Anda di halaman 1dari 10

P

E
T
A

P
E
R
S
E
B
A
R
A
N

F
A
U
N
A

D
I

I
N
D
O
N
E
S
I
A

GARIS WALLACE DAN GARIS WEBER

Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam flora dan fauna. Sayangnya, kondisi flora dan
fauna di negara kita saat ini mengalami penurunan yang sangat cepat akibat banyaknya pembukaan hutan untuk
dijadikan sebagai lahan bercocok tanam atau kebutuhan lain untuk manusia. Perilaku manusia saat ini sangat
merusak populasi flora dan fauna, sehingga beberapa flora dan fauna yang dianggap endemik dan hanya ada di
Indonesia kini jumlahnya sangat sedikit. Anda dapat melihat populasi harimau Sumatera yang kini populasinya
hanya tinggal 400 ekor dan bahkan 14 ekor diantaranya mati terbunuh setiap bulannya.
Pembagian flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) di Indonesia dibedakan menurut garis yang disebut
sebagai garis Wallace dan Weber. Alfred Russel Wallace merupakan seorang ahli Inggris yang pernah
mengadakan penelitian tentang keanekaragaman fauna di hutan Amazon serta disusul oleh penelitian fauna di
Indonesia pada tahun 1854 hingga 1862. Sedangkan Max William Carl Weber merupakan ilmuwan asal Jerman
bidang zoologi (hewan) yang terkenal berkat beberapa jasanya, yaitu pernah memimpin ekspedisi laut Sibolga
pada tahun 1899 hingga 1900 dan pernah pula mengadakan penelitian tentnag fauna di daerah Indonesia Timur
pada tahun 1888.
Penelitian Wallace dan Weber tersebut kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa Indonesia memiliki
tiga daerah pembagian flora dan fauna. Tiga daerah tersebut adalah Indonesia Barat, Indonesia Tengah, dan
Indonesia Timur. Garis Wallace memisahkan antara flora dan fauna di Indonesia Barat dan Tengah, sedangkan
garis Weber memisahkan antara flora dan fauna di Indonesia Tengah dan Timur.












TUGAS BIOLOGI
KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA DAN FAUNA DI INDONESIA
X MIA 1


















KELOMPOK IV :
- ABRAM HARY B. (01)
- AMELIA PUTRI S. (05)
- DEVI YUNIDIANSARI (10)
- DIAN INDAH S. U. A. (11)
- KRISNA ARUM W. (22)
- WULAN RACHMAWATI (34)





A. Persebaran Flora di Indonesia

Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar,
terutama curah hujan dan suhu udara. Jenis-jenis flora di Indonesia antara lain:
1) Hutan Hujan Tropis


Hutan ini merupakan hutan rimba yang lebat. Hutan heterogen adalah naama lain dari hutan Hujan
tropis. Jenis hutan ini banyak ditemukan di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Cirinya adalah:
a) Pohonnya besar, tinggi dan rapat
b) Berdaun lebar dan menghijau sepanjang tahun
c) Keadaan didalam hutan gelap
d) Banyak tumbuhan menjalar seperti rotan dan anggrek

2) Hutan musim











Jenis ini sering disebut hutan homogeny karena tumbuhannya terdiri atas satu jenis tanaman. Jenih hutan
ini banyak terdapat di jawa tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. ciri hutan ini adalah:
a) Pepohonan tidak terlalu tinggi dengan jarak tidak terlalu rapat
b) Umumnya terdiri dari satu pohon, misalnya jati
c) Hutan menghijau dimusim penghujan dan meranggas pada kemarau
d) Pada bagian dasar hutan, semak masih bisa tumbuh


3) Stepa








Stepa merupakan lahan yang ditumbuhi dengan rumput-rumput tanpa pepohonan. Jenis padang rumput
banyak terdapat di daerah yang curah hujan sedikit dan mengalami kemarau cukup panjang. Di Indonesia Stepa
banyak terdapat di Sumbawa, flores dan timor.
4) Sabana







Sebana memiliki ciri padang rumput yang luas diselingi pohon-pohon atau semak-semak di sekitarnya.
Di daerah ini memiliki kamrau panjang dan bersuhu panas. Di Indonesia, sabana terdapat di Nusa Tenggara,
Madura dan di Dataran Tinggi Gayo (Aceh).
5) Hutan bakau dan mangrove



Tumbuh di daerah pantai yang berlumpur.
Pohon-pohon ini memiliki akar yang mampu menaham
hantaman ombak laut. Hutan ini banyak tumbuh di dataran
rendah dan pantai yang banyak lumpurnya.


6) Padang lumut










Terjadi karena pengaruh cuaca dingin. Daerah yang dingin biasanya terdapat di puncak-puncak gunung.
Di Indonesia, padang lumut dapat dijumpai di Puncak Jayawijaya

Berdasarkan factor geologi, jenis flora di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Flora di Paparan Sunda
a) Flora di Sumatera terdiri atas:
(1) Flora edemik seperti Bunga Rafflesia Arnoldi
(2) Flora di Pantai Timur terdiri atas mangrove dan rawa gambut
(3) Flora di Pantai Barat terdiri atas meranti, kemuning, rawa gambut, hutan rawa dan rotan.
b) Flora di Kalimantan, terdapat kesamaan dengan flora di Sumatera yaitu hutan hujan tropic, hutan
gambut, dan hutan mangrove
2) Flora di Paparan Sahul, flora di daerah ini terdiri atas hutan tropic, hutan sagu, hutan nipah dan hutan
mangrove.
3) Flora di daerah Peralihan terletak di Sulawesi dan daerah sekitarnya.Terdiri dari hutan hujan tropic,
tumbuhan mangrove, dan nipah.

B. Persebaran Fauna di Indonesia

Dunia hewan di Indonesia dibagi menjadi 3 tempat, yaitu:
1) Fauna Tipe Indonesia Barat (Asiatis)
Fauna di daerah barat menyerupai daratan asia. Persebaran fauna meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimanta
hingga Sellat Makasar dan Selat Lombok. Kebanyakan binatang asiatis memiliki ukuran yang besar dan terdiri
dari binatang menyusui. Binatang jenis asiatis bisanya berbulu tidak indah. contoh:
a) Harimau di jawa, Madura dan Bali
b) Beruang terdapat di Sumatera, dan Kalimantan
c) Gajah terdapat di Sumatera
d) Badak terdapat di Sumatera
e) Banteng terdapat di Jawa dan Kalimantan
f) Jenis-jenis kera di Kalimantan dan Sumatera




2) Fauna Tipe Indonesia Timur (Australis)
Fauna bagian timur meliputi daerah Papua, Kepulauan Aru dan beberapa pulau di sekitarnya. Ciri dari fauna
australis adalah jenis mamalia berukuran kecil, banyak terdapat burung berbulu indah, hewan berkantong.
Binatang di daerah Australis mendapatkan pengaruh dari Australia.Cotohnya sebagai berikut:
a) Kanguru Pohon
b) Musang berkantong
c) Burung kasuari
d) Burung cendrawasih
e) Burung kakatua berjambul merah









3) Fauna Tipe Tengah (Peralihan)
Jenis fauna di daerah peralihan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan fauna di daerah asiatis
maupun australis. Jenis fauna peralihan terdapat di Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Contoh fauna
peralihan
a) Biawak dan komodo
b) Anoa
c) Babi rusa
d) Burung maleo















UPAYA UPAYA PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Perlindungan Alam

Alam merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh bahan kebutuhannya.
Dari alam, manusia mendapatkan makanan dan energi. Kebutuhan manusia yang diperoleh dari
lingkungannya bukan hanya sesaat, melainkan selama spesies itu ada sehingga kebutuhan itu tetap ada,
bahkan makin meningkat. Untuk dapat menyediakan kebutuhan hidup secara berkesinambungan itu,
manusia harus selalu berusaha menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati dalam
lingkungan perlu dilestarikan untuk mempertahankan beberapa nilai yang terkandung di dalamnya,
antara lain, sebagai berikut :
Nilai ilmiah, artinya pelestarian keanekaragaman hayati dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Dalam hal ini dapat dilakukan penelitian yang memungkinkan ditemukannya sesuatu yang
sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Nilai ekonomi. Semua kebutuhan manusia diperoleh dari lingkungannya. Oleh karena itu, menjaga
kelestarian berarti menjamin ketersediaan kebutuhan manusia secara berkesinambungan.
Nilai mental spiritual. Alam yang serasi dan seimbang adalah alam yang indah dambaan setiap manusia.
Kekaguman terhadap alam dapat meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai keindahan dan keselarasan. Alam yang mengandung komponen-komponen ekosistem secara seimbang
akan menjamin keselarasan proses yang terjadi di dalamnya.
Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia telah dilaksanakan semenjak
pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1912, yang berpusat di Bogor. Setelah merdeka,
perlindungan alam dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Perlindungan alam secara umum berarti melindungi semua komponen alam secara keseluruhan yang meliputi
kesatuanflora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu sebagai berikut.
1. Perlindungan alam ketat. Keadaan alam dibiarkan menurut kehendak alam tanpa campur tangan manusia,
kecuali jika diperlukan. Biasanya, daerah ini digunakan untuk kepentingan ilmiah atau penelitian, misalnya,
Ujung Kulon dan Pulau Panaitan.
2. Perlindungan alam terbimbing. Keadaan alam di suatu daerah tidak dilepaskan begitu saja, tetapi dibina oleh
para ahli, misalnya, Kebun Raya Bogor.
3. Taman nasional. Biasanya meliputi daerah yang luas, tidak boleh ada bangunan tempat tinggal, dan biasanya
berfungsi sebagai tempat rekreasi. Ciri-ciri taman nasional, antara lain:
tersedianya kawasan yang cukup luas bagi pengembangan satu atau lebih ekosistem yang tidak banyak
dijamah oleh manusia. Dalam kawasan ini berkembang jenis tanaman dan hewan yang memiliki nilai ilmiah;
karena kepentingannya yang khas bagi ilmu pengetahuan, pengelolaannya berada di tangan pemerintah;
karena memiliki unsur ilmu pengetahuan dan daya tarik ilmiah, kawasan ini dapat dikunjungi dan dikelola
untuk kemanfaatan manusia, tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem.
.



2. Pengawetan Hutan
Kalian mungkin sudah tahu bahwa hutan adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber keanekaragaman hayati
yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Kalian sebagai generasi muda
juga wajib memelihara keaslian hutan tersebut. Akan tetapi, akhir-akhir ini manusia cenderung mengulangi
kesalahan dalam memperlakukan hutan. Hutan yang terpelihara dengan baik dapat memperkaya hidup manusia
secara material danspiritual sehingga manusia harus berusaha untuk memelihara semaksimal
mungkin keanekaragam hayati tersebut.
Adapun tujuan dari pengawetan hutan, antara lain, sebagai berikut.
Menjaga keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna, dengan mencegah tindakan manusia yang dapat
merusak macam-macam flora dan fauna yang masih asli.
Menjaga keseimbangan air di musim penghujan dan musim kemarau. Humus menggemburkan tanah. Tanah
yang gembur mampu menahan air hujan. Selain itu, pada musim kemarau, sungai dan sumur tetap berair
karena air-air tanah itu keluar sebagai mata air.
Mencegah erosi. Permukaan tanah mudah tererosi. Tanah terlindung oleh humus dan terikat akar. Pada saat
terjadi hujan humus akan menghambat terlemparnya butiran-butiran tanah permukaan dari tempatnya
sehingga terhindarlah dari erosi.
Mencegah banjir. Terjadinya erosi akibat hutan gundul menyebabkan berkurangnya humus serta
pendangkalan sungai dan danau sehingga dapat terjadi banjir pada musim penghujan.
Sumber perekonomian. Penyediaan kayu untuk berbagai industri terpentin dan rotan merupakan hasil hutan
yang sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia.
Sementara itu, berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk pengawetan hutan adalah:
tidak melakukan penebangan pohon di hutan secara semena-mena, tetapi dilakukan dengan sistem tebang
pilih,
mengusahakan agar penebangan pohon diimbangi dengan penanaman kembali,
mengadakan peremajaan hutan dan reboisasi, yaitu menanami kembali bekas hutan yang telah rusak, dan
mencegah kebakaran. Kerusakan hutan yang paling besar terjadi karena kebakaran. Jika terjadi kebakaran
hutan, harus diusahakan pemadaman secepat mungkin.
3. Perlindungan Margasatwa
Untuk menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus diusahakan agar tidak ada satu atau
lebih komponen ekosistem yang mengalami kepunahan. Oleh sebab itu, usaha pelestarian keanekaragaman
hayati harus dilakukan secara terpadu, artinya dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen ekosistem harus
dilestarikan secara keseluruhan. Sikap manusia sangat berpengaruh terhadap perlindungan satwasatwa langka
yang mulai terancam kepunahan ini. Manusia harus sadar bahwa makhluk hidup apa pun jika telah punah,
keberadaannya di alam tidak dimungkinkan lagi.
Dalam usaha melestarikan hewan-hewan langka, cara yang ditempuh oleh berbagai pihak yang berkompeten
adalah:
1. membuat undang-undang perburuan dengan aturan-aturannya yang meliputi batas-batas daerah perburuan,
masa berburu, jumlah hewan yang boleh diburu, jenis hewan, umur, jenis kelamin hewan, dan yang paling
penting adalah hasil buruan tidak untuk diperjualbelikan;
2. membiakkan hewan-hewan langka yang hampir punah, misalnya, dengan mengisolasi hewan-hewan tertentu,
memelihara, dan membiakkannya, kemudian dilepaskan kembali ke asalnya;
3. memindahkan hewan langka yang hampir punah ke tempat lain yang habitatnya lebih sesuai dan lebih aman;
4. mengambil telur hewan-hewan tertentu pada saat tertentu untuk kemudian menetaskannya, membiakkannya,
dan mengembalikannya ke habitat semula.

Anda mungkin juga menyukai