(Gambar 1. Semut (kiri) dan prajurit rayap (kanan). (Arsip PSIH IPB))
Penampilan rayap memang mirip semut. Tetapi perbedaannya cukup banyak, bahkan
semut merupakan salah satu musuh utama dari rayap. Dari segi sistematika/filogenetika semut
mendekati golongan lebah, sehingga kedua serangga ini dicakup dalam Ordo Hymenoptera
(bersayap selaput).
1. Jenis-Jenis Rayap
Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan
dalam tipe-tipe berikut :
1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang
masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan
tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae
(famili Kalotermitidae), hama pohon jati.
Penyebab yang menjadi alasan utama dari meningkatnya populasi rayap adalah
perubahan kondisi habitat akibat aktivitas manusia, yang sangat potensial mengubah status rayap
menjadi serangga merugikan, misalnya pemanfaatan lahan dari areal perkebunan menjadi daerah
permukiman. Habitat alami rayap yang terganggu membuat mereka mencari sumber makanan
baru, berupa kayu atau material berselulosa lain yang terdapat pada bangunan.
Penyebab lain, penyebaran rayap adalah lokasi yang berada pada dataran rendah dengan
suhu hangat dan kelembaban tinggi. Kondisi lingkungan ini sangat disukai beberapa jenis rayap.
Tanah merah gembur dan bekas tanaman, ditengarai 90 persennya mengandung populasi rayap
cukup tinggi.
2. Peranan Rayap
Keberadaan koloni rayap tidak mutlak selalu merugikan bagi kehidupan manusia.
Beberapa peranan rayap bila ditinjau secara keseluruhan dari keberadaannya dimuka bumi,
antara lain :
Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus biogeochemical (dekomposer
bahan organik) seperti siklus Nitrogen, Karbon, Sulfur, Oksigen, dan Fosfor.
Keberadaan koloni rayap disuatu daerah mampu memengaruhi bentuk vegetasi yang
tumbuh dan berkembang di sekitar koloni itu dengan altivitas dari rayap tersebut melalui
modifikasi profil dan sifat kimia tanah.
Di daerah Gurun Afrika Selatan, rayap Hodotermes berperan dalam proses siklus nutrisi
tanah. Aktivitas rayap membawa air ke daerah yang ditumbuhi tanaman sangat
menguntungkan karena ketersediaan air pada tanaman menjadi lebih banyak.
Di daerah berpasir, rayap mampu meningkatkan infiltrasi air dan mengembalikannya ke
bagian atas tanah.
Mengakibatkan kerusakan pada bangunan, seperti: perumahan, perkantoran, gedung
olahraga dan lain sebagainya. Selain itu rayap juga dapat merusak tanaman, buku, arsip
ataupun dokumen lainnya karena mereka dapat mencerna atau menguraikan selulosa.
3. Proses Rayap dalam Penguraian Selulosa, sehingga timbul akibat Bangunan Roboh
Keberadaan koloni rayap ini disebabkan kesamaan habitat, yakni hidup pada daerah
kering dan lembab. Makanan utama rayap adalah kayu atau bahan yang mengandung selulosa.
Berdasarkan penelitian, terdapat berbagai protozoa flagellata yang ditemukan di dalam usus
bagian belakang rayap (pada jenis rayap tingkat rendah) yang berperan sebagai simbion dalam
proses pencernaan rayap dalam penguraian dan penyerapan selulosa. Pada mencapai sasarannya,
rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, menghancurkan plastik, kabel,
dan penghalang fisik lainnya. Rayap mampu menembus lubang terbuka atau celah sekecil 0,4
mm sehingga bisa menyerang bangunan dengan berbagai macam cara, seperti:
- kayu yang berhubungan langsung dengan tanah
- retakan-retakan pada dinding dan pondasi
- membentuk liang-liang kembara pada permukaan kayu,beton, pipa, dll.
Sekali rayap mampu mencapai sasarannya, maka rayap akan memperluas serangannya
sampai bagian-bagian yang tinggi dengan membuat sarang-sarang antara di dalam bangunan
yang jauh dari tanah (sarang utama) dan memanfaatkan sumber-sumber kelembapan yang
tersedia di dalam bangunan tersebut. Hal ini terutama berlaku untuk rayap tanah yang hidupnya
mutlak bergantung dari adanya air dan tanah yang merupakan sumber utama bagi kehidupan
rayap.
Rayap kayu kering memiliki kemampuan hidup pada kayu-kayu kering di dalam
bangunan gedung. Rayap ini tidak membangun sarang atau liang-liang kembara pada tempat-
tempat terbuka sehingga sukar untuk diketahui. Adanya serangan rayap seringkali baru diketahui
setelah kayu yang diserang menjadi keropos tanpa adanya pecahan pada permukaannya.
Serangan rayap kayu kering dapat dikenali dari eksremen-eksremen berupa butiran kecil,
lonjong, berwarna coklat muda. Dari berbagai tingkat serangan yang ada, apabila serangan rayap
sudah semakin parah, maka akan dapat mengakibatkan bangunan tersebut menjadi rusak atau
bahkan sampai roboh.
b. Ekologi Rayap
Koloni rayap -- masyarakat kriptobiotik
Jika kita menilik kehidupan rayap, kita tak akan menjumpai seekor rayap yang
mengembara sendirian seperti halnya kupu-kupu yang terbang solo atau kumbang yang makan
sendirian (soliter). Sebagai serangga sosial rayap hidup dalam masyarakat yang disebut koloni.
Jika kita hendak menguji keampuhan obat (insektida) terhadap beberapa ekor ayap dari kasta
yang sama (misalnya kasta pekerja) yang dipisahkan dari koloninya, maka hasilnya akan sia-sia.
Karena tanpa diberi racunpun mereka akan mati. Mengeluarkan individu rayap dari koloninya,
sama saja dengan membunuhnya. Mereka hanya bisa hidup jika (dan hanya jika) mereka berada
dalam masyarakatnya (koloninya).
Hal tersebut dikarenakan di dalam koloninya terdapat bahan-bahan dan proses-proses
yang dapat menjamin kelanjutan hidupnya. Ibarat seorang penderita penyakit yang seumur
hidupnya mutlak memerlukan sejenis obat yang selalu ditelannya pada saat-saat tertentu, dan jika
diumpamakan bahwa obat itu tak dapat dibawanya ke mana-mana, hanya dapat disimpan di
rumahnya, berarti ia tak dapat meninggalkan rumahnya. Ia dapat hidup normal jika rumahnya ia
perpanjang dengan menambah lorong-lorong sempit, misalnya ke tempat kerjanya, ke sekolah,
ke pasar dsb. Dan lorong-lorong sempit yang tertutup ini merupakan bagian dari rumahnya, di
mana ia dapat memperoleh obat demi kelangsungan hidupnya.
Demikianlah halnya dengan kehidupan rayap. Hal ini dapat kita amati pada kehidupan
rayap subteran. Ia hanya dapat mencapai makanannya (bangunan atau kayu) dengan menambah-
nambah panjang "rumahnya" dengan membuat terowongan-terowongan kembara, yaitu jalur-
jalur sempit yang berasal dari pusat sarang ke arah kembara di mana makanannya berada, yang
hanya dapat dilalui sekaligus oleh sekitar 3 - 4 ekor rayap. Terowongan kembara ini ditutupnya
dengan bahan-bahan tanah sehingga pada galibnya liang-liang kembara tetap merupakan bagian
dari sarang koloninya. Dengan adanya liang-liang tertutup ini maka praktis seluruh ruangan dari
sarang rayap termasuk liang-liang kembara merupakan lingkungan yang sangat lembab yang
menjamin kehidupan rayap tanah atau rayap subteran. Dalam kaitan dengan kehidupan
masyarakat rayap, terdapat beberapa istilah kunci yang perlu diungkapkan, yaitu : polimorfi,
feromon, trofalaksis, dan homeostatis.
2. Kasta prajurit
Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi)
kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan
hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan
mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui "suara" tertentu
sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya.
Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-
pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut,
walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi
karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting
maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun
prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-
macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran
mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya
seperti "tusuk") sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya.
Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldogtugasnya hanya
menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh
yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis
rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan
Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (p. makro) dan
prajurit kecil (p. mikro)
3. Kasta pekerja
Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi
dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa
berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan dan
mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan
reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan -- membunuh serta memakan rayap-
rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik
reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri.
Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah mempostulatkan bahwa
sebenarnya kasta pekerjalah yang menjadi "raja", yang memerintah dan mengatur semua
tatanan dan aturan dalam sarang rayap. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang
sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang
dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi
energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap.
Feromon penanda jejak dan pendeteksi makanan. Telah merupakan suatu diktum bahwa
rayap (pekerja dan prajurit) itu buta. Mereka jalan beriiringan atau dapat menemukan obyek
makanan bukan karena mereka mampu melihat atau mencium bau melalui "hidung".
Kemampuan mendeeksi dimungkinkan karena mereka dapat menerima dan menafsirkan
setiap bau yang esensial bagi kehidupannya melalui lobang-lobang tertentu yang terdapat
pada rambut-rambut yang tumbuh di antenanya. Bau yang dapat dideteksi rayap berhubungan
dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri.
Feromon adalah hormon yang dikeluarkan dari kelenjar endokrin., tetapi berbeda dengan
hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan empengaruhi individu lain yang sejenis. Untuk
dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, individu rayap yang berada didepan mengeluarkan
feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar sternum (sternal
gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di
belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau makannannya
sehingga rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.
7. Strategi Pengendalian
Dari uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa untuk menghindar atau
meminimumkan kemungkinan terjadinya serangan rayap pada bangunan perlu diperhatikan hal-
hal berikut.
1. Hindari adanya bahan-bahan kayu seperti sisa-sisa tunggak pohon di sekitar halaman
bangunan, yang potensial untuk menjadi sumber infeksi rayap. Demikian pula adanya pohon-
pohon tua yang sebagian jaringan pohon maupun akarnya telah mati merupakan sumber
makanan rayap dan dapat menjadi lokasi sarang perkembangan koloni rayap.
2. Hindari kontak antara tanah dengan bagian-bagian kayu dari bangunan. Walaupun cara ini
tidak mutlak mampu mencegah serangan rayap karena rayap mampu membuat terowongan
kembara di atas tembok, lantai dan dinding untuk mencapai obyek kayu makanannya tetapi bagi
bangunan sederhana cara ini dapat memperlambat serangan rayap, dan adanya terowongan-
terowongan dapat dideteksi.
3. Pergunakan kayu yang awet (seperti bagian teras kayu jati), atau kayu yang telah diawetkan
dengan bahan-bahan pengawet anti rayap. Untuk kayu-kayu yang digunakan di bawah atap jenis-
jenis garam pengawet seperti garam Wolman dengan retensi yang cukup telah memadai,
sedangkan bagi kayu di luar bangunan diperlukan bahan pengawet larut minyak seperti kreosot .
4. Cara yang paling efektif adalah melindungi bangunan dengan cara membuat "benteng yang
kuat terhadap rayap" di bagian fondasi dengan cara menyampur bahan fondasi dengan
termitisida atau memperlakukan tanah di bawah dan di sekitar fondasi dengan termitisida yang
tahan pencucian (persisten) serta memiliki afinitas dengan tanah.
5. Jika bangunan telah terserang, gunakanlah cara-cara pengendalian yang ramah lingkungan,
seperti dengan pengumpanan dan pengendalian koloni dengan menggunakan insektisida penekan
pertumbuhan kutikel seperti heksaflumuron dsb.
Daftar Pustaka :
Prasetio, Haryo. 2012. Makalah Urban Pest Rayap. https://dokumen.tips/download/link/makalah-
rayap-565b151f3282e Diakses pada tanggal 20 Desember 2018