Anda di halaman 1dari 2

Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas dengan variasi agroklimat

yang tinggi sehingga merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan hortikultura yang
baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga
menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung
sepanjang tahun (Sunu dkk, 2006). Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura
diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat.
Kangkung darat (Ipomoea sp.) merupakan salah satu sayuran daun yang paling populer
di Asia Tenggara. Kangkung darat juga dikenal dengan swamp cabbage. Tanaman kangkung
darat berbunga dengan warna yang beragam dari putih sampai merah muda, dan batangnya dari
warna hijau sampai ungu. Daunnya merupakan sumber protein, vitamin A, besi, dan kalsium.
Panduan penanamannya yang disajikan adalah berdasarkan kondisi daratan rendah di Taiwan.
Beberapa kondisi perlu disesuaikan dengan iklim, tanah, musim, hama dan penyakit. kangkung
darat beradaptasi terhadap kondisi iklim dan tanah yang cukup beragam, akan tetapi
memerlukan kelembaban tanah yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang optimum. Tanah
dengan kandungan bahan organik tinggi lebi disukai. Kangkung darat dapat memberikan hasil
yang optimum pada kondisi dataran rendah Tropika dengan temperatur tinggi dan penyinaran
yang pendek. Temperatur yang ideal berkisar antara 25-30 derajat celsius. Sedangkan di bawah
10 derajat celsius tanaman akan rusak (Rukmana, 2011).
Indonesia pernah tercatat sebagai salah satu daerah pengembangan kangkung darat
terluas, yaitu 41.953 ha, pada tahun 1985, 32.448 ha pada tahun 1988, 20.578 ha pada tahun
1990. Ironisnya, produktivitasnya sangat rendah bila dibandingkan dengan Taiwan. Secara
berturut-turut produktivitas yang dicapai Indonesia adalah rata-rata 2,389 ton/ha (1985), 4,616
ton/ha (1988), dan 7,660 ton/ha (1990). Hal ini disebabkan karena tanaman kangkung darat
yang dikembangkan oleh para petani masih bersifat sampingan, dan dalam skala usaha kecil
(sempit) sehingga
pengelolaan maupun kultur budidayanya belum dilakukan secara intensif meskipun
tujuan produksinya berorientasi agirbisnis. Berbeda dengan beberapa negara Asia Tenggara
lainnya, produktivitas kangkung darat semakin tinggi. Negara-negara tersebut antara lain
Taiwan dengan produktivitas rata-rata 40-90 ton/ha. Hal ini disebabkan tanaman kangkung
darat telah dikembangkan secara komersial dengan manajemen agribisnis yang baik, sehingga
memberikan profit yang juga tinggi (Liferdi dan Cahyo, 2016).
Usaha yang akan kami lakukan didasarkan pada hasil survei pasar di Pasar Gamping,
Pasar Wates, dan petani bernama bapak Agus. Hasil dari survei adalah rata-rata penjualan
kangkung dijual dengan harga Rp.1000,- sampai dengan Rp.1500,- per ikat. Petani yang kami
kunjungi masih memiliki produksi kangkung yang rendah, maka dari itu diperlukan adanya
pengembangan manajemen agribisnis yang baik untuk tanaman kangkung agar produksinya
dapat lebih tinggi di Indonesia.
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60389/3/BAB%20I%20Pendahuluan.p
df
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/AGROLAND/article/download/2819/1911
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/AGROLAND/article/download/2819/1911
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/teknologi-detail-35.html

Anda mungkin juga menyukai