Anda di halaman 1dari 7

KERAGAMAN HAYATI-BIODIVERSITY

EKOSISTEM HUTAN HUJAN TROPIS


Hutan hujan tropis terutama terletak di sekitar khatulistiwa, di wilayah-wilayah
dengan iklim tropis yang hangat dan lembap. Garis khatulistiwa adalah garis imajiner
yang membentang di tengah-tengah Bumi dan membagi Bumi menjadi dua belahan
utama, yaitu belahan utara dan belahan selatan. Wilayah di sekitar khatulistiwa
menerima cahaya matahari sepanjang tahun secara merata, sehingga memiliki suhu
yang relatif tinggi dan curah hujan yang melimpah.
Pulau Kalimantan adalah pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan
Papua Nugini. Sebagian besar wilayah pulau ini merupakan hutan hujan tropis yang
sangat luas dan kaya akan keanekaragaman hayati. Hutan hujan tropis Kalimantan
mencakup berbagai tipe hutan, termasuk hutan dataran rendah, hutan rawa, hutan
pegunungan, dan hutan pantai.
1. Hutan Dataran rendah

Hutan dataran rendah di Kalimantan terletak di wilayah yang lebih rendah,


biasanya di dataran rendah dan lembah antara pegunungan. Wilayah ini cenderung
memiliki iklim yang lebih hangat dan lembap dibandingkan dengan daerah
pegunungan. Hutan dataran rendah Kalimantan memiliki keanekaragaman hayati yang
sangat tinggi. Berbagai spesies tumbuhan dan hewan dapat ditemukan di sini, termasuk
pohon-pohon besar, liana, epifit, mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, dan spesies
lainnya. Hutan dataran rendah ini juga merupakan habitat bagi beberapa spesies yang
terancam punah, seperti orangutan Kalimantan, gajah Sumatera, dan harimau Sumatera.
Hutan dataran rendah Kalimantan memiliki struktur vegetasi yang khas. Kanopi
hutan yang rapat menyediakan naungan bagi tumbuhan dan hewan di bawahnya,
sementara lapisan semak, tajuk, dan lantai hutan juga memiliki keanekaragaman yang
tinggi. Di sini, banyak tanaman epifit seperti anggrek dan bromelia dapat ditemukan
tumbuh di pohon induknya. Hutan dataran rendah Kalimantan memiliki peran penting
dalam menjaga keseimbangan ekologis regional dan global. Hutan ini berfungsi sebagai
KERAGAMAN HAYATI-BIODIVERSITY

habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan, serta menyediakan layanan
ekosistem seperti penyimpanan karbon, pengaturan siklus air, dan perlindungan tanah
dari erosi. Namun, Hutan dataran rendah Kalimantan menghadapi ancaman serius dari
deforestasi, pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan kelapa sawit, serta
aktivitas ilegal seperti pembalakan liar. Ancaman-ancaman ini telah menyebabkan
kerusakan habitat dan penurunan keanekaragaman hayati, serta mengancam kelestarian
hutan dataran rendah ini.
2. Hutan Rawa
Hutan rawa di Kalimantan terutama terletak di daerah dataran rendah yang
rentan terhadap genangan air dan kelebihan air. Wilayah-wilayah ini sering kali
terbentuk di sepanjang aliran sungai besar, daerah pesisir, dan di sekitar danau-danau.
Hutan rawa ditandai oleh tanah yang selalu lembab atau tergenang air sebagian besar
waktu, baik akibat hujan yang berlimpah maupun akibat air sungai yang meluap. Tanah
rawa biasanya sangat kaya akan bahan organik yang terbentuk dari material tanaman
yang terurai di tempat yang lembap, sehingga membuatnya subur untuk pertumbuhan
vegetasi.
Hutan rawa di Kalimantan umumnya didominasi oleh tumbuhan-tumbuhan yang
mampu bertahan dalam kondisi air yang tinggi atau tergenang. Vegetasi yang umum
ditemukan di hutan rawa meliputi pohon-pohon berdaun lebar seperti ramin, meranti,
jelutong, dan nipah, serta tumbuhan perdu seperti pakis air dan pandan. Meskipun
kondisinya yang keras dan sulit, hutan rawa di Kalimantan merupakan habitat bagi
berbagai spesies hewan yang beradaptasi dengan lingkungan ini. Beberapa contoh
hewan yang bisa ditemukan di hutan rawa termasuk burung air, buaya, ular air, kera
ekor panjang, dan berbagai spesies ikan air tawar.
Hutan rawa di Kalimantan menghadapi ancaman serius dari aktivitas manusia
seperti penebangan kayu, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta
konversi lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Ancaman-ancaman ini dapat
KERAGAMAN HAYATI-BIODIVERSITY

menyebabkan kerusakan habitat, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kerugian


lingkungan yang signifikan.
3. Hutan Pegunungan
Hutan pegunungan Kalimantan terletak terutama di bagian pedalaman pulau,
terutama di bagian tengah dan utara Kalimantan. Pegunungan di Kalimantan meliputi
Pegunungan Muller, Pegunungan Kapuas Hulu, Pegunungan Schwaner, Pegunungan
Meratus, dan beberapa rangkaian pegunungan kecil lainnya.Hutan pegunungan
Kalimantan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Di dalamnya, terdapat
berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas dan seringkali unik. Beberapa spesies
endemik juga dapat ditemukan di kawasan hutan pegunungan ini. Hutan pegunungan
Kalimantan memiliki struktur ekosistem yang unik. Di wilayah yang lebih tinggi, terdapat
hutan pegunungan montana dan hutan pegunungan subalpin yang khas dengan flora
dan fauna yang beradaptasi dengan iklim yang lebih dingin dan kondisi lingkungan
yang berbeda.
Hutan pegunungan montana di Kalimantan terletak di ketinggian yang
beragam, biasanya antara 1.000 hingga 2.500 meter di atas permukaan laut. Mereka
terdapat di bagian pedalaman pulau, terutama di bagian tengah dan utara Kalimantan.
Hutan pegunungan montana ditandai oleh keadaan fisik yang beragam, seperti lereng
curam, lembah, dan puncak-puncak gunung. Iklim di hutan ini juga cenderung lebih
sejuk daripada di dataran rendah, dengan suhu yang lebih rendah dan curah hujan yang
lebih tinggi.Hutan pegunungan montana di Kalimantan memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi. Mereka menjadi rumah bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan
yang unik, termasuk beberapa spesies yang endemik di wilayah pegunungan ini. Hutan
pegunungan montana memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologis
regional. Mereka berkontribusi pada penyimpanan karbon, penghasil air, serta
menyediakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna yang bergantung pada
kondisi lingkungan pegunungan. Seperti hutan pegunungan pada umumnya, hutan
KERAGAMAN HAYATI-BIODIVERSITY

pegunungan montana di Kalimantan juga menghadapi berbagai ancaman, termasuk


deforestasi, pertambangan, kebakaran hutan, dan perubahan iklim. Ancaman-ancaman
ini dapat mengakibatkan kerusakan habitat dan penurunan keanekaragaman hayati.
Hutan pegunungan subalpin terletak di ketinggian yang sangat tinggi, biasanya
di atas 2.500 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini terletak di puncak-puncak
gunung tertinggi di Kalimantan, seperti Gunung Kinabalu di Sabah, Malaysia bagian
utara, dan beberapa puncak gunung tinggi lainnya. Hutan pegunungan subalpin
memiliki ciri khas yang mirip dengan hutan subalpin di daerah lain di dunia. Iklim di
wilayah ini cenderung dingin sepanjang tahun, dengan suhu yang seringkali mendekati
titik beku dan curah hujan yang lebih rendah dibandingkan dengan hutan montana.
Vegetasi yang tumbuh di sini seringkali terdiri dari semak belukar, rerumputan alpin,
dan beberapa spesies pohon yang mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang
ekstrem. Meskipun lingkungan yang keras, hutan pegunungan subalpin di Kalimantan
masih mendukung keanekaragaman hayati yang unik. Beberapa spesies tumbuhan dan
hewan yang beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrem dapat ditemukan di
sini. Namun, keanekaragaman hayati di hutan subalpin biasanya lebih rendah
dibandingkan dengan hutan pegunungan montana. Hutan pegunungan subalpin
memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologis wilayah pegunungan
tersebut. Mereka berkontribusi pada penyimpanan karbon, penghasil air, serta
menyediakan habitat bagi beberapa spesies flora dan fauna yang beradaptasi dengan
kondisi lingkungan subalpin. Meskipun terletak di ketinggian yang sangat tinggi, hutan
pegunungan subalpin di Kalimantan tidak luput dari ancaman aktivitas manusia, seperti
pertambangan ilegal, perambahan hutan, dan perubahan iklim. Ancaman-ancaman ini
dapat menyebabkan kerusakan habitat dan penurunan keanekaragaman hayati di
wilayah pegunungan tersebut.
KERAGAMAN HAYATI-BIODIVERSITY

Hutan pegunungan Kalimantan memiliki peran penting dalam menjaga


keseimbangan ekologis regional. Mereka berperan sebagai habitat bagi berbagai
spesies tumbuhan dan hewan, penyimpan karbon, penghasil air, serta pengatur iklim.

4. Hutan Pantai
Hutan pantai di Kalimantan terletak di wilayah pesisir pulau ini, membentang
sepanjang garis pantai di sepanjang Laut Jawa, Laut Sulawesi, dan Laut Karimata.
Mereka biasanya terletak di daerah yang terpengaruh oleh pasang surut air laut dan
berada di dekat muara sungai. Hutan pantai di Kalimantan memiliki karakteristik yang
khas, dimana tumbuhan yang tumbuh di daerah ini memiliki adaptasi khusus terhadap
lingkungan yang dipengaruhi oleh air laut. Hutan ini seringkali terdiri dari tumbuhan
yang toleran terhadap garam, seperti bakau (Rhizophora spp.), nipah (Nypa fruticans),
serta pohon cemara laut dan ketapang laut. Hutan pantai memiliki peran penting dalam
menjaga keseimbangan ekologis di wilayah pesisir. Mereka berperan sebagai benteng
alami yang melindungi pantai dari abrasi dan badai, menyediakan habitat bagi berbagai
spesies unik, serta menyimpan karbon dan nutrien yang penting bagi ekosistem laut.
Meskipun hutan pantai cenderung memiliki keanekaragaman hayati yang lebih rendah
daripada hutan hujan tropis, mereka tetap menjadi habitat penting bagi berbagai
spesies flora dan fauna khas, termasuk berbagai jenis burung, ikan, krustasea, dan reptil.
Hutan pantai di Kalimantan menghadapi berbagai ancaman, termasuk perambahan
untuk pembangunan infrastruktur pesisir, pembalakan liar, pertambangan, pencemaran
air laut, serta perubahan iklim yang dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut dan
erosi pantai.

DAFTAR PUSTAKA
Cannon, C. H., Morley, R. J., & Bush, A. B. (2009). "The current refugial rainforests of
Sundaland are unrepresentative of their biogeographic past and highly
KERAGAMAN HAYATI-BIODIVERSITY

vulnerable to disturbance." Proceedings of the National Academy of Sciences,


106(27), 11188-11193.
Curran, L. M., Trigg, S. N., McDonald, A. K., Astiani, D., Hardiono, Y. M., Siregar, P., &
Kasischke, E. (2004). "Lowland forest loss in protected areas of Indonesian
Borneo." Science, 303(5660), 1000-1003.
Meijaard, E., & Sheil, D. (2013). "Ten principles for a landscape approach to reconciling
agriculture, conservation, and other competing land uses in the tropics."
Journal of Sustainable Forestry, 32(7), 649-690.
Slik, J. W. F., Arroyo-Rodríguez, V., Aiba, S. I., Alvarez-Loayza, P., Alves, L. F., Ashton, P., ...
& Hildebrand, M. (2018). "An estimate of the number of tropical tree species."
Proceedings of the National Academy of Sciences, 115(8), 1657-1663.
Van der Ent, R. J., Savenije, H. H., Schaefli, B., & Steele-Dunne, S. C. (2010). "Origin and
fate of atmospheric moisture over continents." Water Resources Research,
46(9).

Anda mungkin juga menyukai