SKRIPSI
Oleh:
Dania Nur Fajrina
175009044
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian dalam rangka
penulisan skripsi pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Siliwangi
Oleh:
Dania Nur Fajrina
175009044
1
2
tersebut yaitu buah pepaya memiliki dua lapisan daging buah. Lapisan buah terbuat
terdiri dari lapisan luar yang tipis agak kaku seperti kulit belulang dan lapisan dalam
yang tebal, lunak dan berair. Pepaya termasuk buah buni yang berdinding tebal dan
dapat dimakan, bentuk buah pepaya berbentuk bulat hingga lonjong. Buah pepaya
mempunyai nilai gizi tinggi dengan komposisi yang dimiliki berupa air, lemak,
karbohidrat, protein, energi, serta, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, serta
vitamin C. Buah pepaya yang kaya dan tinggi akan nilai gizi memiliki banyak khasiat
bagi tubuh. Keunggulan yang dimiliki buah pepaya berpengaruh atas peningkatan
konsumsi buah pepaya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konsumsi Buah Pepaya Rumah Tangga di Indonesia, tahun 2013 - 2017
No Tahun Kilogram/Kapita
1. 2013 1,825
2. 2014 2,086
3. 2015 2,242
4. 2016 2,868
5. 2017 5,319
Sumber: Direktorat Jendral Hortikultura, 2020
Tabel 2 menjelaskan bahwa konsumsi buah pepaya rumah tangga di Indonesia
pada tahun 2013 sampai dengan 2017 relatif naik. Pada tahun 2017 merupakan
kenaikan yang terlihat sangat signifikan atas konsumsi buah pepaya di Indonesia
dengan angka 5,319 kilogram per kapita. Tentu hal ini merupakan dampak positif akan
peningkatan permintaan terhadap buah pepaya itu sendiri. Sehingga akan hal ini faktor
produksi pula perlu diperhatikan guna memenuhi permintaan akan pepaya.
Komoditas pepaya banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia
dikarenakan tingkat konsumsi terhadap buah pepaya itu sendiri terus meningkat.
Pertumbuhan buah pepaya telah menyebar luas ke beberapa daerah di Indonesia dan
Jawa Barat, yang merupakan salah satu provinsi dengan jangkauan produksi pepaya
yang luas dan memiliki keunggulan yang mampu menjadi pemasok buah pepaya lebih
banyak dari daerah lain. Keadaan daerah di berbagai Kota di Jawa Barat berpengaruh
atas pemenuhan kebutuhan konsumsi buah pepaya. Ketinggian tempat, kesuburan
tanah, dan iklim berpengaruh atas keadaan daerah tersebut yang menunjang
pertumbuhan buah pepaya. Beberapa kota di provinsi Jawa Barat yang memproduksi
buah pepaya yaitu Kota Bandung, Kota Tasikmalaya, dan Kota Cirebon yang bisa
dilihat lebih jelas pada Tabel 3.
4
Tabel 3. Produksi Buah Pepaya di Berdasarkan Kota di Jawa Barat, tahun 2014 –
2018
No Kota Tahun (dalam kuintal)
2014 2015 2016 2017 2018
1. Bandung 198 61 0 10 13
2. Tasikmalaya 374 276 1.242 2.435 2.807
3. Cirebon 230 169 559 261 446
Sumber: Open Data Provinsi Jawa Barat (2020)
Tabel 3 menjelaskan tingkat produksi pepaya di beberapa kota di Jawa Barat dari
tahun 2014 sampai dengan 2018 yang cenderung berfluktuasi. Produksi buah pepaya
di Kota Tasikmalaya cenderung stabil meskipun terjadi penurunan di tahun 2015
sebesar 276 kuintal namun pada tahun 2016 terjadi peningkatan yang drastis hingga
1.242 kuintal. Kondisi lingkungan di Kota Tasikmalaya memiliki iklim yang cocok
untuk ditanami pepaya, faktor lainnya yaitu tanah, cuaca hingga ketersediaan air sesuai
dengan syarat tumbuh buah pepaya.
Pepaya Calina merupakan merupakan salah satu varietas unggul dengan jenis
pepaya yang memiliki keunggulan yaitu buahnya tidak terlalu besar di ukuran sekitar
0,8 – 2 kg/buah, berkulit tebal, halus dan mengkilap, berbentuk lonjong, kematangan
buah berwarna kuning, manis, dan daging buahnya kenyal. Pepaya Calina atau biasa
dikenal pepaya california ini relatif mudah dalam budidaya, hama dan penyakit pada
tingkat penyerangan yang minim, waktu relatif cepat dari masa tanam hingga berbuah
sekitar 7 bulan dan dapat berbuah hingga mencapai umur 3 - 4 tahun. Pepaya California
dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan air
laut (Widhiandono & Darmawan 2017).
Kelurahan Sirnagalih merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya yang berperan menjadi produsen pada
subsektor Hortikultura baik sayur-sayuran maupun buah-buahan khususnya pada buah
Pepaya California. Menurut tim Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Indihiang
(2020), permasalahan utama terdapat pada aspek pemasaran yang kurang efektif
sehingga berdampak pada pendapatan petani. Ketimpangan harga yang sangat
signifikan antara harga jual petani dengan harga yang ada di pasaran. Hal yang didapati
atau masalah yang selalu dihadapi yaitu pendapatan petani masih rendah sedangkan
biaya produksi tinggi.
5
Pemasaran menurut Sahari dan Masyafak (2002) merupakan salah satu subsistem
agribisnis yang berperan penting, karena kegiatan pemasaran berpengaruh terhadap
pendapatan petani. Hal ini disebabkan kegiatan pemasaran berkaitan terhadap tingkat
harga yang diterima petani. Permasalahan dalam pemasaran selalu dilihat karena tidak
efisiennya sistem pemasaran itu sendiri yang disebabkan oleh banyak faktor, faktor
yang sering dihadapi yaitu rantai pemasaran yang terlalu panjang, sarana dan prasarana
yang kurang memadai, kesulitan menyampaikan produk, harga produk pertanian yang
fluktuatif, tidak memadainya fasilitas pemasaran dan informasi pasar, serta sistem
kelembagaan yang tidak sehat. Aspek pemasaran merupakan hal penting terhadap
suatu perkembangan komoditas pertanian.
Apabila mekanisme pemasaran berjalan baik maka pihak yang terlibat akan
diuntungkan. Pihak yang terlibat pada suatu proses pemasaran yaitu lembaga-lembaga
pemasaran yang menjalankan fungsi pemasaran guna memperlancar proses
pemasaran. Kelembagaan yang terlibat dalam pemasaran, memiliki perbedaan atas
saluran pemasaran yang dilalui, biaya yang dikeluarkan, pendapatan yang diperoleh
serta tingkat efisiensi pemasaran belum diketahui. Soekartawi (2002) menyatakan
bahwa efisiensi pemasaran digunakan guna mengukur tingkat efisiensi pemasaran
pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran.
Efisien atau tidaknya saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap pendapatan
petani. Saluran pemasaran merupakan alur yang terbentuk dilihat dari banyaknya
lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran produk. Gambaran akan pola saluran
pemasaran dan tingkat efisiensi pemasaran akan menentukan peluang petani pepaya
California Kelurahan Sirnagalih dalam memasarkan produknya. Kinerja kelembagaan
yang baik dan kemudahan layanan yang ditawarkan kelembagaan mempengaruhi
petani dalam memasarkan produknya, agar meminimalisir resiko yang harus
ditanggung petani. Saluran pemasaran, lembaga pemasaran yang terlibat, biaya
pemasaran, keuntungan pemasaran serta jarak tempuh komoditas berpengaruh atas
tingkat efisien suatu sistem pemasaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
saluran pemasaran, fungsi lembaga pemasaran, margin pemasaran, farmer’s share dan
efisiensi pemasaran terhadap kegiatan pemasaran di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan
Indihiang.
6
7
8
Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Pepaya California. Pepaya california
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya bentuk buah silindris seperti peluru,
warna kulit buah hijau dengan permukaan halus, memiliki cita rasa manis, warna
daging buah jingga, tekstur daging buah tebal, daya simpan lama hingga lebih dari
satu minggu, umur tanaman genjah dan perawakan tanaman rendah (Santoso,
2017).
Tanaman pepaya menghendaki budidaya di lokasi daerah tropis dan sub
tropis dengan curah hujan 1000-2000 mm/tahun dan kelembaban udara sekitar 40
persen. Tanaman pepaya dapat tumbuh pada ketinggian dari dataran rendah 500
sampai 1000 meter diatas permukaan laut. Media tanam yang baik bagi
pertumbuhan pepaya california memiliki tanah yang subur, mengandung banyak
humus, memiliki derajat keasaman netral yaitu ph 6-7, bertekstur sedikit berpasir
atau gembur karena perlu banyak menahan air. Hal ini selaras dengan pentingnya
kandungan air sebagai syarat tumbuh tanaman pepaya, air yang terlalu menggenang
dapat mengundang penyakit jamur yang dapat merusak kehidupan pertumbuhan
tanaman karena menyerang akar sehingga dapat layu. Berlaku pula sebaliknya jika
kandungan air sedikit atau tanah terlalu kering maka daun, bunga dan buah rontok
sehingga tanaman menjadi kurus (Santoso, 2017).
Pepaya california mulai panen setelah berumur 8 hingga 9 bulan, setelah panen
perdana kemudian buah pepaya california dapat dipanen secara rutin setiap 10 hari
sekali. Masa produktif pepaya california mencapai umur 4 tahun. Ada beberapa
tingkat kematangan buah pepaya california menurut Santoso (2017) yakni sebagai
berikut:
1. Buah muda adalah buah yang masih dalam proses pertumbuhan. Bentuk,
bobot serta komposisi buah muda belum lengkap sepenuhnya. Cirinya yaitu
kulit buah berwarna hijau muda dan masih banyak mengandung getah,
daging buah dan bijinya masih berwarna putih. Meskipun dipetik lalu
diperam buahnya akan tetap tidak akan matang sempurna, warna kulit dan
daging buah berwarna pucat dan rasanya masih tawar tidak manis.
2. Buah Tua (Green Mature Stage) memiliki ciri yaitu kulit buah masih hijau
namun getah sudah tidak sebanyak buah muda, daging buah sudah mulai
9
berubah warna akan tetapi masih terlalu keras untuk dikonsumsi sehingga
harus diperam atau teroksidasi terlebih dahulu .
3. Buah Mengkal (Firm Ripe Stage) memiliki ciri yaitu kulit buah sudah mulai
menguning sebagian terutama di bagian ujung buah, daging buahnya masih
keras dan warna mulai berubah lebih berwarna dibandingkan buah tua
4. Buah Masak (Ripe Stage) memiliki ciri yaitu buah telah berwarna kuning
atau kuning kemerahan, daging buah agak lunak dan berwarna kuning, rasa
buah pada tahap buah masak telah berasa manis, segar, beraroma dan
memiliki kandungan air yang banyak.
5. Buah Lewat Masak (Over Ripe Stage) yaitu tahapan buah yang sudah terlalu
masak, pada tahap ini buah pepaya california memiliki ciri yaitu di beberapa
bagian buah terdapat bercak antraknosa yang ditumbuhi cendawan. Kulit
dan daging buahnya terlalu lunak dan daging buah mulai terasa agak pahit.
Buah pepaya california mudah mengalami kerusakan dan penurunan
kualitas setelah panen, hal ini disebabkan oleh penanganan dari kebun, infeksi
cendawan dan berbagai hal lainnya yang menyebabkan buah cepat busuk. Dengan
itu penanganan pasca panen pepaya california perlu diperhatikan dari meliputi
sortasi, pencucian, pelilinan, pemilahan, pengemasan serta pengangkutan.
Sortasi merupakan pemilihan buah yang dilakukan dengan tujuan
memisahkan yang tidak memenuhi kualitas untuk dipasarkan, aspek yang
dipisahkan yaitu bentuknya tidak bagus, buah terlalu muda atau lewat masak, buah
yang luka serta rusak dan buah yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang
diminta oleh pasar. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, benda asing
dan terutama yaitu getah pada kulit buah pepaya, pencucian dilakukan secara
manual dengan merendam buah pepaya california dalam air bersih kemudian
digosok menggunakan kain halus, tangkai buah dipotong dan disisakan sekitar 1
sentimeter untuk mencegah luka, serta selama pencucian buah yang rusak akibat
penyakit atau luka perlu dipisahkan agar tidak menularkan pada buah yang lain.
Pelilinan bertujuan untuk menekan laju respirasi sehingga perubahan kimiawi yang
terjadi pada buah pepaya california jadi terhambat sehingga masa simpan buah
menjadi lebih lama. Pemilahan buah pepaya berdasarkan indeks warna kulit, bobot,
10
ukuran dan bentuk. Pengemasan bertujuan untuk melindungi buah dari kontaminasi
serta kerusakan yang mungkin terjadi saat proses penyaluran produk dari produsen
hingga ke konsumen akhir, pengemasan bertujuan pula untuk memudahkan
penyimpanan dan pengangkutan. Pengemasannya bermacam-macam bisa
dibungkus dengan busa polyurethane putih kemudian dimasukkan ke dalam
kemasan dus karton yang mana tata cara meletakkan buah pepaya california
pangkal buahnya yang berada di bagian bawah. Jika buah pepaya california
dipasarkan secara lokal buah dikemas menggunakan keranjang bambu atau plastik
dialasi koran ataupun dikemas menggunakan kertas koran kemudian dimasukkan
ke dalam kerat kayu. Pengangkutan buah pepaya california jika bertujuan jauh perlu
menggunakan pendingin dengan suhu 12 derajat celsius buah pepaya california
akan bertahan hingga 3 minggu, jika buah pepaya california dipasarkan secara
lokal, kotak krat kayu hanya dilapisi terpal untuk mencegah pancaran cahaya
matahari langsung (Santoso,2017).
Menurut Trisnowati dan Mitrowiharjo (2004), pepaya california memiliki
kriteria buah yaitu grade A dengan kriteria yang dimiliki yaitu bobot buah berkisar
antara 500 gram hingga 1000 gram dan berkulit mulus. Kemudian grade B buah
pepaya california memiliki kriteria bobot buah berkisar antara 1000 gram hingga
2000 gram dan berkulit mulus.
2.1.2. Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain faktor sosial, budaya, ekonomi, politik, dana manajerial.
Pengaruh terhadap faktor-faktor tersebut mengakibatkan masing-masing individu
maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan yang timbul sesuai
hasrat dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki
nilai (Simamora, 2003).
Sedangkan menurut Kotler (2017) pemasaran merupakan suatu fungsi
organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
memberikan nilai kepada konsumen untuk mengelola hubungan konsumen dengan
cara menguntungkan organisasi. Pemasaran dalam arti sosial merupakan proses
kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
11
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan lalu menawarkan suatu produk dan
jasa yang bernilai secara bebas.
Menurut Mubyarto (1989) pemasaran diartikan sebagai suatu kegiatan
proses penyaluran barang, yakni merupakan aktivitas ekonomi dengan fungsi
menyalurkan barang dari produsen hingga konsumen. Hal ini dapat disebut juga
sebagai tata niaga, dengan arti tata merupakan usaha dan niaga merupakan usaha.
Sehingga tataniaga menyangkut segala hal perdagangan barang-barang, kegiatan
perdagangan ini biasanya melalui pasar maka aktivitas tataniaga dapat disebut
pemasaran. Pendapat ini diperkuat oleh Hamzah (2019) menyatakan bahwa tata
niaga berarti sistem perdagangan atau lebih tepatnya merupakan suatu sistem
perdagangan komoditas tertentu.
2.1.3. Saluran dan Lembaga Pemasaran
Saluran pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007) adalah organisasi-
organisasi yang saling tergantung tercakup dalam proses yang membuat suatu
produk maupun jasa tersedia untuk digunakan, bisa disebut pula sebagai perangkat
jalur yang diikuti produk atau jasa setelah produksi yang ditujukan pada konsumen
akhir. Saluran pemasaran melaksanakan pekerjaan memindahkan barang dari
produsen hingga konsumen. Sejalan akan hal tersebut, selanjutnya Hartono (2012)
menyatakan bahwa saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh petani
guna menyalurkan barang produksinya hingga sampai ke konsumen akhir. Saluran
pemasaran yang baik dan efisien merupakan suatu strategi dalam menjalankan
aktivitas pemasaran. Dalam aktivitas penyaluran barang terlibat koordinasi
produsen dan lembaga pemasaran yang menciptakan maksimalisasi aktivitas
pemasaran.
Panjang pendeknya suatu saluran pemasaran dilihat dari lembaga-lembaga
yang menjadi bagian dalam memasarkan suatu produk. Menurut Hanafiah dan
Saefudin (1986) lembaga pemasaran merupakan bagian-bagian yang mengerjakan
kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian hingga pada tangan konsumen yang
membentuk saluran pemasaran itu sendiri. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam
proses pemasaran inilah yang membentuk saluran pemasaran. Terdapat empat
12
tingkatan saluran pemasaran yaitu saluran nol tingkat, saluran satu tingkat, saluran
dua tingkat dan saluran tiga tingkat.
Pedagang Pedagang
pengumpul pengumpul
Pedagang
besar
yang didapat tiap lembaga pemasaran. Hal ini diperkuat oleh pendapat Dahl dan
Hammond (1977) yang menyatakan bahwa margin pemasaran hanya mengacu pada
perbedaan harga tidak dengan jumlah produk yang ada di pasar. Margin yang
diterima lembaga pemasaran hanya yang terlibat dalam proses pemasaran. Indikator
margin pemasaran adalah biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran.
Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga
pemasaran yang membentuk saluran pemasaran. Lembaga yang terlibat
mengeluarkan biaya pemasaran guna memenuhi kebutuhan dalam menyalurkan
produk untuk memperlancar proses kegiatan pemasaran. Keuntungan pemasaran
yaitu pendapatan bersih dari selisih pendapatan keseluruhan dan biaya yang
dikeluarkan pada suatu saluran pemasaran (Dahl & Hammond, 1977).
Biaya pemasaran menurut Soekartawi (2003) adalah biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pemasaran. Sejalan dengan pendapat Mulyadi (2005) menyatakan
bahwa biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dimulai dari
produk telah jadi hingga sampai ke tangan konsumen. Hal yang menunjang selama
aktivitas pemasaran terdiri dari promosi, iklan, pengangkutan, dan upah bagi pelaku
dalam aktivitas pemasaran. Indikator lainnya dari margin pemasaran yaitu
keuntungan pemasaran yang diperoleh dari margin pemasaran dikurangi biaya
pemasaran. Soekartawi (1993) menyatakan bahwa keuntungan pemasaran
merupakan selisih harga yang dikeluarkan produsen dan harga yang dibayarkan
konsumen. Distribusi barang produksi pertanian yang menyebabkan perbedaan
keuntungan pemasaran yang didapatkan.
2.1.6. Farmer’s Share
Farmer’s Share menurut Sutarno (2014) merupakan harga yang diterima
petani diukur dengan perbandingan antara harga di tingkat petani dengan harga di
tingkat konsumen. Nilai Farmer’s Share yang semakin tinggi maka akan
berpengaruh pula terhadap bagian harga yang diterima petani. Farmer’s Share
dapat dijadikan sebagai tolok ukur efisiensi pemasaran, karena merupakan indikator
dalam melihat efisiensi pemasaran.
Sedangkan menurut Kohl dan Uhl (2002) margin pemasaran yang besar dan
farmer’s share yang kecil belum tentu menjadi patokan utama dari efisiensi
16
pihak yang bersangkutan dalam kegiatan produksi dan pemasaran. Jika bisa
menekan biaya seminimal mungkin, maka biaya yang dikeluarkan pada saluran
pemasaran akan lebih kecil dan keuntungan pemasaran lebih besar sehingga saluran
pemasaran dapat lebih efisien.
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 4. Penelitian Terdahulu
No Judul Penulis Persamaan Perbedaan
1 Analisis Pemasaran Diah Rina Analisis Pengukuran
Melinjo Sebagai Bahan Kamardiani dan pemasaran, efisiensi
Baku Emping Melinjo Siti Yusi menganalisis pemasaran
di Kecamatan Rusimah dengan analisis menggunakan IET
Pajangan, Kabupaten deskriptif dan IEE
Bantul, Daerah kuantitatif.
Istimewa Yogyakarta,
2018.
2 Analisis Saluran Hadi Permana, Komoditas yang Menganalisis 3
Pemasaran Pepaya dkk. diteliti. saluran pemasaran
California. 2020 melalui lembaga
pemasaran
konvensional
belum dengan
lembaga
pemasaran mitra
3 Analisis Usahatani Laily Agustina Komoditas yang Menganalisis
Pepaya Varietas Rahmawati diteliti. usahatani pepaya
California. 2015 california
menggunakan
penerimaan,
pendapatan dan
R/C Ratio.
4 Analisis Usaha Yonly Indrajaya Komoditas yang Analisis finansial
Budidaya Pepaya Pola dan Ary diteliti. menggunakan
Agroforesti Jati Pepaya Widiyanto NPV (Net Present
di Desa Purwaharja, Value) dan BCR
Banjar. 2019 (Benefit Cost
Ratio).
5 Analisis Finansial dan Qori Dian Komoditas yang Menganalisis
Keberlanjutan Pratiwi, dkk. diteliti. kelayakan
Agribisnis Pepaya finansial dengan
(Carica Papaya L.) di kriteria yang
Desa Ledokombo terdiri dari NPV
Kecamatan (Net Present
Ledokomdo Value), Net B/C
Kabupaten Jember. (Net Benefit Cost
2014 Ratio), Gross B/C
(Gross Benefit
Cost Ratio), IRR
(Internal Rate of
Return), PR
(Profitability
18
Ratio) dan PP
(Payback Period).
Saluran Pemasaran
Biaya Keuntungan
Margin Pemasaran
Farmer’s Share
Survei
Pendahuluan
Penulisan
Usulan
Penelitian
Seminar
Usulan
Penelitian
Revisi
Proposal
Usulan
Penelitian
Penelitian
dan
Pengumpula
n Data
Pengolahan
Data dan
Analisa Data
Penulisan
Hasil
Penelitian
Seminar
Kolokium
Revisi
Makalah
Kolokium
Sidang
Skripsi
Revisi
Makalah
Skripsi
21
22
14) Margin Pemasaran adalah selisih harga yang diterima konsumen dengan
harga yang ada di tingkat konsumen dan lembaga-lembaga yang terlibat
dalam proses pemasaran yang dinyatakan dalam Rp/kg
15) Farmer’s Share adalah nilai harga yang diterima produsen dengan harga
yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang dinyatakan dalam persen
16) Efisiensi Pemasaran adalah nilai dari perbandingan antara biaya
pemasaran dengan nilai harga eceran ditingkat konsumen akhir yang
dinyatakan dalam persen.
3.5 Kerangka Analisis
3.6.1 Analisis Pemasaran
Analisis pemasaran yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai
saluran pemasaran, fungsi pemasaran, margin pemasaran, farmer’s share, dan
efisiensi pemasaran. Saluran pemasaran dan fungsi pemasaran dianalisis
menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk
menggambarkan pola saluran pemasaran dan menjabarkan fungsi-fungsi yang
dilakukan dalam kegiatan pemasaran. Sedangkan margin pemasaran, farmer’s
share dan efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pada saluran yang diteliti
dianalisis secara analisis kuantitatif yang menggunakan rumus matematis.
3.6.2 Analisis Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan selisih harga jual dan harga beli, menurut
Sudiyono (2004) margin pemasaran dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Margin Pemasaran (M) = Hp – Hb
Keterangan :
M = margin pemasaran
Hp = Harga jual
Hb = Harga beli
Biaya pemasaran yang diperoleh pada saluran pemasaran menurut Dahl &
Hammond (1977) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Bp = Bp1 + Bp2 + ... + Bp(n)
Keterangan:
Bp = Biaya pemasaran
Bp(n) = Biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran
25
Keterangan:
Fs = Persentase bagian harga yang diterima oleh petani
Pf = Harga ditingkat petani
Pr = Harga ditingkat konsumen
3.6.4 Analisis Efisiensi Pemasaran
Analisis efisiensi pemasaran menurut Soekartawi (2002) digunakan guna
mengukur tingkat efisiensi pemasaran menggunakan perhitungan meliputi total
biaya (TB) dan total nilai produk (TNP), dapat dilihat lebih jelasnya rumus efisiensi
pemasaran adalah sebagai berikut:
𝑻𝑩
Ep = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝑵𝑷
Keterangan:
Ep = Efisiensi Pemasaran
TB = Total Biaya (Rp/kg)
TNP = Total Nilai Produk (Rp/kg)
26
Kondisi untuk menetapkan efisien atau tidaknya suatu pemasaran dapat dilihat
dimana:
Ep < 50%, dapat disebut efisien
Ep > 50% dapat disebut belum efisien
Dapat dilihat pula dengan membandingkan nilai efisiensi yang didapat pada
masing-masing saluran pemasaran. Jika saluran I didapatkan nilai EP lebih kecil
dibanding nilai Ep saluran II, maka saluran pemasaran I dikatakan lebih efisien
dibandingkan saluran pemasaran II.
Selain dari perhitungan nilai efisiensi pemasaran dengan komponen biaya
dan nilai produk, indikator lain dalam menentukan efisiensi pemasaran dapat
dilakukan dengan mengukur Indeks Efisiensi Teknis dan Indeks Efisiensi
Ekonomis. Indeks Efisiensi Teknis (IET) dan Indeks Efisiensi Ekonomis (IEE),
menurut Calkin dan Wang (1984) menyatakan hal tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Indeks Efisiensi Teknis (IET) = Vij / Wij /d
Indeks Efisiensi Ekonomis (IEE) = ∑πijk/Vij
Keterangan:
IET = Indeks Efisiensi Teknis (Rp/Unit/Km)
IEE = Indeks Efisiensi Ekonomis (Rp)
Wij = Jumlah Akhir yang dikirimkan
Vij = Total Biaya Pemasaran
Πijk = Keuntungan Pemasaran
d = Jarak Total yang ditempuh Komoditi
Secara teknis, biaya pemasaran yang dikeluarkan paling minimal per kilogram unit
per satu kilometer jarak tempuh merupakan saluran pemasaran yang paling efisien.
Serta secara ekonomis, keuntungan pemasaran yang didapatkan paling besar per
satu rupiah biaya pemasaran yang dikeluarkan merupakan saluran pemasaran yang
paling efisien
1
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Produsen
4.1.1 Letak Geografis
Secara geografis, Kelurahan Sirnagalih merupakan salah satu Kelurahan
yang termasuk pada Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Dilihat secara letak
geografis jarak Kelurahan Sirnagalih ke Kecamatan Indihiang berjarak sekitar tiga
kilometer dan jarak dari Kelurahan Sirnagalih ke Kota Tasikmalaya berjarak sekitar
sepuluh kilometer. Secara umum karakteristik wilayah Kelurahan Sirnagalih
merupakan daerah padat penduduk yang imbang dengan memiliki luas areal
pertanian yang mumpuni.
Kelurahan Sirnagalih memiliki batas-batas wilayah. Batas wilayah
Kelurahan Sirnagalih di sebelah utara yaitu Citanduy serta Kecamatan Cihaurbeuti,
batas sebelah selatan yaitu Kelurahan Parakannyasag, batas sebelah timur yaitu
Kelurahan Parakannyasag, dan batas sebelah barat yaitu Kelurahan Sukamaju
Kidul. Peta Kelurahan Sirnagalih dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.1.2 Topografi dan Keadaan Iklim
Topografi daerah produsen dalam penelitian tepatnya kelurahan Sirnagalih
memiliki ketinggian tempat sekitar 500 meter di atas permukaan air laut.
Berdasarkan ketinggian daerah yang dimiliki maka pepaya california cocok
dibudidayakan karena pepaya california dapat ditanam di dataran rendah sampai
ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut.
Keadaan iklim di kelurahan sirnagalih memiliki angka curah hujan 2000
mm per tahun dengan jumlah bulan hujan 2 hingga 4 bulan. Daerah ini memiliki
suhu rata-rata 28,5 derajat celcius yang mana cocok dengan suhu optimum
pertumbuhan pepaya california yaitu 25 hingga 30 derajat celcius.
4.1.3 Luas Lahan Menurut Penggunaannya
Kelurahan Sirnagalih memiliki luas lahan 110,203 hektar per meter persegi.
Luas lahan tersebut terbagi atas lahan pemukiman, perkantoran, pemakaman,
prasarana umum serta pertanian yang meliputi padi sawah dan hortikultura.
Meskipun termasuk areal yang padat penduduk, akan tetapi areal pertanian yang
dimiliki daerah ini termasuk mumpuni dilihat dari keadaan luas lahan pertanian
27
28
sehingga dapat berpengaruh baik atas perkembangan sektor pertanian daerah itu
sendiri. Luas lahan menurut penggunaanya dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis Penggunaan Lahan dan Luas Lahan di Kelurahan Sirnagalih Tahun
2019
Luas Persentase
No Penggunaan Lahan
(ha/m2) (%)
1. Pemukiman 42,020 38,12
2. Perkantoran 0,50 0,45
3. Pemakaman 2,720 2,46
4. Pertanian
a. Padi Sawah 36,960 33,53
b. Hortikultura 2 1,81
5. Prasarana Umum Lainnya 26,003 23,59
Jumlah 110,203 100
Sumber: Kelurahan Sirnagalih, 2020
Berdasarkan Tabel 6, penggunaan lahan di Kelurahan Sirnagalih paling luas
adalah lahan pemukiman dengan luas 42,02 hektar per meter persegi (38,12%)
karena memang daerah ini termasuk daerah padat penduduk. Akan tetapi,
Kelurahan Sirnagalih diimbangi dengan memiliki areal pertanian dengan luas 36,96
hektar per meter persegi (33,53%) areal padi sawah dan 2 hektar per meter persegi
untuk hortikultura. Hal ini menunjukan bahwa meskipun Kelurahan Sirnagalih
termasuk pada kawasan padat penduduk, potensi yang dimiliki di bidang pertanian
sangat mumpuni. Kegiatan produksi pepaya california di Kelurahan Sirnagalih
biasa dilakukan di areal hortikultura. Penggunaan areal pertanian yang produktif
dan efektif akan mempengaruhi terhadap perkembangan daerah itu sendiri terhadap
komoditas pertanian serta pemenuhan kebutuhan penduduk.
4.1.4 Keadaan Pendidikan
Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat berpengaruh atas cara
serta cepat lambatnya penerimaan suatu informasi atau inovasi baru yang perlu
diterapkan di daerah tempat tinggalnya guna perkembangan daerah itu sendiri.
Kemampuan dalam penyerapan teknologi yang ada dan terbaru dapat dilihat dari
segi pendidikan seseorang karena perbedaan pola pikir. Serta untuk mengetahui
kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan seseorang.
Berikut rincian jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 7.
29
Calkin, H Peter and Hui Mei Wang. 1984. Improving Marketing of Perishable
Commodities: a Case Study of Selected Vegetable in Taiwan. Technical
Bulletin no 9. The Asian Vegetable Research and Development Center.
Taiwan.
Dahl, D., & Hammond, J. 1977. Market and Price Analysis : Agricultural
Industries. New York : McGraw-Hill Book Company.
Departemen Pertanian, 2000, Petunjuk Teknis Pengembangan Sub Terminal
Agribisnis. Jakarta, Departemen Pertanian.
Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian. 2020. Statistik Hortkultura.
Jakarta.
Firdaus, Muhammad. 2012. Manajemen Agribisnis. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Hamid, Abdul Kadir. 1972. Tataniaga Pertanian. IPB Bogor, Bogor
Hamzah, M. Guntur. 2019. Hukum Tata Niaga Produk Pertanian. PT Raja
Grafindo Persada, Depok.
Hanafiah A M, dan A M Saefudin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Cetakan
Pertama. Universitas Indonesia. Jakarta.
53
54