Oleh :
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2020
1. Metode Vegetasi (indeks habitat)
Pengelolaan hutan tanaman yang baik diperlukan pengetahuan yang memadai
mengenai pertumbuhan dan hasil tegakan, sehingga diperlukan penelitian yang
komprehensif meliputi penelitian pertumbuhan tegakan, kualitas tempat tumbuh, model
penduga volume pohon dan daur optimal tegakan hutan tanaman. Kualitas tempat tumbuh
dalam perencanaan pengelolaan hutan sering dinyatakan dengan bonita atau indeks
tempat tumbuh. Dengan pengetahuan ini akan membantu dalam manajemen pengelolaan
tegakan dan lahan pada hutan tanaman guna tercapainya kelestarian hutan.
Studi kasus :
Pohon bambang lanang telah dikembangkan oleh masyarakat secara luas dalam
bentuk hutan rakyat yang tersebar di Kabupaten Empat Lawang, Lahat, Muara Dua dan
Kota Pagar Alam. Peninggi dari tegakan bambang yang dikembangkan oleh masyarakat
khususnya di Kabuapaten Empat Lawang yang mewakili ketinggian 100 – 200 mdpl,
OKU Selatan 150-250 mdpl, serta Kota Pagar Alam yang mewakili ketinggian 700 –
1100 mdpl seperti pada Gambar 1.
30,0
25,0
20,0
Peninggi (m)
15,0
10,0
5,0
0,0 10
0 5 15 20
SI 17 SI 20 Umur SI 23
Hasil pegujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan site indeks pada setiap
kelas umur yang juga dapat ditunjukkan oleh grafik dibawah ini. Terlihat bahwa respon
pertumbuhan Eucalyptus urophylla terhadap tempat-tempat tumbuh sebagai media
tumbuhnya menunjukkan hubungan yang positif antara kualitas tempat tumbuhnya dengan
tinggi yang dicapai sangat baik. Gambar 1 berikut ini akan memperlihatkan Kurva indeks.
Secara umum terlihat adanya indikasi bahwa kualitas tempat tumbuh dilokasi
penelitian relatif tinggi yang ditunjukkan oleh kelerengan kurva yang cenderung sigmoid.
Tempat tumbuh yang memiliki kualitas yang tinggi biasanya memiliki bentuk hubungan
peninggi dengan umur yang selaras dengan bentuk pertumbuhan pohon itu sendiri,
sebaliknya kulitas tapak yang rendah akan cenderung membentuk kurva hubungan umur
dan peninggi yang landai. Dari data diatas maka jelaslah bahwa tinggi pohon tidak
dipengaruhi oleh kerapatan tegakan, karena pertumbuhan tanaman lebih dulu membentuk
tinggi kemdian memperbesar diameter, dan pada pertumbuhan awal tanaman cenderung
berkompetisi terhadap tanaman yang lainnya akan kebutuhan unsur-unsur harta dalam
tanah, air dan cahaya. Sejalan dengan kompetisi tersebut pertambahan tinggi penuh pohon
akan bertambah sampai pada tinggi dan umur maksimal tercapai.
2. Metode Faktor Lingkungan Fisis
(Susetyo dan Hadi, 2012) menyatakan bahwa curah hujan sekitar 2640 mm/tahun
merupakan curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan pohon karet sesuai dengan grafik
berikut.
Sementara itu, drainase untuk pertumbuhan pohon karet tergolong kelas 3 (well
drained) sesuai dengan grafik berikut.
Ketinggian optimal untuk pertumbuhan pohon karet adalah 168 m dpl sesuai dengan
grafik berikut.
3. Metode Gabungan
Metode gabungan dilakukan dengan mengklasifikasi dan pemetaan habitat yang
mempertimbangkan geografi, geologi, klimatologi, sosiologi tumbuhan, analisis serbuk sari,
serta sejarah hutan.
Studi kasus di areal rawa gambut HTI PT. Wirakarya Sakti Jambi
Sinarmata, Marulam MT. 2015. Model Penyusunan Kualitas Tempat Tumbuh Eucalyptus
urophylla Pada Hutan Tanaman. Jurnal Elektronik AKAR. Vol.1 No. 1 Tahun 2015.
Susetyo, Imam, dan H. Hadi. 2012. Pemodelan Produksi Tanaman Karet Berdasarkan Potensi
Klon, Tanah, dan Iklim. Jurnal Penelitian Karet. Vol 30 (1):23-35.