Anda di halaman 1dari 11

PENGATURAN HASIL BERDASARKAN LUAS (PENGENDALIAN

BERDASARKAN DAUR DAN SEBARAN KELAS UMUR)

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Sultan Abdillah E44190082
Censa Amelia Febriyanti E1401201008
Oriza Rizki Utama E1401201055
Riski Septia Putri E1401201065
Andika Okta Darmaputra E1401201119

Kelas: MNH Kamis Siang

Dosen Praktikum : 
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS
Qori Pebrial Ilham, S.Hut., M.Si.,

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
IPB UNIVERSITY
2023
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep hutan normal memegang peranan penting dalam pengelolaan
hutan. Hutan normal sangat erat kaitannya dengan kelestarian tanaman, dalam
hutan adat, hutan normal diatur dengan membagi luasan yang seragam untuk
setiap periode, yang ditetapkan sebagai tujuan jangka panjang. Hutan yang
mampu mencapai karakteristik hutan normal dapat menghasilkan hasil yang stabil
dalam jangka panjang dan dianggap sebagai hutan yang paling ideal (Rohman et
al. 2013). Hutan yang normal adalah hutan yang telah mencapai (dan dapat
dipertahankan) kondisi yang hampir sempurna untuk tujuan pengelolaan.
Normalitas bagian diukur dengan standar tabel hasil normal, seperti volume, luas,
jumlah pohon per hektar, dll.
Kelestarian hutan dapat dilihat dari struktur tegakan yang digambarkan
dengan sebaran diameter dan jumlah pohon pada setiap petak, serta cara
penebangan. Struktur hutan yang seharusnya memenuhi persyaratan
pembangunan berkelanjutan kurang lebih sama dengan struktur hutan pada
umumnya. Kondisi normal hutan pada penelitian ini ditandai dengan jumlah dan
sebaran pohon yang cukup banyak terkait pertumbuhan kelas diameter dan jumlah
tebangan per tahun yang kurang lebih sama (Yandi et al. 2019). Latihan ini
menganalisis kombinasi metode penuaan tua dan lumpur untuk menetapkan hasil
yang akan membawa hutan jati mendekati hutan normal.

BAB II. METODE


2.1 Data
Data yang digunakan pada praktikum pengaturan luas menggunakan data
sekunder yaitu data risalah hutan di KPH Madiun, BP Caruban, Kabupaten
Madiun, Provinsi Jawa Timur. Data sekunder yang diperoleh meliputi kelas umur,
luas aktual sekarang, luas normal, serta daur tanaman jati dari KUI I, II, III, IV, V,
VI, VII, VIII, dan KU IX.

2.2 Pengolahan dan Analisis Data


Pendekatan dengan Kompromi/Iterasi
1. Mendownload data risalah sesuai dengan pembagian kelompok.
2. Filter seluruh data dengan memilih hanya jenis tanaman jati. Kemudian
dapat dilihat bahwa data tersebut berada di KPH Madiun, BH Caruban.
Data risalah terdiri dari data petak, anak petak, kelas perusahaan, luas
baku, jenis tanaman, tahun risalah, kelas hutan, lokasi pengukuran, dan
lain sebagainya.
3. Kemudian rekap seluruh data dengan mengambil data toponimi, anak
petak, luas baku, jenis tanaman, dan kelas hutan.

4. Setelah itu gabungkan data sesuai dengan kelas umurnya dengan cara di
filter kemudian hitung total luas baku pada kelas umur berikut dari KU I
sampai KU IX.

5. Setelah seluruh data di rekap selanjutnya menentukan daur yang akan


digunakan dalam perhitungan kali ini. Pada data kelompok 2
menggunakan daur 80 tahun karena KU yang terdapat dalam data
mencapai KU IX.
6. Kemudian membuat tabel dengan komponen-komponen sebagai berikut
7. Perhitungan dilakukan dengan 2 metode yaitu perhitungan dengan
kompromi atau iterasi serta perhitungan dengan Cotta
8. Pada kolom luas aktual sekarang diisikan dengan luasan baku yang sudah
direkap pada data sebelumnya sesuai dengan kelas umur atau KU nya lalu
jumlahkan keseluruhannya.
9. Kemudian menghitung luas normal dengan cara (jumlah luas aktual
sekarang/daur) x 10. 10 yaitu rentang panen tahunan setiap 10 tahun. Lalu
jumlahkan luas normal hingga total luas normal sama dengan total luas
aktual sekarang.

10. Lalu hitung panen tahunan sekarang (AY) dengan rumus: Panen Tahunan
Sekarang: Jumlah luas aktual sekarang pada 4 KU tertua/luas normal
11. Isikan kolom Luas Setelah 10 Tahun dimana pada KU I merupakan hasil
permudaan yang dilakukan setelah penebangan dengan asumsi
perhitungan panen tahunan dikali 10 tahun. Untuk KU II merupakan hasil
pertumbuhan tegakan dari KU sebelumnya (yaitu luas aktual sekarang
pada KU I), KU II merupakan hasil pertumbuhan tegakan dari KU
sebelumnya (yaitu luas aktual sekarang pada KU II), begitupun untuk KU
berikutnya. Namun apabila pada KU berikutnya jumlah luasan hampir
mendekati jumlah pada luas aktual sekarang maka perhitungan menjadi
selisih hasil pertumbuhan dari KU sebelumnya dengan hasil
penebangan/pemanenan selama 10 tahun kemudian ditambah dengan luas
pada KU-KU sebelumnya dengan contoh seperti berikut.
12. Langkah berikutnya yaitu lakukan langkah 10 dan 11 untuk mengisi data
perhitungan panen tahunan dan luas setelah n tahun sampai dengan
penetapan akhir daur yang digunakan pada praktikum ini.

13. Lakukan perhitungan Normal Yield (NY) dengan rumus: total luas aktual
sekarang/daur
14. Lakukan perhitungan Annual Yield (AY) yang diperoleh dari tabel yang
telah dibuat yaitu data perhitungan panen tahunan.
15. Kemudian lakukan perhitungan Annual Age (AA) yaitu dengan rumus
=sumproduct(nilai tengah KU,luas hutan)/jumlah luas hutan
16. Hasil perhitungan NY, AY, dan AA dilakukan sampai dengan penetapan
akhir daur
17. Buatlah tabel yang berisikan data luas hutan selama penetapan daur

18. Buatlah grafik struktur KU setelah 50 tahun dari data luas di atas.
Pendekatan dengan Cotta
1. Pengaturan penebangan berdasarkan pendekatan luas menggunakan
formula Cotta dengan jangka penebangan selama 10 tahun dan daur 80
tahun. Kemudian buat tabel untuk pendekatan luas Cotta seperti dengan
pendekatan Iterasi.
2. Yang membedakan pendekatan cotta dengan iterasi yaitu terletak pada
perhitungan panen tahunan
3. Perhitungan panen tahunan menggunakan rumus AY = AA.NY/NA
4. Lakukan perhitungan AA dengan rumus =sumproduct(nilai tengah
KU,luas hutan)/jumlah luas hutan
5. Kemudian menghitung NY dengan rumus total luas aktual sekarang/daur
6. Lalu menghitung NA dengan rumus daur yang ditetapkan/2
7. Sehingga untuk perhitungan panen tahunan sampai daur yang ditetapkan
menggunakan rumus AY = AA.NY/NA
8. Setelah metode cotta dilakukan sampai dengan membuat grafik struktur
KU maka selanjutnya membuat tabel berisikan data hasil perhitungan
actual age (AA) dan annual yield (AY) pada kedua pendekatan tersebut.
9. Buatlah grafik perbandingannya actual age dan annual yield secara
terpisah lalu buat garis lurus yang menggambarkan setengah daur pada
grafik perbandingan AA dan luasan normal pada grafik perbandingan AY.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaturan hasil dengan penggabungan beberapa kelas umur tertua

Gambar 1. Grafik keadaan tegakan metode iterasi


Pengaturan hasil hutan berdasarkan luas dengan pengendalian
menurut rotasi dan sebaran kelas umur yang telah dilakukan pada tegakan
dengan selang 10 tahun selama 80 tahun terbagi menjadi 9 kelas umur.
Disajikan pada Gambar 1. Merupakan perhitungan luasan aktual dari
setiap selang 10 tahun pada 9 kelas umur yang menunjukan adanya
kecenderungan penurunan luas tegakan pada setiap kelas umurnya. Dari
data tersebut terdapat bahwa terjadi pola penurunan yang konsisten pada
setiap kelas umur dan terlihat meningkat pada kelas umur lebih dari 60
tahun. Kelas Umur (KU) yang ada di hutan merupakan pembagian kelas
yang digunakan untuk mengetahui normalitas suatu tegakan. Hal ini sesuai
dengan Patiwiri (2004) yang menyatakan bahwa menggabungkan seluruh
kelas umur merupakan salah satu cara untuk menebang pada tegakan kelas
umur muda agar menghindari resiko kerugian. Sesuai pula dengan
pernyataan Simon (1993) yang menyatakan bahwa pengaturan hasil hutan
diperlukan untuk menghitung volume kayu yang diperoleh dari hasil
tebangan setiap tahun agar kelestarian hutan dan pengelolaannya dapat
terjamin.
2. Pengaturan hasil dengan penggunaan rumus Cotta

Gambar 2. Grafik keadaan tegakan metode cotta

Kelestarian hasil hutan dapat tercapai dengan adanya hasil yang


tinggi dengan biaya yang rendah, serta dapat mencukupi kebutuhan
masyarakat. Pengaturan hasil dengan menggunakan rumus Cotta pada
Annual Yield (AY) diperoleh hasil perhitungan panen tahunan sekarang
sebesar 47,66 ha/tahun, untuk perhitungan panen tahunan 10 tahun sebesar
57,67 ha/tahun, untuk perhitungan panen tahunan 20 tahun sebesar 65,54
ha/tahun, untuk perhitungan panen tahunan 30 tahun sebesar 73.17
ha/tahun, perhitungan panen tahunan 40 tahun sebesar 78,98 ha/tahun,
perhitungan panen tahunan 50 tahun sebesar 83,81 ha/tahun, perhitungan
panen tahunan 60 tahun sebesar 85,42 ha/tahun dan yang terakhir yaitu
perhitungan panen tahunan 70 tahun sebesar 82,11 ha/tahun. Hasil
perhitungan ini kemudian digambarkan dalam bentuk grafik yaitu
ditampilkan pada Gambar 2. Berdasarkan gambar tersebut, hasil
perhitungan AY pada formula Cotta ditunjukkan dengan garis berwarna
kuning. Garis tersebut cenderung mengalami kenaikan di setiap kenaikan
daur dan berada di atas rata-rata luas (garis putus-putus berwarna merah).
Hal ini berarti bahwa AY pada pendekatan Cotta cenderung menjauhi
rata-rata luas panenan (AY).
Actual Age (AA) pada luas aktual sekarang sebesar 23,1 tahun;
untuk luas setelah 10 tahun sebesar 28,0 tahun; untuk luas setelah 20 tahun
sebesar 31,8 tahun; untuk luas setelah 30 tahun sebesar 35,5 tahun; untuk
luas setelah 40 tahun sebesar 38,4 tahun; untuk luas setelah 50 tahun
sebesar 40,7 tahun; untuk luas setelah 60 tahun sebesar 41,5 tahun; untuk
luas setelah 70 tahun sebesar 39,9 tahun; dan yang terakhir untuk luas
setelah 80 tahun sebesar 39,1 tahun. Hasil perhitungan AA cenderung
mengalami peningkatan di setiap kenaikan daur dan semakin mendekati
garis putus-putus berwarna merah yang menunjukkan rata-rata umur
aktual dari kedua pendekatan yang digunakan.

3. Perbandingan kedua pendekatan

Gambar 3. Perbandingan luas panen per 10 tahun menggunakan metode


iterasi dan metode cotta

Gambar 4. Perbandingan umur aktual tegakan menggunakan metode


iterasi dan metode cotta
Metode pendekatan iterasi dan cotta memiliki perbedaan yaitu pada
pendekatan gabungan 3-4 KU tertua mempunyai distribusi luas hutan yang
merata pada setiap KU-nya (KU I sampai KU IX) yang berarti bahwa
semua KU masih memiliki luas hutan. Sedangkan pada pendekatan
metode cotta memiliki distribusi luas hutan yang tidak merata pada setiap
KU-nya yaitu pada KU tinggi cenderung tidak memiliki luas hutan. Hal ini
menunjukkan bahwa pendekatan gabungan 3-4 KU tertua relatif dapat
mempertahankan luas hutan pada KU tinggi dibandingkan dengan
pendekatan cotta. Namun pendekatan cotta memperoleh hasil perhitungan
struktur KU yang mendekati luas hutan normal yaitu 823,73 ha yang
ditunjukkan dengan garis putus-putus berwarna merah pada gambar 3 jika
dibandingkan dengan pendekatan gabungan 3-4 KU tertua. Selanjutnya
yaitu perbedaan pada perbandingan nilai umur aktual (AA) yang
ditunjukkan melalui gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa umur
aktual dengan metode cotta cenderung mendekati rata-rata yaitu 40 tahun
dibandingkan dengan metode penggabungan 3-4 KU tertua.
Hasil perhitungan pengaturan hasil berdasarkan luas menggunakan
metode iterasi dan metode cotta pada BH Caruban ini menggunakan daur
80 tahun dimana luasan hutan normal yaitu 823,72 ha. Sehingga
pengaturan hasil hutan dengan metode cotta lebih baik digunakan
dibanding dengan metode penggabungan 3-4 KU tertua pada hutan dengan
studi kasus di KPH Madiun, BH Caruban. Hal ini karena pendekatan
dengan metode cotta cenderung dapat mendekati rata-rata luas panen
aktual dan rata-rata umur aktual dibandingkan pendekatan gabungan 3-4
KU tertua.

IV. KESIMPULAN

Pengaturan hasil pada kedua metode memiliki perbedaan dalam


mencapai hutan normal dimana pada metode iterasi luas hutan pada setiap
KU terdistribusi secara merata dan dapat meminimalisir kerugian.
Sedangkan pada metode cotta distribusi luas nya tidak merata terutama
pada KU tua namun luas hutannya lebih mendekati hutan normal.
Sehingga untuk mencapai luas hutan normal metode cotta lebih cocok
digunakan .
DAFTAR PUSTAKA
Patiwiri AY. 2004. Studi pengaturan hasil pada kelas perusahaan Jati (Tectona
grandis L.f) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
Banten. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Rohman, Warsito SP, Purwanto RH, Supriyatno N. 2013. Normalitas tegakan
berbasis resiko untuk pengaturan kelestarian hasil hutan tanaman jati di
perum perhutani. Jurnal Ilmu Kehutanan. 7(2): 81-92.
Simon H. 1993. Hutan Jati dan Kemakmuran, Problematika, dan Strategi
Pemecahannya. Yogyakarta (ID): Aditya Media Cetakan Pertama
Yandi WN, Muhdin. Suhendang. 2019. Metode pengaturan hasil berdasarkan
jumlah pohon dalam pengelolaan hutan rakyat pada tingkat pemilik
lahan. Jurnal of Natural Resources and Environmental Management.
9(4): 872-881.

Anda mungkin juga menyukai