Anda di halaman 1dari 18

PAPER EKOLOGI PANGAN DAN GIZI

ANALISA ISU STRATEGIS PADA SWASEMBADA UBI JALAR DI


INDONESIA

ANGGOTA :
CINDY NOVIA DIMANTRI

101311133100

FEBY CAHYANI

101311133101

RENA RATRI ANGGORO

101311133102

HESTI FISKALISA PURBAYANTI

101311133192

SHINTA DEWI WILLIANTI

101311133215

IKMB 2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

PENDAHULUAN
Ubi jalar atau ketela rambat (dalam bahasa latin: Ipomoea Batatas) adalah
tanaman dikotil yang masuk dalam kelompok keluarga Convol-vulaceae. Ubi jalar
merupakan tumbuhan semak bercabang yang memiliki daun berbentuk segitiga yang
berlekuk-lekuk dengan bunga berbentuk payung ini, memiliki bentuk umbi yang
besar, rasanya manis, dan berakar bongol. Artikel yang berjudul Ubi Jalar, Komoditi
Masa Depan merupakan acuan dasar kami mengangkat tema mengenai swasembada
ubi jalar mimpi ataukah mampu? Ubi jalar memiliki berbagai keunggulan dari
berbagai perspektif:
1. Jika dilihat dari nilai gizinya komposisi kandungan vitamin, karbohidrat dan
gulanya sangat disukai oleh orang asing yang telah memahami dan
menerapkan pola hidup sehat melalui diet dengan mengkonsumsi hanya
makanan sehat yang hampir seluruh kandungannya termanfaatkan oleh tubuh
tanpa efek yang akan menyebabkan penyakit. Ubi Jalar memungkinan
memenuhi semua kebutuhan tubuh untuk menjadi sehat kecuali kandungan
protein yang hanya bisa didapatkan dari sumber makanan hewani.
2. Nilai gizi yang terkandung dalam ubi jalar tersebut membuat permintaan Ubi
Jalar sebagai komoditi ekspor semakin terus meningkat, hal ini terlihat dari
semakin banyaknya investasi asing yang mengkonsumsi Ubi Jalar sebagai
bahan baku produknya, tercatat 3 perusahaan Korea dan 1 perusahaan Jepang
di Jawa Barat dan 2 perusahaan Korea di Jawa Timur yang telah menanamkan
uangnya untuk membangun pabrik pengolah berbahan baku Ubi Jalar.
3. Ubi jalar dapat dimanfaatkan secara keseluruhan seperti dibuat pasta, Ubi
Jalar dikupas diambil dagingnya kemudian masuk proses pematangan dan
sterilisasi, dikemas (vacuum pack) dan di ekspor ke Jepang, Korea dan Taiwan
dalam freezing kontainer, sebagian lagi dibuat stick, digoreng dalam vacuum
fry, dikemas dan diekspor. Satu pabrik lagi memisahkan ampas dan pati Ubi
Jalar, mengambil patinya dan mengekspornya untuk bahan baku vermicelli
(bihun) dan ampasnya untuk pakan ternak. Semua investor pabrik itu adalah
Korea Selatan dan Jepang. Terlihat disini bahwa Ubi Jalar dapat

termanfaatkan secara keseluruhan, industri pengolah Ubi Jalar hampir tidak


menyebabkan limbah produk kecuali air yang digunakan pada proses
pemisahan pati dan ampas pada industri pati, sementara bagian proses yang
lain tidak meninggalkan limbah.
4. Ubi Jalar dari Indonesia adalah Ubi Jalar terbaik dunia, bahkan ubi jalar
Cilembu telah dipatenkan secara Internasional sebagai bahan komoditi asli
Indonesia, untuk produk pasta ubi mereka sangat menggemari penggunaan
varietas Cilembu ini karena rasanya yang luar biasa manis dan gurih sehingga
jenis ini digunakan sebagai bumbu pada produk pasta Ubi Jalar.
Oleh karena itu ubi jalar adalah tanaman masa depan yang dapat dijadikan
sebagai makanan pokok pengganti beras. Karena nasi (beras) saat ini juga telah
menjadi makanan pokok dunia namun komoditi ini tidak bersahabat bagi para
penderita diabetes karena kandungan gulanya yang tinggi. Karena kondisi-kondisi
tersebut diatas maka perlahan tetapi pasti Ubi Jalar akan menjadi makanan pokok
dunia dalam waktu yang tidak lagi terlalu lama, kita sebagai generasi Indonesia harus
mulai memahami prospeksi ini dan menyiapkan diri untuk itu, dengan dibantu dan
difasilitasi oleh pemerintah dalam upaya pembentukan unit-unit pengolah kecil
moduler di desa-desa dalam format ekonomi kerakyatan. Hal ini harus kita dorong
hingga terwujud untuk mengantisipasi masuknya industri kapitalis besar yang akan
memformat industri ini menjadi seperti industri kelapa sawit, besar dan raksasa tetapi
manisnya hanya untuk para pemodal, tidak terdistribusi merata untuk rakyat.
Ubi jalar merupakan kelompok tanaman pangan yang paling banyak
dibudidayakan sebagai komoditas pertanian bersumber karbohidrat setelah gandum,
beras, jagung dan singkong. Namun demikian, ubi jalar di Indonesia belum dianggap
sebagai komoditas penting karena menurut data dari BPS produksi ubi jalar di
Indonesia paling besar terdapat dibeberapa provinci seperti Jawa Barat, Bali, Papua,
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun, tingkat konsumsi pada penduduk Indonesia
masih cenderung rendah. Komoditi ubi jalar dengan proyeksi sistem pangan dan gizi
ternyata memiliki beberapa masalah pada sub sistem yang ada seperti masalah
konsumsi yang rendah. Dalam paper ini akan dipaparkan data mengenai ubi jalar di

Indonesia meliputi data produksi, konsumsi, harga, jumlah penduduk, hasil panen dll
yang kemudian akan dilakukan analisis dari data tersebut dan perumusan
rekomendasi.
HASIL PENYAJIAN DATA
1. Karakteristik Ubi Jalar
A. Kandungan Gizi Ubi Jalar
Informasi tentang komposisi kandungan gizi dalam 100 gram
ubi jalar segar,

sebagai bahan pangan alternatif.

B. Masa Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila umbinya sudah tua
(matang fisiologis).
Ubi Jalar
Varietas umur pendek
Varietas umur panjang
C. Pasca Panen

Usia
33,5 bulan
4,55 bulan.

Penanganan pasca panen ubi jalar biasanya ditujukan


untuk

mempertahankan

daya

simpan.

Pertama

tama

bersihkan ubi dari tanah (dicuci atau atau disikat) lalu anginanginkan. Pastikan bahwa ubi yang bagus tidak bercampur
dengan ubi yang rusak atau terluka. Penyimpanan ubi
sebaiknya dilakukan di ruang bersuhu antara 2730 derajat
celcius dengan kelembapan udara antara 8590 persen.
D. Masa Tanam
Masa tanam yang cocok untuk penanaman Ubi Jalar
Penanaman Ubi Jalar
Lahan kering (tegalan)
Di lahan sawah

Waktu yang cocok


awal musim hujan
(Oktober) atau akhir musim
hujan (Maret).
awal musim kemarau.

E. Kondisi Geografis yang sesuai untuk pertumbuhan Ubi


jalar
Berikut kondisi-kondisi yang cukup bagus bagi pertumbuhan
ubi jalar :
Daerah dengan :
Ketinggian
distribusi hujan
Suhu
kelembaban (RH)
Perolehan sinar matahari

Keterangan
hingga 1500 m dpl (dari
permukaan laut)
pada kisaran 7501500 mm per/
tahun
rata-rata sekitar 2125c
berkisar 6070 persen
berkisar 1112 jam/hari

2. Data Produksi Ubi Jalar di Indonesia

Produksi ubi jalar di masing-masing provinsi di Indonesia


berbeda beda, dapat dilihat pada table tersebut bahwa di Jawa
Barat produksin ubi jalar paling tinggi pada tahun 2015 maupun
pada tahun sebelum sebelumnya. Jadi dari data pada table di atas
dapat disimpulkan bahwa produksi ubi jalar di Indonesia paling
tinggi pada provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Papua. Jika dilihat
secara

keseluruhan

di

Indonesia

produksi

ubi

jalar

sendiri

cenderung stabil, meskipun sering terjadi fluktuasi namun tidak


terlalu signifikan. Pertumbuhan produksi ubi jalar di Indonesia pada
tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar 3.29%
3. Luas Panen Ubi Jalar di Indonesia

Luas panen tertinggi yaitu pada provinsi Papua yang berarti


bahwa terdapat lahan seluas 31,657 Ha yang bisa memproduksi
ubi jalar.
4. Data Jumlah Penduduk Indonesia

Jumlah Penduduk Indonesia berdasarkan hasil Sensus


Penduduk 2010 adalah 237.641.326 jiwa.
5. Harga Ubi Jalar Di Indonesia

Harga jual ubi jalar pada tahun 2010 mengalami


fluktuasi dari bulan ke bulan. Harga jual tertinggi terdapat
pada pengecer yaitu antara Rp 2.900,00 - Rp 3.200,00 per
kg. Harga jual ubi jalar pada grosir yaitu antara Rp 2400,00
Rp 2.800,00 per kg. Sedangkan pada produsen cenderung
lebih murah antara Rp 2.000,00- Rp 2.700,00 per kg.

Harga produsen ubi jalar di Indonesia relatif lebih murah


dibandingkan

harga

ubi

jalar

di

AS

dan juga

Jepang.

Sedangkan apabila dibandingkan dengan Negara China ,


harga produsen ubi jalar Indonesia lebih mahal dibandingkan
harga produsen ubi jalar di China. Harga ubi jalar di Indonesia
pada tahun 2008 sebesar 246 $/ton sedangkan di China
sebesar 76 $/ton.
6. Data Konsumsi Ubi Jalar di Indonesia
Tabel 6.1 Perkembangan konsumsi bahan makanan
yang mengandung ubi jalar di rumah tangga menurut
hasil Susenas, 2002-2013 serta prediksi 2014

Berdasarkan data dari tabel di atas konsumsi bahan


makanan yang mengandung ubi jalar di rumah tangga
selama 2002-2013 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun,
namun

mempunyai

kecenderungan

mengalami

peningkatan/pertumbuhan sebesar 1,67 % per tahun. Ratarata konsumsi ubi jalar selama 2002-2013 sebesar 0,056
kg/kapita/minggu atau setara dengan 2,937 kg/kapita/tahun.

Jumlah konsumsi ubi jalar tertinggi terjadi pada tahun 2004


yaitu sebesar 5,319 kg/kapita/tahun. Setelah itu konssumsi
ubi jalar mengalami fluktuasi dan cenderung menurun dari
tahun ke tahun hingga pada tahun 2012 konsumsi ubi jalar
sebesar 2,346 kg/kapita/tahun dan tidak mengalai perubahan
hingga tahun 2013.
Berdasarkan hasil prediksi di tahun 2013, konsumsi ubi
jalar penduduk Indonesia pada tahun berikutnya yaitu 2014
diperkirakan sebesar 2,29 kg/kapita/tahun , menurun sebesar
2,4% dibandingkan tahun 2013.

Gambar 2.6 Perkembangan konsumsi ubi jalar dalam rumah


tangga di Indonesia, 2002-2014
7. Data Ketersediaan Ubi Jalar di Indonesia
Tabel 7.1 Perbandingan konsumsi per kapita rumah
tangga dengan data ketersediaan ubi jalar di
indonesia, 2009-2014

Bila angka konsumsi ubi jalar berdasarkan hasil Susenas


dari tahun 2009 hingga 2014 berfluktuasi namun cenderung
sedikit naik sebesar 1,35%, yakni dari 2,24 kg/kapita pada
tahun 2009 menjadi 2,29 kg/kapita pada tahun 2014. Angka
ketersediaan per kapita ubi jalar pada tahun 2009 2014
mempunyai tendensi mengalami peningkatan yakni dari 7,8
kg/kapita pada tahun 2009 menjadi 9,04 kg/kapita pada tahun
2014 yang dominan disebabkan naiknya besaran penyediaan
ubi jalar nasional. Pada periode tahun 2009 2014, besaran
konsumsi per kapita ubi jalar rata-rata sekitar 30% dari angka
ketersediaannya.
8. Data Ekspor Ubi Jalar di Indonesia
2012
2013
2014
Negara
Volum Negara
Volum Negara
Volume
tujuan
e
tujuan
e
tujuan
(ton)
(ton)
(ton)
1
Jepang
2,663 Jepang
3,158 Jepang
3,022
N
o

2015
Negara
Volume
tujuan
(ton)
Jepang

1,475

Korea

1,264

Korea

1,277

Korea

1,781

Korea

1,622

Thailand

0,06

Thailand

0,024

Thailand

0,022

Thailand

0,076

Singapo
re

2,036

Singapo
re

1,348

Singapor
e

1,230

Singapo
re

0,967

Malaysia 3,487

Malaysia 3,644

Malaysia

2,832

Malaysia 1,494

Hong
Kong

0,037

Oman

0,248

Hong
Kong

0,134

Hong
Kong

0,13

China

0,11

United
Arab
Emirate
s

0,235

China

0,106

Bahrain

0,190

Oman

0,340

Qatar

0,048

Oman

0,020

Qatar

0,235

United
Arab
Emirate
s

0,1

China

0,24

United
Arab
Emirates

0,030

United
Arab
Emirate
s

0,010

10 Qatar

0,02

Bahrain

0,01

Qatar

0,080

11 United
states

0,419

Hong
Kong

0,076

Christma
st island

0,022

12

Netherlan 0,001
ds

Jumlah

10,53
6

10,30
8

9,55

6,199

Berdasarkan tabel di atas, ekspor ubi jalar dari tahun 2012


sampai tahun 2015 terus mengalami penurunan. Malaysia
merupakan negara tujuan ekspor ubi jalar terbesar pada setiap
tahunnya, kecuali pada tahun 2014 yaitu Jepang menjadi negara
tujuan ekspor ubi jalar dengan jumlah tersebesar yaitu 3,022
ton.
9. Data Impor
Seperti diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
importasi ubi jalar dari Tiongkok pada Maret 2014 sebesar 6,209
ton

atau

mencapai

menurun

dari

7,961

bulan

sebelumnya

ton,

yang

turun

sempat
22%.

Nilai impor ubi jalar dari Tiongkok tersebut pada Maret mencapai
US$ 10.380, sedangkan bulan sebelumnya mencapai US$

15.315.
Pada Januari juga tercatat impor ubi jalar dari sebanyak 7,219
ton atau setara dengan nilai US$ 12.135. Sedangkan pada bulan
Desember 2013 tak ada impor ubi jalar dari negara yang sama.
Total impor ubi jalar selama Januari-Maret 2014 mencapai
21,389 ton setara dengan US$ 37.830.
PEMBAHASAN
Ubi jalar merupakan sumber pangan yang dialternatifkan
dalam program diversifikasi pangan sebagai sumber karbohidrat
pengganti beras, karena sesuai dengan karakteristiknya yang
mudah dibudidayakan di mana saja bahkan di daerah marjinal.
Umbi-umbian yang banyak tumbuh di lahan kering seperti ubi jalar
ternyata

banyak

mempunyai

berbagai

keunggulan,

yaitu

mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai sumber


tenaga, daun ubi jalar kaya akan vitamin A dan sumber protein
penting, dapat tumbuh di daerah marjinal di mana tanaman lain
tidak bisa tumbuh, sebagai sumber pendapatan petani karena bisa
dijual sewaktu-waktu, dan

dapat disimpan dalam bentuk tepung

dan pati. Di samping itu jika dibandingkan dengan harga beras,


harga jual ubi jalar lebih terjangkau yaitu antara Rp 2.000,00- Rp
2.700,00 per kg sehingga dengan keunggulan-keunggulan tersebut
dapat mendorong ubi jalar sebagai bahan pangan alternative selain
beras.
Produksi ubi jalar di Idonesia sebenarnya sangat melimpah dibandingkan
dengan angka konsumsi penduduk Indonesia terhadap ubi jalar. Jumlah penduduk
Indonesia

berdasarkan

hasil

Sensus

Penduduk

2010

adalah

237.641.326 jiwa. Berdasarkan data BPS pada tahun 2014 produksi ubi jalar
sebesar 2.382.658 Ton, sedangkan angka konsumsi ubi jalar di Indonesia rata-rata

sebesar 2,9kg/kapita/tahun. Melihat hasil tersebut diketahui bahwa di sini terdapat


permasalahan pada subsistem konsumsi yang jika dihitung jumlah penduduk yang
sebesar 237.641.326

jiwa dikalikan dengan angka konsumsi yang

sebesar 2,9kg/kapita/tahun maka didapatkan hasil konsumsi ubi jalar pada semua
penduduk indonesia kurang lebih 689.159 ton per tahunnya, sehingga masih terdapat
sisa hasil produksi sebesar 1.693.499 ton. Angka konsumsi ubi jalar di kalangan
masyarakat Indonesia masih jauh dari kemampuan produksinya. Namun di lain sisi ,
Indonesia mampu melakukan ekspor ubi jalar meskipun dalam 4 tahun terakhir angka
ekspor ubi jalar memang menurun. Kemampuan produksi ubi jalar tertinggi adalah
pada Provinsi Jawa Barat dan kualitas ubi jalar yang dihasilkan di Jawa Barat pun
lebih baik dibadingkan dengan daerah lainnya, sehingga ubi jalar yang dihasilkan
paling banyak diekspor ke luar negeri terutama ke Malaysia dan Jepang.
Pada subsistem distribusi tidak ada permasalahan karena stabilitas harga ubi
jalar di Indonesia cukup terjangkau yaitu antara Rp 2.000,00- Rp 2.700,00
per kg. Permasalahan yang ada pada subsistem distribusi yaitu
Indonesia masih melakukan impor ubi jalar dari luar khususnya dari
Tiongkok, hal ini masih dilakukan guna memenuhi tujuan industri
seperti industri tepung dan lem. Karena memang untuk kepentingan
industry, Indonesia memilih impor disebabkan harga ubi jalar dari
Tiongkok (China) relatif lebih murah daripada harga ubi jalar
Indonesia. Selain itu, kenaikan penyediaan ubi jalar sebagai bahan
makanan sumber karbohidrat alternatif perlu terus diupayakan
untuk memenuhi konsumsi nasional yang terus meningkat yang
diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk. Apalagi guna
mendukung

pemerintah

dalam

program

diversifikasi

pangan

sehingga tidak hanya mengandalakan produksi beras naional.Upaya


untuk meningkatkan produksi ubi jalar nasional dapat dilakukan
dengan perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas
antara lain melalui penggunaan bibit unggul. Dengan penggunaan
bibit unggul dapat meningkatkan kualitas ubi jalar yang dapat

ditanam

di

berbagai

provinsi

di

Indonesia

sehingga

dapat

meningkatkan kemampuan ekspor ubi jalar dan menurunkan angka


impor.
KESIMPULAN
Permasalahan sistem ketahanan pangan ubi jalar di Indonesia
sebenarnya terletak pada subsistem konsumsi, subsistem distribusi,
subsistem ketersediaan. Pada subsistem konsumsi angka konsumsi
yang masih rendah dibandingkan dengan kemampuan produksi ubi
jalar di Indonesia, sehingga masih dijumpai hasil yang tercecer.
Pada subsistem distribusi mengenai stabilitas harga ubi jalar di
Indonesia relative baik namun bila dibandingkan dengan negara
yang dijadikan sasaran impor.

Pada subsistem ketersediaan

permasalahan yang ditemui adalah mengenai impor.Indonesia


masih bergantung pada Tiongkok (China) dalam upaya memenuhi
kebutuhan bahan baku industrinya, seperti misalnya pembuatan
lem dan tepung. Pada subsistem ini dijumpai juga permasalahan
pada ekspor ubi jalar yang dalam 4 tahun terakhir yang cenderung
menurun hal ini dimungkinkan karena minat Negara importir ubi
jalar dari Indonesia juga menurun dan beralih ke Negara penghasil
ubi jalar selain Indonesia yang mungkin kualitas yang lebih baik dan
harganya lebih terjangkau daripada ubi jalar Indonesia.
Dengan melihat potensi-potensi dari

ubi jalar Indonesia

sendiri salah satunya yaitu kemampuan produksi yang tinggi bisa


dijadikan peluang untuk

berswasembada. jadi menurut kami

Indonesia mampu melakukan swasembada ubi jalar tentunya


dengan mengatasi permasalahan-permasalahan pada subsistem
yang ada dengan tepat.

REKOMENDASI
Untuk mengatasi masalah sub sistem rendahnya konsumsi ubi jalar dan mewujudkan
ubi jalar sebagai Bahan makanan pokok lokalyang terdapat renstra kementrian
pertanian tahun 2015-2019. Kami berdiskusi dan memberikan beberapa rekomendasi
dalam penanganan swasembada ubi jalar dan solusi masalah sub sistem pangan pada
ubi jalar sebagai berikut:
1. Untuk penanganan konsumsi masyarakat yang rendah dapat diatasi dengan
memberikan pelatihan kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) agar dapat
mengolah ubi jalar dengan cara mengubah bentuk ubi jalar tersebut menjadi lebih
menarik seperti keripik, puding, pasta, aneka tepung olahan, bakpao, roti dan
serbuk minuman serta bahan lainnya yang jika dikonsumsi dapat menambah nilai
gizi dari ubi jalar itu sendiri dan juga memperpanjang masa penyimpanan.
2. Pemerintah memberikan bantuan dan fasilitas untuk membentuk unit-unit
pengolah kecil di desa-desa untuk mengantisipasi masuknya industri kapitalis
besar yang memonopoli keuntungan, dengan memberikan hanya kepada para
pemodal dan tidak mendistribukan kepada rakyat seperti yang terjadi pada
industri kelapa sawit.
3. Upaya untuk meningkatkan produksi ubi jalar nasional dapat
dilakukan dengan perluasan areal tanam dan peningkatan
produktivitas antara lain melalui penggunaan bibit unggul.
Dengan penggunaan bibit unggul dapat meningkatkan kualitas
ubi jalar yang dapat ditanam di berbagai provinsi di Indonesia
sehingga dapat meningkatkan kemampuan ekspor ubi jalar dan
menurunkan angka impor.

4. Terkait masalah Indonesia yang masih mengimpor ubi jalar guna memenuhi
kebutuhan bahan baku industri dapat diatasi dengan Pemerintah memberikan
bantuan terkait sarana dan prasarana pertanian seperti pupuk dan juga bibit
unggul kepada petani ubi jalar di Indonesia, dengan demikian biaya produksi ubi
jalar dari produsen bisa ditekan sehingga harga dan kualitas jual ubi jalar pun
mampu bersaing dengan harga ubi jalar dari Negara yang menjadi sasaran impor
Indonesia misalnya China. Apabila harga ubi jalar di Indonesia menjadi lebih
murah maka Industri lokalpun tidak perlu melakukan impor ubi jalar lagi guna
memenuhi bahan baku industrinya.
5. Selain itu perlu adanya penguatan kebijakan guna memperketat dan membatasi
impor ubi jalar di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Prospek Pengembangan Ubi Jalar Mendukung Diversifikasi Pangan
dan

Ketahanan

Pangan

[Online]

Available

at

http://pse.litbang.pertanian.go.id/ ind/pdffiles/anjak_2010_10.pdf [Accessed 1


Oktober 2015]
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Hasil
Susenas 2010. [Online] Available at: http://bps.go.id [Accessed 20 September,
2015]
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Luas Panen Ubi Jalar di Indonesia Menurut
Provinsi 2015. [Online] Available at: http://bps.go.id [Accessed 20 September,
2015]
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Produksi Ubi Jalar di Indonesia Menurut Provinsi
2015. [Online] Available at: http://bps.go.id [Accessed 20 September, 2015]
International Labour Organization.2013. Kajian Rantai Nilai Ubi Jalar dan
Iklim Investasi

Jayawijaya.

[Online]

Available

at:

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/
documents/publication/wcms_342931.pdf [Accessed 20 September 2015]
Kementrian Pertanian. 2015. Data Ekspor Impor Ubi Jalar Indonesia. [Online]
available at : http://aplikasi.pertanian.go.id/eksim2012/eksporNegara.asp
[Accessed 20 September 2015]
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan. [Online]
Available at : http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/
Buletin-Konsumsi TW4-2013.pdf [Accessed 1 Oktober 2015]

Anda mungkin juga menyukai