Anda di halaman 1dari 19

Flora dan fauna di Indonesia cukup beragam,

Flora dan fauna ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Flora adalah segala jenis tumbuhan dan tanaman yang ada di muka bumi.

Sedangkan fauna adalah semua jenis hewan yang hidup di muka bumi.

Flora & Fauna di Indonesia

Pulau Komodo | Sumber gambar: Wikipedia

Meliputi Indonesia bagian tengah, yakni kepulauan Nusa Tenggara, dan Sulawesi,
flora dan fauna di Indonesia pada area ini dikenal juga sebagai flora dan fauna zona
peralihan. Disebut peralihan karena flora dan fauna di zona ini merupakan peralihan
dari flora fauna asiatis dan flora fauna australis. Hal ini membuat flora dan fauna di
Indonesia bagian ini memiliki karakter dan ciri campuran dari zona asiatis dan zona
australis serta terdapat banyak hewan endemik yang hanya bisa ditemukan di
Indonesia.
Babirusa | Sumber gambar: Wikipedia

Beberapa contoh fauna endemik di zona peralihan adalah Babirusa, Komodo, Anoa,
Kus Kus dan juga Tarsius. Sedangkan contoh flora yang bisa ditemukan di zona
asiatis antara lain Longusei, Gofasa, Eboni, Anggrek Serat, Cempaka hutan kasar,
serta Cengkeh, dan Ampupu.

Untuk bisa melihat langsung bagaimana flora dan fauna di Indonesia bagian tengah,
salah satu contoh destinasi yang bisa kamu kunjungi adalah Taman Nasional
Komodo yang menjadi rumah satwa endemik Komodo dan Kuda Liar serta Rusa
Timor dan Kera Ekor Panjang.
Kangguru Pohon | Sumber gambar: Wikipedia

Meliputi wilayah timur Indonesia, yakni Papua dan Kapulauan Maluku,, flora dan
fauna di Indonesia pada area ini dikenal juga sebagai flora dan fauna zona autralis.
Hal ini dikarenakan flora dan fauna pada zona ini memiliki ciri dan karakter
menyerupai flora dan fauna di benua Australia dikarenakan lokasi geografisnya yang
lebih dekat dengan benua Australia.

Ciri dari flora dan fauna di zona australis antara lain:


- memiliki hewan-hewan berkantung,
- mamalia yang cenderung berukuran kecil,
- spesies ikan air tawar yang lebih sedikit,
- spesies burung di zona australis memiliki bulu-bulu yang indah dengan warna-
warna mencolok,
- flora di zona australis memiliki daun pararel dengan bentuk memanjang.
Puyuh Salju | Sumber gambar: Wikipedia

Beberapa contoh fauna Indonesia di zona australis adalah Cendrawasih, Kangguru


Pohon, Wallaby, dan juga Kasuari. Sedangkan contoh flora yang bisa ditemukan di
zona australis antara lain pakis, eboni, siwalan, dan matoa.

Untuk bisa melihat langsung bagaimana flora dan fauna zona australis, salah satu
contoh destinasi yang bisa kamu kunjungi adalah Taman Nasional Lorentz yang
menjadi rumah satwa endemik Kangguru Pohon, Burung Cendrawasih dan juga
Puyuh Salju. Dengan kekayaan hayati tersebut, Indonesia menjadi tujuan traveling
yang menarik baik bagi wisatawan dalam maupun luar negeri.
Amorphopallus Titanum, flora endemik Pulau Sumatera ini masuk kategori rentan
Flora Indonesia Bagian Barat (Asiatis)

Persebaran flora di Indonesia bagian barat disebut dengan tipe Asiatis. Hal ini dikarenakan
banyak flora di bagian barat yang hampir sama dengan flora di benua Asia pada umumnya.
Wilayah Indonesia bagian barat sendiri meliputi pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Terdapat beragam flora di bagian barat Indonesia dengan sifat heterogen, terutama
dipengaruhi karena iklim hujan tropis dengan curah hujan tinggi. Beberapa variasi tumbuhan
di Indonesia bagian barat antara lain jenis tanaman lumut, paku, jamur, meranti, mahoni,
damar dan lain-lain.

Terdapat pula banyak jenis hutan seperti hutan hujan tropis, hutan musim, hutan sabana tropis
dan hutan bakau atau mangrove di daerah pesisir pantai. Ada juga beberapa flora endemik
Indonesia yang khas di bagian barat ini misalnya adalah bunga Rafflesia Arnoldi atau bunga
bangkai di Bengkulu yang menjadi ciri khas flora tipe Asiatis.

Flora Indonesia Bagian Tengah (Peralihan)


Persebaran flora di Indonesia bagian tengah disebut dengan tipe peralihan atau disebut juga
dengan flora kepulauan Wallace karena terletak pada garis wallace yang memisahkan flora-
fauna tipe Asiatis dan Australis. Wilayah Indonesia bagian tengah meliputi pulau Sulawesi,
Bali dan Nusa Tenggara.

Iklim di Indonesia bagian tengah cenderung memiliki kelembapan udara dan curah hujan
yang lebih rendah sehingga memberi dampak pada flora yang ada. Akibatnya flora tipe
peralihan banyak didominasi oleh hutan pegunungan, hutan sabana dan stepa tropis karena
curah hujan yang rendah.

Ada juga variasi tanaman rempah-rempah seperti pala, cengkeh, kayu cendana, kayu eboni,
anggrek dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal tersebut menjadi ciri khas yang ada pada
persebaran flora tipe peralihan di Indonesia bagian tengah.

3. Flora Indonesia Bagian Timur (Australis)

Persebaran flora di Indonesia bagian timur disebut dengan tipe Australis. Hal ini dikarenakan
persebaran flora di Indonesia bagian timur hampir sama dengan flora di benua Australia
secara umum. Wilayah Indonesia bagian timur meliputi Papua, Maluku dan sekitarnya.

Iklim yang ada di Indonesia bagian timur didominasi oleh hutan hujan tropis dan hutan
pegunungan. Selain itu juga banyak ditemui tanaman seperti pohon sagu, pohon nipah dan
hutan bakau atau mangrove yang ada di daerah pesisir pantai.

Daerah timur Indonesia juga memiliki tanaman khas Australis seperti pohon rasamala,
tanaman eucalyptus serta jenis pemetia pinnata atau motea yang lazim ditemui di benua
Australia.

Persebaran Fauna di Indonesia

Persebaran fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga yakni tipe Asiatis (wilayah barat), tipe
peralihan (wilayah tengah) dan tipe Australis (wilayah timur).
Fauna Indonesia Bagian Barat (Asiatis)

Persebaran fauna Indonesia bagian barat dikenal dengan tipe Asiatis, sama dengan persebaran
floranya. Hal ini karena fauna di bagian barat Indonesia hampir sama dengan jenis fauna di
benua Asia secara keseluruhan. Pengaruh kedekatan letak dan kondisi permukaan bumi
menjadi faktor utamanya.

Wilayah Indonesia bagian barat pada persebaran fauna tipe Asiatis meliputi pulau Sumatera,
Jawa dan juga Kalimantan. Di bagian barat, banyak ditemui fauna tipe mamalia, reptil,
burung hingga ikan yang banyak ditemui di wilayah benua Asia lainnya.

Ada banyak pula hewan endemik khas tipe Asiatis di Indonesia wilayah barat. Contoh hewan
endemik Indonesia yang khas dan unik di bagian barat ini antara lain adalah badak bercula
satu, tapir, harimau sumatera, siamang, ikan pesut mahakam, orangutan, harimau loreng, kera
gibon dan masih banyak lagi yang lainnya.

Fauna Indonesia Bagian Tengah (Peralihan)


Persebaran fauna Indonesia bagian tengah dikenal dengan tipe peralihan atau juga dikenal
sebagai fauna kawasan Wallace karena berada di garis wallace yang memisahkan tipe Asiatis
dan Australis. Wilayah Indonesia bagian tengah meliputi pulau Sulawesi, Bali dan Nusa
Tenggara.

Karena letaknya di tengah, ada beberapa fauna tipe Asiatis dan Australis yang masuk dalam
tipe peralihan ini. Contoh fauna Asiatis seperti kera atau fauna Australis seperti kuskus juga
banyak dijumpai di wilayah Indonesia bagian tengah ini.

Ada juga beberapa hewan endemik khas tipe peralihan di Indonesia wilayah tengah. Contoh
hewan endemik Indonesia yang khas dan unik di bagian tengah antara lain adalah komodo,
anoa, babirusa, monyet hantu, burung maleo dan masih banyak lagi yang lainnya.

Fauna Indonesia Bagian Timur (Australis)

Persebaran fauna di Indonesia bagian timur disebut dengan tipe Australis, sama seperti
floranya. Hal ini dikarenakan persebaran fauna di Indonesia bagian timur memiliki kesamaan
dengan fauna di benua Australia secara umum. Wilayah Indonesia bagian timur meliputi
Papua, Maluku dan sekitarnya.

Di bagian timur terdapat banyak jenis hewan yang lazim ditemui di benua Australia, sebut
saja seperti kangguru, walaby, koala serta berbagai jenis burung, reptil dan primata lainnya
yang khas. Sementara hewan seperti kera dan mamalia jarang ditemui di wilayah ini.

Ada juga beberapa hewan endemik khas tipe Australis di Indonesia wilayah timur. Contoh
hewan endemik Indonesia yang khas dan unik di bagian timur antara lain adalah burung
cendrawasih, kasuari, merak gouravictori, kangguru mantel emas, nuri sayap hitam, hiu bintik
dan masih banyak lagi yang lainnya.

Nah demikian referensi persebaran flora dan fauna di Indonesia berdasarkan garis Wallace
dan garis Weber, baik di bagian barat, tengah dan timur. Semoga bisa menambah wawasan
mengenai contoh flora dan fauna yang ada di negara Indonesia.
Aceh – Bungong Jeumpa (Michelia champaca)

Cempaka wangi (Magnolia champaca/Michelia champaca) adalah pohon hijau abadi besar
yang bunga putih atau kuningnya dikenal luas sebagai sumber wewangian. Tumbuhan asal
anak Benua India dan Asia Tenggara ini juga berguna kayunya dan berfungsi pula sebagai
penghias taman. Bijinya terbungkus oleh salut biji yang disukai burung. Cempaka wangi
adalah Flora identitas untuk Provinsi Aceh; di sana dikenal sebagai bungong jeumpa.

Dalam percakapan sehari-hari, yang dimaksud dengan cempaka biasanya adalah cempaka
wangi ini. Nama “cempaka” dipinjam dari bahasa Sanskerta. Nama-nama dalam berbagai
bahasa di India juga memiliki nama bermiripan, seperti champac, sonchaaphaa, atau
sampangi.

Bunga cempaka wangi melepaskan Aroma yang harum. Bunga yang masih kuncup biasa
menjadi Hiasan rambut atau diletakkan pada mangkuk berisi air sebagai pengharum ruangan.
Aromanya menjadi komponen utama salah satu parfum dari Prancis, Joy.

Pohon cempaka biasa ditanam di pekarangan rumah, kuil, atau pekuburan. Karena Asosiasi
dengan tempat-tempat suci, pohon cempaka wangi sering dianggap sebagai pohon keramat.

Cempaka wangi dapat diperbanyak dengan cangkok atau dengan menumbuhkan bijinya.
Sumatera Utara – Kenanga (Cananga odorata)

Kenanga (Cananga odorata) adalah nama bagi sejenis bunga dan pohon yang
menghasilkannya. Ada dua forma kenanga, yaitu macrophylla, yang dikenal sebagai kenanga
biasa, dan genuina, dikenal sebagai kenanga Filipina atau ylang-ylang. Selain itu, masih
dikenal pula kenanga perdu (Cananga odorata fruticosa), yang banyak ditanam sebagai hiasan
di halaman rumah.

Cananga odorata tumbuh dengan cepat hingga lebih dari 5 meter per tahun dan mampu
mencapai tinggi rata-rata 12 meter. Batang pohon kenanga lurus, dengan kayu keras dan
cocok untuk bahan peredam suara (akustik). Memerlukan sinar matahari penuh atau sebagian,
dan lebih menyukai tanah yang memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di dalam
hutan tadah hujan. Daunnya panjang, halus dan berkilau. Bunganya hijau kekuningan (ada
juga yang bersemu dadu, tetapi jarang), menggelung seperti bentuk bintang laut, dan
mengandung minyak biang, cananga oil yang wangi.

Ylang-ylang juga berupa pohon, tetapi tidak setinggi pohon kenanga biasa. Kenanga perdu
yang biasa ditanam di halaman rumah, hanya bisa tumbuh paling tinggi tiga meter.

Kenanga biasa merupakan tumbuhan asli di Indonesia dan ylang-ylang tumbuhan asli
Filipina. Kenanga lazim pula ditanam di Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia. Di Indonesia,
bunga kenanga banyak menempati peran di dalam upacara-upacara khusus misalnya dalam
upacara perkawinan.

Kenanga adalah flora identitas Provinsi Sumatera Utara.


Sumatera Barat – Pohon Andalas (Morus macroura)

Andalas atau bebesaran atau murbei (Latin: Morus) adalah sebuah genus yang terdiri dari 10–
16 spesies pohon tertentu yang asli berasal dari daerah panas sedang dan subtropis di Asia,
Afrika dan Amerika. Mayoritas spesies asli berasal dari Asia. Salah satunya yang terkenal
adalah di desa Andaleh, kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yang
telah mencapai usia lebih dari 120 tahun.

Bebesaran tumbuh cukup cepat pada saat masih muda, namun kemudian tumbuh lambat dan
tingginya jarang melebihi 10-15 m. Daun bebesaran merupakan daun sederhana berbentuk
cuping dan menggergaji di bagian tepi. Buah murbei merupakan buah majemuk dengan
panjang 2-3 cm, berwarna merah bila masih mudah dan ungu tua bila ranum, dan dapat
dimakan.

Bebesaran terutama terkenal karena dedaunannya digunakan sebagai makanan ulat sutra.
Selain itu, andalas (Morus macroura), salah satu spesies bebesaran, sering digunakan kayunya
untuk lantai rumah atau mebel karena kuat dan keras.
Riau – Nibung (Oncosperma tigillarium)

Nibung (Oncosperma tigillarium) adalah sejenis palma yang tumbuh di rawa-rawa Asia
Tenggara, mulai dari Indocina hingga Kalimantan.

Tumbuhan ini berupa pohon dengan bentuk khas palma: batang tidak atau jarang bercabang,
dapat mencapai 25m, dapat memunculkan anakan yang rapat, membentuk kumpulan hingga
50 batang. Batang dan daunnya terlindungi oleh duri keras panjang berwarna hitam. Daunnya
tersusun majemuk menyirip tunggal (pinnatus) yang berkesan dekoratif.

Kayu nibung sangat tahan lapuk sehingga dipakai untuk penyangga rumah-rumah di tepi
sungai di Sumatera dan Kalimantan. Temuan Arkeologi di daerah Jambi menunjukkan sisa-
sisa penyangga rumah dari kayu ini di atas tanah gambut dari perkampungan abad ke-11
hingga ke-13. Kayunya juga dipakai untuk jala ikan (di Kalimantan).

Nibung adalah tumbuhan indentitas Provinsi Riau.


Kepulauan Riau – Sirih (Piper betle)

Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang
pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah
bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit
kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan.

Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan dan
berbagai upacara adat rumpun Melayu.

Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat
kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang
tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan
mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 – 8 cm dan lebar 2 – 5 cm.
Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat
panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 – 3 cm dan terdapat dua benang sari yang
pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 – 6 cm dimana terdapat kepala putik
tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk
bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
Jambi – Palem Merah (Cyrtostachys renda)

Palem merah adalah tanaman hias populer yang biasa dijumpai di pekarangan rumah. Nama
merah diambil dari warna pelepah daunnya yang merah pekat menyala. Palem merah
sekarang menjadi salah satu tumbuhan langka karena eksploitasi besar-besaran di hutan
Sumatra dan Malaya, tempat asalnya.

Terdapat varian yang sekarang dianggap sebagai varietas, yang dikenal sebagai palem jingga
(C. renda Blume).

Palem merah adalah flora maskot Provinsi Jambi.


Sumatera Selatan – Duku (Lansium domesticum)

Duku adalah nama umum dari sejenis buah-buahan anggota suku Meliaceae. Tanaman yang
berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini dikenal pula dengan nama-nama yang lain
seperti langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan pelbagai variasinya. Nama-
nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin
dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.

Duku adalah tumbuhan identitas untuk Provinsi Sumatera Selatan.

Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang hingga 75 cm.
Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar papan) yang pipih
menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan
jingga, mengandung getah kental berwarna susu yang lengket (resin).

Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9 anak daun yang
tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9-21 cm × 5-10 cm, mengkilap
di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek,
anak daun bertangkai 5–12 mm.

Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang besar,
menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap bercabang pada
pangkalnya, 10–30 cm panjangnya, berambut. Bunga-bunga berukuran kecil, duduk atau
bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5,
berdaging, kuning kehijauan. Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2-3 mm × 4-5 mm,
putih hingga kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepala-
kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.
Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm × 1,5-5 cm,
dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang tidak rontok. Kulit (dinding)
buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji
terbungkus oleh salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam.
Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak berkembang (rudimenter),
namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.

Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman


dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun.
Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji menghasilkan banyak
embrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik. Embrio
apomiktik berkembang dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter
yang serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh hari
akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.

Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk.

Bengkulu – Suweg Raksasa (Amorphophallus titanum)

Bunga Bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase vegetatif),
Amorphophallus titanum, merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik
dari Sumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar
di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari
Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Namanya berasal dari bunganya yang
mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk
mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Banyak orang sering salah
mengira dan tidak bisa membedakan bunga bangkai dengan “Rafflesia arnoldii” mungkin
karena orang sudah mengenal bahwa Rafflesia sebagai bunga terbesar dan kemudian menjadi
bias dengan ukuran bunga bangkai yang juga besar.

Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase
vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya
dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya
dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga
majemuknya akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.

Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau
spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya berumah
satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan,
sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga
tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga
setinggi 2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan
ketinggian 2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di Jerman. Namun
demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang mekar di sana
mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004. Bunga mekar untuk waktu
sekitar seminggu, kemudian layu. Apabila pembuahan terjadi, akan terbentuk buah-buah
berwarna merah dengan biji di pada bagian bekas pangkal bunga. biji-biji ini dapat ditanam.
Setelah bunga masak, seluruh bagian generatif layu. Pada saat itu umbi mengempis dan
dorman. Apabila mendapat cukup air, akan tumbuh tunas daun dan dimulailah fase vegetatif
kembali. Karena keunikan bunga ini, bunga ini sering diperjualbelikan oleh manusia, itulah
faktor utama bunga ini langka.
Lampung – Bunga ashar (Mirabilis jalapa)

Bunga Ashar mekar pada sore hari, dan bunga ini dipergunakan sebagai pertanda telah
masuknya waktu Shalat Ashar bagi masyarakat yang beragama Islam pada jaman dahulu.
Bunga ini disenangi oleh masyarakat Lampung semenjak Agama Islam masuk ke daerah
Lampung sekitar abad ke IV. Oleh karena bunga tersebut berkaitan dengan petunjuk waktu
sholat, maka penduduk desa di jaman dahulu banyak menanam bunga tersebut di pekarangan
rumah atau di depan pondok (Surau) dan kebiasaan ini sampai sekarang masih banyak kita
temui di pelosok/di desa-desa masyarakat Lampung. Bijinya yang berdaging (lembaga)
berwarna putih pada jaman dahulu digunakan untuk bahan bedak.

Bunga Ashar merupakan tanaman hias, pada umur 3 bulan tanaman ini baru mulai berbunga.
Bunganya seperti terompet kecil, warna bunga tergantung jenisnya, ada yang merah, putih,
kuning, bahkan kadangkadang dalam satu pohon terdapat warna campuran. Batangnya tebal
dan tegak tidak berbulu dan banyak bercabang-cabang. Daunnya berbentuk seperti gambar
hati berujung runcing dan panjangnya 3 – 15 cm. lebarnya 2 – 9 cm. Bijinya bulat berkerut,
jika sudah masak berukuran 8 mm. Pada waktu muda bijinya berwarna hijau, kemudian
berubah menjadi hitam kehitaman. Akhirnya pada saat matang bewarna hitam sepenuhnya.
Tanaman ini biasanya tumbuh liar tidak terpelihara.

Bunga Ashar merupakan tanaman tropis, dapat tumbuh sampai ketinggian 1.200 m di atas
permukaan laut. Suhu yang dikehendaki berkisar antara 26 – 30º C, meskipun suhu
lingkungan sejuk, namun demikian juga membutuhkan sinar matahari yang cukup. Tanah
yang dikehendaki untuk pertumbuhan Bunga Pukul Empat adalah tanah yang gembur, subur,
dengan pH tanah 6 – 7. Bunga Ashar atau Bunga Pukul Empat berbunga sepanjang tahun.

Anda mungkin juga menyukai