Anda di halaman 1dari 7

PEMAPARAN 3 METODE PRODUKTIVITAS HUTAN

TUGAS KELOMPOK 5 EKOLOGI HUTAN

Oleh :

Dietrich M Rumbiak (17/417007/KT/80602)


Fauzia Zakira Fitria (20/459100/KT 09265)
Difa Amanata Hikmatana (20/461982/KT/09365)
Ghevira Zahira Shofa (20/461998/KT/09381)
Hanani Safira Zildan (20/455339/KT/09187)

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
1. Metode Vegetasi (indeks habitat)
Pengelolaan hutan tanaman yang baik diperlukan pengetahuan yang memadai
mengenai pertumbuhan dan hasil tegakan, sehingga diperlukan penelitian yang
komprehensif meliputi penelitian pertumbuhan tegakan, kualitas tempat tumbuh, model
penduga volume pohon dan daur optimal tegakan hutan tanaman. Kualitas tempat tumbuh
dalam perencanaan pengelolaan hutan sering dinyatakan dengan bonita atau indeks
tempat tumbuh. Dengan pengetahuan ini akan membantu dalam manajemen pengelolaan
tegakan dan lahan pada hutan tanaman guna tercapainya kelestarian hutan.

Pada pendekatan phytocentric, penilaian kualitas tapak dilakukan dengan


pengukuran peninggi pada petak-petak ukur baik PUP maupun PUT tiap lokasi penelitian.
Peninggi merupakan tinggi seratus pohon tertinggi dalam satu hektar tegakan. Pada plot
berukuran 30 m x 3m m dilakukan pengukuran 10 pohon tertinggi.

Studi kasus :

Pohon bambang lanang telah dikembangkan oleh masyarakat secara luas dalam
bentuk hutan rakyat yang tersebar di Kabupaten Empat Lawang, Lahat, Muara Dua dan
Kota Pagar Alam. Peninggi dari tegakan bambang yang dikembangkan oleh masyarakat
khususnya di Kabuapaten Empat Lawang yang mewakili ketinggian 100 – 200 mdpl,
OKU Selatan 150-250 mdpl, serta Kota Pagar Alam yang mewakili ketinggian 700 –
1100 mdpl seperti pada Gambar 1.

30,0
25,0
20,0
Peninggi (m)

15,0
10,0
5,0
0,0 10
0 5 15 20
SI 17 SI 20 Umur SI 23

SI 26 Data Empat Lawang Data Lahat

Gambar 1. Peninggi dan site indek tegakan bambang


Tegakan bambang yang banyak dikembangkan oleh masyarakat pada berbagai
daerah di Sumatera Selatan menunjukkan perbedaan site indek dilihat dari peninggi
tegakan yang ada. Berdasarkan gambar diatas site indek tertinggi pada pengembangan
bambang di wilayah Empat Lawang. Pada wilayah ini pada umur indek (12 tahun)
memiliki peninggi sekitar 26 m.
Studi Kasus Kualitas Tempat Tumbuh Hutan Eucalyptus urophylla di Hutan
Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli Kecamatan Girsang
Sipagan Bolon Kabupaten Simalugun
Penelitian dilaksanakan di areal hutan tanaman Eucalyptus PT. Toba Pulp Lestari
sektor Aek Nauli Kecamatan Girsang Sipanganbolon untuk membuat model penyusunan
kualitas tempat tumbuh hutan tanaman Eucalyptus urophylla.
Model penduga untuk menerangkan hubungan antara umur dengan peninggi

tegakan Eucalyptus urophylla adalah model Averi yakni (Avery,1994) dengan


nilai R2 = 92,6.
Model penduga indeks tempat tumbuh terbaik dipilih berdasarkan nilai koefisien
determinasi (R2), simpangan Agregat(SA) dan simpangan rata-rata (SR). Besarnya nilai
masing-masing kriteria tersebut untuk kedua model yang diuji adalah

Dilihat dari Tabel 3, berdasarkan kriteria keterhandalan model yang di tetapkan


oleh Bruce (1920) dalam Spurr (1952) sebenarnya kedua model tersebut memenuhi
persyaratan untuk digunakan sebagai penduga indeks tempat tumbuh. Akan tetapi
berdasarkan kriteria model terbaik, model Avery - log H = 1,56 - 1,13 A-1memiliki
kelebihan dalam menerangkan hubungan antara A(umur) dah H (peninggi) karena memiliki
nilai F hitung dan R2 yang lebih besar serta nilai SR, S, SA, MSE Dan PRESS, yang lebih
kecil dibanding model Alder.

Dengan menggunakan umur indeks 8 tahun, maka persamaan indeks tempat


tumbuh yang terbentuk adalah Log SI = log H - 1,13 (A-1 – 8-1). Hasil pendugaan
menunjukkan bahwa indeks tempat tumbuh dari petak–petak ukur mempunyai variasi
antara 20,65 – 26,40. Oleh sebab itu grafik bonita Eucalyptus urophylla disusun dengan
besaran indeks tempat tumbuh mulai dari 21,36 - 25,68 dengan selang 1 meter.

Hasil pegujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan site indeks pada setiap
kelas umur yang juga dapat ditunjukkan oleh grafik dibawah ini. Terlihat bahwa respon
pertumbuhan Eucalyptus urophylla terhadap tempat-tempat tumbuh sebagai media
tumbuhnya menunjukkan hubungan yang positif antara kualitas tempat tumbuhnya dengan
tinggi yang dicapai sangat baik. Gambar 1 berikut ini akan memperlihatkan Kurva indeks.

Secara umum terlihat adanya indikasi bahwa kualitas tempat tumbuh dilokasi
penelitian relatif tinggi yang ditunjukkan oleh kelerengan kurva yang cenderung sigmoid.
Tempat tumbuh yang memiliki kualitas yang tinggi biasanya memiliki bentuk hubungan
peninggi dengan umur yang selaras dengan bentuk pertumbuhan pohon itu sendiri,
sebaliknya kulitas tapak yang rendah akan cenderung membentuk kurva hubungan umur
dan peninggi yang landai. Dari data diatas maka jelaslah bahwa tinggi pohon tidak
dipengaruhi oleh kerapatan tegakan, karena pertumbuhan tanaman lebih dulu membentuk
tinggi kemdian memperbesar diameter, dan pada pertumbuhan awal tanaman cenderung
berkompetisi terhadap tanaman yang lainnya akan kebutuhan unsur-unsur harta dalam
tanah, air dan cahaya. Sejalan dengan kompetisi tersebut pertambahan tinggi penuh pohon
akan bertambah sampai pada tinggi dan umur maksimal tercapai.
2. Metode Faktor Lingkungan Fisis

Pengukuran produktivitas hutan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan


menggunakan indikator iklim, tanah, dan topografi. Iklim, tanah, dan topografi ini bersama-
sama menjadi satu bagian untuk menganalisis pertumbuhan.

(Susetyo dan Hadi, 2012) menyatakan bahwa curah hujan sekitar 2640 mm/tahun
merupakan curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan pohon karet sesuai dengan grafik
berikut.

Sementara itu, drainase untuk pertumbuhan pohon karet tergolong kelas 3 (well
drained) sesuai dengan grafik berikut.

Ketinggian optimal untuk pertumbuhan pohon karet adalah 168 m dpl sesuai dengan
grafik berikut.
3. Metode Gabungan
Metode gabungan dilakukan dengan mengklasifikasi dan pemetaan habitat yang
mempertimbangkan geografi, geologi, klimatologi, sosiologi tumbuhan, analisis serbuk sari,
serta sejarah hutan.

Studi kasus di areal rawa gambut HTI PT. Wirakarya Sakti Jambi

Herbagung (1991) menyebutkan bahwa tolak ukur yang sering digunakan


dalam menyatakan kualitas tempat tumbuh adalah bonita. Bonita adalah kelas-kelas dari indeks
tempat tumbuh, yang biasanya dinyatakan dengan angka romawi yang menyatakan kapabilitas
suatu tempat tumbuh dalam menghasilkan produksi tegakan hutan.
Seiring dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri dan pembukaan hutan
primer menjadi areal-areal lain seperti perkebunan karet dan sawit serta permukiman dan
peladangan penduduk terjadi perubahan iklim di areal PT. Wirakarya Sakti Jambi, wilayah
yang tadinya beriklim tipe A (sangat basah) sekarang berubah menjadi tipe B (basah) bahkan
ada yang bertipe C berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson.
DAFTAR PUSTAKA

Sinarmata, Marulam MT. 2015. Model Penyusunan Kualitas Tempat Tumbuh Eucalyptus
urophylla Pada Hutan Tanaman. Jurnal Elektronik AKAR. Vol.1 No. 1 Tahun 2015.

Susetyo, Imam, dan H. Hadi. 2012. Pemodelan Produksi Tanaman Karet Berdasarkan Potensi
Klon, Tanah, dan Iklim. Jurnal Penelitian Karet. Vol 30 (1):23-35.

Anda mungkin juga menyukai