Dosen Pembimbing :
Winda Nurtiana, S.TP. M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 3 / 1C - S1 Akuntansi
Arief Rahmansyah (5552190082)
Fauzul Dwiki Nugraha (5552190099)
Kharima Ghaisani (5552190072)
Lindawati (5552190089)
Sabrina Suci S (5552190104)
Salsabilla Eka Putri (5552190085)
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan segala
rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun Makalah Ketahanan Pangan dengan
judul ‘Pengaruh Impor Pangan Terhadap Ketersediaan Pangan Dalam Mewujudkan
Ketahanan Pangan Di Indonesia’ ini tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Winda Nurtiana S.TP,. M.Si selaku dosen ketahanan pangan
kami yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam masalah pengaruh impor pangan
terhadap ketersediaan pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini
bisa memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama dalam hal
impor pangan terhadap ketersediaan pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan
dari para pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Impor adalah arus masuk sejumlah barang dan jasa ke pasar sebuah negara, baik
untuk keperluan konsumsi atau sebagai barang modal maupun untuk bahan baku
produksi dalam negeri. Negara importee biasanya melakukan kegiatan impor dengan
tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri, menambah pendapatan negara
karena adanya devisa dari pajak barang impor. Selain itu impor juga dimaksudkan
untuk mendorong berkembangnya kegiatan industry dalam negeri. Kegiata impor
inilah yang nantinya membentuk dasar dari perdagangan internasional bersama dengan
kegiatan ekspor.
Dalam konteks pertanian umum, Indonesia memang memiliki potensi yang luar
biasa. Kelapa sawit, karet, dan coklat produksi Indonesia mulai bergerak menguasai
pasar dunia. Namun, meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan
di dunia, hampir setiap tahun Indonesia selalu menghadapi persoalan berulang dengan
produksi pangan terutama beras. Akibatnya Indonesia masih harus mengimpor beras
dari Negara penghasil pangan lain seperti Thailand.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Impor pangan hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri
tidak mencukupi dan atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri, dan impor pangan
pokok hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri dan cadangan
pangan nasional tidak mencukupi. Dengan kata lain, impor pangan dapat dilakukan
apabila ketersediaan pangan dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Tujuan paling utama dari kegiatan impor adalah memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Aktivitas ekspor dan impor merupakan salah satu wujud dari inter-konektivitas
setiap negara. Tidak ada negara yang mampu hidup mandiri. Dalam memenuhi
5
kebutuhannya, setidaknya pasti terdapat satu hal yang membuat negara tersebut harus
membangun hubungan baik dengan negara lainnya. Salah satunya, dalam aktivitas
perekonomian ini.
Manfaat lain dari kegiatan impor itu sendiri adalah memungkinkan suatu negara
untuk memperoleh bahan baku, barang dan jasa suatu produk yang jumlahnya terbatas
di dalam negeri ataupun yang tidak bisa dihasilkan di dalam negeri. Hal ini secara tidak
langsung mendukung stabilitas negara.
Pembeli barang dan jasa ini disebut sebuah "importir" yang berbasis di negara
impor sedangkan penjual berbasis luar negeri disebut sebagai "eksportir". Dengan
demikian, impor merupakan setiap yang legal (misalnya komoditas ) atau layanan yang
dibawa dari satu negara ke negara lain dengan cara yang sah, biasanya untuk digunakan
dalam perdagangan . Impor yang legal dibawa dari negara lain untuk dijual. Impor
barang atau jasa yang disediakan untuk konsumen dalam negeri oleh perusahaan asing
produsen. Impor di negara penerima adalah ekspor ke negara pengirim.
Dalam konteks pertanian umum, Indonesia memang memiliki potensi yang luar
biasa. Kelapa sawit, karet, dan coklat produksi Indonesia mulai bergerak menguasai
pasar dunia. Namun, meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan
di dunia, hampir setiap tahun Indonesia selalu menghadapi persoalan berulang dengan
produksi pangan terutama beras. Akibatnya Indonesia masih harus mengimpor beras
dari Negara penghasil pangan lain.
6
Berikut data impor beras 5 tahun terakhir berdasarkan negara asal.
Negara 2014 2015 2016 2017 2018
Asal
Berat bersih : ton
Vietnam 306.418,1 509.374,2 557.890,0 16.599,9 767.180,9
Thailand 366.203,5 126.745,7 535.577,0 108.944,8 795.600,1
Tiongkok 1.416,7 479,9 134.832,5 2.419,0 227,7
India 90.653,8 34.167,5 36.142,0 32.209,7 337.999,0
Pakistan 61.715,0 180.099,5 1.271,9 87.500,0 310.990,1
Amerika 1.078,6 0,0 0,1 0,0 0,0
Serikat
Taiwan 840,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Lainnya 15.838,0 10.374,2 17.465,1 57.601,3 41.286,7
Jumlah 844.163,7 861.601,0 1.283.178,5 305.274,6 2.253.824,5
Catatan: Berdasarkan Keppres No.12/2014 tentang penggunaan kata Tiongkok untuk menggantikan kata Cina
Sejak Tahun 2008 Termasuk Kawasan Berikat
Diolah dari dokumen kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai (PEB dan PIB)
Data dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia
1. Tarif
Penetapam tarif bea masuk impor didasarkan pada Undang-Undang
10/1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
17/2006. Selanjutnya, pelaksanaan pemungutan atau penetapan tarif bea masuk
diatur oleh Menteri melaluipenerbitan Peraturan Menteri Keuangan. Pengaturan
secara teknis dan operasional.
Tarif adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor.
Tarif spesifik (Specific Tariffs) dikenakan sebagai beban tetap atas unit barang
yang diimpor. Misalnya $6 untuk setiap barel minyak). Tarifold Valorem (od
Valorem Tariffs) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase tertentu
dari nilai barang-barang yang diimpor (Misalnya, tariff 25 persen atas mobil yang
7
diimpor). Dalam kedua kasus dampak tarif akan meningkatkan biaya pengiriman
barang ke suatu negara.
Salah satu sumber penerimaan Negara berasal dari sektor perpajakan. Pajak
berfungsi sebagai: 1) Sumber penerimaan negara fungsi budget, yaitu sumber dana
untuk membiayai berbagai pengeluaran negara; dan 2) Alat pengaturan
(regulerend), yaitu alat untuk melakukan pengawasan atau melaksanakan
kebijakan pemerintah di bidang sosial dan ekonomi (Sondakh; 2019: 419-426).
Dengan sistem perpajakan, pemerintah dapat mendorong atau mengurangi barang-
barang produksi tertentu. Selain itu, mekanisme perpajakan juga dapat diterapkan
untuk mendorong atau mengurangi barang-barang konsumsi tertentu (Fuad, dkk;
2004: h.125).
Salah satu sumber penerimaan perpajakan dalam APBN berasal dari bea
Masuk (Asmorowati; 2019: 521-530). Undang-Undang 17/2006 mendefinisikan
bea masuk sebagai pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang yang
diimpor. Timbulnya kewajiban pembayaran bea masuk ketika barang impor
masuk ke dalam daerah pabean seluruh wilayah Republik Indonesia.
2. Pembatasan Impor
Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas
jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan
memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan.
Misalnya, Amerika Serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan-perusahaan
dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing yang diberikan
jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tak boleh melebihi jumlah
maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan
didasarkan pada jumlah keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya.
8
harganya relatif lebih murah dan permintaan beras impor beras menurun.
Banyaknya permintaan konsumsi beras ini mendorong produsen untuk
meningkatkan produksi beras. Keputusan Pemerintah untuk meningkatkan Bea
masuk beras mampu meningkatkan surplus produsen yang nantinya memberikan
insentif bagi petani untuk meningkatkan produksinya dan kesejahteraan produsen
semakin meningkat (Widyawati, dkk; 2019: 125-134)
3. Pengendalian Pemerintah
Pembelian-pembelian oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang
diatur secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam
negeri meskipun barang-barang tersebut lebih mahal daripada yang diimpor.
Contoh yang klasik adalah industri telekomunikasi Eropa. Negara-negara
mensyaratkan eropa pada dasarnya bebas berdagang satu sama lain. Namun
pembeli-pembeli utama dari peralatan telekomunikasi adalah perusahaan-
perusahaan telepon dan di Eropa perusahaan-perusahaan ini hingga kini dimiliki
pemerintah, pemasok domestic meskipun jika para pemasok tersebut mengenakan
harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemasok-pemasok lain. Akibatnya
adalah hanya sedikit perdagangan peralatan komunikasi di Eropa.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dari dulu hingga
sekarang masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagai petani
atau bercocok tanam. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan
kemampuan seseorang untuk mengaksesnya.
Ketersediaan pangan memiliki dua sisi, yaitu: sisi pasokan pangan dan sisi
kebutuhan pangan penduduk. Pada sisi pasokan, ketersediaan pangan terkait dengan
kapasitas produksi dan perdagangan (impor/ekspor) pangan. Tergantung pada
kapasitas produksi yang dimilikinya, sumber pasokan pangan suatu negara dapat
bersumber dari roduksi domestik, impor atau kombinasi produksi domestik dan impor.
Kapasitas produksi pangan merupakan fungsi gabungan serangkaian faktor, meliputi:
luas lahan, agroklimat, infrastruktur, dan teknologi.
9
Semakin besar kapasitas produksi pangan yang dimiliki semakin kecil
ketergantungannya pada sumber impor atau bahkan tidak bergantung sama sekali
(Swasembada). Kondisi ideal terjadi pada negara yang memiliki kapasitas produksi
yang memadai kebutuhan seluruh penduduknya dan juga memiliki ketahanan pangan
yang mantap, seperti di Amerika Serikat, Australia dan Brunei. Namun, tidaklah berarti
bahwa sebuah negara dengan kapasitas produksi pangan cukup akan otomatis juga
memiliki ketahanan pangan yang mantap, seperti di Indonesia, Philipina dan Myanmar.
Ini dimungkinkan karena negara dimaksud masih memiliki kelemahan pada aspek-
aspek ketahanan pangan selain ketersediaan pangan.
10
impor dilakukan karena cadangan beras menipis. Fakta lainnya, kebijakan impor
diambil untuk menjaga stabilitas harga pangan, khususnya bahan pangan pokok seperti;
beras, gula, garam dan lain-lain.
(Enggartiasto Lukito 2018)
11
3. Alih Teknologi
12
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan impor ini adalah :
Impor secara perlahan membuat pangan Indonesia sangat rentan pada faktor
ekternal atau dengan kata lain indonesia makin tidak berdaulat (Timy NN, 2019)
Akibatnya neraca transaksi berjalan tahun 2018 defisit sangat besar yakni
mencapai USD 30 miliar. Padahal jaman dulu Indonesia mengalami surplus
perdagangan yang besar.
13
Berikut data yang menunjukan neraca perdagangan selama beberapa tahun terakhir:
3. Merugikan Petani
14
BAB III
KESIMPULAN
Impor adalah arus masuk sejumlah barang dan jasa ke pasar sebuah negara, baik
untuk keperluan konsumsi atau sebagai barang modal maupun untuk bahan baku
produksi dalam negeri. Impor pangan dalam keterkaitannya dengan ketahanan pangan
adalah dengan secara langsung menaikan tingkat ketersediaan yang menjadi salah satu
pilar dari ketahanan pangan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zaenal. 2015 “Dampak Kebijakan Impor Beras dan Ketahanan
Pangan Dalam Perspektif Kesejahteraan Sosial”. Kementerian Keuangan,
Gedung Notohamiprodjo lantai 8, Jl. Wahidin 1, Jakarta Pusat
Horridge Mark, Glyn Wittwer dan Kodrat Wibowo. 2006 “Dampak Dari Kebijakan
Impor Beras Nasional Terhadap Perekonomian Jawa Barat : Simulasi
Menggunakan Model CGE Indoterm” dalam Sosiohumaniora, Vol. 8, No. 3,
November 2006 : 224 – 239. Universitas Padjajaran, Jawa Barat
16