Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KRITIS DAN OPINI ILMIAH

Ahmad Yaumul Mazid 180501106


VI/C

A. Artikel Media Inonesia dengan Judul “Gaduh Karena Berbeda Pakem”

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan bahwa pemerintah


membuka keran impor beras sebanyak 1 juta ton tahun 2021. Hal ini
mengakibatkan beragam polemic dalam negeri. Alansan kementerian perdagangan
akan melakukan impor beras adalah karena melihat iron stock yang ada di gudang
Bulog kurang. Keputusan kementerian Perdagangan ini tentu mengundang
perhatian public, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju dengan berbagai
alasan yang mereka paparkan.

Media Indonesia menerbitkan sebuah artikel dengan judul Gaduh karena


Berbeda Pakem. Dalam artikel tersebut terdapat 2 pandangan terkait dengan
impor beras, yaitu dari Kementerian Perdagangan yang akan melakukan impor
beras karena stock yang kurang dan dari Bulog sendiri yang mengatakan bahwa
stock beras aman dan tidak perlu impor.

Melihat antar lembaga negara yang saling sikut terkait urusan impor ini,
penulis sebagai warga negara biasa merasa bingung dengan para pejabat yang
duduk di jabatan mereka. Karena hal ini tidak elok dilihat dan menimbulkan rasa
ragu kepada pemangku jabatan.

Untuk itu penulis akan memberikan analisa dan opini penulis terkait artikel yang
diterbitkan Media Indonesia dengan judul Gaduh Karena Berbeda Pakem.

1. Miskomunikasi dan miskordinasi antar lembaga negara.


Jika teradapat selisih faham terhadap sebuah keputusan diantara lembaga
negara pasti ada miskomunikasi dan miskordinasi antar lembaga negara
tersebut. Kementerian Perdagangan yang bertugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perdagangan dan Perusahaan Umum Badan Urusan
Logistik (Perum Bulog) yang sebagai lembaga pangan di Indonesia yang
bertugas menjaga harga pangan dan mengelola stok pangan harusnya saling
berkordinasi terkait impor beras yang bertujuan untuk mengelola stok beras.
Dengan saling sikutnya antar lembaga terkait dengan impor beras maka
tentu hal itu menandakan kurangnya kordinasi antar lembaga atau bisa
dikatakan dengan kerenggangan hubungan antar lembaga. Jika hal ini terjadi
yang menjadi korban tentu masyarakat biasa karena keputusan yang diambil
menjadi tidak tepat.
2. Komunikasi Publik Yang Buruk
Kementerian Perdagangan sebagai lembaga negara yang berada langsung
dibawah presiden yang membuat public gaduh terkait dengan keputusan
impor beras ini menandakan bahwa komunikasi publiknya buruk. Seharusnya
yang dilakukan kementerian perdagangan adalah mensosialisasikan terlebih
dahulu sebab akibat dari impor beras ini dan hal ini tentu harus berkordinasi
dengan lembaga negara terkait. Jika ini tidak dilakukan maka yang terjadi
adalah seperti yang kita lihat sekarang ini, yaitu terjadinya kegaduhan antar
lembaga negara dan kegaduhan di public.
Setelah semua gaduh, akhirnya Presiden keluar untuk mengkonfirmasikan
bahwa wacana impor beras tersebut untuk berjaga ditengah pandemic dan
beras itu belum masuk di Indonesia.
3. Gagalnya Pemerintah Dalam Swasembada Pangan
Jika pemerintah sendiri yang mencanangkan untuk mengimpor berarti itu
adalah sebuah bukti dan pengakuan dari pemerintah bahwa pemerintah dalam
swasembada pangan. Berdasarkan data BPS bahwa Indonesia masih Impor
beras hingga tahun ini. Bukan hanya beras yang menjadi produk impor
Indonesia, produk lainnya adalah garam, kedelai, jagung, singkong, dan
banyak lagi lainnya.
Aneh saja Indonesia yang katanya lempar kayu bisa jadi tanaman saking
suburnya akan tetapi masih saja impor. Proklamator Ir. Soekarno pernah
mengatakan jangan main-main dengan pangan karena ini menyangkut nyawa
rakyat.
4. Kurangnya Perhatian Pemerintah Terhadap Petani, peternak dan Nelayan
Untuk mencapai swasembada pangan hal yang harus dilakukan adalah
memperhatikan petani,peternak dan nelayan. Jika diperhatikan maka dapat
meningkatkan produksinya. Akan tetapi jika impor terus menerus dilakukan
maka petani, peternak dan nelayan akan nyungsep karena harga akan
menjadi turun.
Contoh saja petani garam yang kesejahteraannya rendah karena rendahnya
harga garam disebabkan karena Indonesia diserbu garam impor.

Berdasarkan analisis dan opini penulis diatas maka penulis menyimpulkan


bahwa jika pemerintah ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelas bawah
maka yang harus dilakukan adalah perhatiannya harus diperbanyak terhadap
pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan mereka. Dengan begitu pembangunan
ekonomi akan meningkat pesat.

B. Artikel Bisnis Indonesia Dengan Judul “Pembiayaan Berlomba Pacu Piutang.


Perkembangan industry saat ini mengedepankan kecepatan dan akses berbasis
digital atau digitalisasi. Digitalisasi adalah tantangan yang mesti dihadapi
perusahaan pembiayaan dikarenakan perusahaan harus mengikuti kebiasaan
konsumen. Kebiasaan konsumen saat ini adalah melakukan segala aktivitas
transaksinya dilakukan secara digital. Perusahaan pembiayaan yang menggunakan
digital dala operasionalnya tentu lebih dipilih oleh konsumen karena tidak perlu
repot-repot ke kantor untuk meminjam uang dan membayar angsuran. Untuk itu,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong inisiatif digital melalui peraturan OJK
No. 4/01.
Digitalisasi bukan hanya untuk menarik konsumen, fungsi lainnya adalah
menghemat anggaran operasional dan meningkatkan kualitas pekerjaan karyawan
karena lebih cepat dan efisien.
Jika semua perusahaan pembiayaan dan perusahaan lainnya menggunakan
digital dalam operasionalnya tentu hal ini akan berdampak terhadap pembangunan
Indonesia. Dikarenakan masyarakat menjadi tertantang juga dalam digitalisasi
aktivitas transaksinya, dengan begitu lebih cepat dan efisien.
Akan tetapi dampak negative dari digitalisasi ini adalah pengurangan tenaga
kerja di perusahaan. Pekerjaan yang dulunya dilakukan oleh karyawan perusahaan
karena digitalisasi digantikan oleh mesin yang otomatis, tentu ini menjadi
tantangan pemerintah bagaimana cara menghadapi hal ini.
Perusahaan pembiayaan sangat membantu pemerintah dalam membangun
perekonomian, karena perusahaan pembiayaan memberikan pinjaman kepada
masyarakat untuk menjalankan usaha dan untuk kebutuhan hidupnya. Akan tetapi
tingginya bunga menjadi masalah yang masih dialami masyarakat.
Semoga dengan digitalisasi ini masyarakat menjadi sadar pentingnya
pendidikan dan pengetahuan, dengan begitu dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai