Anda di halaman 1dari 7

I.

Tanggal Praktikum : 1s/d 3 Mei 2019

II. Judul Praktikum : Daya Dukung Habitat

III. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui cara menghitung daya dukung

habitat populasi (Caring capacity) dengan teknik hand clipping/gut.

IV. Dasar Teori

Habitat merupakan tempat dimana satwa itu melangsungkan hidupnya berupa

makan, berkembang biak, dan beristirahat. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan

menentukan komposisi, penyebaran, dan produktivitas satwa liar. Habitat yang

kualitasnya tinggi maka akan menghasilkan hidupan satwa liar yang berkualitas tinggi.

Untuk mendapatkan kualitas habitat yang baik maka diperlukan pengelolaan habitat.

Pengelolaan habitat merupakan kegiatan praktis mengatur kombinasi faktor fisik dan

biotik lingkungan sehingga dicapai suatu kondisi yang optimal bagi perkembangan

populasi (Mahanani, 2012: 28).

Adapun hilangnya habitat mengacu pada perubahan habitat yang ekstrim

sehingga tidak dapat mendukung kehidupan sebagian besar spesies dan kehilangan

sebagian besar fungsinya. Hilangnya habitat di kawasan hutan disebut deforestasi. Istilah

lain yang sering digunakan sebagai padanan degradasi habitat dan hilangnya habitat

adalah transformasi habitat dan konversi habitat. Sementara itu, fragmentasi adalah

perubahan konfigurasi habitat yang mengurangi habitat asal sehingga habitat asal
lambat-laun menjadi terisolasi. Proses ini hampir selalu diikuti dengan pengurangan

luasan area habitat asal (Supriatna, 2018: 199).

Konsep lain terkait habitat, relung dan hubungannya dengan mekanisme

kelangsungan hidup spesies adalah daya dukung lingkungan. Dalam ekologi, daya

dukung lingkungan mempunyai banyak definisi. Meski demikian, pada umumnya day

dukung lingkungan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu ruang ekologis dalam

menunjang kehidupan organisme secara optimum dalam periode tertentu. Dari kacamata

populasi, daya dukung lingkungan diartikan sebagai seberapa banyak materi, energi, dan

informasi yang bisa dihasilkan atau digali dari suatu ruang hidup tertentu bagi

kelangsungan hidup populasi dalam konteks reproduksi dan perkembangannya

(Abdoellah, 2017: 50).

Daya dukung habitat satwa liar secara umum ditentukan berdasarkan daya

dukung pakan (biomasa) dengan rumus modifikasi dari USDA karena faktor yang paling

menentukan keberadaan satwaliar dalam habitatnya adalah ketersediaan makanan.

Estimasi daya dukung pakan ditentukan pada bulan basah dan bulan kering, baik di

hutan primer maupun di hutan sekunder. Estimasi daya dukung pakan pada bulan kering

menunjukkan kisaran daya dukung pakan di hutan sekunder (berkisar antara 0,55 ± 0,07

dan 0,59 ± 0,08 ind/km2) yang lebih tinggi dari hutan primer (berkisar antara 0,09 ±

0,01 dan 0,11 ± 0,02 ind/km2). Kajian daya dukung habitat yang dilakukan oleh Olivier

pada tahun 1981 di Malaysia juga menghasilkan daya dukung habitat di hutan sekunder

(0,27 ind/km2) yang lebih tinggi dari hutan primer (0,12 ind/km2) (Santiapillai dan

Suprahman, 1984 dalam Abdullah, 2009: 34).


Daya dukung habitat dapat ditentukan berdasarkan pengukuran salah satu

komponen penyusun habitat. Nilai daya dukung habitat merupakan perbandingan antara

ketersediaan hijauan dengan tingkat konsumsi, sehingga daya dukung dihitung dengan

menggunakan persamaan: K = P/C dimaka K adaalah daya dukung habitat (individu/ha),

P adalah ketersediaan hijauan pakan (kg/ha), dan C adalah rata-rata komsumsi pakan

setiap individu(kg/individu). Daya dukung dapat ditingkatkan dengan beberapa cara,

yaitu dengan meningkatkan nilai komponen pembentuk daya dukung, seperti

ketersediaan hijauan pakan. Salah satu cara meningkatkan produktivitas adalah dengan

menanam rumput jenis unggul dan pemupukan (Kwatrina, 2011: 132-135).

V. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Meteran

2. Timbangan

3. Alat tulis

4. Stop wacth

B. Bahan

1. 1 ekor hewan ternak untuk di amati.

VI. Cara Kerja

I. Menghitung Jumlah Asupan (Intake Harian


Untuk menghitung jumlah asupan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

a. Mengukur berat renggutan

1. Diamati seekor hewan ternak yang sedang makan, diperkirakan banyak

rumput yang dimakan oleh hewan ternak tersebut pada sekali renggutan.

2. Peragakan dengan tangan cara hewan ternak tersebut makan dengan

merenggut rumout seolah-olah seperti yang dimakan oleh hewan ternak.

3. Ditimbang berat rumput setiap renggutan sebanyak 50 kali renggutan, dan

4. Dicatat berat rumput setiap renggutan dan dihitung rata-ratanya (a).

b. Menghitung jumlah renggutan

1. Diamati seekor hewan ternak yang sedang makan.

2. Dihitung jumlah renggutan setiap 15 menit (untuk mendapatkan hitungan

jumlah renggutan setiap jam maka jumlah renggutan setiap 15 menit x 4 = 1

jam.

3. Dicatat jumlah renggutan hewan ternak tersebut dan dihitung rata-ratanya

(b).

c. Mengukur waktu aktif makan (WAM)

1. Setelah menghitung jumlah renggutan setiap jam selama 5 hari, kemudian

ditentukan waktu aktif makan pada hewan ternak (c).

2. Dibuat tabel dan grafik hubungan antara jumlah renggutan dengan waktu

(jam).
3. Waktu aktif makan (jumlah jam) ditentukan secraa proporsional (>40%

jumlah renggutan).

d. Cara membuat grafik hubungan jumlah renggutan dengan waktu aktif makan

(WAM).

1. Dibuat tabel hitungan jumlah reggutan tiap jam pada Ms Excel.

2. Diblokkan tabel tersebut, pilih insert pada menu bar.

3. Kemudian klik chart selanjutnya pilih model tabel yang diinginkan.

4. Dibloklah grafik tersebut, klik kanan pilih copy.

5. Dibuka Ms Word, klik kanan, pilih paste

Keterangan: cara di atas berguna untuk membuat semua grafik pada materi

ini.

e. Menghitung intake harian makan hewan ternak.

Dihitung intake harian makan hewan ternak dengan menggunakan rumus:

Jumlah Intake Harian = a x b x c

Keterangan:

a = berat timbang renggutan (kg)

b = jumlah renggutan tiap jam (kali)

c = waktu aktif makan (jam)

II. Dihitung produktivitas pakan.

1. Dibuat 4 plot (2 plot di tempat teduh dan 2 plot di tempat terbuka) dalam

bentuk kuadrat dengan masing-masing ukurannya 1 x 1 meter2.


2. Dibuat pagar pada setiap plot.

3. Dilakukan pemotongan dalam tiap plot dalam waktu yang sama, kemudian

ditimbang berat awalnya (B0) kemudian dihitung berat rata-rata B0 nya.

4. Setelah 1 bulan dilakukan pemotongan kedua (B1) dan setelah satu bulan

berikutnya dilakukan pemotongan berikutnya (B2).

5. Tiap daun yang ada kerusakan atau gugur maka harus dikurangi dari

pertumbuhannya..

6. Dihasil pertumbuhan dikurangi dengan kerusakan dibagi jumlah bulan maka

diperoleh produktivitas (kg).

7. Dibuat tabel produktivitas pakan.

8. Dibuat grafik perbandingan produktivitas pakan plot di tempat terbuka dengan

tempat ternaung.

III. Dihitung daya dukung habitat berdasarkan daya dukung pakan.

Menghitung daya dukung habitat berdasarkan daya dukung pakan menggunakan

rumus:

CC = P/A x W

Keterangan:

CC = Caring Capacity

A = Jumlah intak harian

P = Produktivitass

W = Waktu setahun
X. Daftar Pustaka

Abdullah., dkk. 2009. Estimasi Daya Dukung Habitat Gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus Temminck) Berdasarkan Aktivitas Harian dengan
Menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS) Sebagai Solusi Konflik dengan
Lahan Pertanian. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus. 3B, 29-36.

Kwatrina, Rozza T. 2011. Ketersediaan Tumbuhan Pakan dan Daya Dukung Habitat
Rusa timorensis de Blainville, 1822 di Kawasan Hutan Penelitian Dramaga.
Buletin Plasma Nutfa. 17:2, 129-137.

Mahanani, Agnes Indra., dkk. 2012. Daya Dukung Habitat Gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus Temminck) di Suaka Margasatwa Padang Sugihan
Provinsi Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 28-30.

Supriatna, Jatna. 2018. Konservasi Biodiversitas: Teori dan Praktik di Indonesia.


Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Abdoellah, Oekan S. 2017. Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai