ACARA VIII
PENYUSUNAN DAFTAR KELAS HUTAN
Oleh :
1. Blanko PK 3
2. Data Risalah PK 2
3. Laptop
4. Microsoft Excel
5. Tabel normal (Tabel Wvw)
Memasukkan data
Memperhatikan Menyiapkan data kelas hutan, luas,
penjelasan dosen dan kompilasi PK 2 yang bonita, dan kepadatan
Co. Ass penentuan telah diperoleh dari bidang dasar setiap
kelas hutan suatu daerah bagian anak petak ke dalam
hutan PK 3
Membuat tabel
growing stock dan
menginterpolasi untuk
mencari Vst tiap tiap
kelas hutan
DESKRIPSI
Acara ketujuh ini dimulai dengan menyimak dan memahami penjelasan instruktur
mengenai penyusunan daftar kelas hutan. Dalam acara ini, dilakukan pengisian PK 3
yang berupa Daftar Kelas Hutan. Di dalamnya, dilakukan penentuan luas setiap kelas
hutan. Data tersebut diperoleh berdasarkan kompilasi PK 2 di suatu daerah. Hal pertama
yang perlu dilakukan adalah memasukkan data luas kelas hutan, luas, bonita, dan
kepadatan bidang dasar setiap anak petak ke dalam PK 3. Kemudian luas anak petak
tersebut dimasukkan ke dalam kolom kelas hutannya masing-masing. Sehingga dapat
diketahui jumlah luas per kelas hutannya. Dalam pengolahan data kali ini, yang
digunakan hanya anak petak yang berjenis jati, dan dipisahkan antara anak petak yang
produktif dan tidak produktif. Hal ini dilihat dari kelas hutannya, kelas hutan yang
produktif terdiri dari Kelas Umur (KU), Miskin Riap (MR), dan Masak Tebang (MT).
Data yang akan diolah selanjutnya adalah data anak petak yang produktif. Selanjutnya
dilakukan perhitungan umur tanaman dengan mengurangi tahun dilaksanakannya
risalah dengan tahun penanaman. Setelah itu dilakukan koreksi kembali data kelas hutan
dengan memperhatikan umur dan KBD-nya. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan
berdasarkan kelas hutan menggunakan tabel pivot. Informasi yang terkandung di
dalamnya berupa jumlah luas, rata-rata KBD, rata-rata bonita dan rata-rata umur tiap
kelas hutan. Berdasarkan data tabel pivot yang telah diperoleh, dibuat.tabel standing
stock dengan untuk menghitung ketersediaan volume tegakan pada saat risalah
dilakukan. Dalam pembuatannya, data yang digunakan adalah luas, umur, bonita dan
KBD dari pivot tabel yang sebelumnya telah diperoleh. Selanjutnya dicari nilai Vst pada
tabel WvW berdasarkan nilai bonita dan umur setiap kelas hutan. Jika angka bonita dan
umur tidak tersedia pada tabel WvW, maka perlu dilakukan interpolasi. Selanjutnya
ditentukan nilai faktor koreksinya (fk). Selanjutnya dicari volume per hektar dengan
mengalikan nilai KBD, Vst, dan fk pada setiap kelas hutan. Untuk mengetahui volume
total setiap anak petak dilakukan pengalian volume per ha dengan luas tiap kelas hutan
tersebut. Selain itu juga dibuat tabel growing stock yang merupakan ketersediaan
volume tegakan pada akhir daur. Pada dasarnya pembuatan tabel growing stock dan
standing stock sama, namun pada growing stock umur yang digunakan adalah umur
akhir daur, hal ini akan berpengaruh pada nilai Vstnya. Output dari tabel ini berupa
volume per hektar dan volume total pada akhir daur.
V.
I
I
TJ
Kelas Hutan
BK
KU
KU
1
1
1
C
B
A
anak petak
4
1
9
1
h
5,
6,
5,
luas
,
,
,
5
3
5
2
5
3
bonita tempat tumbuh
9
1
0,
kepadatan bidang dasar (m2/ha)
,4
5,
ha
15
II
ha
ha
III
I
a
h
V
HASIL DATA PENGAMATAN
a
h
V
ha
VI
kelas umur
a
h
II
V
produktif
a
h
II
V
I
a
h
X
a
h
X
I
a
h
X
a
h
II
X
a
h
ha
miskin riap(mr)
a
h
a
h
a
h
jati
buh
hutan
kurang
bertum
a
h
ha
a
h
hutan
a
h
kemat
a
h
a
h
Tabel 5.2 Pivot Jumlah Luas Baku, Rata Rata Umur, Rata Rata Bonita, dan Rata Rata KBD
= 936,9
• Contoh Perhitungan di Pivot Table: (Kelas Umur II)
= 1165,6 hektar
= 15,13793103
= 3,017857143
= 0,617672414
• Contoh Perhitungan di Tabel Standing Stock: (Kelas Umur II)
1. Penentuan nilai Volume TBBC (Vst) Kelas Umur II jenis jati produktif dengan
interpolasi ganda (rumus forecast)
a. Interpolasi Vst berdasarkan umur tiap bonita pada Tabel WvW
• Bonita 3
= Forecast(15,13793103;54,3:64,8;15:20)
= 64,55034483
• Bonita 3,5
= Forecast(15,13793103;64,2:76,9;15:20)
= 54,58965517
= Forecast(3,018; 64,55034483:54,58965517;3:3,5)
= 54,94539409 m3
2. Penentuan nilai faktor koreksi (fk) Kelas Umur II jenis jati
produktif fk = 0,8 + (0, dua angka belakang NIM)
= 0,8 + 0,54
= 1,34
= 45,477 m3
= 53.008,295 m3
2. Penentuan nilai Volume TBBC (Vst) Kelas Umur II jenis jati produktif dengan
interpolasi (rumus forecast)
Interpolasi Vst berdasarkan bonita pada Tabel WvW
= 1,34
4. Penentuan volume per hektar Kelas Umur II jenis jati produktif Vol. per hektar
= KBD x Vst x fk
= 0,617672414 x 156,8392857 x 1,34
= 129,813 m3
= 151.309,919 m3
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum Inventarisasi Hutan acara ke 8 ini membahas tentang
penyusunan daftar kelas hutan. Kelas hutan adalah penggolongan kawasan hutan ke
dalam kelas-kelas berdasarkan kondisi kawasan, kesesuaian lahan, keadaan lingkungan
(biofisik dan sosial ekonomi) serta keadaan vegetasi (Perum Perhutani, 1992). Kelas
hutan yang digunakan untuk mengetahui normalitas tegakan adalah kelas umur (KU)
sesuai dengan terminologi Perum Perhutani yaitu pembagian kelas hutan yang
didasarkan pada umur dan kerapatan bidang dasar (KBD) tegakan. KBD merupakan
perbandingan luas bidang dasar tegakan di lapangan dengan luas bidang dasar dalam
tabel hasil normal (dalam hal ini Tabel WvW). KU I adalah tegakan yang berumur 1-
10 tahun dengan KBD > 0,6; KU II adalah tegakan berumur 11-20 tahun dengan KBD
> 0,6; dan seterusnya (Departemen Pertanian, 1974). Kemudian dalam melakukan
penentuan kelas hutan, perlu dilakukan pembagian anak petak terlebih dahulu. Anak
petak tersebut ditentukan berdasarkan beberapa kriteria, seperti luasnya minimal 4
hektar, selisih Kerapatan Bidang Dasar (KBD) antar anak petak lebih besar dari 0,3,
serta nilai bonita antar anak petak berbeda 1 angka bulat atau lebih. Untuk
mempermudah penyusunan data, maka dibuatlah Blanko PK 2 yang merupakan
Register Risalah Hutan yang memuat informasi-informasi dari kedua PK sebelumnya,
yaitu PK 1 yang berupa Risalah Lapangan dan PK 1,5 yang berupa Derajat
Kesempurnaan Tegakan dan Kerapatan Bidang Dasar. Berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Jenderal Kehutanan No. 143/Kpts/Dj/I/1974, skema kelas hutan di Perum
Perhutani dibagi berdasarkan tujuan pengusahaannya, yaitu menjadi kawasan hutan
produksi dan kawasan bukan untuk produksi. Dimana tujuan pemisahan ini adalah
untuk mempermudah pengaturan pelestarian hutan. Kelas perusahaan yang produktif
ada KU, MT, dan MR. Sedangkan kelas perusahaan yang tidak produktif terdapat
pembagian yaitu LTJL, TK, dan TJBK.
Data yang digunakan merupakan hasil risalah yang dimuat dalam PK 2 yang
berisikan kompilasi kondisi tanaman, lapangan, tanah, serta tegakan dan tumbuhan
bawah yang terdapat pada bagian hutan Ngandong. Data tersebut terdiri dari berbagai
kelas hutan yang diurutkan berdasarkan nomor anak petak. Jumlah total anak petak
yang terdapat di dalamnya adalah anak petak mulai dari 1A hingga 168D. Data tersebut
selanjutnya akan dimasukkan ke dalam PK 3 yang berupa Daftar Kelas Hutan. Tujuan
pengisian Blanko PK 3 adalah untuk mengetahui total luas tiap kelas hutan. Informasi
yang dimasukkan kedalamnya berupa data kelas hutan, luas, bonita, dan kepadatan
bidang dasar setiap anak petak. Kemudian luas anak petak tersebut dimasukkan ke
dalam kolom kelas hutannya masing-masing. Sehingga dapat diketahui jumlah luas per
kelas hutannya.
Dari perhitungan yang dilakukan pada PK 3, didapatkan total luas kelas hutan Kelas
Umur I (KU I) sebesar 936,9 hektar, Kelas Umur II (KU II) sebesar 817,5 hektar, Kelas
Umur III (KU III) sebesar 34,7 hektar, Kelas Umur IV (KU IV) sebesar 35,1 hektar, Kelas
Umur V (KU V) sebesar 1,9 hektar, Kelas Umur VI (KU VI) sebesar 1,4 hektar, Kelas Umur
VII (KU VII) sebesar 61,2 hektar, Miskin Riap I (MR) sebesar 20,46 hektar, Tanah Kosong
(TK) sebesar 432,9 hektar, Tanah Kayu Lain Tak Dipertahankan (TKL) sebesar 39,2 hektar,
Tanaman Jati Bertumbuh Kurang (TJBK) sebesar 1794,8 hektar, Tak Baik untuk Produksi
(TBP) sebesar 14,4 hektar, Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI) sebesar 34,4 hektar,
dan hutan lindung (hl) 5,3 hektar. Selanjutnya dilakukan pemisahan data jenis jati untuk
membedakan kelas hutan produktif dan tidak produktif berdasarkan kelas hutannya. Kelas
hutan yang termasuk produktif adalah Kelas Umur (KU), Miskin Riap (MR), dan Masak
Tebang (MT). Setelah terpisah, diambil data berupa luas, bonita, Kerapatan Bidang Dasar
(KBD), umur, dan kelas hutan pada setiap anak petak yang termasuk jenis jati produktif.
Data tersebut dikoreksi kembali kelas hutannya berdasarkan nilai KBD dan umurnya
sehingga dapat diketahui jumlah anak petak jenis jati produktif sebanyak 246 anak petak
yang terdiri dari kelas hutan KU II, KU III, KU IV, KU V, KU VII, KU VIII, dan MR.
Setelah itu dilakukan pembuatan pivot tabel untuk mencari Jumlah Luas Baku, Rata
Rata Umur, Rata Rata Bonita, dan Rata Rata KBD pada setiap masing masing kelas hutan.
Pivot tabel tersebut digunakan dalam perhitungan pada standing stock dan growing stock.
Pada standing stock dilakukan penentuan nilai Vst yang merupakan volume bebas
cabang dan penentuan nilai faktor koreksi (fk). Nilai Vst ditentukan dengan
menginterpolasi nilai Vst yang ada di tabel normal. Tabel normal yang umum digunakan
di Indonesia oleh Perum Perhutani untuk hutan tanaman Jati disusun oleh Wolf von
Wulfing (WvW) (Rahmani, 2017). Penginterpolasian dilakukan untuk mendapatkan
nilai Vst yang tepat berdasarkan nilai bonita dan umur dari kelas hutan tersebut.
Sedangkan faktor koreksi (fk) merupakan nilai yang digunakan sebagai faktor penentu
dalam memperhitungkan sesuatu sebagai antisipasi kesalahan dalam perhitungannya.
Pada praktikum kali ini fk ditentukan berdasarkan angka dua angka terakhir dari Nomor
Induk Mahasiswa (NIM) praktikan. Penentuan fk tersebut dilakukan dengan
menambahkan 0,8 dengan 0, dua angka terakhir dari NIM. Setelah memperoleh kedua
nilai tersebut, dapat dilakukan perhitungan volume produksi per hektar dan volume
produksi total di setiap kelas hutannya. Perhitungan volume per hektar dilakukan
dengan mengalikan nilai KBD, Vst, dan fk. Sedangkan volume total didapatkan dengan
mengalikan volume per hektar dengan luas tiap kelas hutan. Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan, didapatkan volume per hektar dan volume total pada KU II sebesar
45,477 m3 dan 53.008,295 m3, pada KU III sebesar 93,676 m3 dan 97.685,003 m3, pada
KU IV sebesar 92,992 m3 dan 21.350,884 m3, pada KU V sebesar 114,206 m3 dan
2.820,876 m3 pada KU VII sebesar 193,397 m3 dan 5.357,087 m3, pada KU VIII sebesar
194,730 m3 dan 5.355,086 m3 pada KU IX sebesar 230,423 m3 dan 8.226,086 m3, pada
MR sebesar 85,713 m3 dan 8.948,472 m3 sehingga didapatkan taksiran potensi total
volume produksi jenis jati sebesar 202.751,788 m3.
Kemudian pada perhitungan volume produksi dengan sistem growing stock yang
dilakukan untuk mengetahui volume produksi yang tersedia saat akhir daur atau saat
tanaman dipanen. Proses perhitungannya sama dengan standing stock, yang
membedakan hanya pada setiap kelas hutan umurnya sama, yaitu 80 tahun. Dengan
begitu akan berpengaruh dalam penentuan Vstnya yang hanya perlu dilakukan dengan
menginterpolasi berdasarkan nilai bonita tiap kelas hutan. Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan, didapatkan volume per hektar dan volume total pada pada KU II sebesar
129,813 m3 dan 151.309,919 m3, pada KU III sebesar 197,998 m3 dan 206.472,315 m3,
pada KU IV sebesar 164,086 m3 dan 37.674,233 m3, pada KU V sebesar 173,852 m3
dan 4.294,135 m3 pada KU VII sebesar 218,066 m3 dan 6.040,419 m3, pada KU VIII
sebesar 200,437 m3 dan 5.512,023 m3 pada KU IX sebesar 227,596 m3 dan 8.125,168
m3, pada MR sebesar 103,958 m3 dan 10.853,170 m3 sehingga didapatkan taksiran
potensi total volume produksi jenis jati sebesar 430.281,381 m3.
PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan perhitungan volume produksi pada perhitungan dengan
system standing stock dan growing stock!
3. Mengapa dalam perhitungan potensi produksi perlu perhitungan rata-rata KBD dan
Bonita pada setiap kelas hutan?
JAWABAN
1. Pada perhitungan volume produksi dengan sistem standing stock umur yang
digunakan adalah umur tanaman saat dilakukan inventarisasi, sehingga volume yang
terhitung merupakan volume produksi yang tersedia saat inventarisasi dilaksanakan.
Sedangkan perhitungan volume produksi dengan sistem growing stock yang
digunakan adalah umur tanaman saat akhir daur produksi, sehingga volume yang
terhitung merupakan volume produksi yang tersedia saat akhir daur atau saat tanaman
dipanen.
2. Faktor koreksi (fk) merupakan nilai yang digunakan sebagai faktor penentu dalam
memperhitungkan sesuatu sebagai antisipasi kesalahan dalam perhitungannya.
Keberadaan faktor koreksi sangat penting untuk mengakomodir hal-hal yang
mungkin menimbulkan kesalahan di lapangan maupun dalam perhitungan volume
tegakan.
3. Perhitungan potensi produksi perlu dilakukan perhitungan rata-rata KBD dan Bonita
untuk menentukan kelas hutannya, selanjutnya nilai KBD juga akan berguna dalam
perhitungan volume tegakan per hektar maupun volume total yang tersedia berupa
standing stock maupun growing stock di setiap kelas hutan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penyusunan daftar kelas hutan dilakukan menggunakan tabel PK 3. Tabel PK3
terdiri dari anak petak, luas anak petak, bonita, KBD, dan kelas-kelas hutan.
Penyusunan kelas hutan dilakukan dengan menyeleksi setiap luas anak petak ke
dalam kelas hutannya sehingga dapat dihitung luas total setiap kelas hutannya.
Dari perhitungan yang dilakukan pada PK 3, didapatkan total luas kelas hutan
Kelas Umur I (KU I) sebesar 936,9 hektar, Kelas Umur II (KU II) sebesar 817,5
hektar, Kelas Umur III (KU III) sebesar 34,7 hektar, Kelas Umur IV (KU IV)
sebesar 35,1 hektar, Kelas Umur V (KU V) sebesar 1,9 hektar, Kelas Umur VI
(KU VI) sebesar 1,4 hektar, Kelas Umur VII (KU VII) sebesar 61,2 hektar, Miskin
Riap I (MR) sebesar 20,46 hektar, Tanah Kosong (TK) sebesar 432,9 hektar, Tanah
Kayu Lain Tak Dipertahankan (TKL) sebesar 39,2 hektar, Tanaman Jati
Bertumbuh Kurang (TJBK) sebesar 1794,8 hektar, Tak Baik untuk Produksi (TBP)
sebesar 14,4 hektar, Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI) sebesar 34,4
hektar, dan hutan lindung (hl) 5,3 hektar.
2. Pada tabel standing stock merupakan tabel yang digunakan untuk mengetahui
volume per hektar dan volume total setiap kelas hutan pasa massa berdiri pohon.
Sedangkan pada tabel growing stock umur tegakan yang diolah adalah umur masa
tebang pohon atau sekitar 80 tahun. Karena umur yang digunakan dalam
perhitungan tabel standing stock bervariasi, maka perlu dilakukan interpolasi
ganda yaitu umur dan bonita pohon untuk mencari nilai Vst setiap kelas hutan
menggunakan tabel WvW. Sedangkan pada tabel growing stock interpolasi yang
dilakukan untuk mendapatkan nilai Vst hanyalah interpolasi tunggal yaitu untuk
bonita saja. sehingga didapatkan taksiran potensi total volume produksi jenis jati
sebesar 202.751,788 m3 pada tabel growing stock dan 430.281,381 m3 pada tabel
growing stock.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian. 1974. Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No.
143/KPTS/DJ/1974, tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan
Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Khusus
Kelas Perusahaan Tebang Habis Jati. Departemen Pertanian, Jakarta.
Riyanto, D., dan Pahlana. 2012. Kajian Evaluasi Lahan Hutan Jati Sistem Bonita di
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu. Jurnal Hutan Tanaman.
9(1):43-50.
Sadono, Ronggo., Budi Murdawa. Djoko Soeprijadi dan Nawari. 2011. Biometrika
Hutan Volume I Metode Statistika. Yogyakarta: Interlude.
Wulfing, Van. 1993. Opstand Stapels Voor Djati Plantasoenen. Perum Perhutani.
Jakarta.
LAMPIRAN
Kelas
Luasbaku Bon KBD Umur
Hutan
5,10 3,5 0,60 14 KUII
15,40 3,5 0,60 17 KUII
3,30 4,0 1,05 27 KUIII
10,00 3,0 1,03 27 KUIII
13,10 2,5 0,60 19 KUII
10,00 2,5 0,60 13 KUII
1,20 2,0 0,60 13 KUII
4,30 2,5 0,60 13 KUII
25,30 2,5 0,47 47 MR
16,20 2,5 0,88 30 KUIII
4,30 2,5 0,60 13 KUII
21,40 2,5 0,60 15 KUII
10,20 0,60 14 KUII
3,80 2,5 0,60 14 KUII
28,80 2,5 0,60 13 KUII
9,30 2,0 0,60 19 KUII
3,50 2,0 0,60 16 KUII
13,00 2,5 1,10 30 KUIII
1,90 3,5 1,29 61 KUVII
15,60 3,0 0,60 14 KUII
0,40 3,5 1,12 70 KUVII
18,20 4,0 0,84 74 KUVIII
4,70 4,0 1,10 41 KUV
1,00 4,0 0,74 67 KUVII
8,10 3,0 0,60 13 KUII
11,20 3,0 0,60 18 KUII
6,10 3,0 0,60 13 KUII
4,20 2,0 0,60 13 KUII
1,30 0,60 18 KUII
4,20 3,0 1,78 31 KUIV
1,00 2,5 0,60 13 KUII
11,90 2,5 1,20 31 KUIV
2,60 3,0 0,60 18 KUII
5,50 3,0 0,60 21 KUIII
2,30 3,5 0,94 28 KUIII
1,60 3,5 0,60 18 KUII
5,10 3,5 1,20 26 KUIII
46,20 3,5 1,21 24 KUIII
3,00 3,5 0,60 44 KUV
3,90 3,5 0,60 13 KUII
9,30 3,0 1,28 26 KUIII
2,30 3,5 0,60 14 KUII
1,30 3,5 0,60 14 KUII
3,80 3,5 0,60 15 KUII
2,30 3,5 0,60 14 KUII
1,60 3,5 0,60 14 KUII
8,10 4,0 0,68 82 KUIX
1,00 3,5 0,92 34 KUIV
10,40 3,5 0,60 14 KUII
10,80 4,0 0,62 81 KUIX
13,30 4,0 0,41 90 MR
4,30 3,5 0,60 19 KUII
3,50 3,0 0,34 44 MR
13,40 3,0 0,60 17 KUII
13,30 3,0 0,60 14 KUII
3,20 3,0 0,60 13 KUII
18,10 4,0 1,10 21 KUIII
3,50 3,0 1,00 32 KUIV
6,80 2,5 0,95 32 KUIV
2,00 4,0 0,59 80 MR
4,70 3,0 0,60 21 KUIII
25,90 2,5 1,14 28 KUIII
1,60 1,13 28 KUIII
1,50 3,0 0,60 13 KUII
17,60 3,0 1,40 25 KUIII
4,70 4,0 1,00 21 KUIII
5,40 3,0 1,14 21 KUIII
1,00 2,0 0,60 13 KUII
4,80 2,0 1,32 20 KUII
1,40 2,0 0,60 13 KUII
1,30 2,0 0,60 19 KUII
11,90 3,0 1,25 26 KUIII
0,90 3,5 0,60 16 KUII
17,40 3,5 0,60 19 KUII
15,40 2,5 1,11 25 KUIII
2,70 4,0 0,60 33 KUIV
38,10 4,0 0,60 22 KUIII
2,00 4,0 0,60 14 KUII
8,70 3,5 0,60 22 KUIII
3,00 3,5 0,60 13 KUII
2,60 3,5 0,60 13 KUII
8,00 3,0 0,60 22 KUIII
22,60 3,0 0,60 24 KUIII
6,40 2,5 0,39 62 MR
3,00 4,0 0,60 13 KUII
4,60 3,0 0,60 13 KUII
40,20 3,0 0,60 13 KUII
19,90 4,5 0,60 23 KUIII
5,10 2,5 1,42 26 KUIII
17,00 2,0 0,64 41 KUV
2,50 2,5 1,30 20 KUII
14,70 2,0 0,93 22 KUIII
10,10 2,5 0,70 40 KUIV
12,00 2,5 0,58 40 MR
12,80 3,0 1,09 22 KUIII
1,50 4,0 0,60 14 KUII
5,60 4,0 0,60 14 KUII
21,70 3,0 0,60 15 KUII
10,50 3,0 0,60 15 KUII
10,70 3,5 0,60 14 KUII
19,10 3,0 0,60 14 KUII
4,40 3,5 0,60 13 KUII
5,60 3,5 0,60 19 KUII
6,20 3,0 0,60 21 KUIII
2,70 3,5 0,60 13 KUII
2,50 3,5 1,22 24 KUIII
16,30 4,0 0,60 15 KUII
5,30 3,5 0,60 13 KUII
7,90 3,0 0,60 16 KUII
2,20 4,0 0,60 21 KUIII
13,10 4,0 0,60 17 KUII
1,30 3,0 0,60 16 KUII
9,30 3,5 0,60 79 KUVIII
7,50 3,5 0,60 14 KUII
11,40 3,0 0,74 69 KUVII
3,50 3,0 0,48 53 MR
18,10 3,5 0,46 63 MR
13,00 3,0 0,60 66 KUVII
1,00 3,5 0,41 75 MR
16,00 3,0 0,35 53 MR
7,80 3,0 0,60 15 KUII
22,20 2,5 0,73 32 KUIV
16,50 2,5 0,89 31 KUIV
18,20 2,5 0,61 33 KUIV
5,30 3,0 0,80 31 KUIV
12,90 3,0 0,65 33 KUIV
14,70 2,0 1,50 26 KUIII
5,90 2,5 1,02 26 KUIII
22,00 2,0 0,79 29 KUIII
7,30 2,0 1,01 29 KUIII
18,60 3,0 0,90 30 KUIII
40,10 3,0 0,63 35 KUIV
25,90 4,5 0,60 19 KUII
1,50 4,0 0,60 21 KUIII
3,30 4,5 0,45 48 MR
19,80 4,0 0,60 14 KUII
16,80 4,0 0,60 13 KUII
20,20 2,0 0,60 19 KUII
3,00 3,5 1,32 27 KUIII
1,30 3,5 0,60 19 KUII
14,60 3,5 0,94 27 KUIII
10,80 4,0 0,60 18 KUII
11,70 4,0 0,60 14 KUII
17,50 3,5 1,20 26 KUIII
13,40 2,5 0,99 19 KUII
3,40 2,5 0,67 37 KUIV
27,60 3,5 1,13 29 KUIII
4,70 3,0 0,78 19 KUII
16,00 3,5 0,60 15 KUII
3,80 3,5 0,60 14 KUII
2,50 2,0 0,66 36 KUIV
12,30 1,5 0,63 19 KUII
9,50 3,5 0,60 14 KUII
4,00 3,5 0,60 16 KUII
7,20 3,5 0,97 81 KUIX
27,10 3,5 0,60 13 KUII
4,00 3,5 0,98 82 KUIX
5,60 4,0 0,76 82 KUIX
4,40 3,0 1,03 26 KUIII
11,50 3,0 0,98 27 KUIII
6,30 2,5 0,60 14 KUII
8,50 3,5 0,60 15 KUII
16,90 3,0 0,60 14 KUII
14,30 3,0 0,60 13 KUII
21,70 3,0 0,60 14 KUII
3,00 3,0 0,60 17 KUII
1,80 3,0 0,60 21 KUIII
4,40 4,0 0,60 16 KUII
10,60 3,5 0,60 17 KUII
4,40 4,0 0,60 16 KUII
5,00 3,0 0,73 26 KUIII
8,40 3,0 0,74 26 KUIII
3,40 3,5 0,60 16 KUII
3,60 3,5 0,60 16 KUII
5,40 4,0 0,60 15 KUII
17,80 3,5 1,29 24 KUIII
0,60 3,5 1,33 24 KUIII
1,50 2,5 0,60 20 KUII
4,40 4,0 1,00 24 KUIII
17,30 3,5 0,96 27 KUIII
21,80 4,0 0,81 23 KUIII
14,50 3,5 1,15 25 KUIII
25,80 3,0 1,33 25 KUIII
30,90 3,5 1,12 24 KUIII
6,80 4,0 1,12 24 KUIII
11,50 3,5 0,89 33 KUIV
6,00 3,0 0,78 36 KUIV
31,70 3,5 0,60 19 KUII
6,70 3,0 0,94 29 KUIII
15,40 3,0 0,99 29 KUIII
2,30 3,5 1,22 29 KUIII
15,40 3,0 0,64 31 KUIV
7,10 3,0 1,07 30 KUIII
13,10 3,5 0,82 23 KUIII
5,10 4,0 0,80 24 KUIII
1,20 3,0 0,75 23 KUIII
31,80 4,0 0,64 27 KUIII
13,10 3,0 0,60 17 KUII
9,10 3,0 1,22 23 KUIII
15,9 3 0,60 13 KUII
15,7 3 0,8 22 KUIII
19,7 3 0,63 24 KUIII
12,7 3 0,71 23 KUIII
18,7 3 0,82 32 KUIV
7,2 3 0,62 30 KUIII
7,9 3 0,65 31 KUIV
8,8 2,5 0,7 34 KUIV
35,4 3 0,67 23 KUIII
28,4 3 0,68 23 KUIII
30,1 3 0,62 23 KUIII
9,1 2 0,7 30 KUIII
19,3 2,5 0,60 24 KUIII
2,2 2,5 0,60 22 KUIII
24,2 2,5 0,60 14 KUII
5,1 2,5 0,60 22 KUIII
16,9 2,5 0,60 13 KUII
22,4 2,5 0,60 13 KUII
19 2 0,60 13 KUII
29,3 2 0,60 13 KUII
4,1 3 0,60 22 KUIII
6,8 2 0,60 13 KUII
14,3 2,5 0,63 26 KUIII
1,9 2,5 0,63 26 KUIII
9,9 2,5 0,92 25 KUIII
35 2,5 1,03 25 KUIII
18,8 2,5 0,60 16 KUII
2,6 3 0,60 22 KUIII
4,3 3 0,60 22 KUIII
14,3 2,5 0,60 13 KUII
13,3 2,5 0,60 20 KUII
27,5 2,5 0,60 14 KUII
7,3 3 0,60 20 KUII
22,2 3 0,60 24 KUIII
32,1 2 0,60 13 KUII
1,3 2,5 0,60 16 KUII
9 2 0,63 20 KUII
34,5 0,60 13 KUII
9 0,60 13 KUII
8,6 2 0,60 15 KUII
17,6 3 0,60 13 KUII
1,8 3 0,60 13 KUII
1,8 3 0,60 13 KUII
3,1 2 0,60 13 KUII
15,9 2 0,60 14 KUII
11,1 2,5 0,7 28 KUIII