PENGELOLAAN HUTAN SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2020 ACARA IX FAMILY DIPTEROCARPACEAE
I. HASIL PENGAMATAN 1. Gambar Daun
a. Dipterocarpus b. Hopea mangarawan c. Shorea selanica d. Shorea platyclados
2. Gambar Bunga
a. Dipterocarpus b. Hopea mangarawan c. Shorea selanica d. Shorea platyclados
3. Gambar Buah
a. Dipterocarpus b. Hopea mangarawan c. Shorea selanica d. Shorea platyclados
4. Gambar Kulit
a. Dipterocarpus b. Hopea mangarawan c. Shorea selanica d. Shorea platyclados
5. Gambar Organ tambahan
a. Dipterocarpus b. Hopea mangarawan c. Shorea selanica d. Shorea platyclados
II. PEMBAHASAN Pada praktikum acara kedelapan ini membahas ciri ciri dan karakteristik dari family Dipterocarpaceae seperti Dipterocarpus sp., Hopea mangarawan, Shorea selanica, Shorea platyclados. Famili Dipterocarpaceae menyebar mulai dari Afrika, Seychelles, Ceylon hingga Semenanjung India, selanjutnya di India Timur, Bangladesh, Burma, Tahiland, Indocina, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Philipina (Ashton,1982). Menurut Alrasyid (1991), secara alami jenis-jenis Dipterocarpaceae merupakan hutan alam campuran yang tersebar luas pada berbagai topografi pada ketinggian dibawah 80 m dpl dan jarang ditemukan hutan-hutan Dipterocarpaceae murni atau berkelompok pada ketinggian 800 m dpl. Berikut ini adalah beberapa contoh spesies dari Family Dipterocarpaceae pada praktikum acara kedelapan. Dipterocarpus sp atau mempunyai nama lokal keruing. Pohon keruing merupakan marga pepohonan yang tersebar di beberapa daerah Asia Tenggara seperti India, Burma, Sri Lanka, Cina, Thailand, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Keruing di Indonesia banyak ditemukan di wilayah Kalimantan, Sumatera, Lombok, Sumbawa, Bali dan Jawa. Pohon ini umumnya tumbuh di hutan primer dan memiliki sifat musim perbungaan raya seperti halnya pohon meranti, sehingga keruing akan berbunga dan berbuah dalam jumlah banyak pada musim tertentu. Keruing dapat tumbuh diketinggian 400 mdpl dan kayunnya sering digunakan sebagai bahan mebel, industri perkapalan serta industri kayu lapis. Daun keruing berbentuk jorong dengan ukuran panjang 35 cm dan lebarnya 20 cm serta tersusun secara berseling pada cabang. Ujung pada daunnya berbentuk tumpul dengan tepi beringgit. Ciri khas pada daun keruing yaitu pada bagian bawah daunnya terlihat jelas pertulangan daun primer dan sekundernya dengan membentuk sudut 45 derajat serta diantara tulang daun sekundernya terdapat lipatan tepat ditengah. Pada bagian daun keruing terdapat organ tambahan berupa stipula yang berbentuk bumbung dan ketika meluruh akan meninggalkan bekas seperti cincin. Bunga keruing bertipe majemuk dan tersusun dalam karangan berbentuk tandan serta terletak di ketiak daun (floss aksilaris). Kelopak dan mahkota bunganya ada 5 helai dengan benang sari 15 sampai 36 tangkai serta 1 putik ditengahnya. Buah keruing bertipe samara atau biasa disebut dengan buah bersayap. Sayap pada buahnya berjumlah 5 yaitu terdiri dari 2 sayap besar dan 3 sayap kecil, sayap tersebut merupakan perkembangan dari calix. Buah keruing memiliki diameter sekitar 2,5 cm. Batang pohon keruing lurus berbentuk bulat gilig dan gemangnya biasanya berukuran lebih dari 150 cm hingga 260 cm serta memiliki tipe percabangan monopodial. Permukaan kulit batangnya kasar dan berwarna kecoklatan. Karena batang pohonnya yang besar dan tinggi, kayu pohon keruing banyak dimanfaatkan dalam dunia pertukangan dan cocok untuk konstruksi. Ketahanan kayu keruing cukup tinggi dan termasuk ke dalam kayu kelas awet tingkat II dan kelas kuat tingkat II. Selain dimanfaatkan kayunya, bagian lain dari tumbuhan keruing juga bisa dimanfaatkan untuk minyak resin seperti dari getahnya. Hopea mangarawan atau mempunyai nama lokal merawan. Merawan tersebar luas diwilayah Indonesia umumnya didaerah Kalimantan, Sumatra, tetapi sudah banyak juga ditanam di Jawa. Kayu merawan termasuk jenis langka dan sulit dicari. Kayu jenis ini sekelas kayu tembesu dan kayu jati. Usianya dapat mencapai ratusan tahun dan tahan terhadap rayap. Pada zaman dahulu, kayu ini digunakan untuk rumah panggung oleh raja-raja Kesultanan Palembang. Saat ini kayu merawan banyak digunakan untuk furnitur kelas satu. Teksturnya yang lembut membuat kayu merawan mudah diproses dan diukir. Daun merawan bertipe tunggal dengan ukuran panjang 18 cm dan lebar 5 cm sehingga daunnya dapat dikatakan berbentuk bulat telur serta tersusun secara berseling pada cabang. Ujung daunnya berbentuk runcing dan tepinya bergelombang. Pangkal daunnya berbentuk membulat serta pada permukaan atas dan bawah daunnya berwarna hijau mengkilap. Memiliki pertulangan daun menyirip dan disudut pertemuan antara tulang daun primer dan sekundernya terdapat domatia ( rongga kecil pada daun yang terbentuk secara alami dan biasanya ditempati oleh serangga). Pada merawan juga terdapat organ tambahan berupa stipula. Bunga merawan bertipe majemuk dan tersusun dalam karangan berbentuk malai serta terletak di ketiak daun (floss aksilaris). Bunganya memiliki mahkota dan kelopak yang sama yaitu 5 helai serta memiliki benang sari berjumlah 10 tangkai dan 1 putik ditengahnya. Buah merawan sama seperti buah keruing, bertipe samara atau biasa disebut dengan buah bersayap. Sayap pada buahnya berjumlah 5 yaitu terdiri dari 2 sayap besar dan 3 sayap kecil, sayap tersebut merupakan perkembangan dari calix dengan ukuran diameter 0,5 cm. Batang merawan berbentuk silindris dengan tipe percabangan monopodial serta dapat tumbuh hingga 50 meter dengan diameter lebih dari 1 meter. Permukaan kulitnya kasar serta memiliki retakan panjang berbentuk longitudinal. Pada bagian dalam batangnya berwarna coklat kemerahan dan bagian luarnya berwarna keabuan. Pohon merawan memiliki organ tambahan berupa akar banir besar yang berukuran 1 hingga 3 meter. Merawan memiliki kayu yang kuat sehingga sering digunakan sebagai bahan bangunan, di industry perkapalan serta furniture. Shorea selanica atau mempunyai nama local yaitu meranti merah. Meranti merah biasanya terdapat di hutan primer atau hutan yang masih perawan di daerah Kalimantan. Jenis meranti merah cukup adaptif dan tidak memerlukan tempat khusus untuk tumbuh, namun pertumbuhan tidak akan maksimal pada jenis tanah liat. Ketinggian yang cocok adalah 0 sampai 800 mdpl pada tipe iklim A hingga D. Pertumbuhan bunga dan buah meranti merah terjadi sepanjang tahun dan akan masak sekitar bulan Mei sampai Desember. Daun meranti merah berbentuk bulat telur hingga jorong dengan ukuran panjang 15 cm dan lebarnya 7,5 cm serta tersusun secara berseling pada cabang. Ujung pada daunnya berbentuk meruncing dengan tepi rata. Pangkal daunnya berbentuk membulat serta pertulangan daunnya menyirip. Bunga meranti merah juga bertipe majemuk dan tersusun dalam karangan berbentuk tandan serta terletak di ketiak daun (floss aksilaris). Bunganya berwarna kekuningan dan memiliki mahkota dan kelopak yang sama yaitu 5 helai. Buah meranti merah bertipe samara atau biasa disebut dengan buah bersayap. Buah meranti merah agak berbeda dengan buah keruing dan merawan, sayap pada buahnya berjumlah 5 tetapi terdiri dari 3 sayap besar dan 2 sayap kecil. Batang meranti merah berbentuk silindris dengan tipe percabangan monopodial. Meranti merah umumnya tumbuh hingga ketinggian 5 meter dengan diameter batang 100 cm dan batang bebas cabang sekitar 30 meter. Batang pohonnya berbanir kisaran 2,5 meter dari permukaan tanah dengan kulit pohon berwarna kelabu cokelat setebal 0,5 cm. Permukaan kulit batangnya terdapat retakan longitudinal, bersisik serta beralur dangkal. Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah. Namun kayu meranti merah cukup mudah diawetkan dengan menggunakan campuran minyak diesel dengan kreosot. Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan mebel, perabot rumah tangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merah-tua yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu. Meranti merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas. Di samping menghasilkan kayu, hampir semua meranti merah menghasilkan damar, yakni sejenis resin yang keluar dari batang atau pepagan yang dilukai. Damar keluar dalam bentuk cairan kental berwarna kelabu, yang pada akhirnya akan mengeras dalam warna kekuningan, kemerahan atau kecoklatan, atau lebih gelap lagi. Shorea platyclados atau biasa disebut dengan meranti batu. Ada banyak sebutan dari tumbuhan ini seperti meranti batu karena jika batangnya ditaruh diair tidak akan langsung mengapung tetapi masih melayang di dalam air lalu juga disebut dengan meranti bukit karena sering ditemui dibukit bukit kemudian ada juga yang menyebutnya dengan meranti merah tua karena berwarna merah tua, warna merahnya melibihi warna meranti merah. Kayu dari meranti batu ini sangat kuat sehingga sering digunakan dalam industry perkapalan dan bahan bangunan. Daun meranti batu bertipe tunggal dengan ukuran panjang 12,5 cm dan lebar 3,5 cm sehingga daunnya berbentuk lanset. Daun tersusun secara berseling dengan pangkal daun berbentuk tumpul. Ujung daunnya berbentuk runcing dan bertepi rata serta memiliki pertulangan daun menyirip. Ciri khas daun meranti batu adalah tulang daun primernya menonjol tajam keluar sehingga sangat terlihat serta cabangnya berbentuk pipih. Pada meranti batu juga terdapat daun penumpu atau biasa disebut dengan stipula. Bunga meranti batu u bertipe majemuk dan tersusun dalam karangan berbentuk malai serta terletak di ketiak daun (floss aksilaris). Bunganya memiliki mahkota dan kelopak yang sama yaitu 5 helai. Buah meranti batu hampir sama dengan dengan buah meranti merah yaitu sayap pada buahnya berjumlah 5 tetapi terdiri dari 3 sayap besar dan 2 sayap kecil. Batang meranti merah berbentuk silindris dengan tipe percabangan monopodial. Batangnya dapat mencapai diameter 140 cm dengan akar banir besar berukuran 80 cm. Permukaan kulitnya berwarna coklat kehitaman serta memiliki alur dangkal. Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa family Dipterocarpaceae memiliki kayu yang kuat sehingga sering digunakan diindustri perkapalan, bahan bangunan, mebel. kemudian ciri umum pada keempat spesies diatas yaitu bertipe daun tunggal, duduk daunnya berseling, buahnya bertipe samara, memiliki kelopak bunga 5 dan mahkota bunga 5, batangnya lurus. III. JENIS LAINNYA • Resak Rawa (Vatica pauciflora) • Chengal Kampung (Hopea odorata) • Cengal (Neobalanocarpus heimii) • Kapur (Dryobalanops aromatica) FAMILY DIPTEROCARPACEACE No Sifat Morfologis Keruing Merawan Meranti Merah Meranti Batu Resak Rawa Chengal Kampung Cengal Kapur Nama Ilmiah Dipterocarpus sp. Hopea mangarawan Shorea selanica Shorea platyclados Vatica pauciflora Hopea odorata Neobalanocarpus heimii Dryobalanops aromatica 1 Daun Tipe (tunggal/majemuk) Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Bentuk Jorong Bulat telur Bulat telur hingga jorong Lanset Lanset Bulat telur Bulat telur sampai oblong Bulat telur hingga Jorong Susunan tulang daun Menyirip Menyirip Menyirip Menyirip Menyirip Menyirip Menyirip Menyirip sekunder Bentuk ujung daun Tumpul Runcing Meruncing Runcing Meruncing Runcing Meruncing Meruncing Tepi daun Beringgit Bergelombang Rata Rata Rata Rata Rata Rata Duduk daun Berseling Berseling Berseling Berseling Berseling Berseling Berseling Berseling Ukuran helaian daun Panjang (cm) 35 cm 18 cm 15 cm 12,5 cm 20 cm 10 cm 8-15 cm 10 cm Lebar (cm) 20 cm 5 cm 7,5 cm 3,5 cm 6 cm 4 cm 2-5 cm 5 cm Tipe daun majemuk (menyirip/menjari) Jumlah pasangan sirip (bila ada) Susunan anak daun (berseling/berhadapan) Jumlah anak daun Duduk daun pada anak cabang 2 Perbungaan dan Susunan Bunga Tipe perbungaan Majemuk Majemuk Majemuk Majemuk Majemuk Majemuk Majemuk Majemuk Bentuk karangan bunga Tandan Malai Rata Tandan Malai Malai Malai Malai Malai Letak perbungaan Axsilaris Axsilaris Axsilaris Axsilaris Axsilaris Axsilaris Axsilaris Axsilaris Simetri Aktinomorf Asimetris Aktinomorf Aktinomorf Aktinomorf Asimetris Asimetris Asimetris Jumlah kelopak 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar Jumlah mahkota 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar 5 lembar jumlah benang sari 15-36 tangkai 10 tangkai Tidak terhingga Tidak terhingga Tidak terhingga 10 tangkai Tak terhingga 30 tangkai Jumlah putik 1 tangkai 1 tangkai 1 tangkai 1 tangkai 1 tangkai 1 tangkai 1 tangkai 1 tangkai Rumus bunga ♂♀Ca5Co5A36G1 ♂♀Ca5Co5A10G1 ♂♀Ca5Co5A∞G1 ♂♀Ca5Co5A∞G1 ♂♀Ca5Co5A∞G1 ♂♀Ca5Co5A10G1 ♂♀Ca5Co5A∞G1 ♂♀Ca5Co5A30G1 3 Buah Tipe buah Samara Samara Samara Samara Nux Samara Nux Samara Ukuran buah Panjang (cm) 2,5 cm 7 mm 1 cm 1 cm 3 cm 1 cm 1 cm 1 cm Lebar (cm) 2,5 cm 0,5 mm 1 cm 1 cm 3 cm 1 cm 1 cm 1 cm 4 Kulit Pohon Permukaan kulit Kasar, ada bekas-bekas daun Kasar, retakan longitudinal Kasar, retakan longitudinal Kasar, bersisik Kasar Kasar, retakan longitudinal Kasar, retakan longitudinal Kasar, bersisik penumpu Pengelupasan kulit Tidak mengelupas Tidak mengelupas Tidak mengelupas Kotak-kotak Tidak mengelupas Tidak mengelupas Tidak mengelupas Kotak-kotak Alur Tidak beralur Tidak beralur Dangkal Dangkal memanjang Tidak beralur Tidak beralur Dangkal Dangkal 5 Organ tambahan Ada stipula (daun penumpu) Batang banir (1-3 m) Batang banir Batang banir Ada stipula (daun penumpu) Ada stipula (daun penumpu) Sayap pada biji berjumlah 5 Ada stipula (daun penumpu) Sayap pada biji berjumlah 5 Sayap pada biji berjumlah 5 Ada domatia pada permukaan bawah daun ada stipula Sayap pada biji berjumlah 5 IV. DAFTAR PUSTAKA Alrasyid H, Marfuah, Wijaya Kusuma dan Hendarsyah. 1991. Vamedicum Dipterocarpaceae. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan, Departemen Kehutanan, Jakarta.
Ashton, P.S. 1982. Dipterocarpaceae. Flora Malesiana Series I-
Spermathopyta, Vol.9, Part 2. Sijthoff & Noordhoff International Publishers, Alphen aan den Rijn. The Netherlands.