Pengelolaan Hutan B
Latar
Belakang
Letak Indonesia yang strategis, berada di daerah khatulistiwa dan di antara dua samudera
(Hindia dan Pasifik) serta dua benua (Asia dan Australia) menjadikan kawasan Indonesia
memiliki keunikan dalam hal keanekaragaman hayati. Dikarenakan letaknya yang strategis
tersebut, tidak mengherankan apabila Indonesia menjadi salah satu negara
megabiodiversitas meskipun wilayah Indonesia hanya 1,3% dari luas bumi (Kusmana et al,
2015).
Hutan sebagai ekosistem merupakan kawasan yang mengandung biodiversitas yang tinggi.
Karakter dan kondisi hutan di Indonesia pun juga bermacam-macam di setiap pulaunya.
Wilayah Indonesia tengah sampai timur yang meliputi Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan
Papua memiliki kondisi dan karakter hutan yang beragam.
Bagaimana perbandingan keadaan hutan di Pulau
Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua ditinjau dari prinsip
keanekaragaman hayati tingkat ekosistemnya ?
Tujuan
Mengetahui upaya pelestarian dan konservasi hutan di
Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.
Dalam aspek ekologi-konservasi, kondisi alam di Nusa Tenggara didominasi oleh hutan savana dan semak belukar,
sehingga berpotensi tinggi terjadi kebakaran. Kelengkapan tipe ekosistem hutan di wilayah ini juga cukup lengkap
dan menjadi tempat masyarakat bergantung untuk memenuhi kebutuhannya melalui pemanfaatan HHBK.
Papua adalah daerah bagian barat pulau besar nugini yang mempunyai luas 416.129 km2 dan didominasi oleh
jajaran pegunungan tengah yang menghasilkan curah hujan yang tinggi sehingga terdapat hutan rimba tropis tua
terluas yang masih ada di Asia Pasifik. Berbagai macam tipe ekosistem hutan dapat ditemui di Papua mulai dari
hutan pantai hingga hutan alpin di Pegunungan Jaya Wijaya.
Ti p e Eko si stem
Su l aw esi Nu sa Ten g g ara Pap u a
Hu tan
Hutan Pantai V V V
Hutan Dipterokarpa V V V
Hutan Kerangas V V V
Hutan Rawa V V V
Hutan Rawa Gambut V V V
Hutan Pegunungan Bawah V V V
Hutan Pegunungan Atas V V V
Hutan Sub Alpin V V V
Hutan Alpin dan Nival - - V
Perbandingan Flora dan Fauna di Hutan Pulau Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan
Papua
Bagian Indonesia tengah (Sulawesi dan Nusa Tenggara) memiliki flora fauna percampuran antara Asia dan
Australia serta memilki ciri khasnya sendiri. Contohnya, kayu cendana, kayu eboni, komodo, dan anoa. Sementara
itu, flora fauna bagian timur (Papua) memiliki kemiripan dengan Benua Australia bahkan, kekayaan flora fauna
bagian timur memiliki spesies endemik terbesar di Indonesia.
Di Suaka Margasatwa Nantu, Provinsi Gorontalo, melindungi fauna endemik Sulawesi seperti, babirusa (Babyrousa
babirussa), anoa (Bubalus quarlesi), Anggrek Serat (Diplocaulobium utile).
Di Nusa Tenggara, memiliki fauna asli Indonesia yang juga dilindungi dan memiliki rumah
khusus, yaitu komodo (Varanus komodoensis) selain itu, Nusa Tenggara memiliki flora khas
yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi yaitu kayu cendana (Santalum album).
Upaya konservasi di Nusa Tenggara juga hampir sama seperti yang telah dilakukan di Sulawesi. Hanya saja,
terdapat perbedaan pada objek konservasinya terutama satwa liar yang dilindungi. Selain itu, prinsip-prinsip
pengelolaan kawasan hutan yang lestari untuk keperluan ekowisata dan pemanfaatan HHBK di pulau ini juga
diterapkan agar sumber daya hayati yang ada tetap dapat dinikmati di masa mendatang.
Papua merupakan benteng terakhir hutan di Indonesia, dengan semakin berkurangnya tutupan hutan di Pulau
Sumatra dan Pulau Kalimantan. Saat ini ada sekitar 47 kawasan konservasi di tanah Papua, dimana terdapat 25
kawasan di Provinsi Papua Barat dan 22 kawasan di Provinsi Papua. Kawasan konservasi ini terdiri dari Taman
Nasional, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa dan Taman Wisata Alam yang tersebar luas di tanah Papua.
Ancaman kelestarian hutan di Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua
• Pembalakan dan perambahan hutan
• Konflik masyarakat sekitar hutan dengan satwa dan perburuan satwa dilindungi
• Pembukaan lahan dengan cara membakar oleh warga atau perusahaan pemegang izin pemanfaatan kawasan
hutan
• Pencemaran lingkungan hutan diakibatkan oleh pembukaan kawasan ekowisata yang tidak sepenuhnya
menerapkan prinsip-prinsip ekowisata dan aktivitas penambangan
• Penebangan pohon di kawasan hutan lindung
• Konversi lahan hutan alam menjadi lahan pertanian atau perkebunan monokultur
• Deforestasi akibat konversi hutan untuk keperluan pembangunan infrastruktur
• Konflik vertikal antara masyarakat adat di sekitar hutan dengan perusahaan atau pemerintah
Kesimpulan
Hutan di Pulau Papua memiliki tipe ekosistem hutan yang paling lengkap karena semua tipe ekositem hutan
terdapat di Pulau Papua. Hutan di Pulau Sulawesi didominasi tipe ekosistem hutan Pegunungan, sedangkan pada
Pulau Nusa Tenggara lebih didominasi dengan tipe ekosistem hutan savana dan semak belukar.
Perbandingan flora dan fauna pada pulau Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua terbagi dalam dua zona, yaitu zona
tengah atau peralihan dan zona timur. Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara masuk pada zona peralihan yang
memiliki ciri khas percampuran antara Asia dan Australia. Sedangkan pada zona timur memiliki kemiripan dengan
flora fauna Australia.
Upaya pelestarian hutan dan keanekaragaman jenis yang ada di pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua
dengan menetapkan beberapa kawasan menjadi cagar alam, suaka margasatwa, kawasan hutan lindung, taman
nasional, dan taman hutan rakyat.
Ancaman yang dihadapi dalam kelestarian hutan di pulau Sulawesi adalah pembalakan liar, perambahan hutan,
pembukaan lahan dengan cara dibakar dan ditebas, serta penambangan tanpa izin. Lain halnya dengan di Nusa
tenggara, ancaman yang dihadapi berupa tidak seimbangnya antara luas wilayah dengan pertumbuhan penduduk
yang mengakibatkan konsumsi sumberdaya yang berlebihan. Sedangkan di pulau Papua ancaman terbesarnya
adalah deforestasi dan peralihan hutan adat untuk keperluan perkebunan monokultur atau infrastruktur.
TERIMA KASIH