Anda di halaman 1dari 4

Selamat pagi.

Mohon ijin menanggapi diskusi pada sesi 6 Ekologi.


Apabila ada kekurangan dan kesalahan mohon arahan dan bimbingannya. Terimakasih.

1. Berbagai organisme yang hidup di ekosistem semiterrestrial yaitu: amfibi, reptil, burung, ikan, kepiting,
udang, dan kerang, serta tumbuhan akuatik.
Mengapa wilayah lahan basah memiliki keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan ekosistem
darat dan ekosistem perairan ?
Wilayah lahan basah memiliki keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan ekosistem darat dan
ekosistem perairan karena banyaknya sumber makanan di daerah tersebut. Banyaknya sumber
makanan ini dikarenakan di wilayah lahan basah terdapat hutan mangrove yang menyediakan bahan
organik dan nutrien melalui produksi serasahnya. Serasah merupakan lapisan tanah bagian atas
yang terdiri dari bagian tumbuhan yang telah mati seperti guguran daun, ranting dan cabang, bunga
dan buah, kulit kayu serta bagian lainnya, yang menyebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum
bahan tersebut mengalami dekomposisi (Departemen Kehutanan, 1997).
Hutan mangrove merupakan formasi hutan yang khas dan tumbuh di daerah pasang surut, terutama
di pantai yang terlindung (tenang), laguna, dan muara sungai dengan tanah yang berlumpur atau
sedikit berpasir (Arief, 2003). Komponen dasar dari rantai makanan di ekosistem bukanlah tumbuhan
mangrove itu sendiri, tapi serasah yang berasal dari tumbuhan mangrove. Sedangkan, tumbuhan
mangrove terutama daunnya memberikan banyak manfaat bagi organisme disekitarnya. Sebesar 5%
total produksi daun dikonsumsi langsung oleh kelompok herbivor sedangkan 95% masuk ke lingkungan
perairan sebagai detritus dari serasah. (Robertson 1991). Produktivitas serasah mangrove merupakan
sumber bagi produktifitas perikanan di estuari dan penyumbang unsur hara ke perairan disekitarnya.
Hal ini menjadikan mangrove memegang peranan yang unik dan tidak dapat digantikan oleh hutan
maupun ekosistem lain, yaitu sebagai mata rantai siklus unsur hara yang penting artinya bagi
organisme perairan (Amarangsinghe & Balasubramanian 1992). Tumbuhan mangrove merupakan
sumber makanan potensial, dalam berbagai bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem
mangrove. Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar dari rantai makanan di
ekosistem bukanlah tumbuhan mangrove itu sendiri, tapi serasah yang berasal dari tumbuhan
mangrove (Bengen 2004).

2. Berapa luas ekosistem marine di Indonesia dibandingkan dengan ekosistem daratan?


Perbandingan luas ekosistem marine di Indonesia dibandingkan dengan ekosistem daratan yaitu 70%
berupa lautan sedangkan 30% berupa daratan dari luas wilayah negara Indonesia. Wilayah Indonesia
terbentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memiliki 17.499 pulau dengan luas total wilayah
Indonesia sekitar 7,81 juta km². Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km² adalah lautan dan 2,55
juta km² adalah Zona Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km² yang berupa daratan.

Cakupan ekosistem marine berdasarkan mintakat dibedakan menjadi 2 yaitu secara vertikal dan secara
horizontal. Secara horizontal terdapat 2 mintakat ekosistem marine yaitu neritik (dangkal dan dekat
dengan pantai) dan oseanik (samudera).
- Mintakat neritik atau zona laut dangkal (perairan pesisir), biasanya terletak di sepanjang pantai
dan dangkal. Lebar mintakat neritik kira-kira 16-240 km. Mintakat neritik yang berbatasan dengan
daratan pantai dikenal sebagai ekosistem litoral, yaitu merupakan zona di antara batas pasang
tinggi dan surut rendah. Dasar perairan di bagian bawah mintakat neritik dikenal sebagai mintakat
sublitoral, berada pada kedalaman antara nol sampai 200 meter, dihitung dari batas surut
terendah. Mintakat neritik merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak diatas landas
benua, dengan kandungan unsur hara melimpah, kandungan sedimen tinggi dan daya tembus
cahaya yang dangkal. Hal ini disebabkan karena letaknya yang berdekatan dengan daratan yang
memasok berbagai macam zat terlarut ke laut.
- Mintakat oseanik merupakan bagian laut terbuka. Mintakat oseanik merupakan wilayah
lingkungan perairan yang terletak di luar landas benua, kandungan unsur hara kurang, kandungan
sedimen relative lebih sedikit sehingga daya tembus cahaya yang kuat.

Jika dikombinasikan secara vertikal terbagi menjadi beberapa mintakat, yaitu epipelagik, mesopelagik,
batiopelagik, absiopelagik,dan hadal.
 Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
 Mesopelagik merupakan daerah di bawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 m. Hewan
yang hidup di daerah mesopelagik yaitu ikan hiu.
 Batiopelagik merupakan daerah dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah
batiopelagik yaitu gurita.
 Absiopelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000 m, di daerah ini tidak
terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah
ini.
 Handal merupakan bagian laut terdalam (dasar) dengan kedalaman lebih dari 6.000 m. Sebagai
produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

3. Ada 6 macam cakupan dari ekosistem daratan berdasarkan bioma. Bioma diartikan sebagai
pengelompokkan flora dan fauna pada suatu wilayah tertentu melalui metode ekologis terbesar.
Pembagian berdasarkan pada wilayah dengan karakteristik bervariasi yang membedakan dengan
wilayah lain atau disebut ekosistem. Cakupan ekosistem daratan yaitu sebagai berikut :
a) Tundra.
Bioma tundra merupakan wilayah ekosistem daratan beriklim dingin, yang terbagi atas dua macam
yaitu bioma tundra arktrik dan bioma tundra alpin.
Tundra arktik : tundra yang letaknya berada di wilayah kutub utara atau arktik.
Tundra alpin : tundra yang berada di wilayah pegunungan tinggi.
Karakteristik tundra : iklim sangat dingin, keanekaragaman biotik yang rendah, struktut vegetasi
sederhana, musim pertumbuhan dan reproduksi yang rendah, energi dan nutrisi dalam bentuk
bahan organik mati (pool nutrient), populasi yang sering berubah.
Bioma tundra terdapat di berbagai wilayah di bumi diantaranya di Finlandia, Rusia, Siberia, dan
sebagian besar wilayah kutub utara.

b) Hutan
Hutan adalah sebuah ekosistem yang kompleks, yang menjadi rumah bagi ratusan bahkan ribuan
jenis satwa dan tumbuhan, menyuplai air bersih dan udara segar, dan menjaga iklim dan
temperatur bumi tetap stabil. Hutan juga memberi penghidupan bagi masyarakat yang hidup
didalam dan di sekitarnya, serta kelompok pengusaha yang memanfaatkan hasil hutan sebagai
komoditas konsumsi sehari-hari. Hutan ditandai dengan dominasi pohon dan vegetasi berkayu.
Hutan tropik : bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembab, sebagai hutan yang terletak di
daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi mencapai 2000mm/tahun. Dicirikan oleh
keanekaragaman jenis yang tinggi.
Hutan iklim sedang : memiliki ciri tanah yang subur, kanopi tebal, curah hujan 75-150cm/tahun,
tumbuhan terdiri atas 3-4spesies/km².

c) Taiga.
Suatu ekosistem yang berada di hutan yang didalamnya hanya terdapat satu spesies pohon yang
sejenis. Spesies tersebut misalnya seperti pinus, konifer, cemara dan lainnya yang sejenis. Taiga
berada di wilayah atau daerah di antara daerah pemiliki iklim sub tropis dengan temperatur sangat
rendah, dan memiliki curah hujan sekitar 35 – 40 cm/ tahun. Bioma taiga ditemukan pada wilayah
bumi bagian utara misalnya seperti di Rusia, Siberia, Alaska dan Kanada.

d) Padang rumput
Padang rumput didominasi oleh rumput, padang rumput terdapat di wilayah atau daerah tropis
hingga mempunyai iklim sedang. Padang rumput terdapat 2 tipe yaitu savana dan padang rumput
iklim sedang.
Savana : ditandai dengan pohon-pohon kecil/banyak ruang diantara pepohonan dan kanopi
terbuka. Beberapa savana tidak memiliki pohon. Ketersediaan air musiman dan curah hujan
terbatas pada satu musim.
Padang rumput iklim sedang : vegetasi dominan yaitu rumput, pohon dan semak tidak ada.
Temperatur yang bervariasi, hujan terjadi pada akhir musim semi dan awal musim panas dengan
curah hujan 50,8-88,9 cm/tahun.
Beberapa negara yang mempunyai banyak padang rumput antara lain Amerika Selatan, Hongaria,
Australia, Rusia bagian Selatan, dan beberapa di wilayah Indonesia.

e) Padang pasir
Padang pasir, bioma yang di dominasi oleh batu ataupun pasir dengan tumbuhan sangat jarang.
Tumbuhan yang hidup di daerah padang pasir umumnya tumbuhan yang mempunyai daun yang
kecil seperti duri dan berakar panjang. Sedikit vegetasi dan hewan. Tanahnya sangat kering dan
tidak ada bahan organik. Padang pasir memiliki curah hujan kurang dari 50cm/tahun. Padang pasir
mempunyai 4 tipe yaitu padang pasir panas dan kering, padang pasir semiarid, padang pasir pantai
dan padang pasir dingin.

f) Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS)


Wilayah daratan yang dibatasi punggung-punggung gunung yang menampung air hujan yang
kemudian disalurkan ke laut. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air. Secara
biogeofisik ciri-ciri DAS adalah sebagai berikut :
- Terdapat bagian hulu yang merupakan daerah konservasi, dengan kerapatan drainase lebih
tinggi, kemiringan lempeng besar, bukan daerah banjir, pengaturan air ditentukan pola
drainase, dan vegetasi tegakan hutan.
- Bagian hilir daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, kemiringan lempeng kecil
sampai sangat kecil, merupakan daerah banjr, pengaturan air ditentukan bangunan irigasi,
dan vegetasi didominasi tanaman pertanian
- Daerah aliran bagian tengah merupakan daerah transisi hulu dan hilir.
Daftar Pustaka :

Amarangsinghe, M.D. & Balasubramanian. (1992). Net primary productivity of two mangrove forest
stand on The Norwestern Coast of Srilanka in Developments in Hydrobiology. The ecology of mangrove
and related ecosystem. Kluwets Academi Publisher. Netherland : 41 - 47 hlm.

Arief, A. (2003). Hutan Mangrove, Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius; Yogyakarta : 47 hlm.

Bengen, D.G. (2004). Pedoman teknis pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat Kajian
Sumber Daya Pesisir & Laut IPB. Bogor: 56 hlm.

Departemen Kehutanan. 1997. Ensiklopedia Kehutanan Indonesia. Edisi I. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Husodo, Teguh dkk. 2021. Ekologi.Tangerang Selatan : Universitas Terbuka

Pratama, Oky. 2020. Konservasi Perairan Sebagai Upaya menjaga Potensi Kelautan dan Perikanan
Indonesia. Diakses dari https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-konservasi-perairan-sebagai-upaya-
menjaga-potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia diakses pada 30 November 2021 pukul 06:30

Robertson, A. I. (1991). Plant-animal interaction and the structure and the function of mangrove forest
ecosystem. Australian Journal of Ecology 416 : 433.

Wahyuni, Indria. 2016. ANALISIS PRODUKSI DAN POTENSI UNSUR HARA SERASAH MANGROVE DI
CAGAR ALAM PULAU DUA SERANG, BANTEN. Banten : UNTIRTA. Diakses dari
https://jurnal.untirta.ac.id

https://ilmulingkungan.com/ekosistem-air-laut/ diakses pada 30 November 2021 pukul 07:00


https://www.wwf.id/program/hutan diakses pada 30 November 2021 pukul 07:10

Anda mungkin juga menyukai