Anda di halaman 1dari 6

POLICY BRIEF

ALJABAR.AN | E011191053 | ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Email: aljabar334455@gmail.com

Polemik Kebijakan Impor Beras

RINGKASAN

 Pemerintah berencana melakukan impor beras sebanyak satu juta ton untuk
menjaga kelancaran pasokan dan kestabilan harga beras di pasaran.
Kebijakan impor beras ini dipandang perlu oleh pemerintah utamanya untuk
menjamin ketersediaan beras di tengah masa pandemi yang menimbulkan
kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan
 Pemerintah akan mengimpor beras dari Thailand melalui kesepakatan kerja
sama yang dituangkan dalam 19 Vol. XIII, No.6/II/Puslit/Maret/2021
Memorandum of Understanding (MoU).
 Keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras di tahun 2021
mengundang polemik di masyarakat. Banyak kalangan terutama petani yang
menentang kebijakan impor beras ini, terlebih momentumnya sangat tidak
tepat.
 Kementerian Pertanian memastikan stok beras dalam posisi aman.
POLICY BRIEF
ALJABAR.AN | E011191053 | ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Email: aljabar334455@gmail.com

Indonesia berpeluang menikmati surplus sepanjang tahun seiring


berlanjutnya panen raya di sejumlah daerah dan stok di Perum Bulog yang
terjaga.
 Namun, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian di Kementerian
Koordinator bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, menyatakan
bahwa surplus produksi beras hanya berada di 6-7 provinsi yang memang
merupakan sentra produksi sehingga masih banyak provinsi yang defisit
beras, belum lagi wilayah di pulau pulau.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan daerah yang memiliki potensi yang sangat baik pada
sektor pertanian, sehingga Indonesia di tingkat internasional merupakan salah satu
produsen sekaligus konsumen beras terbesar dunia di bawah Cina. Kondisi
tersebut menuntut kreativitas dari masyarakat Indonesia untuk berkreasi supaya
produksi padi Indonesia menjadi meningkat atau minimal stabil. Dengan
kestabilan produksi, Indonesia dapat menjaga ketahanan pangan nasional. padi
mempunyai nilai historis yang tinggi dan sejak lama menjadi makanan pokok
utama bagi Indonesia. Pemerintah berencana melakukan impor beras sebanyak
satu juta ton untuk menjaga kelancaran pasokan dan kestabilan harga beras di
pasaran. Kebijakan impor beras ini dipandang perlu oleh pemerintah utamanya
untuk menjamin ketersediaan beras di tengah masa pandemi yang menimbulkan
kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan. Sebagaimana peringatan dari Food
and Agriculture Organization (FAO), bahwa potensi terjadinya krisis pangan
akibat situasi pandemi cukup besar yang di antaranya disebabkan oleh terbatasnya
tenaga kerja di sektor pertanian dan terganggunya rantai pasok pangan.
Selain sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya krisis
pangan, kebijakan impor beras juga dilakukan untuk menjamin ketersediaan stok
beras nasional sepanjang tahun 2021, agar tidak menimbulkan gejolak sosial dan
politik, sekaligus dapat mendorong kinerja perekonomian nasional (Kompas, 13
Maret 2021). Pemerintah akan mengimpor beras dari Thailand melalui
kesepakatan kerja sama yang dituangkan dalam 19 Vol. XIII,
No.6/II/Puslit/Maret/2021 Memorandum of Understanding (MoU). MoU ini akan
mengakomodasi penjualan beras dari Thailand ke Indonesia sebanyak satu juta
ton dalam setahun untuk jangka waktu empat tahun. Namun kesepakatan ini juga
akan mempertimbangkan faktor tingkat produksi di kedua negara dan harga beras
dunia sehingga belum tentu juga impor beras akan terlaksana. Beras sebagai
makanan pokok masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan petani
perlu adanya kenaikan harga beras, namun jika harga beras tinggi penduduk
miskin akan meningkat. Keunikan yang lain meskipun pemerintah telah
menaikkan harga dasar penjualan padi tetap saja petani akan miskin. Kajian lain
yang dilakukan Bank Dunia (2004) menyimpulkan bahwa kenaikan harga beras
hingga 33% telah menyebabkan kenaikan angka kemiskinan sebanyak 3,1 juta
orang. Kesimpulan ini berarti setiap kali ada 3 kenaikan harga beras akan terjadi
pertambahan penduduk miskin. Sebaliknya, penurunan harga beras akan
menurunkan angka kemiskinan, tetapi akan meningkatkan kemiskinan pada
kelompok pertanian.

1. Ketersediaan Produksi beras di Indonesia


POLICY BRIEF
ALJABAR.AN | E011191053 | ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Email: aljabar334455@gmail.com

Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan


Negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika
mengkonsumsi beras dalam jumlah Analisis Produksi yang jauh lebih kecil
daripada negara Asia. Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi
beras dalam negeri karena itu kita masih selalu mengimpor beras. Dengan
memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyak para
investor. Namun demikian, di lain pihak, harga beras sangat ditentukan
pemerintah dan tidak dinamis seperti halnya tanaman hortikultur atau perkebunan
sehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras
dan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak
banyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian.
Peningkatan produksi padi masih merupakan prioritas dalam mendukung program
ketahanan pangan dan agribisnis. Produksi padi terus dipacu untuk memenuhi
kebutuhan pangan yang terus meningkat. Namun demikian, segala upaya untuk
meningkatkan produksi selalu mendapat gangguan, antara lain berupa kekeringan,
banjir, serangan hama, dan penyakit. Penggunaan pupuk secara rasional dan
berimbang merupakan faktor kunci dalam peningkatan produksi padi. Sedangkan
rekomendasi pupuk yang berlaku saat ini masih bersifat umum dan belum
mempertimbangkan kandungan atau status hara tanah sehingga penggunaan
pupuk tidak efisien.

Kementerian Pertanian memastikan stok beras dalam posisi aman.


Indonesia berpeluang menikmati surplus sepanjang tahun seiring berlanjutnya
panen raya di sejumlah daerah dan stok di Perum Bulog yang terjaga. Merujuk
data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Pertanian, produksi beras
pada Juni 2021 mencapai 2,59 juta ton, dengan tambahan stok total, ketersediaan
beras mencapai 10,6 juta ton pada akhir Juni 2021. Di samping itu, kondisi stok
pada akhir 2020 mencapai 7,3 juta ton. Produksi dalam negeri diperkirakan
mencapai 30,8 juta ton, serta perkiraan kebutuhan mencapai 29,6 juta ton. Dengan
demikian ada potensi surplus 8,5 juta ton. Kondisi ketersediaan beras nasional
juga digambarkan oleh BPS bahwasanya produksi padi pada 2021 diperkirakan
sebesar 55,27 ton GKG, mengalami kenaikan sebanyak 620,42 ribu ton atau 1,14
persen dibandingkan produksi padi di 2020 yang sebesar 10,66 juta hektar.

2. polemik dan dampak kebijakan impor beras

Keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras di tahun 2021


mengundang polemik di masyarakat. Banyak kalangan terutama petani yang
menentang kebijakan impor beras ini, terlebih momentumnya sangat tidak tepat.
Pemerintah mewacanakan dan memutuskan untuk melakukan impor beras di saat
para petani sedang menikmati panen raya, walaupun realisasinya baru akan
dilakukan setelah masa panen raya selesai. Sementara itu, produksi beras nasional
pada tahun ini diperkirakan akan meningkat dari tahun sebelumnya di mana pada
tahun lalu tidak dilakukan impor sehingga kebijakan melakukan impor beras
menjadi pertanyaan besar. Namun pemerintah mengemukakan, kebijakan impor
beras memang sangat diperlukan, dengan berbagai alasan yang mendasarinya.
Pertama, seperti telah dijelaskan sebelumnya, kebijakan impor beras ini dilakukan
POLICY BRIEF
ALJABAR.AN | E011191053 | ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Email: aljabar334455@gmail.com

untuk memenuhi kebutuhan stok beras dalam negeri, sebagai upaya menjaga
kelancaran pasokan dan kestabilan harga, serta mengantisipasi potensi terjadinya
krisis pangan sebagai akibat situasi pandemi. Kedua, produksi beras di tiap
provinsi tidak merata sehingga memunculkan daerah yang surplus dan defisit
beras.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian di Kementerian


Koordinator bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, menyatakan bahwa
surplus produksi beras hanya berada di 6-7 provinsi yang memang merupakan
sentra produksi sehingga masih banyak provinsi yang defisit beras, belum lagi
wilayah di pulaupulau. Dengan ketersediaan stok beras yang cukup maka Perum
Bulog dapat menyalurkan beras ke provinsi atau wilayah-wilayah yang defisit
tersebut. Di sisi lain Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengemukakan
bahwa tren produksi beras dalam dua tahun terakhir memang terus meningkat dan
Badan Pusat Statistik (BPS) juga memperkirakan produksi beras tahun ini akan
meningkat. Namun mengingat tingkat curah hujan yang tinggi di beberapa daerah
belakangan ini, produksi beras pada tahun ini belum dapat dipastikan apakah
meningkat atau menurun. Oleh karena itu, pemerintah perlu menambah
ketersediaan cadangan beras untuk memastikan kelancaran pasokan yang
pemenuhannya dilakukan melalui impor. Pemerintah juga menjamin bahwa beras
impor tersebut nantinya hanya akan disalurkan untuk kebutuhan mendesak seperti
bantuan sosial dan operasi pasar untuk menjaga kestabilan harga. Sementara
terkait kesenjangan produksi beras antarprovinsi di mana ada provinsi yang
surplus dan defisit. Bagi para petani, keputusan untuk melakukan kebijakan impor
beras di masa panen raya benar-benar memukul mereka karena langsung
berdampak pada semakin merosotnya harga gabah kering panen (GKP) di
pasaran, karena di masa panen, harga GKP biasanya akan menurun karena
melimpahnya suplai. Padahal, sektor pertanian adalah salah satu sektor yang
tumbuh positif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa pandemi tahun
2020 lalu. Jika petani terus merasa dirugikan atau tidak didukung oleh kebijakan-
kebijakan pemerintah maka profesi petani akan semakin ditinggalkan. Hal ini
tentunya perlu menjadi perhatian bagi pemerintah.

Kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah sebenarnya sangat bisa


dipahami. Pemerintah berupaya memperkuat ketahanan stok beras nasional
sekaligus mengantisipasi kurangnya pasokan dan lonjakan harga beras akibat
“permainan” spekulan. Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk mendapatkan
keistimewaan melalui MoU ekspor impor beras agar menjadi prioritas oleh negara
pengimpor seandainya memerlukan tambahan stok beras melalui pengadaan luar
negeri. Namun kebijakan impor beras memiliki dampak yang kurang baik bagi
sektor pertanian dalam negeri, khususnya bagi para petani. Ketika Pemerintah
mulai mewacanakan kebijakan ini, harga gabah di pasaran langsung tertekan dan
sangat merugikan petani, walaupun pada akhirnya belum tentu juga kebijakan ini
direalisasikan.

3. Rekomendasi Kebijakan

 Sebaiknya pemerintah menunggu sampai dengan pertengahan tahun


sebelum memutuskan akan impor sebagai opsional, dengan berdasarkan
POLICY BRIEF
ALJABAR.AN | E011191053 | ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Email: aljabar334455@gmail.com

indikator-indikator yang mulai tampak. Perum Bulog sendiri sebenarnya


tidak terlalu setuju jika langkah pemerintah untuk memenuhi ketersediaan
stok beras langsung berfokus pada impor. Kebijakan pemerintah untuk
melakukan impor beras sebaiknya dikaji ulang. Salah satunya adalah
timing yang tidak tepat, yaitu diputuskan pada awal tahun. dimana belum
dapat diketahui apakah produksi beras nasional dapat memenuhi
kebutuhan stok beras atau tidak.
 Memprioritaskan penyerapan beras produksi dalam negeri terlebih dahulu
sebelum melakukan impor satu juta ton beras. Target penyerapannya
dalam tiga bulan ke depan mencapai 500 ribu ton. Saat ini di masa panen
raya, Perum Bulog bersama Kementerian Pertanian masih terus melakukan
penyerapan gabah dan beras di seluruh Indonesia.
 Selain itu langkah swasembada beras juga layak di tempuh sesuai apa yang
tertera dalam rencana strategis Kementerian Pertanian yang menempatkan
beras 1 dari 5 komoditas pangan utama dengan target pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan.
POLICY BRIEF
ALJABAR.AN | E011191053 | ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK Email: aljabar334455@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA

Ishak S., Marenda. 2021. “Impor Beras dan Petani yang Terkuras”, Kompas, 13
Maret 2021, hal. 6
“Pemerintah Canangkan Impor Beras di Tengah Panen Raya, Petani: 'Itu
Menyakitkan'”, 10 Maret 2021, https://www.bbc.com/
indonesia/indonesia-56336972, diakses 16 Maret 2021

Nasuition, Dedy Darmawan. 2021. “Kementan Optimistis Pasokan Beras Aman”,


Republika, 17 Maret 2021, hal. 10..
Peningkatan, P., & Pangan, K. (n.d.). KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PENCAPAIAN SWASEMBADA BERAS PADA. Retrieved April 11, 2022,
from https://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/03/tulisan-hukum-
ketahanan-pangan.pdf

Anda mungkin juga menyukai