Anda di halaman 1dari 4

USAHA MIRIP KOPI BLIRIK ATAU KOPI KLOTHOK

MATA KULIAH : STUDI KELAYAKAN BISNIS


DOSEN PENGAMPU : YEREMIA WIJAYANTO, S.T.,MM

KELOMPOK 3
ANGGOTA : 1. DIDIK EKO ARIF BUDIMAN
2. SHALSABILA MEI DITA
3. PRASASTI SUKMA
4. ARDIANA RODLOTUL J
5. OKTAVIA HERMAWATI
6. ERMA WIJAYANTI
7. LUCKY BAYU
8. SITI CHOTIJAH
9. ANNISA NUR R
10. SITI ANISA
11. FITRA ALVI R
12. ERLI DAHLIA
13. NIRA SETYOWATI
14. ALFONUS RENDY RUSTANTO
Latar Belakang
Kopi pertama kali ditemukan di kawasan Ethiopia. Dalam perkembangannya, suku Galla di afrika
timur menanfaatkan kopi sebagai makanan dengan cara menghancurkan biji kopi kemudian ditambah
minyak lalu adonan tersebut dibentuk bundar dan langsung dikonsumsi. Selanjutnya pada abad ke 15,
bangsa arab memperkenalkan kopi sebagai minuman pengganti anggur dengan cara menuang air
mendidih ke biji kopi kering.

Sejarah kopi di Indonesia dimulai sejak gubernur Belanda di Malabar mengirim bibit kopi Yaman
atau kopi arabika kepada gubernur Belanda di Batavia. Kemudian pada abad ke 17, VOC
mengembangkan area tanam kopi arabika di sumatra, bali, sulawesi dan kepulauan timor. Lalu di sekitar
abad ke 18 kolonial belanda mendirikan laham pertanian kopi yang luas di dataran tinggi ijen. Meski
demikan, pada tahun 1876 penyakit karat daun membumihanguskan tanaman kopi. Kemudian pada
tahun 1900an varietas kopi robusta diperkenalkan. Sekarang lebih dari 90% kopi arabika indonesia
dikembangkan oelh perusahaan kecil terutama di daerah sumatera utara dengan lahan kurang dari 1
hektar. Dengan total produksi tahunan sebesar 75.000 ton dan 90% diantaranya di ekspor ke berbagai
negara,

Bisnis kopi di Indonesia mengalami peningkatan di berbagai kawasan, baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Tingginya antusiasme masyarakat terhadap produk olahan kopi dan ketatnya persaingan
dalam bisnis ini membuat para pengusaha berinovasi terhadap model bisnis kopi yang mereka tawarkan.
Salah satunya adalah Bisnis produk olahan kopi dengan memadukan potensi wisata dari kawasan
tertentu.

Menggabungkan dua atau lebih potensi bisnis menjadi satu sebenarnya bukanlah hal yang baru,
akan tetapi hal tersebut harus dipertimbangkan dengan matang dan direncanakan dengan seksama. Hal
ini disebabkan ketika menggabungkan dua atau lebih potensi bisnis, maka investasi yang dikeluarkan
tentu akan menjadi lebih besar akan tetapi hal ini juga sebanding dengan return yang ditawarkan.

Peluang
Tourism experiences atau pengalaman dalam berwisata merupakan salah satu hal terpenting
dalam industri pariwisata serta merupakan kesan penting yang didapat seseorang saat mengunjungi
destinasi wisata. Pengalaman wisata yang didapatkan menjadi suatu pengalaman yang terkenang atau
biasa disebut Memorable Tourism Experience. Pengalaman individu dalam pembelian suatu produk /
jasa menjadi sumber inforamasi penting untuk pengambilan keputusan dimasa yang akan datang, Stone
(et al., 2017:1123) mencoba mengadaptasi konsep MTE ke dalam konteks Wisata Kuliner yang dikenal
sebagai Memorable Culinary Tourism Experience. Stone et al menekankan bahwa ada lima aspek utama
dalam MCTE yaitu a) budaya lokal b) dekorasi c) kualitas pelayanan d) interaksi sosial e) kebaruan.

Berdasarkan Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian, konsumsi kopi
nasional pada tahun 2016 mencapai kurang lebih 260 ribu ton dan tumbuh rata-rata sebesar 8,22% per
tahun sepanjang periode 2016 – 2021. Menurut International Coffee Organization, konsumsi kopi di
indonesia sebesar 5 juta kantong pada periode 2020/2021. Lebih lanjut, konsumsi kopi di indonesia
menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Konsumsi kopi di Indonesia menduduki peringkat kelima
setelah Jepang.

Berdasarkan data di atas, minat pasar terhadap kopi sangat besar dan memiliki tren
pertumbuhan yang positif. Kondisi tren sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Bisnis F&B sehingga
peluang untuk mendapatkan keuntungan dari investasi bisnis ini cukup tinggi dan masi berpotensi untuk
tumbuh lebih besar lagi. Akan tetapi dibutuhkan strategi khusus untuk menarik minat pelanggan. Hal ini
dikarenakan tren yang positif ini tentu akan mengundang investor-investor lain akan mencoba masuk
kedalam persaingan bisnis yang sejenis.

Potensi
Omset harian

- Kedai kopi dengan peluang strategi yang memumpuni dapat diprediksi omset harian kedai kopi dapat
mencetak angka pendapatan rata-rata sebesar Rp1.900.000 per hari, dengan target penjualan 50 cup
kopi per hari, 10 makanan berat per porsi ( Nasi goreng, Mie Jawa, Nasi Ayam, dll), dan 20 porsi
makanan ringan (kentang goreng, gorengan, aneka sate, dll).

Potensi pendapatan bulanan

PRODUK HARGA SATUAN/HARI TOTAL TOTAL


(Rp) PRICE/DAY PRICE/BULAN
Kopi 25.000 50 1.250.000 37.500.000
Makanan berat 35.000 10 350.000 10.500.000
Makanan ringan 15.000 20 300.000 9.000.000
Total Penjualan 1.900.000 57.000.000

-Jika dihitung, selama satu bulan kedai kopi mungkin bisa mencetak laba kotor sejumlah Rp1.900.000
x 30 = Rp57.000.000.

Lama BEP

-Biaya yang dikeluarkan untuk operasi produksi bisa ditutupi oleh pendapatan dari penjualan produk
dengan waktu yang terhitung cepat. Biaya produksi yang keluarkan akan tertutup 4 bulan jika omset
harian dan pendapatan bulanan stabil.

Setelah dihitung-hitung, total Biaya Tetap kedai kopi selama satu bulan adalah Rp7.000.000 dan Biaya
Variabelnya sejumlah Rp11.500.000 sehingga Total Biaya adalah Rp7.000.000 + Rp11.500.000 =
Rp18.500.000.

Sedangkan Setoran Modal Awal kedai kopi adalah Rp150.000.000


Jika dimasukkan dalam formulasi, maka nilai BEP dalam hitungan bulanan adalah:

BEP = Rp150.000.000/(Rp57.000.000 – Rp18.500.000)

BEP = 4 bulan

Target pasar yang luas dari semua kalangan

- Seiring berjalannya waktu banyak varian baru pada minuman kopi menjadi daya tarik semua orang
dari berbagai kalangan, tak hayal bila bisnis kopi menjadi potensi yang menarik dengan target pasar
yang luas.

Proses cepat, traffic tinggi

- Proses pembuatan kopi yang tidak menghabiskan banyak waktu, dari sisi proses ini juga membuat
putaran konsumen yang membeli bisa banyak dan cepat tanpa mengorbankan service.

Infrastruktur menunjang

Sisi Menarik
 Menu yang cukup sederhana.
 Meminimalisir persaingan.
 Minat berkunjung kembali cukup tinggi.
 Mengangkat potensi pariwisata.
 Didukung program dari pemerintah setempat.
 Pelanggan yang datang tidak seorang diri.

Anda mungkin juga menyukai