Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 4 BBLR
BLOK REPRODUKSI

DISUSUN OLEH :

Nama : Nurhasana HB Jafar


Stambuk : 19777011
Tutor : dr. Ricky Yuliam, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
TAHUN 2021
A.
A. Skenario
Seorang bayi laki-laki lahir spontan di puskesmas dari seorang ibu berumur 40
tahun. Berat lahir 1500 gram, skor Ballard 20. Saat lahir bayi segera menangis,
ketuban pecah saat lahir, jernih dan tidak berbau. Bayi mulai disusui 2 jam setelah
lahir, tetapi isapan bayi tampak lemah. Empat jam setelah lahir bayi tampak sesak,
frekuensi napas 70 x/mnt, retraksi di daerah subcostal, tidak tampak biru, dan pada
auskultasi terdengar expiratory grunting. Suhu aksiler 36,30C. Dua hari kemudian
wajah dan daerah dada bayi tampak kuning.

B. Kata Sulit
1. Expiratory Grunting
Expiratory Grunting adalah bunyi seperti dengkuran saat ekspirasi
2. Skor Ballard
Skor Ballard adalah cara menentukan umur kehamilan berdasarkan kematangan
fisik

C. Kata/Kalimat Kunci
1. Bayi laki-laki, ibu berumur 40 tahun
2. Berat lahir 1500 gram, skor ballard 20
3. Lahir bayi segera menangis
4. Katuban pecah saat lahir, jernih dan tidak berbau
5. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir
6. 4 jam setelah lahir bayi tampak sesak
7. Frekuensi napas 70x/menit
8. Retraksi di daerah subcostal
9. Bayi tidak tampak biru
10. Pada auskultasi terdengar expiratory grunting
11. Suhu aksiler 36,30C
12. Dua hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak kuning
Mind Mapping

Hubungan Etiologi
Wajah dan Faktor Penyebab
Ikterus dengan
Dada Bayi
BBLR BBLR
BBLR
Menguning

Mekanisme Masalah yang


Retraksi Subcostal
Sesak pada Bayi terjadi pada BBLR

Etiologi Expiratori Klasifikasi BBLR


Grunting

Penanganan Awal
BBLR
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan wajah dan dada bayi tampak kuning?
2. Jelaskan hubungan atauketerkaitan icterus dengan BBLR!
3. Mekanisme sesak pada bayi dalam scenario!
4. Definisi dan factor-faktor penyebab BBLR pada bayi?
5. Masalah apa saja yang dapat terjadi pada bayi dengan BBLR?
6. Etiologi Expiratory Grunting!
7. Bagaimanakah klasifikasi BBLR berdasarkan umur kehamilan dan berat badan
lahir?
8. Apa saja penanganan awal yang dapat diberikan kepada bayi untuk mengatasi
gejala yang terjadi?

E. Jawaban Rumusan Masalah

1. Penyebab bayi kuning


Penyebab bayi kuning adalah kadar bilirubin yang tinggi dalam darah.
Bilirubin ini adalah pigmen kuning dalam sel darah merah. Kelebihan
bilirubin terjadi karena organ hati bayi belum cukup matang untuk
menyingkirkan bilirubin dalam aliran darah.

2. Ikterus pada BBLR


kterus neonatorum merupakan indikasi klinis pada neonatus yang ditandai
dengan pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat dari akumulasi
produksi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih dalam jaringan . Ikterus
neonatorum disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
inkompatibilitas darah ABO, defisiensi enzim G6PD, keterlambatan pasase
mekonium, kurangnya asupan ASI, dan asfiksia . Berdasarkan, faktor risiko
ikterus dibedakan menjadi 3 faktor yaitu, faktor maternal meliputi Ras,
komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh), penggunaan
infus oksitosin dalam larutan hipotonik, dan ASI. Faktor perinatal
meliputi trauma lahir (sefalhematom, ekimosis), dan infeksi (bakteri,
virus, protozoa). Faktor neonatal meliputi prematuritas, faktor genetik,
polisitemia, obat-obatan, rendahnya asupan ASI, hipoglikemia, dan
hipoalbuminemia.
Faktor lain yaitu BBLR dan asfiksia. Bayi berat lahir rendah dapat berisiko
terjadinya ikterus neonatorum. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
BBLR lebih mudah mengalami ikterus dibandingkan dengan bayi yang
memiliki berat badan lahir normal. Kematangan pada organ bayi BBLR
belum maksimal dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir
normal. Proses pengeluaran bilirubin melalui organ hepar yang belum
matang menyebabkan terjadinya ikterus pada bayi. Sehingga terjadi
penumpukan bilirubin dan menyebabkan warna kuning pada permukaan
kulit.

3. Mekanisme sesak pada bayi


Proses Pematangan Paru
a. Periode Pseudoglandula 5-17 minggu perkembangan percabangan
bronkhius, tubulusasiner
b. Periode Canalicular 16-26 minggu terjadi proliferasi kapiler, penipisan
mesenkim. Diferensiasi pnemosit alveolar tipe 2 Periode saculer ( 24-38
minggu )
c. Terjadi perkembangan, ekpansi rongga udara Awal pembentukan septum
alveolar
d. Periode Alveolaris 36 minggu-lebih 2 tahun Penipisan septum alveolar,
pem kapiler paru
Mekanisme Sesak
Pada kasus dimana bayi mengalami berat lahir rendah sehingga mempunyai
dinding dada lemah sehingga FRC menurun, dan terjadi kelainan rasio
ventilasi perfusi yang besar sehingga kalau ini menetap lama maka gas akan
terperangkap akibatnya PaO2 Menurun dan Pa CO2 meningkat sehingga
terjadi ahaipoventilasi dan akibatnya terjadi sindrom gawat napas. Selain itu
Pada kasus ini pematangan paru dan fungsi surfaktan belum sempurna
sehingga akn mengganggu tegangan paru dan stabilisasi saluran napas kecil
selama ekspirasi sehingga timbul gawat napas.

4. Definisi dan faktor BBLR


BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. mengganti istilah bayi prematur dengan Berat
Badan Bayi Lahir Rendah. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur.
Bayi dengan berat badan lahir rendah dibagi 2 golongan, yaitu:
a. Prematur Murni
Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan .
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya .
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, Bayi Berat Lahir
Rendah dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1.500 – 2.500 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram.
Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor , yaitu:
1) Faktor ibu, meliputi penyakit yang diderita ibu misalnya, toxemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut,
diabetes melitus, dan lain-lain. Usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun, multi
gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat, dan lain-lain. Keadaan sosial
ekonomi, golongan sosial ekonomi dan perkawinan yang tidak sah. Sebab lain
termasuk karena ibu adalah seorang perokok dan peminum minuman
beralkohol atau pengguna narkotika.
2) Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom,
dan lain-lain.
3) Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal, radiasi dan zat-zat beracun.
Faktor-Faktor Penyebab BBLR
1) Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya BBLR adalah:
2) Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin seperti
prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian
neonatal dini. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat
badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil .
b. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda
masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-
ibu muda berusia kurang dari 20 tahun.
Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi
badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR.
Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran
BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35
tahun .
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin
kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik .
Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah dua
tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan
pada trimester III, termasuk karena alasan placenta previa, anemia dan
ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
3) Faktor Kehamilan
a. Hamil Dengan Hidramnion
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan
cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan
sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR .
b. Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22
minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan.
Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang
menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin
jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke placenta yang
mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang
mengakibatkan kematian janin intrauterin . Bila janin dapat diselamatkan,
dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi
asfiksia .
c. Komplikasi Hamil
1. Pre-eklampsia/Eklampsia
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan
karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di
daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari
placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang.
2. Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks . Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban
pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu .
3. Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan
persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari
kelahiran mati dan kematian neonatal . Ibu dengan hipertensi akan
menyebabkan terjadinya insufisiensi placenta, hipoksia sehingga pertumbuhan
janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur .
4) Faktor Janin
a. Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur . Bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat
Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira
20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .
b. Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran
nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh
infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan
berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir
rendah, cacat bawaan dan kematian janin .
c. Hamil Ganda
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda
antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk
kedua janin tidak sama . Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan
ganda salah satu faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan
ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering
terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan
ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi
lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar
lebih tinggi daripada anak dengan kehamilan tunggal dan prematuritas
merupakan penyebab utama.

5. Komplikasi BBRL
 Gangguan perkembangan paru-paru atau organ lainnya.
 Masalah pernapasan, seperti sindrom gangguan pernapasan bayi.
 Masalah neurologis, seperti perdarahan di dalam otak.
 Masalah gastrointestinal, seperti necrotizing enterocolitis.
 Kematian mendadak.

6. Etiologi Expiratory Grunting


Bayi dengan keukarangan surfaktan gagal mengembangkan parunya pada saat
lahir walau dengan usaha pernapasan yang kuat dan menderita gawat napas
sejak lahir. Yang lain pada mulanya mengembangkan parunya tetapi
mngalami atelektasis progresif dan bernapas semakin berat pada beberapa jam
perrtama. Tanda klinis khas bayi dengan gawat napas ialah bunyi ekspirasi
atau merintih, takipnea, retraksi interkosta dan sternum, dan sianosis.
Pernapasan merintih disebabkan oleh upaya ekspirasi lama melawan glottis
yang tertutup sebagian. Biasanya didahului dengan upaya inspirasi kuat,
selama masa tersebut, tekanan intratoraks turun di bawah tekanan atmosfer.
Selama ekspirasi yang lama, tekanan intratoraks dipertahankan di atas tekanan
atmosfer. Bayi tidak merintih pada tiap napas, dan mereka yang terkena
penyakit berat paling sering mrintih. Dengan memprtahankan tekanan
intrapulmonal positif selama sebagian besar siklus pernapasan, mrintih
membantu mencegah atelektasis. Saat tidak merintih, bayi yang kekurangan
surfaktan mempunyai volume tidal yang kecil dan frekuensi pernapasan yang
cepat. Periode apnea dan ketidakteraturan irama pernapasan lazim karena
kerja pernapasan bertambah dan bayi menjadi lelah.
Tekanan intratoraks negatif besar yang dihasilkan saat bayi mengembangkan
parunya menyebabkan jaringan lunak kerangka dada tertarik ke dalam.
Retraksi ini terutama terlihat pada bayi preterm yang amat kecil dengan
dinding dada yang lentur. Karena dinding dada begitu lentur dan bayi
bernapas terutama dengan diafragma, mereka sering mempunyai gerakan
pernapasan pardoks. Pada waktu inhalasi, dinding dada terisap ke dalam
sementara penurunana diafragma meningkatkan volume paru pada arah
sefalokaudal, memperbesar rongga abdomen. Dengan demikian, dada
membentuk gua dalam sementara lingkar abdomen bertambah. Hal ini disertai
dengan pelebaran cuping hidung selama inspirasi. Suara napas meredup dan
mempunyai kualitas tubular yang kasar dan kadang-kadang, ada ronki halus,
terutama pada bayi yang dilahirkan dengan seksio sesaria dan yang
mempunyai cairan paru berlebihan.

7. Klasifikasi BBLR Berdasarkan Usia Kehamilan Dan Berat Lahir


Berdasarkan masa kehamilan/Gestational age yaitu:
a. Preterm/bayi kurang bulan, yaitu masa kehamilan <37 minggu
(≤259 hari)
b. Late preterm, yaitu usia kehamilan 34-36 minggu (239-259 hari)
c. Early preterm, yaitu usia kehamilan 22-34 minggu
d. Term/bayi cukup bulan, yaitu usia kehamilan 37-41 minggu (260-
294 hari)
e. Post term/bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan 42 minggu atau
lebih (≥295 hari).
Berdasarkan berat lahir/Birthweight
a. Berat lahir amat sangat rendah/Extremely low birthweight
(ELBW), yaitu bayi dengan berat lahir <1000 gram
b. Berat lahir sangat rendah/Very Low birthweigt (VLBW), yaitu
bayi dengan berat lahir <1500 gram
c. Berat lahir rendah/Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan
berat lahir <2500 gram

8. Penanganan awal
a. Fase sebelum lahir
Mencegah kelahiran kurang bulan
b. Fase saat persalinan
Mempersiapkan petugas yang dilengkapi alat pertolongan pernapasan
c. Fase setelah kelahiran
1. Menjaga suhu lingkungan
2. Meminimalisir terjadinya infeksi
REFERENSI

Rudolph, Abraham M., dkk. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Buku Embriologi Kedokteran Langhman
Nelson Textbook
Journal of American Pediatri
Emedicine.com
Oski's Pediatrics: Principles and Practice, 3rd Edition (June 1999): By Julia A.
McMillan (Editor), Catherine D. Deangelis (Editor), Ralph D. Feigin (Editor),
Joesph B. Warshaw (Editor), Frank A. Oski (Editor), Joseph B. Warshaw By
Lippincott Williams & Wilkins Publishers
Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawijoyo, Jakarta. 2006
Dasar-dasar obstetric dan ginekologi edisi 6, Derek Llewellyn-Jones

Anda mungkin juga menyukai