Anda di halaman 1dari 32

KLASIFIKASI

IKLIM
KLIMATOLOGI HUTAN
PERTEMUAN 11
PENDAHULUAN

Unsur iklim tidak berdiri


sendiri (saling interaksi)
Penyederhanaan informasi

Kecenderungan pola yang


sama (unsur pengendali
dan letak geografis)
APA YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM MEMBUAT KLASIFIKASI IKLIM

Tujuan
klasifikasi
dibuat

Latar
belakang
pembuat
klasifikasi

Cakupan
wilayah
klasifikasi
TUJUAN PENYUSUNAN
KLASIFIKASI IKLIM
• Menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak terbatas
menjadi golongan yang jumlahnya relatif sedikit dan
memiliki kesamaan sifat-sifat penting

• Nilai rerata pengamatan minimal 30 tahun


PENGGOLONGAN IKLIM
1. Klasifikasi dengan dasar tempratur
Klasifikasi dibuat zaman Yunani
Klasifikasi Klages (1942)
(3 zona – tropis, sedang, kutub)

2. Klasifikasi Koppen

5 Golongan besar (A, B, C, D, E)

3. Klasifikasi Thornthwaite

Didasarkan pada curah hujan dan evaporasii

3. Klasifikasi di Indonesia
Mohr Schimdt dan Ferguson Oldeman
KLASIFIKASI BERDASARKAN
TERMPRATUR
Klasifikasi iklim zaman Yunani Klasifikasi Klages (1942)
1. Daerah Tropis 1. Tropis; rata-rata T >20C
(tidak ada musim dingin, tempratur 2. Subtropis; 4-11 bulan T>20C
terus menerus tinggi) 3. Daerah sedang; 4-12 bulan T 10 –
20C
2. Daerah sedang (U-S) 4. Daerah dingin; 1 – 4 bulan T 10 - 20C
Terdapat musim yang tegas berbeda dan yang lain <10C
(musim panas dan dingin) 5. Daerah kutub; T rata-rata -1C dgn
tanpa bulan yang T >10C
3. Daerah kutub (U-S)
Tidak ada musim panas, tempratur
rendah
KLASIFIKASI KOPPEN
• Wladimir Koppen (1846-194) biologis jerman
• Didasarkan pada hubungan antara unsur iklim (suhu dan
curah hujan) dengan pertumbuhan
• Vegetasi hidup secara alami menggambarkan iklim tempat
tumbuhnya
• Batas klasifikasi berkaitan dengan batas penyebaran
vegetasi
• Dasar klasifikasi koppen
• Rata-rata curah hujan (bulanan/tahunan
• Tempratur (bulanan/tahunan)
• Vegetasi
KLASIFIKASI KOPPEN

TIPE UTAMA
A. Iklim hujan tropis
B. Iklim kering
C. Iklim sedang
D. Ikli dingin
E. Kutub
KLASIFIKASI KOPPEN
A. Iklim hujan tropis  Tempratur bulan terdingin > 18C
(64.4F)

f Bulan terkering > 60 mm

m Bulan terkering < 60 mm, tetapi > 98,5 - r/ 25


m Jumlah hujan pada bulan basah dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada bulan kering, masih terdapat hutan
cukup lebat.

w Bulan terkering < 98.5 r/25


w Jumlah bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan
hujan pada bulan kering. Vegetasi yang ada padang
rumput dengan pohon jarang.
Af

60 * *
C m
H
*
B
40 U
L
A
Aw Am
N *
20 A
N w

500 1000 1500 2000 2500 mm


CH TAHUNAN

DIAGRAM KOPPEN UNTUK TIPE A


KLASIFIKASI KOPPEN
B. Iklim kering  Tempratur bulan terdingin > 18C (64.4F)
Evaporasi > presipitasi

s Bulan kering jatuh pada musim panas  stepa

w Bulan kering jatuh pada musim dingin  gurun


KLASIFIKASI KOPPEN
C. Iklim sedang  Temperatur bulan terdingin > - 30C dan <
180C; Temperatur bulan terpanas > 100C

S Pada musim panas kering (jumlah CH bulan terkering pada


musim panas < 1/3 jumlah hujan terbasah pada musim dingin
W Pada musim dingin kering dan musim panas lembab (jumlah
hujan terkering pada musim dingin <1/10 jumlah hujan terbasah
pada musim panas)
f Selalu lembab sepanjang tahun , tidak dijumpai keadaan s dan w.
CH > 30
a.T rerata bulan terpanas ≥ 220C
b.T rerata untuk 4 bulan ≥ 100C & T bulan terpanas < 220C
c.T rerata 1 – 3 bulan ≥ 100C & T bulan terpanas < 220C
KLASIFIKASI KOPPEN
D. Iklim dingin  rata-rata tempratur bulan terpanas > 10oC
dan terdingin kurang dari – 30C
w Sama C
f Sama C
a Sama C
b Sama C
c Sama C
d Rata-rata temperatur bulan terdingin < 2.8 dan dipakai diluar a,b,& c
dfa Kontinental lembab (iklim dingin dengan periode kering)
dfb Kontinental lembab
dfc Sub artika
dfd Sub artika
dwa Iklim kontinental lembab (iklim dingin dengan musim dingin kering)
dwb Iklim kontinental lembab
dwc Sub artika
dwd Sub artika
KLASIFIKASI KOPPEN
E. Iklim kutub  Temperatur bulan terpanas < 10oC

T Rata-rata temperatur bulan terpanas 0 – 100C


F Rata-rata temperatur bulan terpanas ≤ 00C
ET Iklim tundra (lumut)
EF Iklim es – salju abadi
H Temperatur seperti E, tetapi disebabkan tinggi tempat > 5000
feet
KLASIFIKASI IKLIM
THORNTHWAITE
• Dasar : Vegetasi, evaporasi, hujan dan tempratur
• Kebutuhan air tanaman tidak hanya tergantung pada
besarnya curah hujan tetapi juga evaporasi

PE rasio Perbandingan antara P dan E,


yang menunjukkan daya guna
hujan bagi kehidupan tanaman.
P Presipitasi bulanan rerata (inci)
E Penguapan dari permukaan air
bebas rerata bulanan (inci)

• PE ratio  selama 12 bulan disebut PE indeks


KLASIFIKASI IKLIM
THORNTHWAITE
P
• PE ratio = 10
E

12 𝑃
• PE indek = 𝑛=1 10 𝑛
𝐸

• Tetapi karena kesulitan data evaporasi maka untuk mengatasi diadakan.


Hubungan antara temperatur (T), Penguapan (E) dan Presipitasi (P).
sehingga akhirnya diperoleh P – E rasio tanpa data evaporasi.
115 10/9
• PE ratio = 𝑃 n
𝑇−10

Simbol Gol Lembab Ciri Vegetasi PE Indek


A Basah Hutan Hujan ≥ 128
B Lembab Hutan 64 – 127
C Agak Lembab Padang Rumput 32 – 63
D Agak Kering Steppa 16 – 31
E Kering Gurun Pasir < 16
KLASIFIKASI IKLIM
THORNTHWAITE
• T – E indek = Jumlah TIPE IKLIM T – E INDEK
12 bulan dari T – E A1 – Tropika ≥ 128
rasio
B1 – Mesotermal 64 -127
𝑻−𝟑𝟐
• T – E rasio = 𝟒 C1 – Mikrotermal 32 - 63
efisiensi temperatur D1 – Taiga 16 - 31
rasio
E1 - Tundra 1 - 15
• T – E indek = F1 - Frost 0
12 115 10/9
𝑛=1 𝑇−10)

Agihan presipitasi bulanan


r Hujan merata seluruh musim
s Hujan kurang di musim panas
w Hujan kurang di musim dingin
d Hujan kurang di seluruh musim
Berdasarkan kombinasi simbol P – E indek T –E indek dan agihan hujan
musiman yang dijumpai tercatat ada 32 tipe iklim:
AA1r BA1r CA1r DA1w EA1d D1 E1 F1

AB1r BA1w CA1w DA1d EB1d

AC1r BB1r CA1d DB1w EC1d

BB1w CB1r DB1s

BB1s CB1w DB1d

BC1r CB1s DC1d

BC1s CB1d

CC1r

CC1s

CC1d

3 7 10 6 3 1 1 1 Σ 32
Iklim Indonesia
. Secara umum beriklim TROPIS
. Musim di Indonesia dipengaruhi :

- iklim regional : adanya sirkulasi umum (monsun)


- fenomena global : La Nina dan El Nino
. dinamika atmosfer :
. suhu muka laut sekitar Indonesia (Dipole Mode)

Monsun : sirkulasi angin musiman yg terjadi akibat


pergeseran posisi matahari
. Ada Monsun Barat dan Monsun Timur

El Nino : interaksi laut dan atmosfer yg ditandai


memanasnya suhu muka laut di Pasifik Ekuator.
Anomali suhu muka laut positif  Indonesia kekeringan

La Nina : anomali suhu muka laut negatif.


Curah hujan di Indonesia tinggi
4. KLASIFIKASI IKLIM DI INDONESIA
a. Mohr (1933)

Menurut Mohr, Koppen kurang berlaku di Indonesia terutama


tentang hujan.

Mohr mencoba presipitasi dan evaporasi sebagai indikasi


khusus daerah tropika.

Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membedakan 3


tingkat kebasahan untuk berbagai bulan dalam satu
tahun.

Bulan Basah CH ≥ 100 mm CH > Ev


Bulan Lembab CH 60 ≤ CH ≤ 100 mm CH = Ev
Bulan Kering CH < 60 mm CH < Ev
Untuk mencari bulan basah dan kering Mohr menggunakan rerata
curah hujan masing-masing bulan selama beberapa tahun.
Jan – Bb, Feb – Bb, Maret – Bb, Agust – BK.

Mohr membagi 5 golongan iklim yaitu

Golongan Daerah Jumlah BKering


I Basah 0
II Agak Basah 1-2
III Agak Kering 3–4
IV Kering 5–6
V Sangat Kering  6
b. Schmidt & Ferguson (1951)

Dasar sama seperti Mohr yaitu : BB dan BK, hanya cara mencarinya yang
berbeda, dengan menghitung BB dan BK untuk masing-masing tahun.

Sebagai dasar penggolongan iklim 2 orang ini menggunakan suatu


rasio Q = ∑ Rerata BKering
∑ Rerata BBasah

Data curah hujan diperoleh dari tahun 1921 – 1940 dengan


menghilangkan data yang kurang dari 10 tahun.

BK – CH < 60mm
BL – CH 60 – 100mm
BB – CH > 100mm
12 Lbk
11 7
sk a = berisi antara 0 - 8
10
H 3
9 k

8 G 1,67
ak
7
F 1
6 s
E
5 0,6

D ab
4

3 C 0,333
b
2
B
1 0,143
sb
01 2 3 4 5 6 7 8 9 10A 11 12
Garis batas tipe iklim pada Q = 1.5 a
12 – 1.5 a
a : Nilai dari 1 - 7

Schmidt & Ferguson, membagi iklim di Indonesia : 8 tipe (A – H)

A 0 ≤ Q < 0.143 Sangat basah

B 0.143 ≤ Q < 0.333 Basah

C 0.333 ≤ Q < 0.60 Agak basah

D 0.60 ≤ Q < 1.00 Sedang

E 1.0 ≤ Q < 1.67 Agak kering

F 1.67 ≤ Q < 3.00 Kering

G 3.00 ≤ Q < 7.00 Sangat kering

H 7.00 ≤Q Luar biasa kering

Makin kecil Q makin basah


c. Klasifikasi Oldeman
-Oldeman, L.R. An Agroclimatic Map of Java 1975
- Oldeman, L.R. An Agroklimatic Map of Sulawesi 1977
- Oldeman, L.R. An Agroklimatic Map of Sumatera 1979
- 1980
Expert LP 3 = Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, Bogor

Faktor utama di bidang pertanian daerah tropika adalah


ketersediaan lengas untuk evapotranspirasi dari tanaman,
curah hujan adalah faktor iklim dengan prioritas tinggi.

Dari perhitungan Oldeman diperoleh hasil

- Padi Sawah memerlukan : 213 mm/bln


- Tanaman lahan kering memerlukan : 120 mm/bln
Bulan CH (mm/bln)
Bulan Basah (BB) ≥ 200
Bulan Lembab (BL) 100 - 200
Bulan kering (BK) ≤ 100

Contoh : C2 (Lihat skema Iklim Oldeman)

Berarti :
Masa pertumbuhan 9 – 10 bulan
Periode Basah 5 – 6 bulan
Periode kering 2 – 3 bln
Skema Oldeman sbb :
0 12
1 11
2 10
3 9
4 8
5
E4 D4 7
6 C4
6
7 C3 B3
E3 D3 5
8 4
B3
9 C2 3
E2 D2 B2
10 A2 2
11
D1 C1 1
E1 B1 A1
12 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BERDASARKAN Σ BULAN BASAH BER-TURUT2 TIPE
UTAMA KLASIFIKASI OLDEMAN DIBG MENJADI 5 TIPE,
DENGAN 4 SUBDIVISI (BERDASAR Σ BLN KERING BER-
TURUT2)

TIPE BULAN
UTAMA BASAH BER- SUB DIVISI BULAN KERING
TURUT2 BER-TURUT2
A >9 1 <2
B 7-9 2 2-3

C 5-6 3 4-6
4 >6
D 3-4
E <3
TIPE IKLIM POTENSI BUDIDAYA TANAMAN
A1, A2 Sesuai utk padi terus menerus (produksi dibawah optimum,
secara umum intensitas radiasi surya relatif rendah sepanjang
tahun)
B1 Sesuai utk padi terus menerus, melalui perencanaan tanam yg
baik, produksi relatif tinggi bila panen pd musim kemarau
B2 Tanaman padi dapat dua kali setahun dg varietas umur pedek,
musim kering yg pendek cukup utk tanaman palawija
C1 Tanam padi sekali & palawija dua kali setahun
C2, C3, C4 Padi hanya dapat sekali setahun segera disusul penanaman
palawija
D1 Tanaman padi umur pendek & biasanya produksi relatif tinggi
karena intensitas radiasi tinggi, waktu tanam palawija cukup
D2, D3, D4 Hanya dimungkinkan menanam padi sekali atau palawija sekali
setahun, tergantung ketersediaan air irigasi
E Daerah ini umum terlalu kering, dimungkinkan hanya sekali
tanaman palawija tergantung air hujan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai