Anda di halaman 1dari 21

SERI BUKU SAKU

PENYAKIT – PENYAKIT
PADA KELAPA SAWIT
Buku 2
Penyakit-Penyakit Non-Infeksi
Pada Kelapa Sawit

Disusun oleh

Rolettha Y. Purba
Agus Susanto
Akiyat

Pusat Penelitian Kelapa Sawit


Jl. Brigjen Katamso 51 Medan 20158
Telp. 061-7862477, Fax 061-7862488
admin@iopri.org ; www.iopri.org
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………….……....


iii
Cekaman pindah tanam (Transplanting shock) ……….……......
1
Patah pangkal pelepah (Frond base fracture) …………………...
2
Pecah tandan (Bunch fracture) ..……………………………......
3
Kuning gambut (Peat yellowing) ………………………………...
4
Kerusakan oleh angin (Wind damage) .….……………………….
5 Tersambar petir (Lightning damage) .…………………………..…
6 Dampak kekeringan dan kebakaran (Impacts prolonged water
deficit and fire) ………………………………………………………..
7
Fitotoksisitas (Phytotoxicity) ………………………………………..
8
- Oleh herbisida dan insektisida .…………………………..
8 - Oleh logam-logam berat ………………………………..
9 - Oleh minyak bumi …………………………………………
10
Abnormalitas genetik (Genetic abnormalities)………………11
- Penyakit tajuk (Crown disease) ……………… 11
- Bercak jingga genetic (Genetic orange spotting) 12
- Palma steril (Sterile palms) .………………………13
- Batang banyak (Vivipary) …………………………14
- Daun belang (Chimaera) ……………………………15
- Daun berputar (Choke) …………………………..16
- Kerdil dan liar (Runts and rogue palms) .……………17
ii
- Buah bermantel (Mantled fruits) …………………………18
KATA PENGANTAR
Informasi bergambar mengenai berbagai
penyakit non-infeksi pada tanaman kelapa
sawit masih kurang dan sulit didapat, padahal
hal ini sangat dibutuhkan oleh para pekebun
dan praktisi di lapangan.
Seri Buku Saku merupakan salah satu
pelengkap untuk menambah informasi
mengenai penyakit non-infeksi yang
disebabkan oleh bukan infeksi pathogen pada
tanaman kelapa sawit, baik pada bibit,
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan (TM). Informasi
dengan gambar-gambar faktual berwarna ini
akan dapat membantu pekebun dan praktisi
mengenali lebih jelas penyakit-penyakit
tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
penyusun buku ini dan berharap informasi
yang terkandung di dalamnya dapat
bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat
menjadi media sekaligus pemacu untuk
meningkatkan lagi keberhasilan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Januari 2005
Dr. Ir. Witjaksana
Darmosarkoro
iii
Direktur
A B

Cekaman pindah tanam


(Transplanting shock)
Gejala cekaman pindah tanam pada bibit saat minggu
pertama di pembibitan utama (A) dan tanaman saat
minggu pertama di lapangan (B). Satu atau beberapa
daun mengering, berwarna coklat kemerahan seperti
terbakar, selanjutnya menjadi kelabu dan kering.
Gejala terutama disebabkan oleh buruknya
pelaksanaan teknik pindah-tanam yang
menyebabkan kerusakan pada massa akar, dan
diperberat oleh kekurangan air. Bibit atau tanaman
yang bergejala ringan akan pulih, tetapi yang
bergejala berat dapat menjadi mati.

1
A B

Patah pangkal pelepah


(Frond base fracture)
Gejala lebih dikenal dengan istilah lokal sengkleh,
sering dijumpai pada tanaman berumur lebih dari 8
tahun, biasanya muncul setelah periode produksi tinggi
. Pelepah-pelepah terbawah terkulai dan patah pada
0,5 – 0,8 m dari pangkalnya (A). Daun semula hijau
selanjutnya mengering dan berwarna cokelat kelabu.
Gejala internal berupa nekrosis kecokelatan pada
daerah lekukan pelepah (B). Gejala ini lebih sering
terjadi dan lebih berat pada tanaman Deli dura tipe
dumpy. Penyakit ini tidak mematikan tanaman, tetapi
dapat mendorong busuk tandan oleh jamur Marasmius.

2
Pecah tandan (Bunch fracture)
Kasus ini lebih sering dijumpai pada tanaman
dewasa-tua. Gejalanya ditandai dengan patahnya
stalk pada 1/3 – 1/2 dari panjang tandan, jatuh ke
tanah, sedangkan 1/2 – 3/4 bagian pangkalnya
masih tertinggal di pohon. Tandan yang pecah
umumnya berumur lebih dari 5 bulan atau pada
masa akhir pematangan buah. Cekaman hara
terutama pada fase produksi tinggi diduga berkorelasi
dengan kasus ini.

3
Kuning gambut (Peat yellowing)
Gangguan ini umumnya dijumpai pada kelapa sawit
yang ditanam di tanah gambut. Gejala awal ditandai
dengan berkembangnya garis-garis hijau pucat
hingga keputihan pada anak-anak daun, selanjutnya
berbintik-bintik sehingga daun tampak berwarna
jingga. Gejala berat ditandai dengan banyaknya
pelepah-pelepah bawah yang mengering, kadang
kala terjadi keracunan dengan gejala defisiensi Mg
dan K. Ketidakseimbangan hara makro terutama Mg
dan K dengan hara mikro terutama Cu dan Mn,
serta drainase yang buruk diduga penyebab
gangguan ini.

4
Kerusakan oleh angin (Wind damage)
Kasus ini sering terjadi pada kelapa sawit yang
ditanam pada tanah-tanah bertekstur ringan dan pada
tanah mineral di kaki bukit. Gejalanya mulai dari pecah
pelepah, fragmentasi anak-anak daun, patah pucuk,
patah pangkal pupus, hingga tumbangnya tanaman.
Kerusakan berat dapat pula mendorong terbentuknya
bunga-bunga jantan yang berakibat turunnya produksi
1-2 tahun. Akibat yang lebih buruk adalah
berkembangnya busuk pangkal pupus karena
terinfeksi oleh mikroorganisme patogenik, terutama
bakteri.

5
Tersambar petir (Lightning damage)

Kerusakan tanaman karena sambaran petir lebih sering


terlihat pada areal berbukit dibanding pada areal rata dan
rendahan. Besarnya kerusakan beragam, kadang-kadang
hanya sepohon, tetapi lebih sering terjadi pada
sekelompok tanaman. Tanaman yang menjadi pusat
sambaran biasanya menjadi mati setelah 1-2 minggu, dan
tanaman di sekelilingnya hanya bergejala ringan berupa
mengeringnya ujung-ujung pelepah yang bersinggungan
langsung dengan tanaman pusat sambaran.
6
Dampak kekeringan dan kebakaran (Impacts
of prolonged water deficit and fire)
Gejala kekeringan pada tanaman antara lain akumulasi
pupus, pelepah mengering mulai dari bawah, sengkleh,
pupus patah, bunga betina dan tandan muda aborsi,
bunga jantan banyak muncul, dan pada kondisi ekstrim
pertumbuhan terhambat dan bila sangat ekstrim tanaman
menjadi mati. Kekeringan karena kemarau panjang kerap
menjadi pemicu dan pemacu kebakaran, dan kebakaran
menimbulkan kabut asap. Kekeringan menyebabkan
turun produksi 20 – 65%, kebakaran langsung dapat
menyebabkan turun produksi sampai 100%, dan kabut
asap menurunkan 1,5 – 5,5%. Dampak kebakaran pada
tanah gambut lebih berat dibandingkan pada tanah
mineral, karena tanah gambut ikut terbakar dan apinya
sulit dipadamkan.
7
A B

Fitotoksisitas (Phytotoxicity)
Oleh herbisida dan insektisida
Gejala fitotoksisitas karena herbisida sering dijumpai
pada bibit (A) dan TBM (B) karena percikan semprotan
mengenai daun tanaman ketika penyemprotan untuk
mengendalikan gulma, umumnya berupa bercak-bercak
atau garis putih (klorosis) selanjutnya menjadi nekrosis
berwarna coklat kemerahan seperti terbakar, kadang-
kadang terjadi malformasi (salah bentuk) seperti bengkok
atau “leher panjang”. Insektisida dengan bahan aktif
triklorfon dapat menyebabkan daun-daun muda tidak
membuka, anak-anak daun melekat pada pelepahnya.
Kasus-kasus demikian dapat dicegah dengan membekali
praktisi dengan pengetahuan yang cukup tentang
pestisida.
8
Fitotoksisitas (Phytotoxicity)
Oleh logam-logam berat
Fitotoksisitas karena ekses logam-logam berat
seperti Al, Fe, Ni, Zn, Cu, Cd, Cr, dll umumnya
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
tanaman, produksi sangat rendah, dan dapat
menyebabkan kematian tanaman secara perlahan.
Keracunan Ni (Gambar) dan Al kerap terjadi pada
tanah-tanah yang berasal dari bahan serpentit dan
tanah sulfat masam. Sumber logam-logam berat
pada perkebunan kelapa sawit terutama adalah
bahan induk tanah, pupuk, limbah dan kotoran
hewan. Pupuk posfat dikenal sebagai sumber Cd,
dan pupuk Kieserit diketahui mengandung Ni.
9
Fitotoksisitas (Phytotoxicity)
Oleh minyak bumi
Gejala keracunan pada tanaman kelapa sawit
akibat adanya curahan minyak bumi di tanah atau
langsung pada tanaman muncul secara beragam,
dari gejala ringan pada daun hingga kematian
tanaman hanya dalam beberapa hari. Curahan
langsung berakibat hancurnya pupus dan bagian
pucuk, berlanjut ke daun yang lebih tua, seluruh
anak daun mengering, nekrosis, tepi daun
menggulung ke atas, pangkal pupus busuk basah
(Gambar) dan berbau tajam khas minyak bumi.
Disintegrasi jaringan pangkal pupus dan titik
tumbuh menyebabkan kematian tanaman.
10
Abnormalitas genetik (Genetic abnormality)
Penyakit Tajuk
Penyakit ini diturunkan dari sifat pohon induk ibu dan
dikontrol oleh satu gen resesif tunggal. Gejalanya
kadang-kadang sudah terlihat di pembibitan utama, tetapi
lebih jelas pada tanaman berumur 1-2 tahun. Gejala khas
ditandai dengan munculnya pelepah-pelepah muda yang
bengkok, melengkung ke bawah pada pertengahan
pelepah, dimana jaringan dan lidi anak-anak daun
membusuk dan hancur. Pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat sehingga terlambat memasuki periode
generatifnya. Seleksi yang ketat di pembibitan dapat
mengurangi tertanamnya bibit sakit di lapangan.
11
Bercak jingga genetik
Gejala mulai terlihat sejak di pembibitan yang bercak-
bercak awal berwarna kuning dengan bentuk tak
beraturan, selanjutnya menjadi jingga kemerahan.
Pada tanaman di lapangan, bercak pada daun yang
lebih tua lebih banyak dan rapat. Pada gejala berat,
ada jaringan nekrosis berwarna cokelat di bagian
tengah bercak-bercak. Produksi tandan dari tanaman
abnormal ini hanya berkisar 0 - 60% dari produksi
tanaman normal. Gejala ini terbatas pada tetua
tertentu saja dan keturunannya. Bibit bergejala
hendaknya tidak ditanam di lapangan

12
Palma steril (Sterile palms)
Biasanya tanaman-tanaman steril mempunyai figur
vegetatif luar biasa, batangnya lebih besar dan lebih
tinggi dibandingkan dengan tertangganya yang
normal, mempunyai mahkota yang sangat besar
dengan pelepah dan daun yang hijau gelap. Bunga
dihasilkan pada setiap ketiak pelepah, tetapi semua
aborsi beberapa waktu setelah antesis, sehingga
tidak pernah dipanen. Akibatnya, pohon demikian
menjadi sarang tikus dan tempat berkembangnya
Marasmius. Dianjurkan membongkar pohon bergejala
demikian.
13
Batang banyak (Vivipary)
Pada tanaman abnormal ini, dari setiap ketiak
pelepah muncul satu tunas vegetatif yang pada
awalnya tumbuh ke samping, selanjutnya tegak
membentuk satu tanaman muda yang baru, tetapi
biasanya tumbuh abnormal dan berputar, helaian
daunnya rapat dan salah bentuk. Dengan
bertambahnya umur, semua batang yang berasal dari
tunas-tunas vegetatif tadi menampilkan satu sistem
banyak batang, berdesakan satu sama lain, sehingga
menimbulkan gejala etiolasi. Dianjurkan untuk
memusnahkan tanaman bergejala demikian.

14
Daun belang (Chimaera)
Daun belang adalah suatu gejala dimana seluruh atau
sebagian dari pelepah pucat merata atau kuning
terang, sangat kontras dengan jaringan anak-anak
daun lainnya yang hijau gelap dan normal. Terdapat
batas yang jelas antara jaringan normal dan
abnormal. Jaringan abnormal bisa terdapat pada
helaian daun, lidi, dan rakhis dengan sebaran yang
beragam. Anak-anak daun yang abnormal kerap kali
membusuk mulai dari ujung dan tepinya. Gejala
seringkali sudah terlihat sejak di pembibitan.
Tanaman bergejala ini perlu dibongkar karena
produksinya berbeda dengan yang normal
15
Daun berputar (Choke)
Tanaman abnormal ini tampak dengan pelepah yang
rapat ”menyemak” dan berputar, sehingga daunnya
terutama pada bagian ujung pelepah tampak seperti
”berombak” dan bagian atas tanaman agak rata, dan
tampak lebih pendek daripada tanaman tetangganya
yang normal. Tanaman demikian menghasilkan
tandan yang kecil dan jarang, sehingga lebih baik
dibongkar.

16
Kerdil dan liar (Runts and rogue palms)

Tanaman kerdil dengan pelepah menyemak, daun


yang pucat (klorosis), pelepah-pelepah yang kaku,
tegak, dan mengering (nekrosis), pendek, dan
tampak tertekan dibandingkan dengan tetangganya
yang normal, dan tanaman liar yang bentuk daun
dan figurnya aneh dan nyata berbeda dengan
tanaman normal, termasuk abnormal genetik.
Produksinya sangat rendah bahkan kerap tidak
berproduksi sama sekali. Dianjurkan untuk
membongkar tanaman abnormal seperti ini.

17
Buah bermantel (Mantled fruits)
Buah bermantel biasanya memiliki 6 karpel
suplementer yang berkembang dari stamen pada
bunga betina, sering dijumpai pada bahan tanaman
klonal. Buah ini dapat bersifat fertil atau steril dengan
tingkat beragam. Buah yang fertil bentuknya mirip
dengan buah varitas Diwakka-wakka, dan yang steril
lebih bersifat partenokarpi. Ternyata abnormalitas ini
tidak permanen dan berangsur-angsur berkurang
dengan bertambahnya umur tanaman.

18

Anda mungkin juga menyukai