Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Kebijakan Impor Beras Sebagai Ketahanan Pangan


di Indonesia

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pengantar


Ekonomi Makro

Disusun Oleh :

Az-Zahra Cahyaning Ratri Rigel Rizky Dwi Nugroho


(B11.2020.06783) (B11.2020.06761)
Aditya Nugraha Putra Anggit Haryo Caroko
(B11.2020.06736) (B11.2020.06763)
Mayada Nurhaliza Sari
(B11.2020.06839)

Dosen Pengampu :

Tito Aditya Perdana SE, ME

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN FAKULTAS

EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIAN

NUSWANTORO 2020
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang cukup besar, yang
seharusnya secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan pangan utama. Adapun
ditulisnya makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebijakan impor beras
sebagai ketahanan pangan di Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan
yaitu studi pustaka dengan pencarian data & informasi melalui jurnal artikel utama
dan literatur pendukung. Latar belakang dari penulisan ini karena Indonesia sebagai
negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani
atau bertani. Meski demikian, Indonesia tetap bergantung pada beras impor. Hal ini
disebabkan tingginya permintaan domestik dan penurunan produksi dalam negeri.
Rasio harga ekspor di luar negeri juga lebih tinggi dari harga impor yang terutang,
sehingga negara juga mendapat untung yang menguntungkan.
Permasalahan Indonesia sangat kompleks, tidak hanya dari segi produksi,
akan tetapi permasalahan atau kendala yang ada di Indonesia berkaitan dengan
ancaman saluran distribusi pada musim hujan di Indonesia. Berbeda dengan musim
kemarau, lahan kering menjadi kendala bagi petani. Sejak munculnya kebijakan
impor beras sebagai ketahanan pangan, bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan
pangan dalam negeri dan permintaan ekspor ke pasar luar negeri. Kesimpulan dari
hasil penelitian ini adalah untuk menafsirkan kebijakan yang dilakukan pemerintah
dalam impor beras. Kata kunci: impor beras, negara agraris, petani
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia masih terlalu bergantung pada barang impor, sebagian besar
bahan baku barang yang diproduksi di dalam negeri masih diimpor. Apalagi
dari segi kebutuhan pangan dalam negeri yaitu beras walaupun Indonesia
merupakan negara agraris atau penghasil beras, namun produksi beras di
Indonesia masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya
khususnya penduduk di Indonesia. sangat padat, mencapai 250 juta orang.
Bukan hanya karena masalah penduduk, perubahan cuaca yang tidak
menentu juga menjadi faktor penurunan produksi padi, seperti kemarau terus
menerus yang mengakibatkan lahan kering.Alih fungsi lahan pertanian menjadi
pembangunan infrastruktur perkotaan, seperti pelabuhan, bandara, gedung, dan
lain-lain juga menjadi faktor pengurangan produksi karena lahan terbatas.
Oleh karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan impor beras sebagai
ketahanan pangan di Indonesia, karena kegiatan impor tersebut dinilai sebagai
salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia..

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Indonesia mengimpor beras dari negara lain?
2. Apakah validitas data produksi beras dari kementerian pertanian tepat?
3. Bagaimana langkah indonesia untuk mengatasi ketergantungan impor
beras?

C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Pengantar Ekonomi
Makro.
2. Mengetahui alasan Indonesia mengimpor beras dari negara lain.
3. Menganalisis data produksi beras dari kementerian pertanian.
4. Dan memaparkan langkah-langkah Indonesia dalam mengatasi
ketergantungan impor beras.
LANDASAN TEORITIS

Di dalam kamus politik yang ditulis oleh Marbun (2007) dikatakan


bahwa: “Kebijakan merupakan rangkaian konsep serta asas yang menjadi garis
besar dan juga dasar rencana dalam pelaksanaan satu pekerjaan, kepemimpinan
dalam pemerintahan atau juga organisasi pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip
atau juga maksud sebagai garis pedoman dalam mencapai sasaran.” Secara
umum kebijakan merupakan aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi yang memiliki sifat mengikat anggota yang terkait dengan
organisasi tersebut, yang bisa mengatur perilaku dengan tujuan menciptakan
tatanilai baru didalam masyarakat.

Menurut Andi Susilo (2013:135) Impor adalah kegiatan


memasukanbarang dari suatu Negara kedalam wilayah pabean.Hal ini berarti
melibatkan 2 negara dalam hal ini biasa diwakili oleh kepentingan 2
perusahaan antar dua Negara tersebut yang berbeda dan pastinya juga
peraturan serta perundang_undangan yang berbeda pula.

Menurut Wikipedia Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah
dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea'
(bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi).

Definisi ketahanan pangan dalam UU No 18 tahun 2012 diatas


merupakan penyempurnaan dan "pengkayaan cakupan" dari definisi dalam UU
No 7 tahun 1996 yang memasukkan "perorangan" dan "sesuai keyakinan
agama" serta "budaya" bangsa. Definisi UU No 18 tahun 2012 secara
substantif sejalan dengan definisi ketahanan pangan dari FAO yang
menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai suatu kondisi dimana setiap
orang sepanjang waktu, baik fisik maupun ekonomi, memiliki akses terhadap
pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-
hari sesuai preferensinya.
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam makalah ini diklasifikasikan ke dalam
kategori metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif deskriptif
berkaitan dengan kajian budaya dan kajian interpretatif, materi yang digunakan
dalam penelitian kualitatif deskriptif sangat beragam, dapat menggunakan
semiotik,analisis naratif, serta analisis isi dan wacana. Sebagai data
pendukung, peneliti menggunakan kutipan dari Publikasi Statistik Indonesia
dalam metode penelitian..

B. Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penulisan ini dikumpulkan dengan teknik


studi literatur, melalui media cetak dan elektronik. Ini dilakukan secara online,
dengan mencari di internet.
Pencarian melalui internet dilakukan dengan menggunakan situs web
yang berfungsi sebagai mesin pencari misalnya www.google.com kemudian
memasukkan kata kunci ke dalam kolom pencarian sesuai topik penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alamat situs web yang
memiliki mesin pencari informasi, yaitu: http://www.google.com.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Alasan Indonesia Mengimpor Beras Dari Negara Lain


Indonesia merupakan Negara yang sebagian besar penduduknya
bertopang pada sector pertanian sebagai mata pencaharian. Akan tetapi,
petani Indonesia bukanlah merupakan mereka yang tingkat
kesejahteraannya tinggi. Melainkan mereka sering dirugikan oleh kebijakan
pemberasan yang dilakukan oleh pemerintah.
Permasalahan beras dan petani menjadi ironi bagi negeri ini. Karena
sudah kita ketahui bahwa Negara Indonesia merupakan Negara agraris
yang merupakan Negara penghasil beras, akan tetapi masih mengimpor
beras dari Negara lain dalam jumlah yang tidak sedikit. Pada dasarnya
alasan Indonesia mengimpor beras dari Negara lain yaitu karena produksi
beras dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
dikarenakan penduduk Indonesia jumlahnya sangat banyak yaitu mencapai
250 juta jiwa. Produksi beras lokal yang menjadi stok pemerintah terbatas,
jika stok terbatas maka harga beras tidak bisa dikendalikan. Ada supplay
dan demand, kita tidak bisa mengendalikan harga saat sisi suplainya
terbatas, maka untuk mengatasi hal tersebut pemerintah harus melakukan
impor.
Selain itu, penyebab terbatasnya pasokan beras adalah karena masalah
pengalihan lahan, perpindahan lahan dari pertanian ke kota jauh lebih cepat
dibandingkan dengan pembuatan lahan pertanian baru. Misalnya,
mengubah fungsi lahan menjadi pembangunan infrastruktur, pelabuhan,
bandara, dll.
Faktor cuaca dan hama juga mempengaruhi produktivitas impor, karena
penurunan produksi beras, cuaca yang tidak normal akibat fenomena El
Niño telah meningkatkan permintaan pangan.
Terakhir, kemampuan pemerintah yang kurang dalam menyelaraskan
langkah-langkah pembangunan sektor pertanian, terutama dalam penerapan
teknologi baru (seperti rekayasa genetika benih yang dapat dimakan), yang
membuat Indonesia semakin sulit memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri. Oleh karena itu, untuk mengatasi pembatasan tersebut, impor
menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan nasional.
2. Validitas Data Kementrian Masih Meragukan
Data produksi beras Kementerian Pertanian menunjukkan, produksi beras di
Indonesia surplus atau lebih dari kebutuhan konsumsi dalam negeri atau
domestik. Namun validitas data produksi dari Kementerian Pertanian masih
diragukan. Pasalnya, Indonesia masih membutuhkan beras impor untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Meskipun,Impor beras sendiri
biasanya diputuskan oleh Bulog dan Menteri Pertanian, dan mereka selalu
menyatakan bahwa beras yang dihasilkan masih surplus.

Pengamat pertanian, Khudori mengatakan produksi beras tidak valid karena


tidak adanya data pembanding dari instansi lain. Institusi yang menghasilkan
data dan menggunakannya adalah Kementerian Pertanian itu sendiri. “Surplus
kita besar cuma ya tadi, validitasnya diragukan. Conflict of interest-nya tinggi
sekali. Kan yang produksi data sama penggunanya sama,” ujarnya kepada
wartawan, seperti dikeutip dari Antara, Jumat (17/8).

Selain itu, akademisi ini juga kurang yakin dengan metode pendataan
kementerian. luas panen menentukan berapa banyak produksi. Dimana total
produksi diperoleh dari perkalian luas panen dan produktivitas. Menurut data
yang diperoleh dari citra satelit, luas persawahan di Indonesia hanya 7,7 juta
hektar. Data Kementerian Pertanian mengatakan berbeda. Pada akhir tahun
2016, total luas areal persawahan tercatat 12,97 juta hektar.

Ono Surono, Anggota komisi IV DPR RI menyatakan bahwa,


pemerintah sudah seharusnya memperbaiki system data yang lebih efektif dan
satu data. “Sistem pendataan yang benar perlu segera dibuat untuk menjadi
acuan bagi Kementan, Kemendag bahkan Presiden sebagai dasar bila akan
membuat kebijakan beras, harus terwujud one data yang dipakai pemerintah,”
ujarnya. Menurutnya, pemerintah wajib memperhatikan kesejahteraan petani,
“Masalah yang selama ini terjadi adalah saat HPP Gabah hanya Rp 3700,
petani pun merasa harganya sangat rendah dan sebaliknya pada saat-saat
tertentu harga beras juga naik tidak wajar. Dari sini terlihat jelas siapa yang
diuntungkan. Yaitu orang-orang yang selama ini menguasai distribusi,”
tuturnya. Ono pun mendesak perbaikan Tata Niaga Perberasan, baik dari sisi
Regulasi maupun praktik di lapangan. Terkait produksi beras dalam negeri,
untuk program cetak sawah, benih bagi petani, dan lainnya Ono menilai perlu
dievaluasi.

Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2016-2019

Negara Asal 2016 2017 2018 2019

Vietnam 535 577,0 16 599,9 767 180,9 33 133,1


108
Thailand 557 890,0 944,8 795 600,1 53 278,0

Tiongkok1 1 271,9 2 419,0 227,7 24,3


India 36 142,0 32 209,7 337 999,0 7 973,3
182
Pakistan 134 832,5 87 500,0 310 990,1 564,9
Amerika Serikat 0,0 0,0 0,0 740,9
Taiwan
Singapura
166
Myanmar 16 650,0 57 475,0 41 820,0 700,6
Lainnya 815,1 126,2 6,7 93,7
305 444
Jumlah 1 283 178,5 274,6 2 253 824,5 508,8

Vietnam 212 602,8 6 761,3 360 745,6 16 609,5


Thailand 243 131,2 60 286,9 386 533,7 38 561,5
1
Tiongkok 4 220,7 8 118,7 1 094,1 482,5
India 15 795,0 13 397,1 139 158,5 3 018,5
Pakistan 49 124,1 34 793,1 134 416,0 67 819,9
Amerika Serikat 0,0 0,0 0,0 1 229,4
Taiwan
Singapura
Myanmar 6 382,8 19 546,1 15 161,4 56 287,2
Lainnya 585,0 738,5 19,1 245,6
143 184
Jumlah 531 841,6 641,7 1 037 128,4 254,1
Catatan:
Diolah dari dokumen kepabeanan Ditjen Bea dan
Cukai (PEB dan PIB) Data dikutip dari Publikasi
Statistik Indonesia

3. Langkah Indonesia untuk Mengatasi Ketergantungan Impor Beras

Solusinya adalah dengan meningkatkan produktivitas. Peningkatan


produksi pangan dengan mendorong penyediaan benih, pupuk dan alat
pertanian.
Untuk mengurangi impor beras tidak bisa dilakukan hanya dengan
meningkatkan produksi tetapi harus mengontrol tingkat konsumsi dengan
beralih ke bahan pangan lain. Mengurangi ketergantungan pada beras memang
tidak mudah, namun terus dilakukan secara persuasif agar ketergantungan pada
beras bisa dikurangi. Pemerintah perlu mendorong masyarakat untuk
mengkonsumsi sumber pangan lain seperti sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain
sebagainya yang merupakan potensi pangan lokal di Indonesia. Jika hal ini
tidak dilakukan, kemungkinan ke depan beras impor akan selalu menjadi solusi
dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Alasan Indonesia mengimpor beras dari luar adalah karena terdapat
beberapa kendala dalam pengelolaan dan penggunaan beras di Indonesia.
Meskipun Indonesia memiliki lahan pertanian yang cukup luas, produksi
pangan khususnya beras masih belum mencukupi untuk kebutuhan dalam
negeri maupun kebutuhan luar negeri. Tanaman yang gagal panen akibat cuaca
kering dan konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi
pembangunan perkotaan menjadi masalah produksi padi. Pemerintah juga
masih kurang dalam pemanfaatan teknologi untuk kemajuan di sektor
pertanian. Namun untuk menyiasatinya, pemerintah menerapkan kebijakan
impor beras agar harga beras tidak naik karena stok terbatas dan permintaan
besar.

Validitas data produksi beras dari Kementerian Pertanian juga masih


meresahkan. Kurangnya perbandingan data dari instansi lain mengakibatkan
pendataan produksi tidak akurat. Meski data Kementerian Pertanian
menyebutkan surplus, Indonesia tetap membutuhkan beras impor.

Sehingga pemerintah perlu mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi


sumber pangan lain seperti singkong, sagu, ubi jalar, dan lain-lain. Karena jika
tidak dilakukan, kemungkinan besar Indonesia akan terus mengimpor beras
untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

B. Saran

Saran penulis adalah agar pemerintah lebih memperhatikan perkembangan


sektor pertanian khususnya dalam penerapan teknologi baru, seperti rekayasa
genetika benih yang dapat dimakan, agar ketergantungan impor beras tidak
semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Selain itu, pemerintah juga dapat
mengajak masyarakat untuk secara persuasif mengonsumsi sumber pangan lain,
seperti singkong, sagu, ubi jalar, dll.
Pemerintah juga harus hati-hati dan ketat memverifikasi pelaksanaan impor
beras agar beras impor hanya beras yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri,
dan tetap mengutamakan beras kualitas terbaik agar tetap bisa digunakan untuk
keperluan tertentu. Selain itu, pemanfaatan beras dalam negeri juga dapat
dioptimalkan untuk mendukung pengembangan pertanian padi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4211752/kenapa-ri-
harus-impor-beras diakses pada 10 Desember 2020.
https://republika.co.id/berita/pfd5vh440/alasan-pemerintah-harus-impor-beras
diakses pada 10 Desember 2020.
https://www.validnews.id/Impor-Beras-Masih-Terjadi--Validitas-Data-
Kementan diakses 10 Desember 2020.
http://www.bulog.co.id/definisi.ketahananpangan diakses pada 11 Desember
2020.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Beras diakses pada 11 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai