Anda di halaman 1dari 15

MIKOLOGI

“JAMUR PERUSAK KAYU”


Dosen pengampu: Laili Fitri Yeni, M.Si

Disusun oleh
Nama : Ariswandi
Nim : F1071201041
Kelas : III-A2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
TUJUAN
Modul ini ditulis secara khusus bertujuan untuk mengungkap terjadinya deteriorasi bahan
oleh jamur yang banyak menimbulkan kerugian ekonomi dan inefisiensi. Pada modul ini
akan menjelaskan jamur-jamur perusak kayu, dan juga diharapkan dapat menjelaskan jenis
jamur Trametes versicolor dan Ganoderma applanatum, kayu sebagai bahan baku dan
dampak jamur tersebut pada bahan material kayu. Selain itu, modul ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam pencegahan dan penanggulangan kerusakan kayu/ produk
berbahan kayu dari serangan jamur.
PEMBAHASAN

Deteriorasi bahan alam ataupun material oleh fungi menimbulkan kerugian besar pada
manusia serta bisa pada perekonomiannya, perihal telah lama memperoleh atensi dari para
ilmuwan. Kehancuran tersebut menimbulkan pergantian pada substrat, paling utama pada
tekstur, sehingga tidak memiliki nilai ekonomi lagi. Pengurai memliki 2 penafsiran perihal ini
dilihat dari segi buat ruginya pada manusia, ialah biodegradasi serta biodeteriorasi.
Biodegradasi merupakan penguraian wujud pada substrat oleh aktifitas mikroorganisme
dengan menciptakan produk yang berguna buat manusia. Biodegradasi, misalnya, terjadi
pada pembuatan santapan fermentasi serta minuman fermentasi tradisional yang kita tahu tiap
hari (tempe, ketahui, tapai singkong ataupun tapai ketan, tauco serta lain- lain). Sebaliknya
deteriorasi merupakan penguraian bahan ataupun substrat yang bersifat merugikan sebab
menimbulkan pergantian ataupun kehancuran, sehingga substrat tersebut tidak bisa
dimanfaatkan manusia ataupun tidak memiliki nilai ekonomi lagi. Deteriorasi pula sesuatu
proses degradasi. Deteriorasi pada bahan pangan terjalin sebab bahan pangan tersebut tidak
ditaruh sebagaimana semestinya. Deteriorasi pula terjalin pada bahan material semacam
kayu, kayu pula hendak hadapi pelapukan yang di sebabkan oleh jamur.

Kehancuran pada kayu sangat merugikan apabila kayu- kayu tersebut memiliki nilai
ekonomi. Di alam banyak fungi bisa berkembang pada kayu. Trichoderma viride misalnya,
bersifat sangat seluloitik serta ialah perusak utama pada kayu. Perusak kayu yang lain
merupakan sebagian besar makrofungi semacam Pleurotus spp., Auricularia spp., Ganoderma
spp., serta masih banyak lagi. Miselium dari fungi tersebut masuk ke dalam substrat kayu
baik kayu pohon- pohon yang masih hidup, ataupun tumbuhan yang telah mati. Setelah itu
yang nampak secara mencolok merupakan badan buah dari makrofungi yang bisa memiliki
aneka serta wujud.

Deteriorasi kayu oleh aspek biologis (khususnya jamur) sudah memunculkan kerugian
yang sangat besar serta pemborosan pemanfaatan sumber energi alam/ hutan. Pengendalian
deteriorasi kayu ini hendak meningkatakan efisiensi pengolahan serta pemanfaatannya dan
menekan mengkonsumsi kayu dari hutan yang saat ini angka deforestasi di Indonesia
demikian besar.
Karakteristik Dan Mekanisma Pelapukan Kayu

Kayu merupakan bahan berlignoselulosa yang kaya nutrisi bagi jamur. Jamur tidak
seperti tumbuhan lainnya yang punya klorofil, tidak mampu menghasilkan nutrisinya sendiri
melalui fotosintesis. Jamur harus menguraikan bahan organik yang telah tersedia menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrisinya dengan bantuan enxim-enzim
yang dihasilkannya. Ke dua, kayu merupakan substrat yang diperlukan untuk media tumbuh
dan berkembang biak bagi jamur. Kayu merupakan bahan higroskopik yang yang bisa
menyerap kelembaban/ air dari sekitarnya. Dalam konstruksi, kayu yang sering terkena air
hujan langsung, bocoran, atau terkena tempiasnya, sering menjadi media tumbuh jamur yang
baik, terutama bila kayu yang digunakan tergolong tidak awet dan tidak diberi perlakuan
yang dapat meningkatkan ketahanannya dari serangan mikroorganisma, seperti perlakuan
pengawetan dengan bahan kimia.

Ada dua tipe utama pelapukan, yaitu lapuk coklat dan lapuk putih. Secara umum,
distribusi hifa pada kedua tipe pelapukan tersebut tidak banyak perbedaan. Tapi efeknya
terhadap anatomi kayu lebih seragam pada lapuk putih dibanding pada lapuk coklat. Kedua
kelompok jamur tersebut lebih suka berpenetrasi melalui noktah pada awal pelapukan. Selain
itu, keduanya membuat lubang pada dinding sel dan rongga yang sejajar dengan mikrofibril
pada dinding sekunder (Wilcox, 1973). Jamur pelapuk putih (JPP) mendekomposisi lignin
dan selulosa dari lumen ke luar sehingga dinding sel kayu menipis. Adapun jamur pelapuk
coklat (JPC) mendekomposisi selulosa secara acak di seluruh bagian dinding sel, dengan
meninggalkan lignin yang mempertahankan bentuk sel hingga tahapan akhir pelapukan
sehingga sisa dinding collapse. Perbedaan ketahanan berbagai jaringan, sel dan dinding sel
terhadap pelapukan berkaitan dengan perbedaan komposisi kimianya, terutama kadar lignin
(Wilcox, 1973). Jamur mengeluarkan enzim untuk mendegradasi kayu sehingga menjadi
bahan makanannya. Diduga bahwa jamur bergerak ke dalam kayu melalui bagian yang
paling kecil hambatannya. Sehingga JPP dan JPC pada mulanya secara ekstensif berkoloni
pada pori atau jari-jari (hardwood) dan pada saluran resin dan jari-jari (softwood) (Wilcox,
1973).

Kerusakan kayu oleh jamur pelapuk mungkin semakin berat karena dapat mengundang
perhatian beberapa jenis serangga perusak kayu. Banyak serangga yang tertarik menyerang
kayu berkadar air tinggi, contohnya adalah rayap kayu lembab dan rayap tanah. Hal lain
yang disukai rayap adalah kondisi lembab dan hangat. Sehingga sarang rayap sangat ideal
untuk pertumbuhan jamur yang menjadi sumber protein dan vitamin bagi rayap. Akumulasi
kotoran rayap dalam sarang membantu pertumbuhan jamur.

Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur

Menurut Tambunan dan Nandika (1989), ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan jamur antara lain:

1. Temperatur
Jamur perusak kayu dapat berkembang pada interval suhu yang cukup lebar, tetapi pada
kondisi-kondisi alami perkembangan yang paling cepat terjadi selama periode-periode
yang lebih panas dan lebih lembab dalam setiap tahun. Suhu optimum berbeda-beda
untuk setiap jenis, tetapi pada umumnya berkisar antara 22˚C sampai 35˚C. Suhu
maksimumnya berkisar antara 27˚C sampai 39˚C, dengan suhu minimum kurang lebih
5˚C.
2. Oksigen
Oksigen sangat dibutuhkan oleh jamur untuk melakukan respirasi yang menghasilkan
CO2 dan H2O. Sebaliknya untuk pertumbuhan yang optimum, oksigen harus diambil
secara bebas dari udara. Tanpa adanya oksigen, tidak ada jamur yang dapat hidup.
3. Kelembaban
Kebutuhan jamur akan kelembaban berbeda-beda, namun hampir semua jenis jamur
dapat hidup pada substrat yang belum jenuh air. Kadar air substrat yang rendah sering
menjadi fakyor pembatas bagi pertumbuhan jamur. Hal ini terutama berlaku bagi jenis
jamur yang hidup pada kayu atau tanah. Kayu dengan kadar air kurang dari 20%
umumnya tidak terserang jamur perusak, sebaliknya kayu dengan kadar air 35-50%
sangat disukai oleh jamur perusak.
4. Konsentrasi Hidrogen (pH)
Pada umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada pH kurang dari 7 (dalam suasana
asam sampai netral). Pertumbuhan yang optimum akan dicapai pada pH 4,5 sampai 5,5
5. Bahan Makanan (Nutrisi)
Jamur memerlukan makanan dari zat-zat yang terkandung dalam kayu seperti selulosa,
hemiselulosa, lignin dan zat isi sel lainnya. selulosa, hemiselulosa dan lignin yang
menyusun kayu terdapat sebagai makromolekul yang terlalu besar dan tidak larut dalam
air untuk diasimilasi langsung oleh cendawan.
Sumber infeksi bisa berupa kayu yang sudah terserang (lapuk) atau tanah karena banyak
mengandung bahan organik di mana jamur bisa tumbuh. Bila kayu bersentuhan dengan
sumber infeksi tersebut, infeksi bisa terjadi melalui pertumbuhan hifa. Bahkan tanpa kontak
langsungpun infeksi bisa terjadi melalui spora yang terbawa angin atau media lain (Baker,
2004).

Kayu merupakan substrat yang sesuai bagi pertumbuhan jamur. Selulosa, lignin dan
komponen dinding sel lainnya bisa menjadi sumber makanan bagi jamur. Beberapa jenis
kayu secara alamiah lebih tahan daripada jenis kayu lainnya karena mengandung bahan
beracun bagi jamur, sehingga kayu teras jarang diserang jamur, kecuali oleh beberapa jenis
tertentu saja. Namun, secara umum hampir tidak ada kayu yang tahan dari serangan jamur
bila ditempatkan pada kondisi yang memungkinkan pertumbuhan jamur. Ketersedian
makanan jamur dalam kayu dapat dihilangkan dengan perlakuan bahan beracun pada kayu
yang tidak membahayakan manusia dan binatang, atau dikenal dengan pengawetan (Baker,
2004).

Pertumbuhan jamur pada kayu sangat dipengaruhi oleh kadar air kayu tersebut. Semua
jenis jamur memerlukan kandungan air yang sedang. Bila ketersediaan air berkurang jamur
sering kali tidak mati tapi dalam keadaan dorman. Bila kondisi sesuai lagi, walau setelah
bertahun-tahun kemudian, pertumbuhan jamur terjadi lagi. Lingkungan lembab diperlukan
terutama untuk perkecambahan spora (Baker, 2004).

Pengaruh Pelapukan Jamur pada Sifat-sifat Kayu

Serangan jamur pelapuk kayu menyebabkan perubahan sifat fisik kayu secara nyata.
Tingkat perubahan ini tergantung pada intensitas serangan jamur pada kayu. Menurut
Tambunan dan Nandika (1989), diantara perubahan sifat fisik pada kayu lapuk adalah:

a. Penurunan berat kayu karena hilangnya beberapa komponen kimia kayu.

b. Warna kayu menjadi lebih gelap / kecoklatan setelah diserang JPC dan JPL, sedangkan
yang diserang JPP menjadi lebih putih.

c. Kayu berbau yang menusuk hidung.

d. Kerapatan kayu lapuk menurun drastis.

e. Kayu lapuk lebih mudah retak ketika dikeringkan.

f. Kadar air kayu lapuk mengalami peningkatan.


g. Nilai kalori kayu lapuk mengalami penurunan.

Sifat mekanis kayu turun drastis setelah pelapukan, terutama keteguhan pukul. Selain itu
keteguhan lengkung, keteguhan tekan, kekerasan, dan elastisitasnya mengalami penurunan
juga (Tambunan dan Nandika, 1989).

Jamur Perusak Kayu

Kollman (1968) dalam Tambunan dan Nandika (1989) mengemukakan bahwa terdapat 3
(tiga) macam jamur perusak kayu, antara lain:

1. Brown-rot
Yaitu tingkat tinggi dari kelas Basidiomycetes. Golongan jamur ini menyerang
holoselulosa kayu dan meninggalkan residu kecoklatan yang kaya akan lignin
2. White-rot
Yaitu jamur dari kelas Basidiomycetes, juga menyerang holoselulosa dan lignin,
menyebabkan warna kayu lebih muda dari warna normal.
3. Soft-rot
Yaitu jamur dari kelas Ascomycetes atau fungi imperfectie, menyerang selulosa dan
komponen dinding sel lainnya. Akibat serangan jamur ini, permukaan kayu menjadi
lebih lunak.

Beberapa Contoh Jamur Perusak Kayu

Beberapa jenis jamur perusak kayu yang dapat dikaji dalam modul ini adalah Trametes
versicolor dan Ganoderma applanatum. Hal ini dikarenakan jamur tersebut kerap kali ditemui
di kayu-kayu. Sehingga dapat dengan mudah diteliti.

a) Trametes versicolor
Jenis jamur Trametes versicolor disajikan pada gambar.
(Gambar. Trametes versicolo)
Klasifikasi jamur jenis ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Class : Hymenomycetes
Ordo : Aphyllophorales
Family : Polyporaceae
Genus : Trametes
Species : Trametes versicolor

Adapun ciri-ciri jamur jenis ini adalah sebagai berikut:


1) Warna coklat keputih-putihan hingga putih kekuningan dengan tepi bergerigi
2) Permukaan badan buah jamur berbulu
3) Jamur tidak memiliki tangkai, langsung melekat pada kayu
4) Teksturnya menyerupai kulit
5) Pada badan jamur terlihat zonasi pertumbuhan jamur
6) Bentuk basidiokarpa/badan buah seperti ekor kalkun yang sedang menggeliat

Jamur Trametes versicolor termasuk dalam famili Polyporaceae (Poly: banyak; Pore:
Pori). Pori – pori ini dapat berukuran sangat kecil ataupun besar yang berfungsi sebagai
tempat untuk keluarnya spora yang akan terbang. Letak pori ini berada di sisi belakang
badan buah (Basidiokarpa). Wood dan Stevens (1996) mengemukakan bahwa pori jamur
ini memiliki ukuran 4 - 6 x 1,5 - 2,5 μm, berbentuk silindrikal berliku yang ramping,
permukaan halus, hyaline/hymeniumnya berwarna putih hingga kuning pucat dalam
lapisannya. Hymenium berupa pori-pori disajikan pada gambar
Gambar. Pori Pada Hymenium Trametes versicolor (Sumber: Snowarski. M; 1998)

Nama lain dari jamur ini adalah Turkey Tail. Nama ini diberikan karena jamur ini
memiliki badan buah yang menyerupai miniatur dari ekor kalkun yang sedang menggeliat.
Jenis jamur ini merupakan salah satu jamur yang paling banyak dijumpai didunia. Selain
pori, bagian yang dapat diidentifikasi adalah teksturnya (konsistensinya) yang berbentuk
seperti kulit. Hal inilah yang membedakan dengan genus Ganoderma yang berbentuk
daging. Tekstur jamur ini dikatakan demikian karena apabila kita mengoyak badan jamur
sama halnya dengan mengoyak kulit kita. Pada badan jamur terlihat zonasi pertumbuhan
jamur, hal ini menandakan umur jamur. Satu lingkaran menandakan bahwa jamur tersebut
telah melewatisatu musim. Jadi zonasi tersebut akan bertambah setiap musimnya. Warna
dari jamur yang ditemukan adalah coklat keputih-putihan dengan tepi yang bergerigi dan
warna yang lebih muda (putih kekuningan). Namun warna ini tidak dapat dijadikan acuan
utama dalam mengidentifikasi jamur. Perbedaan warna disebabkan karena intensitas
cahaya matahari. Permukaan badan buah jamur ini berbulu, hal ini dapat dirasakan
langsung dengan perabaan. Jamur ini tidak memiliki tangkai, namun langsung melekat
pada kayu. Berdasarkan bentuk penyerangannya, Trametes versicolor termasuk kedalam
jenis jamur White rot. Jamur ini merombak lignin dan sebagian selulosa. Kayu yang
diserang akan berwarna putih.

Pelapukan kayu oleh jamur terbagi dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap awal dan tahap
lanjut. Pada tahap awal akan terjadi perubahan warna dan pengerasan pada permukaan
kayu. Setelah tingkat permulaan dilalui, kayu terlihat semakin berubah baik warna
maupun sifat fisiknya hingga pada akhirnya struktur dan penampilan kayu berubah
secara total. Tahap ini disebut sebagai pelapukan tingkat lanjut (advanced decay)
dimana kekuatan kayu berkurang sedenikian rupa sehingga mudah sekali dihancurkan
dengan menggunakan tangan. Serangan tersebut berpengaruh pada berat kayu, dimana
kayu yang terserang beratnya akan ringan, hal ini disebabkan oleh hilangnya lignin dan
selulosa.

b) Ganoderma applanatum
Jenis jamur Ganoderma applanatum disajikan pada gambar

Gambar. Ganoderma Applanatum (Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Ganoderma)

Klasifikasi jamur jenis ini adalah sebagai berikut:


Kingdom : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Species : Ganoderma applanatum
Adapun ciri-ciri jamur jenis ini adalah sebagai berikut:
a) Berwarna putih, dengan cepat berubah menjadi coklat apabila dilukai. Memudar
menjadi pucat kekuning-kuningan ketika basah
b) Badan buah (basidiokarpa) jamur keras dan kaku
c) Basidiokarpa tersebar rata pada substratum
d) Sporanya tidak terlihat sebagaimana jamur pada umumnya, namun jika ditepukkan
maka seporanya akan jatuh
e) Jamur tidak memiliki tangkai, langsung melekat pada kayu

Ganoderma applanatum termasuk kedalam klasifikasi jamur perusak kayu kelompok


Brown rot. Jamur ini merupakan jamur tingkat tinggi dari kelas Basidiomycetes yaitu
golongan jamur yang menyerang holoselulosa kayu dan meninggalkan residu kecoklat-
coklatan yang kaya akan lignin (Tambunan dan Nandika; 1989). Sumardi dan Widiastuti
(2004) mengemukakan bahwa jamur kelas Basidiomycetes mempunyai ciri khas yaitu
adanya basidiospora yang merupakan bentuk spora generatif, basidiospora
berkembangnya pada permukaan suatu struktur yang disebut basidium. Secara umum,
ciri-ciri jenis jamur Ganoderma applanatum adalah:

1) Pori
Terdapat 4-6 pori per mm, putih dengan cepat berubah menjadi coklat apabila
dilukai, memudar menjadi pucat kekuning-kuningan ketika basah, rentetan
pembuluh berukuran 4-13 mm, setiap celah dipisahkan lapisan tipis seperti tissu,
pembuluh dan pori menurunkan KOH
2) Spora
6-9,5 x 5,7 μm, lebar berbentuk bulat panjang, tumpul dibagian ujung, dinding tebal,
susunan berduri, tabungan spora matang.
3) Habitat
Soliter ataupun koloni diatas batang kayu dari kayu keras dan pohon jarum, tinggal
di kayu khususnya pada kayu ummbellularia californica (California Bay Laurel)
4) Kelemahan
Tidak dapat dimakan, karena mengandung racun.

Strategi Pengendalian Deteriorasi Kayu oleh Jamur

Dalam upaya mengendalikan serangan jamur pelapuk kayu, langkah-langkah pencegahan


(preventive) adalah lebih baik dan lebih diutamakan daripada langkah-langkah
penanggulangan (remedial). Secara umum pengendalian serangan jamur bisa dengan
memperhatikan, memodifikasi/ menghilangkan faktor-faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhannya. Misalnya kayu akan aman dari serangan jamur bila disimpan pada suhu
kurang dari 1.5˚C atau lebih dari 38˚C. Atau dengan membuat kadar air kayu kurang dari 19
%. Cara memutus jalur oksigen bagi jamur bisa dilakukan dengan membuat kayu jenuh air
atau dengan merendamnya dalam air. Sumber makanannya juga bisa dimodifikasi sehingga
tidak disukai atau bahkan mematikan jamur dengan perlakuan modifikasi kayu atau
pengawetan.

1. Langkah Pencegahan (Preventive)


a. Pengendalian Konstruksi
Kelembaban merupakan hal penting bagi pertumbuhan jamur dan yang paling
mudah mengendalikannya. Jika digunakan bahan kering dalam suatu bangunan serta
pelembaban komponen kayu dapat dicegah, maka pelapukan dapat dihindari.
Kelembaban dalam bangunan atau pada komponen bangunan sering disebabkan oleh
kurang pertimbangan kelembaban ketika perancangan konstruksinya, lalai
pemeliharaan, pengerjaan konstruksi yang kurang baik, atau kombinasi dari faktor-
faktor tersebut. Untuk mencegahnya perancang harus memperhatikan kebocoran
hujan, ventilasi dan kondensasi; kontraktor harus menjaga bahan-bahnnya dari
kelembaban (Baker, 2004).
Jika bangunan dirancang dan dibangun dengan baik, pemeliharaan yang
diperlukan mungkin kecil. Tapi bila terdapat kebocoran kecil pada atap yang tidak
terdeteksi akan menimbulkan pelembaban dan kemudian pelapukan. Oleh karena itu
pemeriksaan reguler dan prosedur pemeliharaan adalah penting. Bila pembasahan
tidak bisa dihindari atau kayu harus ditempatkan pada tempat yang basah,
pengawetan kayu diperlukan untuk mencegah pelpukan (Baker, 2004).
b. Pengawetan Kayu Bahan Konstruksi
Pengawetan kayu dengan bahan kimia adalah cara efektif mencegah pelapukan,
terutama dengan metoda tekanan menggunakan creosote, zinc chloride,
pentachlorophenol, dan atau copper naphthenate. Tapi pentachlorophenol sudah tdk
beredar lagi karena sangat berbahaya bagi manusia dan bersifat karsinogenik. Bahan
pengawet untuk mengantisipasi jamur biasanya yang berbasis borat. Menurut
(Hartford, 1973), bahan kimia yang digunakan untuk melindungi kayu dari serangan
mikroorganisma yang dikenal juga sebagai preservative (bahan pengawet). Borax
merupakan bahan pengawet yang relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan dan
efektif untuk mencegah serangan jamur. Bahkan ditemukan juga perlakuan borax
pada kayu meningkatkan ketahanannya terhadap pembakaran (Cartwright and
Findlay, 1958)
2. Langkah Penanggulangan (Remedial)
Penyemprotan bahan kimia tdk dapat mengendalikan jamur pelapuk kayu.
Menghilangkan sumber kelembaban dan mengganti kayu lapuk dengan kayu yang
diawetkan adalah bentuk penanggulangan yang lebih diutamakan. Selain itu penyebab
dan faktor-faktor pendukung pertumbuhan jamur harus ditanggulangi/ dieliminasi.
Penggunaan bahan kimia pengawet diutamakan untuk komponen kayu yang susah
dikeringkan. Metoda baru untuk membunuh organisma perusak sebagai alternatif yang
baik bagi penggunan pestisida, dikenal dengan metoda “anoxic”. Metoda ini
menggunakan prinsip menghentikan atau menghilangkan ketersediaan oksigen bagi
organisma sehingga mati. (Wachowiak, 2002).

KESIMPULAN

Deteriorasi kayu oleh jamur pelapuk menimbulkan kerugian ekonomi serta dampak
negatif lainnya, sehingga perlu difahami dan dikendalikan dengan baik. Jamur jenis Trametes
versicolor dan Ganoderma applanatum keduanya merupakan jamur yang termasuk kedalam
kategori jamur perusak kayu (wood destroying fungi). Jamur perusak kayu jenis Trametes
versicolor termasuk kedalam kelompok white rot yang menyerang lignin sebagai komponen
utama penyusun dinding sel kayu, sedangkan jenis Ganoderma applanatum termasuk
kedalam kelompok brown rot yang menyerang selulosa pada kayu. Sehingga pengolahan dan
pemanfaatan bahan kayu dapat berlangsung secara optimum dan lestari. Pengendalian
serangan jamur pada kayu relatif tidak banyak bergantung pada pestisida sebagaimana
pengendalian serangga. Cara pengendalian pelapukan yang terbaik pada kayu adalah dengan
pencegahan, yaitu dengan mengontrol sumber kelembaban/ air, membatasi hubungan kayu
dengan tanah, serta mengganti kayu yang lapuk dengan kayu yang diawetkan.

TES FORMATIF

Soal Essai:

1. Berikan contoh peristiwa pelapukan pada kayu dan jelaskan dampak pelapukan kayu?
2. Jelaskan secara singkat mekanisme pelapukan kayu yang disebabkan oleh jamur?
3. Jelaskan bagaimana faktor kelembapan dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur
pelapuk kayu?

Jawaban:
1. Contoh peristiwa pelapukan yaitu, salah satu rumah di desa Padang Tikar yang
kondisinya sangat memprihatinkan, Tiang penopang dan dinding yang terbuat dari kayu
rata-rata sudah lapuk. Sebagian tiang penopang bangunan telah putus, tepatnya di
permukaan tanah antara tiang yang menancap ke tanah dengan tiang ke penghubung ke
lantai, sehingga sekilas rumah itu menggantung. Demikianpula dengan lantainya ada
sebagian yang lapuk terutama pada konstruksi di bagian dalam, tepatnya di ruangan
induk. Lebih menghawartirkan lagi pada bagian atas bangunan tersebut atapnya telah
lapuk.
Dampak dari peristiwa tersebut jelaslah bahwa pengabaian terhadap masalah
pelapukan kayu menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Untuk memperbaiki
bangunan yang rusak/ lapuk, disamping diperlukan biaya untuk bahan-bahan dan upah
sering juga diiringi kerugian ekonomi lain akibat kerusakan bangunan tersebut atau
bahkan biaya untuk sewa gedung pengganti sementara, yang terkadang tidak
dinominalkan.
2. Mekanisme pelapukan kayu dapat dibedakan menjadi dua tipe utama, yaitu lapuk coklat
dan lapuk putih. Kedua kelompok jamur tersebut lebih suka berpenetrasi melalui noktah
pada awal pelapukan. Selain itu, keduanya membuat lubang pada dinding sel dan rongga
yang sejajar dengan mikrofibril pada dinding sekunder. Jamur pelapuk putih
mendekomposisi lignin dan selulosa dari lumen ke luar sehingga dinding sel kayu
menipis. Adapun jamur pelapuk coklat mendekomposisi selulosa secara acak di seluruh
bagian dinding sel, dengan meninggalkan lignin yang mempertahankan bentuk sel
hingga tahapan akhir pelapukan sehingga sisa dinding collapse.
3. Kebutuhan jamur akan kelembaban berbeda-beda, namun hampir semua jenis jamur
dapat hidup pada substrat yang belum jenuh air. Kadar air substrat yang rendah sering
menjadi fakyor pembatas bagi pertumbuhan jamur. Hal ini terutama berlaku bagi jenis
jamur yang hidup pada kayu atau tanah. Kayu dengan kadar air kurang dari 20%
umumnya tidak terserang jamur perusak, sebaliknya kayu dengan kadar air 35-50%
sangat disukai oleh jamur perusak. Jamur pelapuk akan menyerang kayu yang berbeda
pada lingkungan yang lembab dalam waktu yang relatif lama. Kayu yang dipasang
sebagai komponen bangunan disekitar kamar mandi atau sumur, kayu yang terkena
tempias air hujan atau kayu yang terendam air akibat banjir akan mudah sekali terserang
jamur pembusuk.
DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, J., C. Mims, and M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology. John Wiley &
Sons. Inc. New York

Baker, M.C. 1969. CBD-111. Decay of Wood. Dapat diakses pada


http://web.mit.edu/parmstr/Public/NRCan/CanBldgDigests/cbd111_e.html. Diakses pada
tanggal 20 Oktober 2021

Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari. 2006. Mikologi: dasar dan terapan. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta

Tambunan, Bedyaman dan Dodi Nandika. 1989. Deteriorasi oleh Faktor Biologis. Pusat
Antar Universitas. IPB. Bogor.

Haygreen, J. G. and J. L. Bowyer. 1989. Forest products and wood science: An


introduction. ed. Ames: Iowa State University Press.

Wachowiak, Melvin J. 2002. Biological Deterioration & Damage to Furniture & Wooden
Objects. Diakses pada
https://www.si.edu/mci/english/learn_more/taking_care/biodetwood.html. Diakses pada
tangaal 20 Oktober 2021.

Wood, M dan F. Stevens. 1996. Trametes versicolor.

Anda mungkin juga menyukai