merupakan CAT yang
dominan di Provinsi Lampung. Sedangkan CAT Kalianda memiliki rata–rata
imbuhan air tanah bebas mencapai ± 128.000.000 m3 per tahunnya, dan
imbuhan air tanah yang tertekan pada lapisan aquifernya hanya ± 11.000.000
m3 per tahunnya. CAT Kalianda hanya merupakan CAT yang jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan CAT Metro–Kotabumi.
Untuk kualitis kebutuhan air yang dapat digunakan, air di daerah Lampung
Selatan khususnya ITERA memiliki kualitas yang cukup baik dan jernih.
4. Geologi dan Tanah

15
Gambar 9 Peta Geologi Lampung Selatan
(Sumber: Scribd.com By Tenisya Putri)

Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, antara lain:
1. Tanah Latosol. Jenis tanah ini paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten
Lampung Selatan, hampir menutupi seluruh wilayah barat dan sebagian
besar dari bagian tengah. Tanah Latosol berwarna coklat tua sampai
kemerah merahan adalah hasil pelapukan bahan induk komplek turfin
medier. Penyebaran pada daerah bertopografi bergelombang sampai
bergunung.
2. Tanah Podsolik. Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk
turfazam sedimen batuan plutonik yang bersifat asam, tersebar pada
wilayah yang bertopografis berbukit sampai bergunung. Tanah podsolik
berwarna merah kuning, juga terdapat di daerah yang luas, tersebar pada
wilayah bagian utara Kabupaten Lampung Selatan.
3. Tanah Andosol. Jenis tanah ini adalah pelapukan dari bahan induk komplek
turfinmedier dan basah, berwarna coklat sampai coklat kuning.
Penyebarannya terdapat pada daerah bertopografis bergelombang sampai
bergunung. Jenis tanah ini tidak begitu banyak di wilayah Kabupaten
Lampung Selatan.
4. Tanah Hidromorf. Tanah hidromorf adalah hasil pelapukan dari bahan
induk sedimen turfazam sampai entermedier, berwarna kelabu, terdapat
pada daerah datar sampai berombak. Tersebar di wilayah Kabupaten
Lampung Selatan bagian timur.
5. Tanah Alluvial Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk
endapan marine atau endapan sungai-sungai, terdapat pada daerah dengan
bentuk wilayah datar. Tersebar di daerah pantai bagian timur.
Jenis tanah ITERA dikategorikan dalam tanah ultisol masam dengan pH 4,09.
Tanah ultisol memiliki ciri-ciri, bahan induk tanah adalah batuan sedimen

16
masam dan peka terhadap erosi. Ultisol umumnya berwarna kuning kecoklatan
hingga merah.
5. Mitigasi
Bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh alam, non alam atau manusia yang dapat menimbulkan korban jiwa
ataupun merusak lingkungan serta kerugian materil. Lampung sendiri
menempati urutan 14 dari 34 Provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat resiko
tinggi terjadi bencana.

Gambar 9 Peta Kerentanan bencana Alam Provinsi Lampung


(Sumber: Jurnal FKIP Universitas Lampung)

Menurut peta pesebaran tingkat kerentanan bencana alam di Provinsi Lampung


yang terdiri dari 15 wilayah Kabupaten/Kota yang didominasi dengan 12
wilayah administrasi berada pada tingkat kerentanan bencana sedang yaitu
Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Barat,
Tanggamus, Pesawaran, Pringsewu, Lampung Utara, Lampung Tengah, Way
Kanan, lampung Timur dan Kota Metro. Sedangkan 3 wilayah lain berada pada
tingkat kerentanan bencana alam tinggi yaitu Kabupaten Lampung Selatan,
Pesisir Barat, dan Kota Bandar Lampung.

17
Gambar 10 Peta Potensi Rawan Bencana Kabupaten Lampung Selatan
(Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Lampung Selatan, 2021)

Kondisi bentang alam Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki wilayah


pantai di bagian barat dan timur yang membentang dengan keberadaan desa-
desa di sepanjang pantai di tengah laut Gunung Krakatau dan Rajabasa dapat
menimbulkan potensi bencana alam baik berupa gempa bumi atau tsunami.
3.1.3 Aspek Ekologis

Gambar 11 Peta Inventarisasi Biologis ITERA (Flora Fauna)

Ekoregion menurut UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindunan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (PPLH), diartikan sebagai wilayah geografis yang memiliki
kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan
alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.

18
Gambar 12 Peta Ekoregion Sumatera
(Sumber: Perpustakaan Kementrian Lingkungan Hidup)

Berdasarkan peta ekoregion Sumatera, Wilayah Provinsi Lampung didominasi oleh


Dataran Kaki Gunung Api. Ekoregion ini merupakan wilayah dataran yang sangat
subur dan berudara sejuk yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal dan ruang hidup
khususnya untuk pertanian dan pemukiman sehingga menurut indeks Jasa Ekosistem
Budaya, Provinsi Lampung memiliki indeks tertinggi sebagai wilayah yang cocok
untuk tempat tinggal dan ruang hidup.
Cakupan wilayah pada satuan ekoregion bentang lahan ini menempati area di sebagian
wilayah Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Selatan, dan Lampung.
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem Komponen
biotik pada tapak ITERA beragam, terdapat berbagai macam jenis mahkluk hidup
diantaranya tumbuhan, pohon, semak, bunga dan hewan seperti burung, kupu – kupu,
seragga,dll. Terdapat berbagai komponen abiotic dalam lahan seluas ITERA seperti
embung, Gedung kuliah, kantin, PLTS, kebun raya ITERA, Kebun buah eduwisata,
dll.
Sebagai perguruan tinggi yang mengusung konsep forest campus, Institut Teknologi
Sumatera (ITERA) mengembangkan Kebun Raya ITERA yang lokasiya berada di
lingkungan kampus. Kebun raya ITERA yang menjadi pusat konservasi tumbuhan khas
Pulau Sumatera dan Indonesia serta menjadi pusat penelitian berbagai jenis tumbuhan.
Vegetasi kawasan ITERA telah berubah sejak pengembangan ITERA dimulai dari
perkebunan karet. Berdasarkan hasil analisis NDVI di seluruh wilayah ITERA
diperoleh rentang nilai NDVI antara 0,64 sampai dengan 0,87. Menurut Prasetyo
(2017), semakin tinggi nilai NDVI maka semakin rapat tutupan lahannya. Tutupan
lahan nonvegetasi berupa embung (danau buatan).

19
Dari perkebunan karet dan Arboretum ITERA yang didominasi oleh Acacia mangium
hasil dari kegiatan penghijauan. Menurut Sari dkk. (2005); Febrianti dan Sofan (2014),
nilai > 0,8 merupakan daerah dengan tutupan vegetasi/hutan hujan tropis yang tinggi.

Gambar 13 Distribusi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) di Kampus ITERA


(Sumber: Journal Of Bird Distribution in Itera Campus Area)

ITERA memiliki Kebun Raya seluas seluas 75,52 hektare. Jenis flora yang terdapat di
Kebun Raya Itera yaitu berupa tanaman etnik sumatera . Kebun Raya ITERA juga
sudah memiliki 11.315 tanaman penghijauan yang terdiri dari 109 jenis tanaman, serta
232 tanaman koleksi yang terdiri dari 49 famili, sumbangan Kebun Raya Bogor. Selain
koleksi tumbuhan Kebun Raya ITERA juga sudah memiliki fasilitas embung yang di
tengah-tengahnya memiliki pulau buatan berbentuk Pulau Sumatera, dan labirin yang
menjadi daya tarik tersendiri di Kebun Raya ITERA.
Kombinasi vegetasi rerumputan dan semak memberikan peluang bagi burung. Menurut
Tews et al. (2004), semakin beragam jenis vegetasi di suatu habitat maka akan semakin
mendukung makanan burung sehingga akan mendapatkan berbagai pilihan jenis
makanan.

Gambar 14 Distribusi Burung di ITERA


(Sumber: Journal Of Bird Distribution in Itera Campus Area)

20
Persebaran burung berdasarkan kondisi vegetasi memiliki kecenderungan bahwa
semakin tinggi nilai vegetasi maka semakin tinggi pula perjumpaan burung. .
Peningkatan perjumpaan burung terjadi dari jenis vegetasi rendah hingga tinggi.
Vegetasi merupakan bagian dari habitat yang menyediakan kebutuhan hewan untuk
tempat berteduh, berkembang biak dan sumber makanan (Fleming, 1992). Menurut
Tews et al. (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat korelasi positif
antara heterogenitas habitat dengan keragaman spesies satwa liar. Perubahan
penggunaan habitat oleh burung sangat dipengaruhi oleh kondisi vegetasi dan
pemilihan penggunaan habitat oleh burung sesuai dengan kebutuhannya (Lambert,
1992; Wiens, 1992).
3.1.4 Aspek Sosial Budaya Dan Ekonomi

Gambar 15 Peta Inventarisasi sosial Budaya lingkungan ITERA

Letak Lokasi Perencanaan berada di perbatasan Bandar Lampung dan Lampung


Selatan. Secara Legalitas ITERA merupakan sebuah perguruan tinggi negeri yang
terdapat di provinsi Lampung di Pulau Sumatera. Lokasinya berada diantara wilayah
Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Bandar Lampung yang didirakan
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 124 Tahun 2014 tentang Pendiran Institut
Teknologi Sumatera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 253)
yang ditetapkan Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 6 Oktober 2014. Selain sebagai perguruan tinggi, ITERA juga membangun
kebun buah seluas +10Ha dikawasan kampus dan memiliki Kebun Raya seluas 75,52
Ha yang menjadi tempat konservasi tumbuham khas sumatera.

21
Provinsi Lampung pada tahun 2021 meiliki jumlah penduduk 9.081.792 jiwa yang
terdiri dari suku asli Lampung sendiri dan transmigran dari daerah Sumatera bagian
lain maupun dari luar pulau Sumatera yang umumnya berasal dari Pulau Jawa.
Lampung memiliki ragam hias berupa batik yang terdiri dari motif Siger, Gajah
Lampung, Kapal, Pohon Hayat, dan Pramadya atau Manggis. Lampung juga memiliki
alat musik khas yaitu Cetik, berasal dari daerah Lampung Barat.

Ujung Pulau Sumatera berbatasan dengan bagian Selatan wilayah kabupaten Lampung
Selatan yang terdapat sebuah Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, yang merupakan
tempat transit penduduk dari Pulau Jawa ke Sumatra dan sebaliknya. Dengan demikian
Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang Pulau Sumatra bagian Selatan.

Jarak antara Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) dengan Pelabuhan Merak


(Provinsi Banten) kurang lebih 30 kilometer, dengan waktu tempuh kapal
penyeberangan sekitar 1,5 jam.

Penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar dapat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu penduduk asli Lampung dan penduduk pendatang. Penduduk asli
khususnya sub suku Lampung Saibatin (Peminggir) umumnya berkediaman di
sepanjang pesisir pantai. Penduduk sub suku lainnya tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Lampung Selatan.
Salah satu ruas jalan Tol Trans Sumatera yang berada di Provinsi Lampung adalah Tol
Kota Baru. Tol Kota Baru ini terletak di Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan. Tol ini menghubungkan langsung wilayah sekitar pusat Kota Bandar Lampung
dengan jalan tol. Di wilayah sekitar gerbang tol ini terdapat banyak aktivitas seperti
perdagangan dan jasa, permukiman, pendidikan dll. Dengan adanya keberadaan jalan
tol di wilayah tersebut tentunya akan berdampak atau berpengaruh terhadap aktivitas-
aktivitas yang ada di sekitar jalan tol. Selain berpengaruh terhadap beberapa jenis
aktivitas, keberadaan jalan tol tersebut juga berpengaruh terhadap perkembangan
karakteristik jalan-jalan utama penghubung gerbang tol yaitu Jalan Mayjen H.M.
Ryacudu, Jalan Terusan Ryacudu, Jalan Airan Raya, Jalan Endro Suratmin, dan Jalan
Senopati. Dengan keberadaan Tol Kota Baru ini, jumlah kendaraan yang berlalu lalang
di Jalan Mayjen H.M Ryacudu menjadi semakin banyak terutama jenis kendaraan kelas
berat seperti bus-bus antar provinsi, dan truk-truk besar. Semakin banyaknya
kendaraan kelas berat yang melewati jalan tersebut, mengakibatkan kondisi fisik jalan-
jalan utama disekitar Kampus ITERA dan Tol Kota Baru mengalami beberapa
kerusakan. Oleh karena itu, hal tersebut dapat memungkinkan hierarki jalan-jalan
utama di sekitar Kampus ITERA dan Tol Kota Baru akan mengalami perubahan
menjadi hierarki jalan yang lebih tinggi yaitu jalan yang dapat menampung kendaraan
dengan lebih banyak.
Tabel Klasifikasi eksisting 2020

22
(Sumber: Syahrir Muhammad, Dr. Rahayu Sulistyorini S.T., M.T. dan Shahnaz Nabila Fuady S.T., M.T.
Perkembangan Aktivitas di Wilayah Sekitar Kampus Institut Teknologi Sumatera dan Tol Kota Baru)

Setelah adanya ITERA dan Tol Kota Baru semakin banyak aktivitas permukiman yang
berkembang dan semakin berkembang, tampak banyaK yang awalnya merupakan
lahan kosong berupa seperti pertanian, RTH, perkebunan dll. Perlahan berubah menjadi
lahan terbangun seperi permukiman, perdagangan dan jasa, SPU, Hankam dll. Hal
tersebut menunjukkan dengan kemunculan suatu jaringan baru seperti ITERA dan Tol
Kota Baru memengaruhi aktivitas yang ada di wilayah sekitarnya. Karena dengan
munculnya suatu jaringan baru seperti jaringan transportasi akan membuat peningkatan
tingkat arus pergerakan pada wilayah tersebut dengan semakin besar dan banyak
pergerakann akan memengaruhi berkembangnya aktivitas pada wilayah tersebut
karena untuk memenuhi akan kebutuhan-kebutuhan sehari-hari.
Tabel Data Bentuk Perubahan Lahan Setelah Adanya ITERA dan Tol Kota Baru

23
(sumber: Syahrir Muhammad, Dr. Rahayu Sulistyorini S.T., M.T. dan Shahnaz Nabila Fuady S.T., M.T.
Perkembangan Aktivitas di Wilayah Sekitar Kampus Institut Teknologi Sumatera dan Tol Kota Baru)

Letak Lokasi Perencanaan berada di perbatasan Bandar Lampung dan Lampung


Selatan. Secara Legalitas ITERA merupakan sebuah perguruan tinggi negeri yang
terdapat di provinsi Lampung di Pulau Sumatera. Lokasinya berada diantara wilayah
Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Bandar Lampung yang didirakan
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 124 Tahun 2014 tentang Pendiran Institut
Teknologi Sumatera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 253)
yang ditetapkan Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 6 Oktober 2014. Selain sebagai perguruan tinggi, ITERA juga membangun
kebun buah seluas +10Ha dikawasan kampus dan memiliki Kebun Raya seluas 75,52
Ha yang menjadi tempat konservasi tumbuham khas sumatera.
3.2 Analisis Tapak
3.2.1 Aspek Fisik Lingkungan
1. Luas dan Batas Fisik
Lokasi tapak berada di kawasan Kampus ITERA di Jl. Terusan Ryacudu, Way
Huwi, Kec. Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, lampung. ITERA
memiliki luas lahan sebesar 275Ha, dimana sebagian laha dari tapak merupakan
Kebun Raya ITERA seluas 48Ha dari 75,52Ha luas seluruh area Kebun Raya,
dan sebagian lahan tapak perencanaan merupakan lahan kosong dengan luas

24
38Ha. Lokasi lahan berada di bagian belakang kampus ITERA tepatnya
berdekatan dengan gerbang barat ITERA.

Gambar 16 Peta analisis batasan wilayah

Luas Lahan Perencanaan : 86 Ha


Batasan Lahan:
 Bagian Utara : Gedung Labtek 5 dan Embung E
 Bagian Barat : Jl. Pangeran Senopati Raya dan Permukiman Warga
 Bagian Selatan : Jl. Endro Suratmin dan permukiman warga
 Bagian Timur : Perkebunan Karet
2. Topografi

Gambar 17 Peta analisis topografi

25
Secara dominan lahan pada tapak memiliki bentuk yang cukup datar pada
bagian Kebun Raya dikarenakan lahan tersebut merupakan lahan yang sudah
terbangun dan difungsikan, namun pada bagian timur tapak terdapat kontur
yang curam berada di sekitar Embung E. Adapun potensi yang dapat
dikembangkan dari bentuk topografi pada lahan yaitu pada area yang landai
dapat dijadikan sebagai sistem aliran air alami, karena dapat mempermudah
system sirkulasi aliran air. Area cekungan dapat dimanfaatkan sebagai wadah
limpasana air dan menjadi ekosisitem fauna.
3. Geologi dan Tanah
Geologi regional batuan permukaan di tapak merupakan formasi lampung yang
tersusun oleh tufa, batu lempung tufan dan batu pasir tufan. Dari hasil pemetaan
geologi dilokasi penelitian menunjukan adanya sebaran batuan yaitu pasirtuff
yang terdapat di permukaan. Berdasarkan hasil sifat fisik batuan tersebut
merupakan formasi batuan yang dapat menyimpan air namun tidak dalam
jumlah yang cukup besar. (Sumber: Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 1, Januari
2020, 040-04)
Jenis tanah ditapak merupakan tanah jenis aluvial dan tanah latosol. Tanah
alluvial adalah salah satu jenis lapisan tanah yang mengendap dalam jangka
waktu yang relatif lama, lalu terbentuk dari lumpur dan pasir halus yang
terendap oleh air serta menyerap air dalam jumlah yang besar dan mengalami
erosi tanah. Tanah yang tererosi tersebut menyerap unsur nitrogen yang
kemudian dalam siklusnya mengalami pemupukan yang terjadi secara alamiah.
Unsur lainnya dari tanah alluvial ini juga dapat membantu bidang pertanian,
lantaran banyak mengandung unsur zat haranya.

Gambar 18 Jenis Tanah Aluvial


(sumber: 99.co)

Ciri-ciri Tanah Aluvial

1. Tanah aluvial memiliki warna agak kelabu, warna kelabu ini biasanya terletak
pada daerah pesawahan, sedangkan untuk warna tanah yang tidak terletak pada
daerah pesawahan cenderung memiliki warna yang coklat.

26
2. Tanah aluvial cenderung memi0liki banyak kandungan mineral yang tersimpan
di dalam tanah, karena kemudahannya dalam menyerap air yang menjadikan ia
memiliki banyak mineral dalam tanah.
3. tanah aluvial cenderung mirip dengan tanah liat, meskipun di saat kemarau
tanah aluvial ini cenderung terlihat lebih kering.
4. memiliki Ph tanah yang cukup rendah yaitu Ph tanah aluvial adalah dibawah 6
5. kandungan P dan K pada tanah sangat rendah ketika tanah aluvial ini berada
pada daerah yag memiliki curah hujan yang sangat rendah pula.

Manfaat Tanah Aluvial


1. Bermanfaat bagi tumbuhan, karena tanahnya kaya akan fosfor yang sangat
bermanfaat bagi tumbuhan
2. Mempermudah irigasi lahan, karena tanahnya yang lembek yang mengandung
banyak kadar air
3. Mempermudah Proses Infiltrasi dalam siklus hidrologi
4. Mampu menyimpan cadangan air sehingga sangat cocok bagi wilayah
persawahan
5. Karena kandungan pH-nya yang rendah sehingga tidak berbahaya bagi
tumbuhan tetapi sulit untuk dibudidayakan
6. Mempermudah penggarapan tanah

Jenis tanah latosol merupakan salah satu jenis tanah yang dikenal dengan sebutan
tanah merah tropis. Jenis tanah latosol lazim ditemukan di daerah tropis yang
kandungan tanahnya memiliki konsentrasi besi dan aluminium oksida yang tinggi.

Gambar 19 Jenis Tanah latosol


(sumber: pengertianku.net)

Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya
lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah
yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada
ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. (sumber:
https://pertanian.uma.ac.id/jenis-tanah/)

27
Fungsinya yaitu sebagai tanah untuk bercocok tanam, menunjang pertumbuhan akar
tumbuhan, supplier unsur hara sebagai penyubur tanaman, dan sebagainya. Kandungan
latosol terdiri dari 5% bahan organik, unsur hara sedang-tinggi, serta solum tebal.

4. Hidrologi

Gambar 20 Peta analisis hidrologi

Pada tapak terdapat Embung KRI dan Embung F. Embung yang berada di
ITERA dibangun sebagai upaya konservasi sumber daya air di kampus. Tak
hanya sebagai upaya konservasi sumber daya air. ITERA memiliki 6 embung,
Enam embung ini nantinya akan memiliki fungsi yang berbeda. Di antaranya
yakni sebagai konservasi kura-kura Sumatera, sebagai konservasi flora air
tawar Sumatera, dan sebagai spot olahraga dayung. Selanjutnya yakni sebagai
spot ITERA Camp, sebagai Water Treatment, dan sebagai konservasi ikan
tawar Sumatera.
3.2.2 Aspek Ekologis
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energinya menuju pada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari
semua energy, dalam ekosistem, organisme pada komunitas berkembang
bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem.
Komponen Biotik pada suatu ekosistem adalah makhluk hidup itu sendiri,
sebab ekosistem tak akan pernah terbentuk tanpa adanya makhluk hidup
didalamya. Komponen biotik pada tapak ITERA beragam, terdapat berbagai

28
macam jenis mahkluk hidup diantaranya tumbuhan, pohon, semak, bunga dan
hewan seperti burung, kupu – kupu, serangga dan masih banyak lagi
Komponen Abiotik adalah komponen yang terdiri dari benda-benda bukan
makhluk hidup tetapi ada di sekitar kita, dan ikut mempengaruhi kelangsungan
hidup. Terdapat berbagai komponen abiotic dalam lahan seluas ITERA seperti
embung, Gedung kuliah, kantin, PLTS, kebun raya ITERA, Kebun buah
eduwisata, Sebagai perguruan tinggi yang mengusung konsep forest campus,
Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengembangkan Kebun Raya ITERA
yang lokasiya berada di lingkungan kampus. Kebun raya ITERA yang menjadi
pusat konservasi tumbuhan khas Pulau Sumatera dan Indonesia serta menjadi
pusat penelitian berbagai jenis tumbuhan.
Pada area tapak banyak terdapat pepohonan eksisting dan tumbuhan liar.
Pepohonan eksisting ini dapat dipertahankan. Beberapa vegetasi yang tetep di
pertahankan untuk dijadikan sebagai estetika, pereduksi suara, pengendali
siklus CO2 dan O2 dan lain sebagainya.
1. Vegetasi

Gambar 21 Peta analisis vegetasi

Lokasi perencanaan merupakan bagian wilayah dari Kebun Raya ITERA


dengan luas lahan kebun Raya yang masuk dalam tapak yaitu 48Ha .
Saat ini, Kebun Raya ITERA berdiri di atas lahan seluas 75,52 hektare, sudah
memiliki beberapa fasilitas pendukung konservasi tumbuhan, seperti rumah
kaca pembibitan, paranet pembibitan, kantor dan gudang pembibitan serta
fasilitas pendukung seperti gerbang dan akses jalan. Kebun Raya ITERA juga
sudah memiliki 11.315 tanaman penghijauan yang terdiri dari 109 jenis

29
tanaman, serta 232 tanaman koleksi yang terdiri dari 49 famili, sumbangan
Kebun Raya Bogor. Tanaman koleksi di Kebun Raya ITERA merupakan
tanaman khas kebun raya, yakni tanaman yang memiliki identitas dan
terdokumentasi, serta beberapa tanaman langka seperti teratai raksasa (Victoria
amazonica), tanaman baobab (Adansonia digitata).
Selain koleksi tumbuhan Kebun Raya ITERA juga sudah memiliki fasilitas
embung yang di tengah-tengahnya memiliki pulau buatan berbentuk Pulau
Sumatera, dan labirin yang menjadi daya tarik tersendiri di Kebun Raya
ITERA. Labirin yang kini sudah ditanami tanaman pembatas, nantinya akan
menjadi wahana rekreasi menelusuri jalan rumit dengan pembatas tumbuhan,
hingga pengunjung menemukan jalan keluar. Labirin yang sudah dibangun
adalah satu dari tiga labirin yang akan ada di Kebun Raya ITERA. Meski belum
dapat maksimal menjadi labirin, karena tanaman yang belum memenuhi tinggi
minimal, akan tetapi secara estetika sudah cukup menarik untuk dijadikan
tempat berfoto pengunjung. Kebun Raya ITERA masih akan banyak
membangun fasilitas lain yang mendukung fungsi sebuah kebun raya yakni
menjadi tempat konservasi,penelitian,pendidikan, wisata dan jasa lingkungan.
Seperti mengembangkan fasilitas perkantoran, pusat informasi kebun raya,
penambahan rumah kaca untuk jenis-jenis tanaman khusus seperti anggrek,
serta akan dibangun museum etnobotani sebagai tempat menampilkan
tanaman-tanaman khusus yang memiliki nilai budaya.
2. Fauna

Gambar 22 Peta analisis Wildlife

30
Jenis burung yang ditemukan di kawasan ITERA sebanyak 28 jenis dari 17
famili. Spesies dengan nilai kelimpahan tertinggi adalah munia bersisik (54%),
burung pipit pohon eurasia (10,5%), dan burung walet pasifik (7,5%). Munia
bersisik dan burung pipit pohon eurasia memiliki nilai kelimpahan yang tinggi
diduga karena daerah pengamatan ruang terbuka dan vegetasi yang
menyediakan sumber makanan seperti biji-bijian dari rumput dan semak
(MacKinnon et al., 2010). Potensi serangga di kawasan ITERA sangat tinggi
karena adanya perdu dan padang rumput. Kehadiran embung di ITERA juga
mendukung burung walet mencari ikan kecil. Selain itu, burung pipit pohon
eurasia dan burung walet pasifik merupakan burung kosmopolitan yang
memiliki persebaran cukup luas dan memiliki daya adaptasi yang tinggi di
berbagai habitat. Jenis burung ini dapat berasosiasi dengan manusia dan hidup
berkelompok di sekitar pemukiman (Mackinnon et al., 2010).
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa tapak berpotensi untuk dijadikan sebagai
lahan konservasi fauna (burung), sehingga dapat menambah minat dan daya
Tarik untuk wisatawan.
3.2.3 Aspek Sosial Budaya Dan Ekonomi
Lahan ini sebelumnya merupakan lahan perkebunan karet milik PT. Perkebunan
Nusantara VII dan dibeli oleh Pemerintah Provinsi Lampung lalu dihibahkan ke
Kementrian Pendidikan untuk pembangunan ITERA.
Lokasi lahan berada di bagian belakang kampus ITERA tepatnya berdekatan dengan
gerbang barat ITERA, untuk menuju tapak memerlukan waktu sekitar 3 menit dari
Gerbang Utama ITERA dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Pada tapak terdapat jalur pedestrian yang sudah dibangun oleh pihak kampus, dan
terdapat jalur untuk kendaraan dan pejalan kaki di sekitar area tapak. Untuk utilitas
sendiri kelistrikan dan air dari PLN dan PDAM.
Setelah adanya ITERA dan Tol Kota Baru, terjadi perubahan dari segi penggunaan
lahan pada wilayah ITERA dan sekitarnya, di mana yang semula lahan yang ada
didominasi oleh lahan non terbangun sekarang berubah menjadi lahan terbangun
berupa aktivitas perdagangan dan jasa, permukiman, sarana pelayan umum dll.
Kegiatan dari calon penggguna / pengunjung yaitu) terbagi menjadi dua, yaitu kegiatan
di hari produktif (weekday) dan kegiatan di hari libur (weekend). Kegiatan utama calon
pengguna untuk di hari produktif (weekday) akan lebih banyak penggunanya dari
kalangan anak muda khususnya dari mahasiswa ITERA, kegiatan yang dilakukan lebih
mengarah ke arah kegiatan organisasi dan kegiatan akademis seperti diskusi, research,
dan hal-hal yang menyangkut akademik. Untuk di hari libur (weekend) calon pengguna
/ pengunjung Pusat Kegiatan Mahasiswa ITERA (PKM-ITERA) akan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bersantai, seperti jalan-jalan sore, menikmati taman,
berfoto-foto, dan lain-lain.

31
Calon penggunanya dikategorikan berdasarkan status, umur dan jenis kegiatan. Calon
pengguna bangunan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) berstatus antara lain mahasiswa
ITERA, mahasiswa dari kampus lain, dosen, investor, pedagang dan warga setempat
dengan kisaran umur calon pengguna dilihat dari fungsinya sebagai bangunan Pusat
Kegiatan Mahasiswa (PKM), maka dapat disimpulkan calon pengguna berumur rata-
rata antara umur 17 tahun - 50 tahun.

3.2.4 Aspek Kepariwisataan


Pengembangan destinasi wisata edukasi konservasi dikaji melalui analisi kepariwitaan
(4A 1C) yaitu attraction, accesibilit, amenity, ancillary, dan community involvement.
1. Attraction
Attraction merupakan alasanutama wisatawan dalam memilih suatu destinasi daripada
yang lain. Attractiondibagimenjadi lima kelompok utama:kebudayaan, alam, event,
rekreasi danhiburan(Vengesayi, 2003). Attraction atau daya tarik merupakan
komponen penting dalam menarik wisatawan. Suatu daerah dapat menjadi daerah
tujuan wisata apabila kondisi mendukung untuk dikembangkan menjadi obyek wisata.
Wisata edukasi atau edutourism adalah suatu program dimana wisatawan
berkunjung ke suatu lokasi wisata dengan tujuan utama untuk memperoleh
pengalaman pembelajaran secara langsung di obyek wisata tersebut. (Rodger,
1998:28). Menurut Direktorat Jenderal PHKA eduoturism merupakan
diversifikasi daya tarik wisata dari wisata alam (ekowisata) yang bertujuan
untuk memperluas dan memperbanyak produk wisata alam (Ditjen PHKA,
2001). Untuk memnuhi hal tersebut maka dapat dikembbangkan konsep dan
rencana atraksi yang akan diterpakan pada tapa, yaitu:
- Sebagai kawasan konservasi flora etnik sumatera, maka atraksi yang akan
dikembangkan ditapak yaitu dapat berupa penelitian tanaman, kegiatan
berfoto di taman estetika kebun raya.
- Konservasi fauna yang berpotensi pada tapak yaitu berupa kegiatan melihat
dan memberi makan burung.
2. Accessibility
Lokasi ITERA sangat strategis karena berada diantara perbatasan 2 kabupaten
yaitu Lampung Selatan da Kota Bandar Lampung sehingga lokasi mudah
dijangkau dari arah dua kabupaten, dan letak ITERA juga berdekatan dengan
gerbang tol Kota baru dengan jarak 3KM. Lokasi tapak berjarak 94 KM dari
kota bandar lampung. Akses menuju ITERA dapat dijangkau menggunakan
kendaraan pribadi dan transportasi online, namun tidak dapat menggunakan
transportasi umum seperti bus dan mikrolet. Secara aksesibilitas tapak hanya
dapat diakses melalui jalur darat, namun jika wisatawan dari luar kota dapat
melalui jalur udara dengan transit di Bandara radin Inten II dan jalur laut transit
di Pelabuhan Bakauheni.
Wisatawan yang melewati jalur laut dengan melakukan penyebrangan dari
merak ke Pelabuhan Bakauheni, wisatawan dapat naik angkutan umum bus

32
ataupun kendaraan pribadi dengan melalui pintu Gerbang Tol Trans Sumatera
dengan jarak 78KM sampai di gerbang tol Kota Baru lalu melanjutkan
perjalanan sekitar 15 menit untuk sampai di ITERA.
Bila wisatawan berasal dari luar Indonesia maka dapat melalui jalur sebagai
berikut :
1. Dari luar negeri
- Alternatif 1 :
Daerah Asal Wisatawan – Bandara Internasional Soekarno Hatta
(Jakarta, Indonesia) – Bandara radin Inten II (Lampung) – ITERA
Wisatawan melakukan penerbangan dari daerah asal lalu transit di
Bandar Internasional Soekarno hatta, Jakarta. Kemudian melanjutkan
penerbangan dengan tujuan Bandara Radin Inten II, Lampung.
Selanjutnya dapat melanjutkan perjalanan ke ITERA dengan
menggunakan transportasi darat milik pribadi atau transportasi online
maupun transportasi umum seperti Taxi bandara dapat melalui Jalan
Lintas Sumatera atau melalui Gerbang Tol natar rua Pelabuhan
Bakauheni-Terbanggi Besar. Dapat juga menggunakan transportasi
umum sperti mikrolet berwarna cokelat jurusan Branti-Bandar
Lampung dengan berhenti bundaran Hajimena dan melanjutkan
perjalan dengan naik mikrolet berwarna biru muda jurusan Rajabasa-
tanjung Karang, lalu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
transportasi online untuk menuju ke ITERA.

- Alternatif 2:
Daerah Asal – Bandar Internasional Soekarno hatta (Jakarta, Indonesia)
– Terminal kampong Rambutan – Pelabuhan Merak – Pelabuhan
Bakauheni – ITERA
Penerbangan dari negara asal dengan tujuan Bandara Internasional
Soekarnoa Hatta (Jakarta, Indonesia) lanjut perjalanan menggunakan
bis ke Terminal kampong rambutan lalu memilih bis ke tujuan
Pelabuhan merak. Kemudian menyebrangi selat sunda menggunakan
kapal laut sampai di pelabuhan bakauheni kemudian dapat
menggunakan taxi atau travel menuju ITERA. Dapat juga menaiki bis
jurusan RajaBasa dan setelah sampai di terminal Rajabasa dapat
melanjutkan dengan menggunakan mikrolet berwarna birumuda
Jurusan rajabasa tanjung karang dan melanjutkan menggunakan
transportasi online menuju ITERA.

2. Dari dalam negeri


Alternatif 1 :

33
Daerah asal wisatawan – Terminal rajabasa – Mikrolet Biru –
Transportasi online – ITERA
Wisatawan jika menggunakan bis / angkutan umum lainnya dapat menuju
arah terminal rajabasa kemudian melanjutkan perjalanan dengan
naikmikrolet berwarna biru muda setelah itu dapat menggunakan
transportasi online untuk sampai di ITERA.
Alternatif 2:
Daerah asal wisatawan – stasiun tanjung karang – mikrolet biru –
transportasi online – ITERA

Tabel analisis jarak dan waktu tempuh menuju tapak

LOKASI JARAK WAKTU TEMPUH


MENUJU MOBIL MOTOR
ITERA
Bandara Radin Inten II 28 km 45 menit (tanpa tol) 40 menit
30 menit (melalui tol)
Pelabuhan bakauheni 84 km 2 jam 30 menit (tanpa tol) 2 jam
1 jam 30 menit (melalui tol)
Stasiun tanjung karang 13 km 40 menit 30 menit
Terminal rajabasa 12 km 30 menit 25 menit
Bandar lampung 9,4 km 15 menit 10 menit
Gerbang Tol kota baru 3 km 10 menit 6 menit
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa akses tercepat
menuju tapak apabila melalui bandara adalah dengan menggunakan
kendaraan pribadi, transportasi online atau taksi bandara tidak
menggunakan mikrolet. Jika dari pelabuhan bakauheni akses tercepat
menuju tapak adalah menggunakan menggunakan kendaraan pribadi,
taksi atau travel karena jika menggunakan bis, wisatawan akan berhenti
dulu di terminal rajabasa dan harus melanjutkan perjalanan lagi dengan
kendaraan umum atau transportasi online.
Jenis – jenis jalan yang dilalui menuju tapak :
1. Jl. Terusan ryacudu : merupakan jalan arteri nasional dibawah
pengelolaan kementrian PUPR. Berlokasi di sekitar depan tapak
2. Jl. Ryacudu : satu jalur dengan Jl. Terusan Ryacudu namun jalan ini
merupakan jalan milik provinsi.
3. Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Pelabuhan Bakauheni – Tebanggi
Besar : merupakan jalan nasional yang diakses untuk menuju ke
tapak.

3. Amenity dan ancillary

34
Berdasarkan badan pusat statistik kota bandar lampung tahun 2021 banyaknya
sarana dan prasarana umum berupa saran pendidikan (SD, SLTP, SLTA),
sarana keagamaan masjid, mushola, gereja, dan pura) sarana kesehatan (rumah
sakit, puskesmas, dan klinik), pusat perdagangan (pasar tradisional dan super
market), sarana pariwisata (hotel dan taman rekreasi).

Tabel jumlah sarana pendidikan, sarana kegamaan, saran kesehatan, sarana


perdagangan dan pariwisata
SARANA SARANA KEAGAMAAN SARANA SARANA SARANA
PENDIDIKAN KESEHATA PERDAGA PARIWISATA
NGAN
SD SLTP SLTA MASJID MUSHOLA GEREJA PURA WIIHARA RS PUSKES KLINIK PASAR HOTEL TAMAN
REKREASI
240 137 130 712 817 44 8 18 19 21 50 115 65 7

(SUMBER: https://bandarlampungkota.go.id )

Berdarakan tabel diatas dapat disimpulkan bahwapenyediaan saran dikota


bandar lampung sudah lengkap dan sesuai untuk menunjang perencanaan
kawasan wisata edukasi konservasi di itera. Dilihat dari jumlah sarana
pendidikan, maka pengunjung yang akan berwisata adalah anak-anak hingga
remaja. Hal ini dapat menjadi potensi pengembangan tapak sebagai area
edukasi wisata dan konservasi.
4. Community involvement
Prinsip dari penyelengaraan tata kelola kepariwisataan yang baik pada intinya
adalah adanya koordinasi antar pemangku kepentingan yang ada serta
keterlibatan partisipasi aktif yang sinergis (terpadu dan saling menguatkan)
antara pihak pemerintah, swasta atau industri pariwisata, dan masyarakat
setempat yang terkait. Wujud partisipasi masyarakat terkait yaitu mengawasi
dan mengontrol pembangunan kepariwisataan yang ada dengan ikut terlibat
dalam menentukan visi, misi dan tujuan pengembangan kepariwisataan,
mengidentifkasi sumber daya yang dilindungi, dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.
3.2.5 Aspek Kebijakan
Berdasarkan RPJMD Pembangunan Lampung 2019 – 2024, diantaranya yatu:
1. Lampung sebagai salah satu tujuan utama wisata Indonesia; a.
Mengembangkan daerah-daerah tujuan wisata unggulan di Lampung; b.
Mengembangkan Lampung sebagai salah satu pusat agrowisata dan ekowisata
Indonesia; c. Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk mendukung
pengembangan pariwisata
2. Lampung kaya Festival, Menjadikan budaya dan kekayaan alam Lampung
sebagai daya tarik festival untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui
pengembangan ekonomi kreatif, merawat kebudayaan lokal dan
mengembangan kesenian serta mendukung meningkatnya kunjungan
wisatawan

35
3. Lampung sebagai pusat inkubasi tanaman nusantara, mengembangkan pusat
inkubasi tanaman nusantara dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan
agrowisata nasional
4. Mengelola Lingkungan Hidup untuk kesejahteraan rakyat: a.
Mengarusutamakan lingkungan hidup dalam pengelolaan pembangunan; b.
Mengorientasikan pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat;
c. Mengintegrasikan pengelolaan hutan dengan upaya keterlibatan masyarakat
sekitar hutan
Berdasarkan poin-poin diatas, perencanaan tapak sebagai kawasan wisata edukasi
konservasi flora dan fauna dapat mewujudkan dan membantu dalam pembangunan
guna menunjang kemajuan provinsi Lampung.

36
BAB IV

RENCANA PENGEMBANGAN

4.1 Rencana Fisik (MasterPlan)


4.1.1 Visi Perencanaan Lanskap
1. Menyediakan sarana informasi dan pembelajaran khususnya mengenai
tanaman etnik sumatera untuk mendorong kepedulian masyarakat terhadap
kelestarian lingkungan.
2. Memberikan pemahaman kepada wisatawan tentang keanekaragaman hayati
yang di miliki kawasan ITERA
3. melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.
4.1.2 Prinsip-Prinsip perencanaan Lanksap
1. Kegiatan wisata yang meminimalisir dampak lingkungan, dan mengedukasi
masyarakat dan wisatawan dalam hal konservasi lingkungan.
2. Tercapainya keseimbangan alam pemanfaatan lahan
3. Mendidik wisatawan dan masyarakat akan pentingnya arti konservasi (proses
pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam)
4. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan tidak membuat dampak
negative pada lingkungan.
4.1.3 Rencanan Struktur Ruang Kawasan
Edu-ecoturism at ITERA merupakan sebuah kawasan wisata, edukasi, dan konservasi
dimana didalam perencanaan tersebut terdapat ruang-ruang kawasan yang dapat
digunakan sebagai sarana pembelajaran yang berbasis wisata alam.
Wisata edukasi sendiri dapat didefinisikan sebagai kegiatan wisata yang dilakukan
oleh wisatawan untuk mendapatkan edukasi dan pembelajaran, seperti study tour ke
sekolah atau universitas, pertukaran pelajar, di mana dapat dilakukan oleh individu
atau grup yang diorganisir (Ritchie, 2003).
Letap tapak yang berada di kawasan Kebun Raya ITERA sehingga dapat mendukung
dan berpotensi dijadikan sebagai kawasan konservasi flora etnik sumatera. Dan
kawasan konservasi fauna berupa konservasi burung yang berpotensi dari adanya
kombinasi vegetasi rerumputan dan semak memberikan peluang bagi burung untuk
mencari makan dengan mudah. Semakin beragam jenis vegetasi di suatu habitat maka
akan semakin mendukung makanan burung sehingga akan mendapatkan berbagai
pilihan jenis makanan. Habitat yang baik untuk kelangsungan hidup burung adalah
habitat yang dapat melindunginya dari gangguan dan dapat menyediakan kebutuhan
sehari-hari (Hernowo dan Prasetyo, 1989)

37
4.1.4 Rencanan Zonasi Kawasan
4.1.5 Rencanan Aksesibilitas dan Sirkulasi
Aspek aksesibilitas untuk menuju ITERA yaitu apabila wisatawan berasal dari luar
daerah dapat dijangkau melalui alternatif berikut:
Alternatif 1 : Daerah asal wisatawan – Terminal rajabasa – Mikrolet Biru –
Transportasi online – ITERA
Alternatif 2: Daerah asal wisatawan – stasiun tanjung karang – mikrolet biru –
transportasi online – ITERA
Alternatif 3: Daerah Asal Wisatawan – Bandara Internasional Soekarno Hatta (Jakarta,
Indonesia) – Bandara radin Inten II (Lampung) – ITERA
Alternatif 4: Daerah Asal – Bandar Internasional Soekarno hatta (Jakarta, Indonesia) –
Terminal kampong Rambutan – Pelabuhan Merak – Pelabuhan Bakauheni – ITERA
Setelah sampai di ITERA wisatawan dapat menempuh jarak sekitar 3,7 km dari
gerbang utama ITERA dengan estimasi waktu 7-10 menit dengan menggunakan
kendaraan, namun jika jalan kaki memerlukan waktu sekitar 20-30 menit untuk sampai
di lokasi yaitu Kebun Raya ITERA. Namun jika wisatawan dari arah gerbang barat
ITERA hanya menempuh jarak 1,3 km untuk sampai di pintu masuk Kebun Raya
ITERA dengan estimasi waktu sekitar 3-5 menit dengan menggunakan kendaraan
mobil/motor, namun jika jalan kaki dapat memerlukan waktu sekitar 10-15 menit.
4.1.6 Rencana Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kegiatan wisata edukasi berbasis lingkungan, diperlukan adanya
sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan wisata, antara lain yaitu:
Sudah tersedia:
1. Welcome area (gerbang dan ticketing)
2. Visitor center
3. Plaza penerimaan dan signage
4. Amphiteather
5. Restoran
6. Mushola dan toilet
7. Klinik dan galeri herbal
8. Rumah kaca anggrek display
9. Took souvenir dan bibit
10. Kantor pengelola
11. Gedung herbarium
12. Kantor anggrek
13. Pos komando
14. Paranet pembibitan

38
15. Rumah kaca pembibitan
16. Kantor dan gudang pembibitan
Rencana penambahan/pengembangan sarana dan prasarana:
1. Fasilitas transportasi ramah lingkungan dalam kampus, yaitu beberapa unit
odong-odong kampus yang dilengkapi dengan teknologi aplikasi pelacak posisi
odong-odong secara real-time dan penyewaan sepeda atau skuter listrik.
2. Pemandu wisata, dengan lahan yang luas dan faislitas yang beragam perlu
adanya pemandu wisata guna memberi informasi tentang program wisata yang
akan ditempuh dan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
3. Papan petunjuk (signage) berupa: nama taman kehati; denah blok dan sub blok;
daftar nama spesies tumbuhan/tanaman; dan satwa (nama lokal dan ilmiah),
informasi persemaian dan pembenihan tanaman, label setiap pohon berupa:
nomor individu,nama spesies lokal dan ilmiah.
4. Jalan setapak: Desain tapak jalan setapak dibangun dengan lebar maksimal 1
meter dengan menggunakan bahan baku lokal tanpa melakukan pengerasan dan
mengikuti kontur lahan dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti papan
petunjuk yang berisi tentang denah blok, arah lokasi koleksi.
5. Peralatan untuk kegiatan birdwatching seperti peralatan pengamatan, papn
interpretasi, leaflet dan pemandu lapangan.
6. Gazebo/shelter
7. Lokasi parkir kendaraan bagi pengelola dan pengunjung
8. Tempat sampah
4.1.7 Rencana Ruang Terbuka Hijau
4.1.8 Rencanan Tata Vegetasi
4.1.9 Rencanan Mitigasi Bencana
4.1.10 Rencanan Pentahapan Pembangunan (Skenario Pengembangan)
4.1.11 Rencanan Pengendalian Pemanfaatn Ruang
4.1.12 Masterplan (ilustrasi berwarna)
4.1.12 Visualisasi Perencanaan Lanskap

39

Anda mungkin juga menyukai