Anda di halaman 1dari 20

Makalah Kelompok Seminar ESDAL Sumberdaya Hutan

Disusun Oleh : Kelompok II Andryan Aziprama Putra Novri Noto Rizki Amiruddin 0802113160 0802113155 0802120270 0902120374

DOSEN PEMBIMBING : Eriyati., M.Si

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

Kata Pengantar
Hutan merupakan suatu sumberdaya alam yang memiliki berbagai fungsi, selain untuk menghasilkan oksigen bagi kebutuhan manusia, hutan juga memiliki banyak potensi yang bisa dimanfaatkan . Hutan juga menjadi tempat bernaung berbagai macam spesies flora dan fauna. Tanpa adanya hutan, kehidupan manusia juga akan segera punah. Segala macam sumberdaya yang tersedia di hutan telah menunggu untuk dimanfaatkan oleh tangan-tangan kreatif manusia. Sebut saja rotan, yang sejak dahulu telah digunakan untuk pembuatan berbagai jenis furnitur. Dengan segala kelebihan hutan tersebut, tidak sedikit tangan-tangan jahil yang mengeksploitasi hutan secara besar-besaran dan sembarangan. Hal ini bisa mengakibatkan rusaknya ekosistem hutan dan akhirnya menimbulkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, erosi, hilangnya spesies tertentu, dan sebagainya. Fenomena kehutanan di atas menuntut peran pemerintah agar hutan dapat dilindungi sehingga efek negatif yang ditimbulkan semakin berkurang. Peran tersebut dharapkan mampu mempertahankan kealamian hutan, sementara pembangunan dan industri tetap berjalan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kebijakan dalam pemanfaatan sumberdaya hutan serta hukum yang melindunginya. Diharapkan dengan adanya makalah kelompok ini, selain menjadi tugas, juga dapat memberikan pembaca ilmu yang mungkin akan berguna di kemudian hari.

Sabtu, 07 April 2012

Kelompok II

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................... Daftar Isi ........................................................ 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pengertian Hutan ............................................... Jenis Hutan di Indonesia .......................................... Fungsi Hutan .................................................. Manfaat Hutan ................................................. Landasan Hukum Pemanfaatan Hutan ................................ Eksploitasi Hutan dan Deforestasi .................................... Dampak Deforestasi ............................................. Perlindungan terhadap Hutan ....................................... Kesimpulan ...................................................

1 2 3 4 6 9 10 11 14 16 17 19

Daftar Pustaka ....................................................

1.

Pengertian Hutan
Hutan menurut undang-undang nomor 41 tahun 1999 adalah suatu kawasan ekosistem

berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan sebagai sekumpulan ekosistem dimana saling berhubungan erat antara hutan dan lingkungan baik itu berupa pepohonan, benda-benda hayati dan non hayati, lingkungan pendukung (jasa) dimana semua yang ada diatas selalu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hutan secara keseluruhan merupakan kumpulan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan hutan alam terdapat beragam jenis pepohonan, umur yang beragam dan tingkat kerapatan yang tidak teratur dan pertumbuhan (riap yang berbeda). Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan. Ekosistem adalah suatu sistem dimana terdapat hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya (biotik dan abiotik) serta terdapat pula pertukaran/arus energi dan materi

diantara organisme dengan lingkungan tersebut. Ekosistem terbagi dua yaitu : ekosistem alami yaitu hutan alam dan sungai, sedangkan ekosistem buatan antara lain waduk, lahan pertanian, pemukiman dan lain-lain. Ekosistem alami mempunyai kemantapan yang tinggi dibanding ekosistem buatan. Ciri-ciri dari ekosistem yaitu terjadinya hubungan ekologi dan sistem yang ada atau hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan dan membentuk suatu kesatuan. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.

2.
A.

Jenis Hutan di Indonesia


Berdasarkan Biogeografi Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan antara tiga lempeng bumi. Hingga hari ini pun, ketiga lempeng bumi itu masih terus saling mendekati. Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi di negeri kepulauan ini. Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di sabuk khatulistiwa itu menghasilkan tiga kawasan biogeografi utama, yaitu: Paparan Sunda, Wallacea, dan Paparan Sahul. Masing-masing kawasan biogeografi adalah cerminan dari sebaran bentuk kehidupan berdasarkan perbedaan permukaan fisik buminya. Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat) Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace, yang pada 1858, memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di

Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih mirip dengan yang ada di daratan Benua Asia. Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur) Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber, yang sekitar 1902, memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang ada di Benua Australia. Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bagian tengah) Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis Weber. Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Kepulauan Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis endemik (hanya ditemukan di tempat bersangkutan, tidak ditemukan di bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini juga memiliki unsur-unsur baik dari Kawasan Oriental maupun dari Kawasan Australesia. Wallace berpendapat bahwa laut tertutup es pada Zaman Es sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan Australia dapat menyeberang dan berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis flora fauna Asia tetap lebih banyak terdapat di bagian barat dan jenis flora fauna Australia di bagian timur, hal ini dikarenakan Kawasan Wallace dulu merupakan palung laut yang sangat dalam sehingga fauna sukar untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.

B.

Berdasarkan Sifat Tanahnya Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan

mangrove, dan hutan rawa. Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai, seperti di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan pandan (Pandanus tectorius). Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan pantai selatan

Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia, Sonneratia, dan Rhizopheria. Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium leiocarpum), kempas (Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).

C.

Berdasarkan pemanfaatan lahan Berdasarkan pemanfaatan lahan, hutan Indonesia dapat dirinci sebagai berikut: Hutan tetap : hutan yang sedang dalam proses atau telah ditetapkan untuk dipertahankan fungsinya sebagai hutan. Hutan konservasi : kawasan hutan yang memiliki ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan lindung : kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi ekologisnya tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Hutan produksi terbatas : hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Hutan produksi tetap : hutan produksi yang dapat dieksploitasi baik dengan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis. Hutan konversi : hutan yang dapat diubah peruntukannya untuk memenuhi kebutuhan perluasan pengembangan wilayah di luar bidang kehutanan, misalnya transmigrasi, pertanian, perkebunan, industri, pemukiman, dan lain-lain.

3.

Fungsi Hutan
Fungsi hutan cukup bervariasi sesuai dengan sudut pandang tertentu. Bagi hubungan

timbal balik lingkungan hutan memiliki beberapa peranan yang sangat penting, antara lain : A. Fungsi hutan terhadap lingkungan Sebagai tempat hidup (habitat) satwa dan tumbuhan lainnya. Keberadaan hutan benar-benar telah menjaga berbagai jenis hewan dan tumbuhan dari kepunahan. Hutan menjadi kandang raksasa yang sanggup menumpang bagi ribuan jenis hewan dan bagaikan pot sangat besar yang kuat ditumbuhi ribuan jenis tumbuhan.

Dapat mencegah erosi tanah dan banjir. Air hujan dapat tertahan alirannya sehingga terserap dan disimpan oleh akar tumbuh-tumbuhan. Bila tidak ada hutan maka ketika hujan akan terjadi pengikisan tanah oleh aliran hujan. Akibatnya akan terjadi bencana bagi lingkungan seperti banjir dan rusaknya lapisan tanah pertanian. Pengatur peredaran air dalam tanah. Akar, batang dan daun pepohonan di hutan dapat menyimpan air hujan agar tidak langsung mengalir ke laut. Air dalam tanah keluar secara bertahap sedikit demi sedikit sebagai mata air. Jika tidak ada hutan biasanya berdampak terjadinya kekeringan sumber air pada musim kemarau. Hutan merupakan penghasil gas oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk lainnya untuk bernafas dan kelangsungan hidup. Sebagai penyerap bahan-bahan pencemar udara. Daun tumbuh-tumbuhan mampu menyerap gas karbon dioksida (CO2). Gas ini sangat mengganggu pernafasan manusia karena merupakan sisa pembakaran dan menyebabkan pencemaran udara. Dengan adanya hutan, maka daun-daunan akan menyerap karbon dioksida sehingga udara akan menjadi segar dan bermanfaat bagi manusia. Hutan dapat membentuk humus yang merupakan sisa-sisa tanaman yang telah terurai. Dengan adanya humus itu akan menambah kesuburan tanah dan sangat cocok untuk ditanami.

B.

Fungsi hutan bagi manusia Fungsi hutan bagi manusia sangatlah besar, diantaranya adalah sebagai berikut : Tempat mencari makanan di hutan dengan berburu binatang dan mencari buahbuahan. Ini terjadi pada masa dahulu/purba. Pada masa sekarang mungkin di pedalaman atau pulau-pulau kecil. Tempat mengambil hasil hutan berupa kayu maupun bukan kayu. Kayu dipakai sebagai salah satu sumber bahan bakar, bahan konstruksi bangunan, bahan perabotan. Hasil hutan buakan kayu misalnya bambu, rotan getah dan minyak asiri menjadi bahan baku industri kerajinan tangan, industri kertas, industri farmasi dan masih banyak lagi. Tempat melakukan beberapa kegiatan misalnya berkemah, berburu, atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan kebudayaan dan pariwisata. Hutan yang indah akan menjadi objek wisata yang menarik sehingga akan mendatangkan banyak

devisa bagi negara. Pada sektor pariwisata ini tentunya akan memberikan manfaat seperti dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Pada kondisi tertentu, hutan dapat dibuka menjadi lahan pemukiman atau areal pertanian. Dengan demikian hutan merupakan lahan pemukiman cadangan di samping untuk kegiatan pertanian. Manusia tidak perlu khawatir kekurangan lahan layak untuk tempat tinggal selama masih mempunyai banyak hutan yang terjaga. Namun demikian juga akan beresiko sekali jika lahan-lahan hutan di buat pemukiman. Pada kondisi perang masa dulu, hutan termasuk tempat yang aman dan sering dijadikan tempat menyingkir dari serangan musuh. Bahkan menjadi tempat yang cocok untuk mengatur strategi perang yang sangat rahasia. Jadi, fungsi hutan bisa disebut sebagai alat pertahanan di saat perang dan hiasan di saat damai.

C.

Fungsi hutan dalam suatu sistem lingkungan Fungsi lindung : Dalam suatu kawasan hutan mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengembalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Fungsi produksi : Dalam suatu kawasan hutan mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan untuk kepentingan peningkatan devisa dan kesejahteraan masyarakat. Fungsi konservasi (perlindungan) : Dapat dikatakan sebagai fungsi pemeliharaan dan pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistem yaitu hutan menjadi suatu kawasan konservasi yaitu kawasan dengan lingkungan yang baik, udara yang segar dan pemandangan yang indah seperti kawasan pelestarian alam (KPA) yang terdiri dari taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata. Kawasan suaka alam (KSA) terdiri dari cagar alam (CA), suaka marga satwa (SM), dan cagar biosfer (CB).

Jika dilihat secara kasat mata, sangat banyak fungsi dari hutan tersebut, karena hutanlah manusia bisa hidup di bumi. Bencana alam seperti banjir, atau tanah longsor bisa dicegah, karena akar dari pepohonan hutan tersebut menahan tanah agar tidak longsor dan menyerap air hujan sehingga tidak mengakibatkan banjir saat hujan.

4.

Manfaat Hutan
Keberadaan hutan sangat penting bagi kehidupan manusia sudah dirasakan sejak

sebelum adanya peradaban. Sejak zaman dahulu, manusia purba mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan tanaman liar di hutan. Mereka juga tinggal di hutan, menjadi bagian alami dari hutan. Manusia sekarang ini lebih memperhatikan hutan, karena faktor: manfaat ekonomi, manfaat hiburan dan manfaat bagi lingkungan.

A. Manfaat Ekonomi
Hutan menghasilkan beberapa produk. Kayu gelondongan dapat diolah menjadi kayu, kayu lapis, bantalan kereta api, papan, kertas. Rotan dapat digunakan untuk furniture. Hutan dapat juga menghasilkan minyak dan berbagai produk lainnya, latex dapat digunakan untuk membuat karet, terpentin, berbagai jenis lemak, getah, minyak, dan lilin. Bagi masyarakat pedalaman binatang dan tanaman hutan menjadi sumber makanan pokok mereka. Tidak seperti sumber alam lainnya misal batubara, minyak, dan tambang mineral, sumber alam yang berasal dari hutan dapat tumbuh kembali, sejauh manusia dapat memperhitungkan pengelolaannya.

B. Manfaat Hiburan
Keindahan alam dan kedamaian di dalam hutan dapat menjadi hiburan yang sangat luar biasa dan langka. Mengamati burung atau hewan langka menjadi kegiatan yang sangat menarik. Beberapa hutan dapat dimanfaatkan untuk berkemah, hiking dan berburu. Banyak juga yang hanya menikmati suasana dan bersantai di keheningan yang menyertai keindahan alam.

C. Manfaat bagi Lingkungan


Hutan membantu konservasi dan memperbaiki lingkungan hidup dalam berbagai bentuk. Misalnya hutan membantu menahan air hujan, sehingga mencegah tanah longsor dan banjir, air hujan diserap menjadi air tanah yang muncul menjadi mata air bersih yang mengalir membentuk sungai, danau, dan untuk air sumur. Tumbuhan hijau membantu memperbaiki lapisan atmosfir menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan oleh mahkluk hidup dan mengambil karbondioksida dari udara. Jika tumbuhan hijau tidak menghasilkan oksigen lagi, maka hampir semua kehidupan akan berhenti. Jika karbondioksida bertambah banyak di atmosfer hal ini dapat merubah iklim di bumi secara drastis. Hutan menjadi tempat tinggal beberapa jenis tanaman dan binatang tertentu yang tidak bisa hidup di tempat lainnya. Tanpa hutan berbagai tumbuhan dan hewan langka akan musnah.

5.

Landasan Hukum Pemanfaatan Hutan


Landasan pembangunan kehutanan adalah Pasal 33 Ayat 3 UUD '45, yang menyatakan

bahwa bumi dan air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan bahwa pendayagunaan sumberdaya alam hutan dilaksanakan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besar kemakmuran rakyat serta kelestarian fungsi berkelanjutan. Pembangunan kehutanan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat dan keserasian serta keselarasan dalam kehidupan. Pembangunan kehutanan bertumpu pada Trilogi memperhatikan

dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang

pembangungan dan dimaksudkan untuk meningkatkan peranserta, efisiensi dan produktivitas rakyat dalam menjaga kelestarian sumber daya hutan dan meningkatkan produksi hasil-hasil hutan. Pembangunan kehutanan mencakup berbagai aspek seperti peningkatan manfaat hutan bagi masyarakat dan pendapatan negara, kelestarian hutan dan pemeliharaan fungsi

lingkungan hidup, peningkatan produksi hasil hutan, peningkatan rehabilitasi hutan dan tanah kritis, peranserta masyarakat, pengurusan hutan bersama daerah, penyempurnaan pemukiman masyarakat peladang berpindah, peningkatan kemampuan pengusahaan hutan yang berkelanjutan dan peningkatan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan kehutanan. Untuk memantapkan peran sumberdaya hutan dalam pembangunan nasional, maka perlu terus dilaksanakan berbagai kaidah pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan, yang di samping memberi kemanfaatan masa kini juga menjamin kehidupan masa depan. Sumberdaya hutan yang merupakan sumberdaya yang terbarukan harus dikelola sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa dan memberi manfaat bagi masyarakat luas. Dalam menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, maka peran batas

sumberdaya hutan adalah mendukung pengembangan industri kehutanan dalam

kelestarian hutannya dan menggali berbagai sumber alam hutan baru bagi peningkatan penyediaan bahan baku yang lebih beranekaragam bagi industri. Pembangunan sumberdaya hutan merupakan bagian pula dari upaya nasional dalam peningkatan dan pemerataan pertumbuhan ekonomi antar daerah, penyediaan lapangan kerja, pembangunan daerah miskin dan terpencil, pengembangan peranserta masyarakat dan usaha nasional terutama yang kecil

10

dan menengah, pengentasan kemiskinan, serta pelestarian fungsi lingkungan hidup. Oleh karena itu pula, maka tugas melestarikan sumberdaya hutan menjadi tanggung jawab semua orang : masyarakat, dunia usaha dan pemerintah yang mendapat manfaat dari hutan tersebut termasuk masyarakat dunia yang mendapat perlindungan dari hutan kita.

6.

Eksploitasi Hutan dan Deforestasi


Hutan telah dimanfaatkan oleh manusia sejak dahulu kala karena di dalam hutan

tersedia semua hal yang dibutuhkan oleh manusia. Dulunya hutan hanya digunakan sebagai tempat berburu, mengumpulkan kayu bakar, menggunakan batang kayu sebagai bahan untuk membangun rumah, maupun tempat bersembunyi saat perang. Namun, pada saat ini pemanfaatan hutan sudah lebih maksimal lagi. Dalam setahun, hutan di Indonesia yang rusak oleh aktivitas eksploitasi mencapai 0,7 juta hektar. Laju pemulihan hutan tidaklah sebanding dengan kerusakan hutan yang terjadi. Pembalakan liar dan pembukaan lahan hutan yang dikonversikan menjadi lahan perkebunan sawit yang berperan paling besar dalam proses penggundulan hutan di Indonesia. Sumberdaya hutan memang banyak dan melimpah, tetapi jika eksploitasi hutan secara berlebihan dan hanya terarah pada penebangan pohon untuk diambil kayunya untuk dioleh menjadi produk furniture, buku, bahan bangunan serta

pembukaan lahan perkebunan, maka dampak positif yang didapat tidak akan sebanding dengan dampak negatif yang dirasakan kemudian. Menurut data laju deforestasi periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan gelar bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, sebanyak 21% atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain itu, 25 % lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Dari total luas hutan di Indonesia hanya sekitar 23 % atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.

11

Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana

direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.

Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan yaitu sebagai berikut : A. Segi Biofisik Illegal logging (Penebangan liar) Terjadinya penebangan liar dalam suatu kawasan hutan semakin memicu terjadinya kereusakan hutan dan menurunnya/berubah fungsi hutan, walaupun penebangan liar telah dilarang selama bertahun-tahun oleh pemerintah setempat dan pihak militer, namun sekarang ini terdapat bahaya besar yang mengancam dengan merajalelanya pandangan bebas bagi siapa saja termasuk penduduk untuk menebang kayu sebanyakbanyaknya. Kebakaran hutan Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ini, karena keteledoran dari masyarakat itu sendiri yang tidak memperhatikan/tidak memperdulikan seperti membuang puntung rokok ke hutan dan lain-lain. Perambahan hutan Petani yang menanam tanaman tahunan perkebunan dapat mengakibatkan ancaman utama berupa kerusakan hutan yang diciptakan oleh petani kaya, imigran dan pengusaha dari kota yang mengubah hutan menjadi lahan penanaman tanaman keras yang menguntungkan. Hal ini menyebabkan semakin meluasnya perambahan sehingga melewati tata batas hutan yang telah ditetapkan untuk tidak dijadikan sebagai lahan pertanian atau perkebunan.

12

Program pembangunan Program pembangunan yang mendayagunakan lahan hutan seperti sawah, transmigrasi (pemukiman), perkebunan, dan lain-lain sehingga hutan menjadi berubah fungsi dan akan berakibat buruk bagi lingkungan. Serangan hama dan penyakit Timbulnya ledakan hama secara besar-besaran akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan sehingga membuat hama dan penyakit ada yang menjadi kebal terhadap pestisida dan menyerang semua tumbuhan atau pepohonan yang ada dalam suatu kawasan hutan.

B. Segi manajemen Kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada lingkungan misalnya, dalam penyusunan tata ruang, yang seharusnya suatu lahan itu adalah kawasan hutan, menjadi kawasan pertanian, pemukimam dan lain-lain. Perencanaan pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian hutan seperti pembangunan rumah dari batu merah, dimana pabrik batu merah berdiri di sekitar kawasan hutan, dimana pabrik itu menggunakan bahan bakar kayu yang diambil dari hutan sehingga masyarakat beramai-ramai menggunduli hutan untuk memenuhi kebutuhan pasokan kayu bakar dari pabrik batu merah. Persepsi dan pemahaman masyarakat yang tidak tepat terhadap sumber daya hutan, dimana masyarakat lebih dominan menanam tanaman pertanian dari pada tanaman kehutanan karena waktu yang dibutuh kan oleh tanaman pertanian lebih cepat menghasilkan daripada tanaman kehutanan.

Proses pembangunan sepertinya berbanding lurus dengan kerusakan hutan. Disaat terjadi proses pembangunan, disitulah terjadi proses deforestasi. Pembangunan yang baik itu adalah pembangunan yang berjalan sebanding dengan kelestarian lingkungan. Di Riau sendiri, berhektar-hektar hutan dibuka demi membangun perkebunan kelapa sawit. Jika ditinjau dari segi lingkungan, keuntungan yang diperoleh secara material memang cukup besar, tetapi dampak lingkungan yang dihasilkan akan terus meningkat secara signifikan. Saat ini kita memang belum merasakan dampak negatifnya, tetapi anak cucu kita di kemudian hari yang akan merasakan dampak dari pembangunan saat ini yang tidak mempedulikan lingkungan.

13

7.

Dampak Deforestasi
Kerusakan hutan dan lingkungan karena faktor manusia sebagai penyebab utama.

Dialektika dilematis antara kebutuhan kepentingan ekologis dengan kepentingan ekonomi rakyat. Dominasi pemenuhan ekonomi menjadi pemenang dan menyebabkan kerusakan hutan disertai akibat-akibat yang menyertainya. Seperti bencana banjir bandang, kebakaran hutan, erosi tanah, punahnya hewan dan tumbuhan, pengeringan sumber mata air dan sungai, berkurangnya produk hutan, pemanasan global. Semua ini berdampak negatif kepada kehidupan manusia. Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus). Penebangan kayu secara liar (illegal logging) tanpa mengindahkan kaidah-kaidah manajemen hutan untuk menjamin kelestarian sumber daya hutan telah menyebabkan berbagai dampak negatif dalam berbagai aspek, Kerugian akibat penebangan liar memiliki dimensi yang luas tidak saja terhadap masalah ekonomi, tetapi juga terhadap masalah sosial, budaya, politik dan lingkungan. Dari perspektif ekonomi kegiatan illegal logging telah mengurangi penerimaan devisa negara dan pendapatan negara. Kerugian negara yang diakibatkan oleh illegal logging, mencapai Rp.30 trilyun per tahun. Permasalahan ekonomi yang muncul akibat penebangan liar bukan saja kerugian finansial akibat hilangnya pohon, akan tetapi lebih berdampak pada ekonomi dalam arti luas, seperti hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan keragaman produk di masa depan (opprotunity cost). Sebenarnya pendapatan yang diperoleh masyarakat (penebang, penyarad) dari kegiatan penebangan liar adalah sangat kecil karena porsi pendapatan terbesar dipetik oleh para penyandang dana (cukong). Tak hanya itu, illegal logging juga mengakibatkan timbulnya berbagai anomali di sektor kehutanan. Salah satu anomali terburuk sebagai akibat maraknya illegal logging adalah ancaman proses

14

deindustrialisasi sektor kehutanan. Artinya, sektor kehutanan nasional yang secara konseptual bersifat berkelanjutan karena ditopang oleh sumber daya alam yang bersifat terbaharui yang ditulang punggungi oleh aktivitas pengusahaan hutan disektor hulu dan industrialisasi kehutanan di sektor hilir kini tengah berada di ambang kehancuran. Dari segi sosial budaya dapat dilihat munculnya sikap kurang bertanggung jawab yang dikarenakan adanya perubahan nilai dimana masyarakat pada umumnya sulit untuk membedakan antara yang benar dan salah serta antara baik dan buruk. Hal tersebut disebabkan telah lamanya hukum tidak ditegakkan ataupun kalau ditegakkan, sering hanya menyentuh sasaran yang salah. Perubahan nilai ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dikembalikan tanpa pengorbanan yang besar. Kerugian dari segi lingkungan yang paling utama adalah hilangnya sejumlah tertentu pohon sehingga tidak terjaminnya keberadaan hutan yang berakibat pada rusaknya lingkungan, berubahnya iklim mikro, menurunnya produktivitas lahan, erosi dan banjir serta hilangnya keanekaragaman hayati. Kerusakan habitat dan terfragmentasinya hutan dapat menyebabkan kepunahan suatu spesies termasuk fauna langka. Kemampuan tegakan (pohon) pada saat masih hidup dalam menyerap karbondioksida sehingga dapat menghasilkan oksigen yang sangat bermanfaat bagi mahluk hidup lainnya menjadi hilang akibat makin minimnya tegakan yang tersisa karena adanya penebangan liar. Berubahnya struktur dan komposisi vegetasi yang berakibat pada terjadinya perubahan penggunaan lahan yang tadinya mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan juga sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan telah berubah peruntukanya yang berakibat pada berubahnya fungsi kawasan tersebut sehingga kehidupan satwa liar dan tanaman langka lain yang sangat bernilai serta unik sehingga harus jaga kelestariannya menjadi tidak berfungsi lagi. Dampak yang lebih parah lagi adalah kerusakan sumber daya hutan akibat penebangan liar tanpa mengindahkan kaidah manajemen hutan dapat mencapai titik dimana upaya mengembalikannya ke keadaan semula menjadi tidak mungkin lagi (irreversible). Oleh sebab itu, kita sebagai generasi penerus hendaklah mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama mengenai kehutanan. Hutan tidak bisa digantikan fungsinya oleh yang lain. Jika tidak ada hutan lagi, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang kehidupan manusia mulai punah. Oksigen yang merupakan syarat hidup manusia yang dihasilkan oleh tumbuhan di hutan sudah tidak ada lagi, dan tentu saja itu akan terjadi jika kita tidak mulai menjaga kelestarian hutan di Indonesia.

15

8.

Perlindungan terhadap Hutan


Sebenarnya banyak hukum yang melindungi hutan hujan di Indonesia, tetapi hukum

tersebut seperti dibuat hanya untuk dijadikan pajangan. Hutan harus mulai dilindungi, karena hutan merupakan masa depan manusia. Terdapat beberapa peraturan pemerintah dan undangundang yang melindungi sumberdaya hutan, yaitu : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.50/Menhut-II/2009 tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.62/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Berbagai Jenis Pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.52/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan Keppres No 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Selain membuat peraturan yang berkaitan dengan kehutanan, pemerintah juga menetapkan suatu hutan lindung, dimana hutan tersebut tidak boleh dieksploitasi sama sekali. Hutan lindung (protection forest) adalah kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi ekologisnya tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Undang-undang RI no 41/1999 tentang Kehutanan menyebutkan Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Dari pengertian di atas tersirat bahwa hutan lindung dapat ditetapkan di wilayah hulu sungai (termasuk pegunungan di sekitarnya) sebagai wilayah tangkapan hujan (catchment area), di sepanjang aliran sungai bilamana dianggap perlu, di tepi-tepi pantai (misalnya pada hutan bakau), dan tempat-tempat lain sesuai fungsi yang diharapkan. Dalam hal ini, undang-

16

undang tersebut juga menjelaskan bahwa yang dimaksud sebagai kawasan hutan dalam pengertian di atas adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan lindung pengertiannya kerap dipertukar-tukarkan dengan kawasan lindung dan kawasan konservasi pada umumnya. Kawasan konservasi, atau yang juga biasa disebut sebagai kawasan yang dilindungi (protected areas), lazimnya merujuk pada wilayah-wilayah yang didedikasikan untuk melindungi kekayaan hayati seperti halnya kawasan-kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud oleh UU no 5/1990. Jadi, fungsinya jelas berbeda dengan hutan lindung. Sedangkan kawasan lindung memiliki pengertian yang lebih luas, di mana hutan lindung tercakup di dalamnya. Keppres no 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung menyebutkan "Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan".

9.

Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan yang telah kelompok kami lakukan, bisa ditarik kesimpulan

berdasarkan permasalahan suberdaya hutan sebagai berikut : Penebangan hutan dalam skala besar masih terus terjadi di Indonesia. Salah satu penyebab penebangan hutan yang terus terjadi adalah karena lahan hutan yang berubah fungsi, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan perkebunan. Ekonomi Indonesia yang masih sangat tergantung pada sumber alam. Kekayaan alam (hutan, tambang) masih menjadi pilar penyokong utama pemasukan di Indonesia. Sekitar 70 persen pendapatan non-pajak Indonesia berasal dari kekayaan alam. Singkatnya, masih lebih menguntungkan menebang hutan daripada menjaga hutan alami. Perluasan wilayah pertanian, perkebunan, serta tambang. Semakin banyaknya investor asing di bidang kelapa sawit dan tambang batubara menyebabkan ekspansi besarbesaran perkebunan kelapa sawit dan aktivitas pertambangan. Beban hutan pun bertambah karena lahan perkebunan kelapa sawit biasanya berasal dari kawasan hutan yang kemudian berubah fungsi. Selain itu, deposit batubara kebanyakan terletak di

17

kawasan hutan. Industri kelapa sawit dan tambang (yang bisa mengancam kelestarian hutan) juga mendapat keuntungan dan dukungan dari sektor finansial. Daju mengilustrasikan, karena industri ini sangat menguntungkan, maka perbankan memberi bunga rendah untuk pembukaan dan perluasan usaha kelapa sawit atau pertambangan. Belum lagi pajak bumi dan bangunan untuk hutan yang sangat rendah, sehingga memudahkan individu atau perusahaan untuk memiliki ribuan hektar hutan dengan pajak murah. Sekitar 70 persen dari lahan di Indonesia adalah hutan, dan ini menjadi milik negara. Dengan desentralisasi, hak pengelolaan hutan pun dikembalikan ke pemerintahan lokal. Sayangnya, situasi ini malah memunculkan tubrukan antara izin penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah regional. Tumpang-tindih izin pengelolaan hutan pun bisa menambah beban pada upaya pelestarian. Proses pengambilan keputusan politik menjadi kelemahan terbesar. Salah satu yang menjadi sorotan adalah tidak transparannya proses pemberian izin pengelolaan untuk industri-industri yang bersifat mengeruk kekayaan alam. Selain itu, proses pengambilan keputusan juga jarang melibatkan partisipasi masyarakat lokal.

Ketika ditanya apa solusi termudah untuk mempertahankan kondisi hutan Indonesia setelah melihat kesimpulan di atas, proyek pembangunan lain mendapat subsidi yang sangat besar. Jika tanah atau hutan dibuat lebih mahal, maka itu akan membatasi kompetisi atas hutan. Pemerintah harus mensubsidi lebih banyak proyek-proyek yang mengutamakan lingkungan. Dengan mahalnya harga lahan, maka menyulitkan para perusahaan perkebunan untuk membuka lahan perkebunan yang luas, sehingga kerusakan lahan hutan bisa ditekan. Dan tanpa keputusan politik yang besar di tingkat nasional, kerusakan hutan di Indonesia masih akan sulit dihentikan.

18

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan http://afghanaus.com/manfaat-hutan/ http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/19674-%5B_Konten_%5DKonten%20994.pdf http://www.belantaraindonesia.org/2011/10/manfaat-hutan.html http://id.wikipedia.org/wiki/Pembalakan_liar http://www.antaranews.com/berita/1308819208/laju-kerusakan-hutan-capai-07-juta-hektar http://www.yousaytoo.com/pembukaan-lahan-dan-kebakaran-hutan/330748 http://mimpi22.wordpress.com/2010/04/22/dampak-kerusakan-hutan-terhadap-lingkungan-hidup/ http://www.diwarta.com/1167/beberapa-dampak-dari-kerusakan-hutan/ http://www.anakunhas.com/2011/03/dampak-dan-kerugian-penebangan-hutan-secara-liar.html http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_lindung

http://id.berita.yahoo.com/lima-masalah-utama-perlindungan-hutan-indonesia.html

19

Anda mungkin juga menyukai