Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU TUTORIAL

BLOK GINJAL DAN SALURAN KEMIH


MODUL 4
“LUKA PADA ALAT KELAMIN”

OLEH

19 777 011 Nurhasana HB Jafar

Dosen Tutor: dr. Sukma Anjayani, Sp. KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
TAHUN 2020/2021
A. Skenario
Luka pada Alat Kelamin
Seorang laki-laki, 21 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan luka pada
kepala kemaluannya. Lesi tersebut mulai kira-kira 10 atau 15 hari lalu dengan papul yang
kemudian pelan-pelan berubah menjadi borok. Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
temperatur 37oC, nadi 80/menit, pernafasan 16/menit.

B. Kata Sulit
1. Papul: Papul merupakan lesi yang menonjol kecil, berbatasan tegas, padat pada kulit
Penonjolan diatas permukaan kulit, diameter kurang dari 1 cm
2. Borok: merupakan luka yang memburuk dan bisa melebar, ditandai dengan jaringan
yang mati berwarna kehitaman dan berbau karena disertai dengan pembusukan oleh
bakteri.

C. Kata Kunci
1. laki2, 21 tahun
2. luka pada kemaluannya
3. lesi mulai dari 10 atau 15 hari lalu dengan papul yang pelan2 menjadi borok
4. suhu : 37°c
5. nadi : 80x/menit
6. pernapasan : 16/menit

D. Rumusan Masalah
1. Anatomi dan histologi organ terkait
2. Bagaimana patomekanisme papul menjadi borok pada scenario dan kenapa lesi hanya
terjadi pada gland penis?
3. Apa saja faktor resiko penderita pada penyakit kelamin di scenario?
4. Penyakit apa yang dapat menimbulkan gejala pada kasus?
5. Bagaimana jalur diagnosis dan tatalaksana penyakit pada scenario?
6. Apakah ada komplikasi penyakit dengan gejala luka pada alat kelamin?
E. Jawaban Rumusan Masalah

1. Anatomi dan Histologi Penis


a. Anatomi Penis

Penis adalah alat kelamin pria yang memiliki dua fungsi utama, yakni sebagai alat reproduksi
dan jalan keluarnya air kencing (urine). Berikut ini adalah bagian-bagian anatomi penis yang
perlu Anda ketahui:

1.Akar
Akar adalah bagian penis yang letaknya berada di kantung perineum. Kantung perineum ini
sendiri ada di dasar panggul.Pada akar penis, terdapat tiga jaringan yang berperan dalam proses
ereksi. Jaringan-jaringan tersebut terdiri dari:

 Crura, berjumlah 2 dan masing-masing terletak di samping


 Gelembung penis (bulb), adalah jaringan yang terlihat menonjol pada batang penis
 Bulbospongiosus  dan ischiocavernosus, merupakan jaringan otot pengikat

Ketiga jaringan ereksi ini membentang di sepanjang batang penis.

2.Batang Penis
Anatomi penis yang satu ini tentu paling mudah dikenali dan diketahui. Batang penis merupakan
penghubung antara akar dengan kepala penis (gland). Batang penis pun ditutupi oleh lapisan
kulit.Batang penis terdiri atas 2 jaringan ereksi, yaitu:

 Korpus spongiosum
 Korpus kavernosum

Selain jaringan dan lapisan kulit, pada batang penis juga terdapat pembuluh darah dan saraf.

3.Korpus spongiosum
Pada bagian punggung penis, terdapat jaringan berongga yang disebut korpus
spongiosum.Korpus spongiosum akan terisi darah saat penis ereksi. Mekanisme ini akan
membuat saluran urine (uretra) yang juga membentang di sepanjangnya melebar guna
memberikan ‘jalan’ bagi sperma untuk keluar dari tubuh saat ejakulasi.
4.Korpus kavernosum
Jika korpus spongiosum terletak di punggung penis, korpus kavernosum adalah bagian penis
samping.Korpus kavernosum adalah jaringan berbentuk tabung yang membentang di sisi kanan
dan kiri dari batang penis. Jaringan ini dipisahkan oleh tulang (septum).Jaringan tersebut juga
akan terisi darah saat penis menerima rangsangan seksual. Dengan begitu, penis akan menegang.

5.Uretra
Uretra adalah saluran yang membentang di sepanjang korpus spongiosum. Saluran ini berfungsi
sebagai jalur keluar urine. Saat ejakulasi, uretra menjadi jalan bagi sperma untuk keluar dari
tubuh.

6.Kepala penis
Kepala penis (glans) menjadi bagian anatomi penis yang letaknya ada di paling depan. Sebelum
disunat, kepala penis ditutupi oleh kulit kulup.Di kepala penis, terdapat pula lapisan elastis yang
disebut frenulum. Pada penis yang tidak disunat, frenulum berfungsi untuk melindungi kepala
penis dari kulup yang membuka dan menutup secara berlebihan saat berhubungan
seks.Sementara bagi penis yang telah disunat, fungsi frenulum pada kepala penis adalah untuk
memberikan sensasi saat bercinta. Di antara bagian lainnya, kepala penis menjadi area yang
paling sensitif. Menariknya, sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa tingkat sensitivitas
kepala penis berpengaruh terhadap kecepatan ejakulasi.Menurut studi tersebut, penis yang
memiliki tingkat sensitivitas tinggi cenderung mengalami ejakulasi dini. 

b. Histologi Penis (Organ Genetalia Maskulina)

Penis tersusun atas tiga bagian yaitu akar, korpus dan glans. Bagian akar berperan dalam
fiksasi dan stabilitas penis. Bagian korpus merupakan bagian terbesar, tersusun atas tiga
jaringan erektil dan kenyal berbentuk silindris, yaitu sepasang korpora kavernosa dan
sebuah korpus spongiosum. Korpora kavernosa terletak di bagian dorsal penis dan korpus
spongiosum terletak di aspek ventral penis, mengelilingi urethra di bagian pusatnya.
Glans penis merupakan perluasan distal dari korpus spongiosum, bentuknya mengerucut
dan dibungkus oleh prepusium.Prepusium merupakan jaringan tipis, warnanya gelap dan
berhubungan longgar dengan tunika albugenia. Jaringan prepusium tersusun atas lima
lapisan, yaitu epidermis, dermis, otot . Dartos, lamina propria dan epitel skuamous
mukosa. Jaringan epidermis dan dermis serupa dengan jaringan di bagian kulit lainnya,
tetapi tidak mengandung jaringan lemak subkutis. Kelenjar minyak (kelenjar Tyson)
dapat ditemukan pada dermis bagian superfisial. Kelenjar ini tidak berkaitan dengan
folikel rambut maupun kelenjar keringat. Epitel skuamous mukosa prepusium merupakan
kelanjutan dari epitel skuamous pada glans dan sulkus balanoprepusium. Glans penis
terdiri dari lapisan epitel, lamina propria, korpus spongiosum, tunika albugenia dan
korpora kavernosa. Epitel glans terdiri dari tiga sampai lima lapis sel-sel epitel skuamous,
tanpa atau dengan keratinisasi, tergantung status sirkumsisi. Pada laki-laki yang tidak
disirkumsisi, mukosa glans dilapisi sel-sel epitel skuamous tanpa keratinisasi, sedangkan
pada laki-laki yang disirkumsisi berkeratinisasi. Lamina propria merupakan lapisan
jaringan ikat longgar setebal 1- 3 mm, mengandung pembuluh darah kecil, pembuluh
limfe, saraf dan korpuskel Vater-Pacini. Dalam korpus spongiosum terdapat urethra yang
bermuara pada bagian meatus glans. Meatus berhubungan dengan prepusium melalui
suatu struktur triangular di ventral mukosa yang disebut frenulum. Korona adalah
jembatan sirkuler yang sedikit meninggi yang mengelilingi glans dan menjadi basis dari
kerucut. Korpus spongiosum merupakan jaringan utama penyusun glans penis, berupa
jaringan erektil setebal 8-10 mm, tersusun atas pembuluh darah, jaringan 12 otot polos
dan saraf perifer. Transisi antara lamina propria dan korpus spongiosum tidak berbatas
tegas sehingga sulit ditentukan. Korpora kavernosa merupakan komponen utama korpus
penis, memanjang ke arah glans dengan ukuran bervariasi antar individu. Korpus
spongiosum dan korpora kavernosa dipisahkan oleh suatu membran fibroelastik yang
padat dan putih yaitu tunika albugenia. Tebal tunika albugenia 1-2 mm dalam kondisi
flasid, dan semakin menipis dalam kondisi ereksi. Jaringan ini berperan sebagai barier
yang menghalangi penyebaran kanker ke korpora kavernosa. Sulkus koronarius
merupakan celah sempit melingkar di perbatasan antara glans dan korpus penis. Sulkus
tersusun atas epitel skuamus, lamina propria, otot Dartos dan fascia Buck. Sulkus
koronarius merupakan area umum terjadinya kekambuhan karsinoma atau batas tumor
yang sering diinvasi oleh sel-sel ganas pada kanker prepusium primer. Bagian korpus
penis tersusun atas epidermis, dermis, otot Dartos, jaringan lemak, fascia Buck, tunika
albugenia, korpora kavernosa dan korpus spongiosum. Epidermis sangat tipis, mengkerut
dan berwarna gelap, serta hanya mengandung sedikit jaringan adneksa. Pada fascia Buck
tampak sejumlah pembuluh darah dan saraf.
2. Mekanisme Gejala

Glend penis adalah ujung terminal dari korpus spongiosum yang besar dan menutupi
ujung bebas kedua corpora kavernosa penis.preputium adalah lipatan kulit yang aktif
pada glans penis yang akan dipotong dalam sirkumsisi. Glend penis mempunyai mukosa
lendir dan gland penis berada pada sisi luar dan ujung dari penis sehingga akan
mempermudah mikroorganisme masuk kedalam dan dapat berkembang biak.
ketika mikroorganisme masuk mikroorganisme akan mengadakan multifikasi dan tubuh
akan bereaksi dan timbulnya infiltrat yang terdiri atas limfosit makrofag dan sel plasma
yang secara klinis dapat dilihat sebagai papul.reaksi radang tersebut hanya terbatas di
tempat masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskular hal ini mengakibatkan
hipertropi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler ( endarteritis
obliterans).kerusakan vaskular ini mengakibatkan aliran darah pada daerah populasi
tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus dan keadaan ini disebut chanchere

3. Faktor Resiko Penderita dengan Penyakit Kelamin:

1. Berganti-ganti pasangan
2. Seks tanpa pelindung
Meski kondom tidak seratus persen melindungi, ia tetap merupakan cara terbaik untuk
menghindarkan infeksi. Penggunaan kondom dapat memproteksi anda dan menurunkan
laju penularan PMS.
3. Wanita dan homoseksual yang menderita PMS (penyakit menular seksual) umumnya
tidak mengalami gejala asimptomatis sehingga mereka tidak sadar kalau mereka menulari
pasangannya yang sehat. Gejala biasanya akan timbul pada stadium lanjut/akhir.
4. Faktor ketidaktahuan
Pendidikan yang rendah juga dapat memicu terjadinya penyakit kelamin.
5. Pemakaian rokok dan alkohol yang berlebihan serta obat-obat terlarang
Seperti yang kita ketahui, alkohol dan rokok dapat membuat pikiran jadi tenang namun
sekaligus pula menghilangkan kesadaran. Hal ini dapat membuat seseorang jadi merasa
bingung dan pikiran tidak jernih saat mengambil tindakan/keputusan. Sama halnya
dengan obat-obatan terlarang, dimana pikiran seseorang menjadi tidak terkontrol dan ia
jadi dapat melakukan hal-hal yang mungkin jika sedang berada dalam keadaan sadar,
tidak akan ia lakukan.
6. Hidup di lingkungan yang prevalensi PMS-nya tinggi
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi yang tinggi, ketika
berhubungan seksual dengan orang di komunitas itu maka ia akan lebih rentan terinfeksi
PMS.
4. Penyakit yang dapat menimbulkan gejala pada kelamin terbagi menjadi 2 yaitu
ada yg infeksius dan non infeksius

- Infeksius:
1. virus herpes simplex,
2. syphilis,
3. chanceoid,
4. lymphogranuloma venerum,
5. granuloma inguinale (donovarosis)
- Non Infeksisus:
1. behcet syndrom,
2. erupsi obat tetap,
3. trauma sexuap,
4. psoriasis
Tetapi yang paling mendekati dengan gejala pada scenario ada 3 yaitu:
1. Syphilis
Penyakit sifilis adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Traponema Pallidum
(T. Pallidum), yang terutama ditularkan melalui hubungan seksual. Sifilis secara khas
ditandai dengan periode aktif yang disela oleh periode infeksi laten.
2. Chancroid (Ulkus Mole)
Chancroid sering disebut juga sebagai Ulkus mole merupakan suatu penyakit infeksi
genitalia akut yang disebabkan oleh Haemophilus ducreyi dengan gejala klinis khas
berupa ulkus nekrotik yang nyeri dan disertai limfadenopati inguinalis. Ulkus mole
merupakan golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Chancroid disebabkan oleh basil Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi).
Bakteri ini merupakan bakteri Gram negatif, anaerobik fakultatif yang membutuhkan
Faktor X (hemin) untuk pertumbuhannya. Susunan sejajar menyerupai rel kereta api
atau sekawanan ikan
3. Herpes Simplex
Herpes simpleks adalah infeksi Herpes simplex virus (HSV), yang menyebabkan
timbulnya vesikel pada kulit atau mukosa orofasial, genital, dan anus.
HSV termasuk dalam kelompok virus herpes alfa. HSV terbagi menjadi dua jenis
yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 PErtumbuhannya di epitel oral sedangkan HSV-2 di
epitel genital.

5. Jalur diagnosis dan tatalaksana penyakit pada scenario


1. Syphilis
Anamnesis:
• Keluhan utama
• Keluhan tambahan
• Riwayat perjalanan penyakit
• Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks, teman, pacar,
suami/isteri
• Kapan kontak seksual tersangka dilakukan
• Jenis kelamin pasangan seksual
• Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
• Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)
• Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan dokter/sendiri)

Pemeriksaan Fisik
Pertama kita memperhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung.
• Sifilis primer: Munculnya canhcre menandai sifilis primer. Chancre timbul pada
tempat
inokulasi pertama T. pallidum. Pada pria LSL, Chancre dapat ditemukan pada
penis, rectum dan mulut.
• Sifilis sekunder: lesi mukokutan dan limfadenopati generalisata yang tidak
terasa nyeri. . Lesi mukokutaneus dapat berupa ruam yang berbentukan macula,
papula, papulaskuamosa atau pustular syphilides

Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan sediaan langsung
 Pemeriksaan langsung apusan dari lesi mukokutan dengan menggunakan
mikroskop lapanagna gelap atau pewarnaan immunoflerensi adalah
pemeriksaan tercepat untuk menegakkan diagnoisi.
 Pemeriksaan pada chancre, condylama lata dan mucous patches memberikan
angka positif yang tinggi karena lesi-lesi ini mengandung banyak treponema.
 Tidak dianjurkan untuk membersihkan lesi dengan menggunakan larutan
antiseptik, sabun atau larutan bakterisidal sebelum pengambilan bahan
b. Pemeriksaan Serologis
 Antibodireagenic nonspesifik non treponemal
Pemeriksaan ini lebih murah, cepat, dan mudah bila digunakan sebagai alat
skrining pada jumlah sampel yang besar, misalnya donor darah. Tesnya yaitu:
- VDRL (venereal disease research laboratory)
- RPR ( parid plasma reagin)
- ART (automated reagin test)
- TRUST (toluidine red unheated syphilis test)
 Antibodireagenic spesifik antri treponemal
Tes ini dapat memastikan adanya infeksi sifilis pada masa lalu.
 Tes PCR
Tes ini menggunakan antigen sifilis dan isolasi bakteri. PCR tidak dapat
membedakan treponema yang hidup dan yang mati.

Tatalaksana
1. Sifilisdini (stadium I – II dan sifilislatendini< 2 tahun)
- Penisilin G benzatin 2,4 juta unit im (dosistunggal)
- Penisilin G prokaindalam aqua 600.000 U im (10 harisifilis primer, 14
harisifilissekunder)
2. Sifilis Lanjut
- Penisilin G benzatin 2,4 juta unit im (satu kali seminggu selama 3 minggu)
- Penisilin G prokaindalam aqua 600.000 U im (satu kali sehari selama14 hari)
3. Untuk pasien yang alergi penicillin
- Doksisiklin 100 mg (2 kali sehariselama 4 minggu)
- Tetrasiklin HCL 500 mg (4 kali sehariselama 4 mgg)
- Eritromisin 500 mg (4 kali sehariselama 4 mgg)
4. Penicilin dapat diberikan (aman) untuk ibu hamil, jadi dapat digunakan dosis
berdasarkan stadiumnya

2. CHANCROID (ULKUS MOLE)


Anamnesis:
- Pria bisanya datang dengan keluhan langsung mengenai nyeri pada ulkus
- Wanita biasanya datang dengan Keluhan tergantung lokasi ulkusnya, seperti nyeri saat
defekasi, perdarahan perektal, dispareunia, atau duh vagina. Untuk wanita Ulkus tidak
senyeri pada laki-laki

Pemeriksaan Fisik:
• Adanya papul lunak, dengan kulit eritema di sekelilingnya
• Tidak ditemukan adanya vesikel pada tiap tingkat perjalanan penyakit
• Dalam 24-48 jam, papul akan berubah menjadi pustul, kemudian erosi dan ulserasi
• Pinggir ulkus tidak teratur dan bergaung, dasar ulkus ditutupi jaringan nekrotik dan
eksudat abu-abu kekuningan, diatasnya terdapat jaringan granulasi yang mudah berdarah
• Diameter ulkus sekita 1-2 mm – 2 cm, biasanya multipel (berbeda dengan silifilis yang
soliter)
• Pembesaran kelenjar inguinal (bubo adenitis inguinal)  pada wanita jarang

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan langsung dari bahan ulkus
Pengambilan spesimen menggunakan swab dari dasar ulkus (sebelumnya ulkus
dibersihkan menggunakan larutan salin), kemudian oleskan swab pada kaca objek secara
satu arah, dapat diwarnai dengan gram, giemsa, unna pappenheim atau blue and wright.
Pada pewarnaan Gram didapatkan basil kecil Gram negatif yang berderet seperti
rantai/rel kereta api/kawanan ikan.
2. Biakan
Bahan pemeriksa didapat dari ulkus yang purulen atau pus bulbo Bahan pemeriksaan
harus segera diinokulasi karena belum ada media transport yang memuaskan. Pemekaian
2 jenis media perlu agar hasil yang diperoleh optimal.
Media kultur yang digunakan yaitu media selektif chocolate + isovitalex (vancomisin.).
Koloni yang khas tampak kecil, nonmukoid, kuning keabuan, tetap utuh bila diangkat ke
permukaan agar.
3. Tes Serologi
Tes komplemen fiksasi, presipitin dan aglutinasi menunjukkan hasil positif bila ulkus
disebabkan H.ducreyi. Tes ELISA memakai whole lysed H.ducreyi sebagai antigen
memiliki spesifitas dan sensitifitas luas
4. Tes PCR
Lebih sensitif dan spesifik untuk menegakkan diagnosis ulkus molle
5. Histopatologis
3 lapisan vertikal yaitu :
- Lapisan superfisial pada permukaan ulkus netrofil, fibrin, limfosit, lekosit dan
jaringan nekrotik
- Lapisan yang berisi banyak pembuluh darah dan proliferasi sel sel endotel
- Lapisan ketiga berisis infiltrat sel plasma yang tebal dan sel sel limfoid

Tatalaksana:
obat first line nya:
 Azitromicin 1 gram (Dosis Tunggal)
 Seftriakson 250 mg injeksi intramuskular (Dosis Tunggal)
 Siprofloksasin 2x500 mg per oral selama 3 hari
 Eritromisin 4x500 mg per oral selama 7 hari

Apabila tidak tersedia obat tersebut maka kita bisa berikan


• Trimetoprim 160 mg dan sulfametoksasol 800 mg 2x sehari selama 7 hari
• Kombinasi amoksisilin 500 mg dan asam klavulanat 125 mg oral 3x sehari
selama 7 hari
• Fleroksasin 200 mg (Dosis Tunggal)
• Sefalotin 3 gr injeksi intervena / hari selama 7 hari
Terapi Topikal  antiseptik, seperti povidon iodine
• Limfadenitis jangan diinsisi cukup di aspirasi menggunakan jarum besar
• Ulkus yang nyeri bias lakukan kompres menggunakan larutan NaCl 0,9 % atau
cairan dingin untuk mengurangi inflamasi
• Fimosis, kita harus lakukan terapi bedah (sirkumsisi)
Edukasi
• Sedapat mungkin lakukan penanganan terhadap pasangan seksualnya.
• Anjurkan abstinensia, apabila tidak dapat menahan diri supaya memakai
kondom.

3. Herpes Simplex

Anamnesis:
• Sejak Kapan gejala terjadi?
• Apakah Anda memiliki pasangan seksual baru atau banyak pasangan?
• Apakah Anda pernah didiagnosis dengan infeksi menular seksual?
• Apakah Anda rutin menggunakan kondom?

Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik pada orolabial herpes akan menunjukkan adanya cold sore atau lepuhan
demam (vesikel) yang muncul berkelompok di atas daerah yang eritem. Lesi ini akan terasa
sangat nyeri. Lesi HSV-1 memiliki predileksi di daerah mulut dan bibir.
Pada herpes genitalis, gambaran vesikel yang nyeri ataupun lesi bentuk ulkus mungkin akan
tampak mirip dengan chancroid ataupun sifilis. Selain itu, dapat pula ditemukan
limfadenopati inguinal. Lesi pada saluran uretra, bisa saja memberikan keluhan berupa
retensi urin transien pada wanita.

Pemeriksaan Penunjang:
Diagnosis herpes simpleks dapat ditegakkan secara klinis. Pada keadaan sulit untuk
menentukan diagnosis suatu lesi atau ulkus pada genitalia disebabkan oleh infeksi HSV atau
bukan, bisa dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang.
- Kultur
HSV dapat dikonfirmasi dengan baik melalui isolasi virus. Hasil bisa didapatkan
setelah inokulasi selama 48 jam. Pewarnaan imunofluoresensi dari jaringan kultur sel
dapat digunakan untuk membedakan HSV tipe 1 dan 2. [2]
- Tes Tzank
Karakteristik perubahan sitologi yang disebabkan oleh HSV dapat kita amati melalui
tes Tzank. Akan tetapi prosedur ini tidak dapat membedakan HSV tipe 1 dan 2.
Multinucleated giant cells dan sel epitel yang mengandung eosinophilic intranuclear
inclusion bodies menandakan adanya infeksi HSV.
- Polymerase Chain Reaction
Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa adanya HSV DNA pada spesimen melalui
metode polymerase chain reaction (PCR). PCR lebih sensitif daripada kultur dan
lebih dipilih untuk mendeteksi infeksi HSV di sistem saraf pusat dan okuler. [2]
- Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi sering dilakukan, tetapi manfaatnya secara klinis terbatas.
Pemeriksaan serologi yang positif tidak dapat menentukan apakah infeksi bersifat
akut atau tidak.

Tatalaksana:
Obat lini pertama dari penatalaksaan herpes simplex adalah acyclovir, valacyclovir dan
famsiklovir.
1. Acyclovir
- Episode klinis pertama (Asiklovir 400 mg diminum tiga kali sehari selama 7-10 hari
atau Asiklovir 200 mg diminum lima kali sehari selama 7-10 hari),
- herpes simplex berulang (Asiklovir 400 mg per oral dua kali sehari),
- Terapi episodik untuk herpes genital rekuren pada orang yang kompeten imun
(Asiklovir 400 mg diminum tiga kali sehari selama 5 hari atau Asiklovir 800 mg per
oral dua kali sehari selama 5 hari atau Asiklovir 800 mg diminum tiga kali sehari
selama 2 hari
2. Valacyclovir
- Episode klinis pertama (Valacyclovir 1 g secara oral dua kali sehari selama 7-10
hari),
- Herpes simplex berulang (Valacyclovir 500 mg per oral sekali sehari atau
Valacyclovir 1 g secara oral sekali sehari),
- Terapi episodik untuk herpes genital rekuren pada orang yang kompeten imun
(Valacyclovir 500 mg per oral dua kali sehari selama 3 hari atau Valacyclovir 1 g
secara oral sekali sehari selama 5 hari)
3. Famsiklovir
- Episode klinis pertama (Famciclovir 250 mg diminum tiga kali sehari selama 7-10
hari),
- herpes simplex berulang (Famciclovir 250 mg diminum dua kali sehari),
- Terapi episodik untuk herpes genital rekuren pada orang yang kompeten imun
(Famciclovir 125 mg per oral dua kali sehari selama 5 hari atau Famciclovir 1 gram
diminum dua kali sehari selama 1 hari atau Famciclovir 500 mg sekali, diikuti 250
mg dua kali sehari selama 2 hari

6. Komplikasi penyakit dengan gejala luka pada alat kelamin yang berkaitan
dengan scenario

A. Sifilis
Komplikasi infeksi sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi
neurologis dan kardiovaskular yang ireversibel.Tergantung pada stadium, neurosifilis
dapat bermanifestasi sebagai meningitis, stroke, kelumpuhan saraf kranial selama
neurosifilis dini atau tabes dorsalis, demensia, paresis umum selama neurosifilis
akhir. Sifilis kardiovaskular juga merupakan akibat dari sifilis tersier dan dapat
bermanifestasi sebagai aortitis, regurgitasi aorta, stenosis ostial karotis, atau lesi
granulomatosis (gumma) di berbagai organ tubuh.
Sifilis yang tidak diobati mempengaruhi perjalanan infeksi HIV dengan replikasi
virus yang lebih tinggi dan menurunkan jumlah CD4 dan tingkat pengembangan yang
lebih cepat ke sifilis lanjut. Sifilis primer dan sekunder selama kehamilan
menyebabkan infeksi neonatal dan hasil kehamilan yang merugikan jika tidak segera
diobati.

B. Chancroid
Apabila ulkusnya menyembuh tetapi tidak diobati secara baik bisa terjadi skar
Komplikasi dapat terjadi tergantung dari lokasi ulkus
Jika di frenulum : fimosis atau parafimosis
Uretra : fistel uretra
Uretra pada wanita : fistel retrovagina
Walaupun bukan termasuk komplikasi adenitis inguinal (bubo inflamatorik) dapat
hampir selalu menyertai pada 50% pasien dengan ulkus mole

C. Herpes genitalis
Infeksi HSV-2 genital diketahui terkait dengan peningkatan risiko infeksi HIV.
Akibatnya, ketahuilah bahwa tes infeksi HIV dapat mengubah pengobatan HSV-2.
HSV-2 yang tidak diobati dapat menyebabkan meningitis; Namun, bagian mana pun
dari sistem saraf dapat terpengaruh oleh virus ini.
Meningitis aseptik terjadi pada 36% wanita dan 13% pria yang merupakan persentase
rawat inap pada orang yang terkena. Selama herpes genital dan erupsi herpes,
individu yang terkena mungkin mengalami gejala yang lebih sistemik seperti sakit
kepala, leher kaku, dan demam ringan.
Nekrosis retinal akut - muncul dengan mata merah unilateral atau bilateral, nyeri
periorbital, dan gangguan ketajaman penglihatan. Pemeriksaan menunjukkan
episkleritis atau skleritis dan nekrosis dengan ablasi retina. Dapat terjadi dengan
meningoensefalitis HSV-2.
DAFTAR PUSAKA
1. Ayoade, Folusakin I, MD., Michael Stuart Brinze, MD.(2018). Herpes Simplex.
Medscape
2. Pranatharthi Haran C. 11 july 2017. Syphilis. Medscape
3. Sjaiful, F. 2013. Pedoman tatalaksana sifilis untuk pengendalian sifilis di layanan
kesehatan dasar. Kemenkes : Jakarta
4. Bahan ajar kuliah PPT Chancroid.dr. Sukma Anjayani, SP.KK
5. Mayo Clinic (2017). Disease and Conditions. Genital Herpes
6. Kohn, Melissa.(2017). Herpes Simplex in Emergency Medicine Clinical Presentation.
7. PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER SPESALIS KULIT DAN KELAMIN
INDONESIA. PERDOKSI. 2017
8. Tudor, Maria E. Ahmad M. Al Aboud; William G. Gossman. Syphilis.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534780/ StatPearls. 2021
9. Jr, Jacob Mathew; Amit Sapra. Herpes Simplex Type 2.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554427/ StatPearls. 2021

Anda mungkin juga menyukai