Anda di halaman 1dari 2

- Bagaimana hubungannya antara gejala-gejala yang timbul dan kaitannya antara hasil

pemeriksaan fisik dan keluhan?


Jawab:
Patofisiologi dan Respons Adaptasi dalam PEM Asupan nutrisi yang berkurang
(primer) atau penyakit infeksi (sekunder) menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat
untuk tubuh bayi. Ini menyebabkan cadangan nutrisi tubuh berkurang. Kekurangan
nutrisi terutama energi dan protein menyebabkan PEM.
1. Sistem respirasi – infeksi saluran napas dan paru lebih mudah terjadi, dalam kasus
ini menyebabkan batuk kronik dan demam sehingga menyebabkan sesak napas,
takipnu, sianosis dan ronki basah halus. Kekurangan protein juga bisa
menyebabkan edema saluran nafas dan meningkatkan sekresi bronkus dan
menimbulakan gejala-gejala seperti diatas. Atrofi otot respiratori menyebabkan
retraksi.
2. Sistem sirkulasi – Miodegenerasi karena kekurangan protein dapat
mengurangakan kontraksi jantung. Ini menyebabkan cardiac output menurun dan
seterusnya menyebabkan hipotensi dan penurunan oksigen arterial. Ini akan
menimbulkan hipoksia yang dapat dilihat anak sianosis.
3. Saluran cerna – infeksi bakteri akan menyebabkan kerusakan mukosa usus dan
gangguan motilitas yang menimbulkan diare dan sindroma disentri. Diare dan
disentri ini menyebabkan kehilangan air dan elektrolit tubuh yang dapat dilihat
dari dehidrasi pada bayi ini. Kekurangan protein juga dapat menyebabkan atrofi
mukosa.
4. Hati – kekurangan protein pada hati menyebabkan infiltrasi glikogen dan
trigliserida. Kekurangan energi pada hati juga bisa hati juga bisa menyebakan
infiltrasi glikogen dan trigliserida dan atrofi hati. Kedua-dua ini akan
menyebabkan hepatomegali.
5. Edema & ascites – edema dan ascites berlaku karena kekurangan protein plasma
akan menyebabkan kekurangan tekanan onkotik dan peningkatan tekanan tekanan
hidrostatik. Ini menyebabkan cairan dalam vaskular berpindah ruangan ke ruang
interstitial.
6. Hipoproteinemia – keadaan ini menyebabkan kekurangan produksi eritropoietin.
Produksi eritrosit berkurang. Hipoproteinemia juga bisa menyebabkan stem sel
tidak berkembang. Pada ujungnya, akan mengalami anemia.
7. Infeksi – infeksi sering berlaku karena sistem imun yang lemah, produksi leukosit
dan limfosit yang berterusan menyebabkan splenomegaly.
8. Pertumbuhan terhambat – BB, TB dan perkembangan mental menurun.
9. Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang menjadi penyebab
kematian utama pada balita di dunia, terutama di negara berkembang. Salah satu faktor
risiko dari pneumonia adalah status gizi yang kurang. Pemeriksaan mikroorganisme
penyebab pneumonia pada balita masih belum sempurna karena balita sulit
memproduksi sputum dan tindakan invasif seperti aspirasi paru atau kultur darah sulit
dilakukan. 7 Faktor risiko yang selalu ada (definite risk factor) pada pneumonia meliputi
gizi kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI, polusi udara dalam ruang,
dan pemukiman padat.2 Balita dengan gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko
terjadinya pneumonia pada balita.

Referens

1. Kumar, Cotran & Robbins. Robbins Basic Pathology, 7 th Edition, Saunders.
2. Nurnajiah,mia 2016 Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pneumonia pada Balita di RS. Dr. M.
Djamil Padang,Padang: Jurnal Kesehatan Andalas

Anda mungkin juga menyukai