Anda di halaman 1dari 26

UNIVERSITAS INDONESIA

KESESUAIAN WILAYAH PERTANIAN PEPAYA CALIFORNIA DAN


PENGARUHNYA DALAM MENUNJANG PRODUKTIVITAS PERTANIAN
PROVINSI BALI

PROPOSAL PENELITIAN

HAKITA BELSON
1306444112

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI


DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Kondisi pertanian Indonesia secara umum masih bersifat
subsisten, sehingga menjadi kendala untuk menjadikannya usaha agribisnis. Pertanian
subsisten adalah sistem bertani di mana tujuan utama petani untuk memenuhi keperluan
hidup bersama keluarganya (Mubyarto,1991). Menurut pandangan mereka pertanian
merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhanhidup saja, sehingga produktivitas tanaman
tidak maksimal.
Semakin terbatasnya lahan pertanian di Indonesia, sementara kebutuhan pangan dan
produk-produk pertanian semakin meningkat, maka sangat diperlukan pengelolaan lahan
pertanian optimal. Artinya bahwa setiap luas lahan pertanian harus mempunyai
produktivitas yang tinggi.
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
petani, memperluas lapangan pekerjaan, dan mengisi serta memperluas pasar, baik pasar
lokal maupun internasional. Salah satu sektor pertanian yang dapat dikembangkan adalah
hortikultura, terutama buah-buahan.
Buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi dan
mempunyai peranan besar dalam pemenuhan gizi dan kesehatan tubuh. Buah-buahan
merupakan sumber utama vitamin dan mineral serta berbagai zat penting lainnya yang
berperan sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh.
Komoditi buah-buahan yang berpeluang besar untuk dikembangkan, adalah Pepaya.
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan buah tropis berasal dari Meksiko bagian selatan dan
Amerika Selatan bagian Utara. Pepaya merupakan jenis buah yang mudah beradaptasi di
berbagai lingkungan, maka tidak heran pepaya kini sudah tersebar di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu komoditi buah yang disukai masyarakat
Indonesia (Purba, 2008).

Sebagai buah segar, pepaya relatif disukai semua lapisan masyarakat karena cita
rasanya yang enak, kaya vitamin A, B dan C yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Buah pepaya mengandung enzim papain yang sangat aktif dan memiliki kemampuan
mempercepat proses pencernaan protein, karbohidrat dan lemak. Bagian tanaman pepaya
lainnya juga dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai obat tradisional, pakan ternak dan
kosmetik. Pepaya juga dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman yang
diminati pasar luar negeri seperti pasta pepaya, manisan kering, manisan basah, saus
pepaya dan juice pepaya. Bahkan bijinyapun dapat diolah lebih lanjut menjadi minyak dan
tepung.
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi buah tersebut,
dapat meningkatkan permintaan terhadap pepaya, sehingga jumlah pasokan pepaya juga
harus ditingkatkan. Pepaya tergolong tanaman tidak bermusim, sehingga buahnya tersedia
setiap saat. Harganya juga relatif murah dan terjangkau. Berdasarkan data BPS (2012)
produksi buah pepaya pada tahun 2010 adalah sebesar 675,801 ton dan pada tahun 2011
sebesar 958,251 ton. Total produksi pepaya pada tahun 2011 menempati urutan ke-6 dalam
produksi buah-buahan di Indonesia setelah pisang, mangga, jeruk, nanas dan salak dengan
sentra produksi di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara
Timur.
Salah satu jenis pepaya yang saat ini mulai banyak dibudidayakan adalah pepaya
California yang berasal dari Amerika Tengah. Pepaya California diminati karena memiliki
keunggulan antara lain buahnya tidak terlalu besar, buah matang berwarna kuning, rasanya
manis, daging buah kenyal dan tebal. Pohonnya dapat berbuah hingga umur empat tahun,
dan dalam satu bulan dapat dipanen sampai empat kali.
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan
selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 82523
Lintang Selatan dan 1151455 Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti
bagian Indonesia yang lain. Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian
yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan
Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai.

Hasil produksi buah-buahan di Bali yang mempunyai potensi besar untuk lebih
dikembangkan salah satunya ialah pepaya. Provinsi ini mempunyai potensi sekaligus
komoditas hasil tanaman pangan yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Lagi pula, selain
tanahnya subur dan sistem perairannya (yang dikenal dengan nama subak) cukup baik,
masyarakat Bali juga senang bercocok tananm. Semua itu jika ditambah dengan modal dan
peralatan pertanian yang modern, akan dapat meningkatkan hasil pertanian, khususnya
tanam pangan di Bali.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui kesesuaian wilayah pertanian pepaya california dan pengaruhnya dalam
menunjang produktivitas pertanian di Provinsi Bali
1.3 Rumusan Masalah
Dalam menentukan wilayah potensi pertanian pepaya california, tentu juga akan
berdampak pada tingkat produktivitas pertanian secara keseluruhan. Dengan demikian,
berikut merupakan pertanyaan penelitian dalam penelitian ini :
1. Wilayah mana di Provinsi Bali yang memiliki kesesuaian tanaman Pepaya
2. Bagaimana dampaknya dalam menunjang produktivitas pertanian secara
keseluruhan
1.4 Manfaat Penelitian
Seperti yang telah di paparkan dalam latar belakang bahwa di provinsi Bali terdapat
beberapa wilayah yang berpotensi untuk ditanami tumbuhan papaya California yang
berkualitas baik, sehingga diharapkan nantinya dapat meningkatkan produktivitas pertanian
secara keseluruhan di provinsi Bali. Penelitian ini juga akan memberikan hasil prediksi
tingkat perubahan produktivitas pertanian secara keseluruhan dengan adanya potensi
wilayah pertanian papaya di Provinsi Bali

Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi Sebagai sumbangan pemikiran untuk
pengembangan bidang agribisnis pertanian terutama mengenai perilaku petani dalam
pengambilan keputusan tentang pilihan komoditas usahatani khususnya pepaya California.

1.5 Batasan Penelitian


1. Wilayah penelitian dilakukan di Provinsi Bali yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau
Lombok, berbatasan dengan Laut Bali di sebelah utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat di
sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, dan Provinsi Jawa Timur di sebelah
barat.
2. Variabel dinamis yang digunakan untuk penentuan wilayah potensi lahan pertanian papaya
adalah penggunaan tanah sedangkan variabel curah hujan, kemiringan lereng dan jenis
tanah dianggap statis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1

Buah Pepaya
Carica Papaya L. atau Caricaceae merupakan tanaman buah yang berasal
dari Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Nama umum dari tanaman buah ini
adalah pepaya (Indonesia), Papaw (Australia), dan Mamao (Brazil). Tanaman
pepaya dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Selain itu, tanaman pepaya
dapat berbuah kapan saja dan tidak mengenal musim. Pepaya adalah tanaman yang
besar dan berumur pendek, cepat tumbuh, berkayu dan tingginya sekitar 10 sampai
12 meter. Tanaman pepaya dapat bercabang apabila terdapat luka batangnya. Semua
bagian tanaman mengandung lateks. Batang tanaman berongga ungu hijau, dalam,
dan mempunyai diameter sekitar 2 sampai 3 inci (Anton, 2011).
Pepaya merupakan tanaman berbatang tunggal dan tumbuh tegak. Batang
tidak berkayu, silindris, berongga dan berwarna putih kehijauan. Tinggi tanaman
berkisar antara 5-10 meter, dengan perakaran yang kuat. Tanaman pepaya tidak
mmpunyai percabangan. Daun tersusun spiral menutupi ujung pohon. Daunnya
termasuk tunggal, bulat, ujung meruncing, pamgkal bertoreh, tepi bergerigi,
berdiameter 25-5 cm. Daun pepaya berwarna hijau, helaian daun menyerupai
telapak tangan manusia. Bunga pepaya berwarna putih dan berbentuk seperti lilin,
berdasarkan keberadaan bunganya, pepaya termasuk monodioecious yaitu berumah
tunggal (Muktiani, 2011)

Tanaman pepaya dapat tumbuh di daratan rendah hingga ketinggian 1000 m


dpl. Tanaman pepaya lebih cocok tumbuh di lokasi yang banyak hujan (cukup
tersedia air), dengan curah hujan 1000-2000 mm per tahun dan merata sepanjang
tahun. Di daerah yang beriklim kering, yang mempunyai musim hujan 2-5 bulan
dan mempunyai musim kemarau 6-8 bulan, tanaman pepaya dapat hidup dan masih
mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Tanah yang sesuai
untuk pepaya yaitu tanah yang subur yang ditandai dengan prioritas baik,
mengandung kapur, dan mempunyai pH 6-7. Tanaman pepaya lebih cocok ditanam
di daerah terbuka (tidak ternaungi) dan tidak trgenang air. Tanah yang berdrainase
tidak baik menyebabkan tanaman mudah tersrang penyakit terutama pada bagian
akar (Anton, 2011).
Mutiani (2011) menyebutkan bahwa banyak macam varietas pepaya di Indonesia,
anatara lain:
a. Pepaya Bangkok
Pepaya bangkok bukan hanya tanaman asli indonesia. Pepaya bangkok
didatangkan dari Thailand lebih kurang tahun 70-an. Pepaya bangkok
diunggulkan, karena ukurannya sangat besar di banding jenis pepaya yang lain,
beratnya bisa meraih 3, 5 kg per buahnya, tidak hanya ukuran, keunggulan yang
lain adalah rasa serta ketahanan buah. Daging buahnya berwarna jingga
kemerahan, terasa manis dan segar serta teksturnya keras hingga tahan didalam
pengangkutan, rongga buahnya kecil hingga dagingnya tebal, permukaan kulit
buah kasar serta tidak rata.
b. Pepaya cibinong
Pepaya cibinong mempunyai ciri tersendiri, yakni buah yang masak terlihat
pada warna kulit buahnya, warna kulit buah bagian ujung umumnya kuning,
namun bagian yang lain terus hijau. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran
besar, bobot tiap-tiap buah rata-rata 2, 5 kg, pangkal buah kecil lalu membesar
dibagian tengah serta melancip dibagian ujungnya. Permukaan kulit buah agak
halus namun tidak rata, daging buah berwarna merah kekuningan, kelebihan

yang lain adalah terasa manis dan segar, teksturnya keras, serta tahan sepanjang
pengangkutan.
c. Pepaya hawai
Pepaya yang datang dari kepulauan hawai ini adalah satu jenis pepaya solo.
Pepaya solo berarti pepaya yang habis dimakan cuma untuk satu orang, oleh
karena itu, dipastikan kelebihan pepaya ini adalah ukurannya yang kecil, bobot
buahnya cuma lebih kurang 0, 5 kg memiliki bentuk agak bulat atau bulat
panjang, kulit buah yang sudah masak berwarna kuning cerah, daging buahnya
agak tebal, berwarna kuning, serta terasa manis segar.
d. Pepaya California
Pepaya california yaitu komoditi yang bernilai ekonomi tinggi dan primadona
diantara jenis pepaya lain di pasaran, terutama supermarket/hypermarket.
Pepaya yang mempunyai wujud buah lebih kecil serta lebih lonjong ini datang
dari amerika sedang serta tempat karibia. Pepaya california bisa tumbuh subur
sepanjang tahun (tanpa mengetahui musim) di Indonesia, pohon pepaya
california lebih pendek di banding jenis pepaya lain, sangat tinggi kurang lebih
2 meter. Daunnya berjari banyak serta mempunyai kuncung di permukaan
pangkalnya, buahnya berkulit tebal serta permukaannya rata, dagingnya kenyal,
tebal, serta manis lebih terasa. bobotnya berkisar pada 600 gram s/d 2 kg.
e. Pepaya gunung
Pepaya gunung yaitu kerabat pepaya yang di lokasi Wonosobo tanaman pepaya
gunung biasa dimaksud carica, serta di bali tanaman ini dimaksud gedang
memedi, tempat asalnya yaitu dataran tinggi andes, amerika selatan. Tanaman
pepaya gunung adalah pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, serupa
dengan pepaya biasa (Caricapapaya), namun memiliki cabang yang semakin
banyak serta ukuran seluruh sisi tanaman lebih kecil. tinggi rata-rata yaitu 1-2
meter.

2.1.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan


Lahan merupakan bagian dari bentang darat (land scape) yang mencakup
Iingkungan fisik seperti iklim, topograft, vegetasi alami yang semuanya secara
potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Puslittanak, 1993). Satu
jenis penggunaan lahan akan berkaitan dengan penggunaan tainnya. Pola kaitan
antara satu dengan yang lainnya bergantung dari keadaan fisik, sosial ekonomi dan
budaya masyarakat setempat (Sitorus, 1985).
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tata
guna tanah. Inti evaluasi kesesuian lahan adalah membandingkan persyaratan yang
diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau
kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka
akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk jenis
penggunaan lahan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001), sedangkan
menurut Anifuddin et al (2006), evaluasi lahan adalah proses dalam menduga
potensi lahan untuk penggunaan tertentu baik untuk pertanian maupun non
pertanian. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan
tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman
tahunan atau pertanian tanaman semusim.
Klasifikasi kesesuaian lahan atau kemampuan lahan adalah pengelompokan
lahan berdasarkan kesesuaiannya atau kemampuannya untuk tujuan penggunaan
tertentu. Pengelompokan ini biasanya dilakukan oleh ilmuwan tanah dengan
menggunakan satuan peta tanah (SPT), atau sering juga disebut satuan peta lahan
(SPL) dari hasil survei tanah sebagai satuan evaluasi dan sebagai dasar untuk
menentukan batas-batas penyebarannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).
Potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya
ditentukan oleh sifat Iingkungan fisik yang mencakup iklim, tanah, topografi/bentuk
wilayah hidrologi dan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi
memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut.
potensial untuk dikembangkan bagi tujuan tertentu. Hal ini mempunyai
pengertian bahwa jika lahan digunakan untuk penggunaan tertentu dengan

1
0

mempertimbangkan masukan (input) yang diperiukan akan mampu memberikan


hasil sesuai dengan yang diharapkan (lshak, 2008)
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensinya akan mengakibatkan
produktivitas menurun, degradasi kualitas lahan dan tidak berkelanjutan. Guna
menghindari hal tersebut, maka diperiukan adanya evaluasi lahan untuk mendukung
perencanaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan (Rossiter, 1994).
Setiap cara penggunaan lahan mempunyai pengaruh terhadap kerusakan
tanah dan erosi. Demikian juga untuk lahan pertanian ditentukan oleh jenis
tanaman, vegetasi, cara bercocok tanam dan intensitas penggunaan lahan. Agar
penggunaan lahan sesuai dengan keadaan lingkungan dan wilayahnya diperiukan
informasi tentang potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan, tindakan
pengelolaan bagi setiap areal lahan. Untuk memperoleh perencanaan yang
menyeluruh sifat dan potensi lahan dapat diperoleh antara lain melalui kegiatan
survei tanah yang diikuti dengan evaluasi kesesuaian lahan (Sitorus, 1985).
Pengevaluasian lahan tidak hanya mencakup kesesuaian lahan untuk
tanaman saja, tapi juga mencakup sistem manajemen pertanian yang meliputi
potensi di lapangan, ekonomi dan keadaan dari petani (lshak, 2008). Hardjowigeno
(1982) menyatakan bahwa tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk menentukan nilai
dari suatu lahan untuk tujuan tertentu.
Evaluasi lahan pada dasamya merupakan proses keija untuk memprediksi
potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Adapun kerangka dasar dari
evaluasi sumber daya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperiukan
untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada
lahan tersebut, Sebagai dasar pemikiran yang utama dalam prosedur evaluasi lahan
adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan
yang berbeda-beda, oleh karena itu dibutuhkan keterangan dan informasi tentang
lahan tersebut menyangkut berbagai aspek sesuai dengan penggunaan lahan yang
diperunlukkan (Wahyuningrum et al, 2003). Menurut Abdullah (1993), prinsip dasar
yang digunakan dalam evaluasi lahan adalah kesesuaian lahan dinilai dan
dikiasifikasikan sesuai jenis penggunaannya dimana tiap penggunaan mempunyai
kebutuhan yang berbeda.

1
1

Ishak (2008) menjelaskan bahwa kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu


lahan untuk penggunaan tertentu ditinjau dari sifat lingkungan fisiknya, yang terdiri
dari iklim, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai untuk suatu usaha tani
atau komoditas tertentu yang produktif. Hakim et al (1986) menyatakan bahwa
klasifikasi kesesuaian lahan merupakan proses penilaian dan pengelompokan unitunit lahan menurut kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu.
Saat ini di Indonesia telah mengenal dua macam sistem klasifikasi
kesesuaian lahan, yaitu klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh
USDA Amerika Serikat dan klasifikasi kesesuaian lahan yang dikemukakan oleh
FAO. Klasifikasi kesesuaian lahan USDA Amerika Serikat mengenal 3 (tiga)
kategori yaitu kelas, sub kelas, dan unit. Penggolongan ini didasarkan atas
kemampuan lahan tersebut untuk memproduksi pertanian secara umum tanpa
menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang.
2.1.3

Ilmu Usahatani
Menurut Mubyarto (1989) usahatani adalah suatu tempat di mana seseorang
atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi, seperti lahan,
tenaga kerja, modal, dan manajemen, yang ditujukan untuk memperoleh produksi di
bidang pertanian. Selanjutnya, Soekartawi (1995) menyatakan bahwa ilmu
usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang
melebihi masukan (input).
Menurut Mosher (1990), selain produksi yang tinggi, petani juga tertarik
pada hubungan antara biaya dan penerimaan dari proses produksi yang diusahakan.
Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani tersebut merupakan hubungannya
terhadap tingkat pendapatan (keuntungan) petani dari usahatani yang bersangkutan.
Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih memperhitungkan besarnya keuntungan

1
2

dari usahataninya dibandingkan dengan tingkat produksi. Selanjutnya Soekartawi


(1995) menyatakan bahwa pendapatan atau keuntungan merupakan selisih antara
penerimaan dengan biaya. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah
produksi dengan harganya, sedangkan biaya merupakan hasil perkalian antara
jumlah faktor produksi dengan harganya.
Ada beberapa cara pengujian keberhasilan suatu cabang usahatani yang
sering dilakukan, yaitu :
a. Analisis biaya per satuan hasil.
b. Analisis imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio.
c. Analisis pendapatan atau keuntungan cabang usaha.
d. Analisis imbangan tambahan manfaat dan biaya atau B/C ratio. Analisis (a)
biasanya digunakan untuk menghitung harga pokok suatu produksi, analisis (b)
dan (c) digunakan untuk menguji keuntungan dan keberhasilan suatu cabang
usahatani, sedangkan analisis (d) digunakan untuk mengetahui pengaruh
sadpergantian teknologi yang berakibat pada pertambahan biaya. Imbangan
penerimaan dan biaya merupakan tingkat efisiensi ekonomi yang menunjukkan
adanya daya saing dari produk yang dihasilkan. Nilai R/C (Return Cost Ratio)
diperoleh dari perbandingan (nisbah) antara penerimaan dengan biaya.

1
3

2.1.4

Teori Produksi
Produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang
terjadi penciptaan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya.
Sebelum di lakukan proses produksi di lahan, terlebih dahulu di lakukan proses
pengadaan saprodi (sarana produksi) pertanian berupa industri agro-kimia (pupuk
dan pestisida), industri agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian), dan industri
pembenihan dan pembibitan. Untuk proses produksi di lahan, dapat digunakan
faktor - faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida,
teknologi, serta manajemen. Jadi, produksi komoditas pertanian merupakan hasil
proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa komododitas pertanian (pangan,
hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) dengan berbagai
pengaruh faktor - faktor produksi.
Proses produksi atau lebih di kenal dengan budidaya tanaman atau
komoditas pertanian merupakan proses usaha bercocok tanam/budi daya di lahan
untuk menghasilkan bahan segar (raw material). Bahan segar tersebut dijadikan
bahan baku untuk meghasilkan bahan setengah jadi (work in proses) atau barang
jadi (finisedproduk) di industri - industri pertanian atau di kenal dengan nama
agroindustri atau agrifood industry (Rahim 2007 : 31).

2.1.5

Teori Produktivitas
(Rahim 2007 : 32). Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang
dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan
per satuan waktu, definisi kerja ini mengandung cara atau metode pengukuran,
walaupun secara teori dapat dilakukan secara tetapi secara praktek sukar
dilaksanakan, terutama karena sumber daya masukan yang dipergunakan umumnya
terdiri dari banyak macam dan di proporsi yang berbeda

1
4

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alur Pikir Penelitian
Untuk mengetahui wilayah yang memiliki tingkat kesesuaian tanaman Pepaya di
provinsi Bali adalah dengan melakukan identifikasi variabel yang untuk kajian wilayah
kesesuaian tanaman pepaya. Variabel tersebut digambarkan dalam suatu peta yang
kemudian diolah dengan menggunakan teknik overlay peta yang kemudian akan
menghasilkan peta kesesuaian tanaman Pepaya di provinsi Bali. Berikut peta alur pikir dan
peta alur kerja dari penelitian ini sebagai berikut :

1
5

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi pepaya adalah dengan teknik
budidaya yang tepat. Penanganan yang baik mulai dari prapanen, masa panen dan
pascapanen sangat diperlukan agar pepaya yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
Salah satu jenis pepaya yang saat ini digemari oleh petani untuk dikembangkan karena
memiliki peluang bisnis yang menjanjikan adalah pepaya california. Pepaya california
banyak dibudidayakan di Indonesia khususnya daerah Jawa. Provinsi Lampung masih
jarang yang mmbudidayakan tanaman tersebut. Salah satu tempat kegiatan bisnis budidaya
pepaya California di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Selatan.
Pepaya california adalah varietas pepaya baru yang memiliki keunggulan tersendiri.
Rasa buah yang lebih manis, daya tahan lebih lama, dan biasa dipanen lebih cepat
dibandingkan pepaya varietas lain (umur produksi lebih cepat) menjadikan petani berminat
untuk membudidayakannya. Di samping itu, harga jual yang lebih tinggi meningkatkan
gairah dan keinginan petani untuk mengusahakan pepaya tersebut, agar keuntungan yang
diperoleh dapat semakin meningkat. Kegiatan utama pada pepaya california adalah proses
produksi. Suatu proses produksi membutuhkan pengorbanan yang biasa disebut dengan

1
6

biaya. Biaya-biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead (sewa lahan, dll). Komponen biaya produksi akan mempengaruhi
pembentukan harga pokok produksi, karena harga pokok produksi ditentukan faktor
produksi, seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida.
Penerimaan pepaya california didapat dari hasil produksi dikali dengan harganya
yang diterima oleh petani. Setelah penerimaan diketahui barulah didapat pendapatan, yaitu
seluruh penerimaan dikurangi dengan seluruh biaya-biaya. Pendapatan bersih atau
keuntungan akan menjadi lebih besar apabila pengusaha dapat menekan biaya produksi
yang diimbangi dengan produksi yang tinggi serta harga jual produk yang tinggi pula.
Apabila pendapatan usahatani pepaya california yang diterima oleh petani cukup tinggi atau
memberikan keuntungan, maka usahatani tersebut layak untuk dikembangkan.

3.3 Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder, yaitu data yang di dapat dari
instansi terkait dengan data yang diperlukan. Data yang termasuk dalam kategori tersebut
adalah:
1.

Peta Dasar (Rupa Bumi) Provinsi Bali

2.

Peta Jenis Tanah

3.

Peta Kemiringan Lereng

4.

Peta Penggunaan Lahan

5.

Peta Pola Curah Hujan

6.

Data Statistik Produktivitas Pertanian Provinsi Bali dari Instansi Terkait

3.4 Pengolahan Data


Semua data yang diperoleh akan disusun dan diolah dalam sistem data yang
berbasis GIS dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.1, dimana semua data
tersebut akan diinformasikan melalui visualisasi peta yang mengandung informasi database
spatial.

1
7

a. Pembuatan Peta Tematik


Untuk analisis peta yang dibutuhkan adalah Peta Kemiringan Lereng, Peta Penggunaan
Lahan, Peta Jenis Tanah dan Peta Pola Curah Hujan.
b. Klasifikasi Kesesuaian
Setelah mendapatkan data-data / peta-peta tematik yang diperlukan, langkah selanjutnya
adalah membuat klasifikasi penentuan kesesuaian yang akan digunakan untuk menentukan
Wilayah Kesesuaian Lahan Perkebunan Pepaya di Provinsi Bali. Klasifikasi data untuk
unsur fisik dibagi menjadi 3 kelas wilayah, yaitu Ideal, Kurang Ideal, dan Tidak Ideal.
Penentuan klasifikasi secara rinci dijelaskan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1 Distribusi Nilai Keseuaian Lahan Perkebunan Pepaya

Variabel

Score
1

Curah

>

Hujan

mm/th

mm/th

mm/th

> 16%

8 16%

<8%

Perairan

Persawahan,

Darat,

Pertanian Tanah

2.000 1.500 2.000 1000 - 1.500

Kemiringan
Lereng

Penggunaan
Lahan

Pertambangan kering

dan Berpasir Berbatu


atau Karst

Berpasir

1
8

40%

20%

Ladang,
Kebun,
Permukiman,

20%

Tanah Terbuka

Tanah Kering Tanah Vulkanik


Jenis Tanah

Bobot

dan

Tanah
Lempung
Berpasir,
Aluvial

20%

Tabel 2 Range Nilai dan Klasifikasi Kesesuaian Lahan Perkebunan


Pepaya

Kelas Klasifikasi

Tidak Ideal

Kurang Ideal

Ideal

Range Score

< 2,50

2,51 4,00

4,01 5,00

Peta Kemiringan lereng


Peta kemiringan lereng sangat diperlukan untuk mengetahui daerah mana yang
sesuai untuk perkebunan pepaya. Tanaman pepaya ideal ditanam di wilayah yang
landai atau dengan kemiringan sekitar < 8%.

Peta Penggunaan Lahan


Keterbukaan lahan mengakibatkan mudahnya tanaman pepaya mendapat sinar
matahari yang membantu pertumbuhan tanaman tersebut.Peta ini juga dibuat untuk
mengetahui kesesuaian yang ideal ditanami pepaya.

Peta Pola Curah Hujan


Peta curah hujan merupakan data sekunder yang paling penting dalam pembuatan
peta kesesuaian lahan perkebunan pepaya, oleh karena itu bobot data ini lebih
tinggi dari bobot data lainnya (40 %) . Peta curah hujan menentukan wilayah yang
terkena dampak curah hujan, semakin tinggi curah hujan, semakin ideal
kemungkinan suatu wilayah untuk ditanami pepaya.

Peta Jenis Tanah


Peta jenis tanah diperlukan untuk mengetahui daerah mana yang sesuai untuk
ditanami perkebunan pepaya. Tanaman pepaya ideal ditanam di wilayah yang
memiliki jenis tanah lempung berpasir dan aluvial.

c. Analisa hubungan antara potensi pertanian papaya dengan tingkat produktivitas


pertanian secara keseluruhan
Untuk menganalisis hubungan tersebut, digunakan software SPSS guna mencari hubungan
antara potensi produksi tanaman papaya California dengan tingkat produktivitas pertanian
secara keseluruhan

1
9

3.5 Analisis Data


Analisis yang digunakan untuk menentukan wilayah kesesuaian lahan
perkebunan pepaya adalah dengan menggunakan metode analisis overlay yang
digambarkan sebagai berikut :

3.5.1

Analsis Korelasi dan Regresi


Analisis korelasi dan regresi ditujukan untuk mengukur tingkat

hubungan dan regresi antara potensi tanaman pepaya (x) dengan perubahan
tingkat produktivitas (y) yang terjadi.

2
0

Analisis korelasi merupakan metode statistika yang ditujukan untuk


mengetahui seberapa besar hubungan linier antar dua atau lebih variabel.
p _

nXxy-(Xx)(Xy)

Dimana r adalah besar korelasi antara variabel x dan y yang nilai r = 0


artinya tidak terdapat korelasi dan r =1 memiliki korelasi kuat antara dua
variabel. Apabila nilai r negatif, artinya korelasinya negative
3.5.2

Analisis Kesesuaian Lahan Tanaman Pepaya California

Tabel 3 Daftar Query Analisa Wilayah Kesesuaian Lahan Perkebunan Pepaya

Variabel

Nilai
1

Score Curah

Hujan
5
Score
Kemiringan
Lereng
Score

Score
Jenis Tanah

[Curah_Hujan] <= 2000


[Curah_Hujan] >= 1000 AND [Curah_Hujan]

1
3

<= 1500
[Lereng] = > 16 %
[Lereng] = 8 16 %

[Lereng] = < 8 %

[Landuse] = Perairan Darat


[Landuse] = Persawahan OR [Landuse] = Pertanian

Penggunaan
Lahan

Query
[Curah_Hujan] > 2000
[Curah_Hujan] >= 1500 AND

Tanah Kering
[Landuse] = Padang OR [Landuse] =

Permukiman OR [Landuse] = Tanah

1
3
5

Terbuka OR [Landuse] = Kebun


[Jenis_Tanah] = Karst
[Jenis_Tanah] = Volkan
[Jenis_Tanah] = Aluvial
([Score_CH]*0.4) + ([Score_Landuse]*0.2) +
([Score_Lereng]*0.2) + ([Score_Jenis

Total Score

Tanah]*0.2)
Kelas

Tidak

Kesesuaian

Ideal
Kurang

Lahan
Perkebunan

Ideal
Ideal

[Total] <= 2.50


[Total] > 2.50 AND [Total] <= 4.00
[Total] > 4.00

2
1

Pepaya

2
2

3.5.3

Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang
bagaimana

potensi

pertanian

papaya

California

dapat

menunjang

pertumbuhan produktivitas pertanian secara keseluruhan di Provinsi Bali.

2
3

DAFTAR PUSTAKA

Moehd. Baga Kalie. 2007. Pepaya. Penebar swadaya. Jakarta.


http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id
Muljana, Wahju. 2006. Bercocok tanam papaya. Aneka Ilmu. Semarang
Andi. 2004. 10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS 10.01. Wahana Komputer dan
Penerbit Andi, Yogyakarta
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Produksi Pepaya Di Indonesia.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta
Purba, Andry P. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Dan Saluran Pemasaran
Pepaya California (Kasus: Desa Cimande Dan Desa Lemahduhur,Kecamatan Caringin, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.(Tidak dipublikasikan).
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung

2
4

1.

Anda mungkin juga menyukai