Anda di halaman 1dari 9

Tugas Review Jurnal

REPRODUCTIVE HEALTH AND THE QUESTION OF ABORTION IN


BOTSWANA: A REVIEW

Kelompok 2
Lintas Minat Kesehatan dan Keselematan Ibu
1. Maulidiyah Dwi Azti P. 101311133051
2. Putri Novita Sari

101311133066

3. Novian Surya Nugraha 101311133079


4. Bq. Lina Septi D.
5. Esta Ruri Solecha
6. Cahya Triagustin
7. Rena Ratri Anggoro

101311133088
101311133091
101311133094
101311133102

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
1. Pendahuluan

Pada jurnal yang berjudul Reproductive Health and the


Question of Abortion in Botswana: A Review menjelaskan
mengena faktor sosio budaya terkait hak reproduksi perempuan
tentang aborsi di Botswana. Botswana adalah negara sub
Sahara Afrika berbatasan dengan Namibia , Angola , Afrika
Selatan , Zambia dan Zimbabwe . Berdasarkan sensus tahun
2001 , 72% penduduk Botswana beragama Kristen, < 1%
penduduk beragama islam, dan sebanyak 21% penduduk
menyatakan tidak beragama. Di Botswana terdapat masalah
terkait kebebasan seorang perempuan dalam menentukan
keputusan reproduksinya.
Di Botswana masih banyak dijumpai kasus aborsi illegal
dan tidak aman dilakukan oleh perempuan yang hamil namun
kehamilan

mereka

ternyata

bukanlah

kehamilan

yang

diinginkan (unwanted pregnancy). Karna kejadian tersebut


mereka mempunyai keinginan untuk melakukan aborsi terhadap
janinnya melalui cara-cara yang illegal dan tidak aman yang
dapat

menyebabkan

komplikasi

bahkan

membahayakan

nyawanya. Alasan mereka melakukan aborsi secara illegal


adalah karna adanya tuntutan dari keluarga serta karna di
Botswana tidak melegalkan praktik aborsi..
Pemerintah Botswana mengkonfirmasi bahwa aborsi ilegal
dan tidak aman suah biasa terjadi di Botswana. Komplikasi dari
tindakan aborsi yang tidak aman merupakan salah satu
penyebab kematian ibu di Botswana. Literatur tentang aborsi
tidak aman di beberapa negara berkembang berfokus pada
mortalitas dan morbiditas ibu. Faktor yang berkontribusi dalam
masalah

aborsi

dan

dampaknya

terhadap

perempuan

di

Botswana yaitu budaya yang mendefinisikan bahwa seorang

perempuan diharapkan tunduk tidak hanya kepada suami dan


ayah tetapi untuk semua orang.

2. Kesehatan Reproduksi dan Kematian Maternal


Sistem pelayanan kesehatan di Botswana didanai oleh
18% dari total anggaran dan sumber daya terdistribusi

ke

seluruh daerah pedesaan. di kota tersebut telah mengalami


penurunan tingkat kesuburan yang sangat pesat yaitu sebesar
7.1 pada tahun 1981 menjadi 2.9 pada tahun 2007, kemudian
2,5 pada tahun 2011. Pelayanan kesehatan ibu dan anak disana
bersifat gratis dan mudah diakses masyarakat, pada tahun
2007 sebanyak 95% masyarakat tinggal didekat pelayanan
kesehatan serta pada tahun 2011 hanya ada 1 kelahiran yang
tidak dilakukan di tempat pelayanan kesehatan. Meskipun telah
mengalami perbaikan dalam hal kesehatan reproduksi, akan
tetapi angka kematian ibu sangat tinggi. Penyebab yang
signifikan yaitu aborsi yang tidak aman serta illegal. pada tahun
2010 kematian ibu akibat komplikasi aborsi sebesar 13,4%.
Beberapa wanita yang melakukan aborsi tidak aman akan
menanggung konsekuensi yang bisa saja terjadinya keguguran,
mereka melakukan hal tersebut untuk melindungi diri dari dari
hukum. disub sahara afrika biaya untuk perawatan pasca aborsi
antara 80m dolar sampai 145m dolar,selain itu mereka juga
mengalami masalah psikologis, sepertimerasa bersalah,depresi
karena telah melakukan aborsi.

3. Masalah Aborsi di Botswana


Aborsi merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang
perempuan untuk mengggugurkan kehamilannya. Kurangnya
fasilitas pelayanan kesehatan dan kurangnya informasi terkati
kesehatan

reproduksi

atau

kesehatan

seksual

dapat

menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta


aborsi yang direncanakan. Tindakan aborsi ada dua mcam yaitu
safe abortion dan unsafe abortion. Tindakan aborsi dapat terjadi
dengan aman jika dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih
dan berpengalaman, menggunakan alat yang benar , bersih dan
dalam kondisi yang steril.Sedangkan tindakan aborsi dikatakan
tidak aman jika dilakukan leh seorang yang tidak terlatih dan
bukan dari petugas kesehatan, menggunakan alat dan obatobatan yang salah dan dalam keadaan tidak bersih dan tidak
steril. Aborsi yang tidak aman dapat menyebabkan kematian
atau komplikasi seperti infeksi, nyeri yang menetap, infertilitas
dan sebagainya. Banyak negara yang tidak mengakui bahwa
aborsi adalah masalah kesehatan, kejadian aborsi yang tidak
aman sangat tinggi dengan masalah komplikasinya baik fisik
maupun mental. Secara fisik aborsi yang dilakukan secara tidak
aman mengakibatkan rahim bisa cacat, robek sehingga harus
diangkat, infeksi, perdarahan serta kematian. Ketika komplikasi
ini terjadi barulah orang melihat sebagai sektor kesehatan,
namun seringkali pada saat itu pertolongan medis yang
diberikan sudah terlambat (Kartono, 2007).
Praktek aborsi illegal sampai pada tahun 1991 terdapat
perubahan peraturan bahwa kehamilan dapat dihentikan secara
legal,dalam 16 minggu setelah pembuahan dengan bebrapa
syarat seperti untuk menyelamatkan nyawa ibu,atau akibat
pemerkosaan. Pihak PBB tetap memperingatkan bahwa hukum
3

aborsi merupakan prosedur yang berbahaya dan terjadi secara


illegal di Botswana. Aborsi di Bostwana merupakan tindakan
criminal,

dikarenakan

banyak

faktor

salah

satunya

yaitu

ketidaktahuan hak-hak perempuan dalam hukum.Jika wanita


diketahui melakukan aborsi maka akan di penjara 3 tahun
tindakan aborsi bisa dilakukan ditempat-tempat yang tidak
aman,selain itu setelah melakukan tindakan aborsi bayi dibuang
atau ditinggal ditempat tidak layak. Hal tersebut bisa dicegah
atau dikurangi jika aborsi dilegalkan dan dapat diakses.
Dibeberapa

negara

aborsi

yang

dilegalkan

dalam

beberapa kasus seperti jika seorang perempuan hamil akibat


diperkosa atau

incest dan jika dokter mengatakan bahwa

kehamilan berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Namun


terkadang aborsi sulit dilakukan meskipun berdasarkan alasan
di atas. Di beberapa negara jika aborsi tidak dilegalkan maka
baik perempuan yang aborsi maupun orang yang mengerjakan
tindakan tersebut bisa dihukum.

4. Makna Menjadi Seorang Ibu


Di Botswana menjadi seorang ibu merupakan budaya
yang

vital,

tujuannya

wanita
yaitu

menjadi

menghasilkan

dewasa

kemudian

keturunan,

ketika

menikah
mampu

melahirkan seorang anak maka hal tersebut menjadi pusat


identitas perempuan serta suatu kebanggaan. wanita yang tidak
memiliki anak dan tidak bisa menghasilkan keturunan maka
akan

menjadi

individu

yang

tidak

terlihat,dicurigai

dan

menanggung konsekuensi yang berat, bahkan ketika seorang

wanita sudah menikah, ketika sang suami tidak subur atau tidak
bisa menghasilkan anak, tanggungjawab tersebut dipikul sang
istri. persepsi aborsi tidak bisa dipisahkan dengan persepsi ibu,
untuk mengakhiri kehamilan yaitu menolak melahirkan.

Keterkaitan Isi Jurnal dengan Konsep Keselamatan dan


Kesehatan Ibu

Gambar 1. 4 pilar safe motherhood


1. Dalam jurnal tersebut, aborsi illegal menyebabkan terjadinya
komplikasi

sehingga

maternal

mortality

tinggi,

hal

ini

dikarenakan faktor sistem hukum, budaya serta kurangnya


pengetahuan

wanita

di

Botswana.

masalah

tersebut

jika

dikaitkan dengan 4 pilar safe motherhood, maka upaya


pemberdayaan perempuan sangat kurang, wanita disana belum
mengetahui hak-hak mereka dalam hukum, sehingga mereka
tidak mampu mandiri serta membela hak-hak yang seharusnya
mereka terima. pemberdayaan perempuan merupakan upaya
5

jangka panjang, yang mana ketika dikaitkan dengan 4 pilar safe


motherhood,merupakan upaya yang berada dipaling bawah,
serta memiliki peran penting dalam upaya safe motherhood.
2. Beberapa faktor yang menyebabkan maternal mortality dalam
jurnal tersebut, juga terkait dengan determinan kematian ibu
menurit

McCharthy

1992,

yang

dibedakan

menjadi

determinan, yaitu kontekstual, antara dan proksi. Dalam jurnal


tersebut, status perempuan dalam keluarga dan masyarakat
yaitu keberdayaan wanita, pengahsilan serta status masyarakat
yang meliputi kesejahteraan rakyat merupakan faktor yang
melatarbelakangi terjadinya kematian ibu, sehingga termasuk
dalam determinan kontekstual, keberdyaan perempuan di
Botswana masih rendah, mereka belum tahu hak-hak mereka
dalam di dalam hukum. Kemudian akses pelayanan kesehatan
membutuhkan biaya yang mahal, serta perilaku tidak sehat
wanita di sana yaitu melakukan aborsi yang tidak aman, atau
illegal,

hal-hal

terjadinya

tersebut

kematian

aman,mengakibatkan

ibu.

merupakan
Tindak

komplikasi

determinan
aborsi

sehingga

antara

yang
hal

tidak

tersebut

merupakan determinan proksi kematian ibu,atau penyebab


langsung kematian. Di Botswana, wanita melakukan tindak
aborsi tidak aman, karena hukum atau aturan tentang aborsi
disana sangat kaku, serta aborsi termasuk tindak kriminal,
sehingga mereka melakukan tindak aborsi tidak aman dan
akhirnya terjadi komplikasi.

Gambar 2. Determinan kematian ibu

DAFTAR PUSTAKA

Anon., t.thn. BAB XV : Aborsi dan Komplikasinya. [Online]


Available
at:
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwjekaaivubMAhUKJ5QKHfOzB1UQFggrMAI&url=http%3A
%2F%2Fhesperian.org%2Fwpcontent%2Fuploads%2Fpdf
%2Fid_wwhnd_2011%2Fid_wwhnd_2011_15.pdf&usg=AFQjCNGL9y
oFPMQFXVXZHNP78Q. [Accessed 19 May 2016].
Hidayatin, R., 2012. Penanganan Aborsi Tidak Aman (Unsafe Abortion)
dari Perspektif Perempuan yang Mengalami Kehamilan Tidak
Diinginkan (KTD). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Smith, Stephanie S. 2013. Reproductive Health and the Question of
Abortion in Botswana:
A
Review.[Online]
Available
at:http://www.bioline.org.br/pdf?
rh13053. [Accessed 18 May 2016]

Anda mungkin juga menyukai