Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PENANGKAPAN NELAYAN ASING YANG

MELAKUKAN ILLEGAL FISHING


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh: KELOMPOK 4

Elizabeth Verum Silaban 6661210097


Devi Aulia 6661210014
Mulya Ayuningtyas Gowin 6661210058
Deanra Salsabila 6661210139
Hana Hanifah El Fitria 6661210140

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
Kasus Illegal Fishing
Sebagai negara berkembang dengan populasi penduduk yang besar ditambah dengan struk-
tur geografis yang dikelilingi oleh laut maka laut menjadi tumpuan sebagian besar penduduk
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama di daerah pesisir, seperti nelayan. Nelayan
adalah kelompok masyarakat yang bermukim di kawasan pantai umumnya menggan- tungkan
sumber kehidupan dan sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, bagi negara kepulauan seperti
indonesia, laut memiliki posisi yang strategis dan potensi yang luar biasa, di mana perairan
indonesia adalah laut tenitorial baik perairan kepulauan maupun perairan penclalaman. Kemudian
laut Indonesia juga sebagai perairan laut Zona Ekonomi Ekskulsif (ZEE), sesuai pengumuman
Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 31 Maret 1980, yang merupakan jaminan masa depan
bangsa.
Saat ini sangat marak terjadi penangkapan ikan secara illegal (illegal fishing) di wilayah
perairan Indonesia dilakukan oleh nelayan lokal dan asing. Tidak sedikit kasus penangkapan
nelayan-nelayan “nakal” dan luar negeri yang sengaja masuk ke kawasan perairan Indonesia untuk
mengambil ikan maupun kekayaan laut lainnya.
Menurut UU Perikanan bahwa pencurian ikan (illegal fishing) adalah pencunian yang
dilakukan karena menangkap ikan tanpa SIUP dan SIPI, menggunakan bahan peledak, bahan
beracun, bahan berbahaya yang mengakibatkan kerusakan dan kepunahan sumber daya ikan.
Tindakan illegal fishing tenjadi hampir di seluruh belahan dunia. Illegal fishing merupakan
kejahatan perikanan yang sudah teroganisasi secara matang, mulai di tingkat nasional sampai
internasional.
Penegakan hukum terhadap tindakan mi dinilai masih kurang memadai dikarenakan
keterbatasan sarana dan prasarana. Meskipun demikian, pemermntah berupaya meminimalisir
tindak pindana di bidang perikanan dengan melakukan deregulasi terhadap Undang- Undang
Nomor 9 Tahun 1985 di- ganti dengan Undang-Undan Nomor 31 Tahun 2004 tentang Pe- rikanan
selanjutnya diubah dengan Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 mengamanatkan agar tindak pidana dibidang perikanan
diselesaikan melalui jalur Pengadilan Penikanan. Masih banyak tindak pidana perikanan
diselesaikan di Pengadilan Umum kanena penyidik dan jaksa masih menerapkan Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP), seharusnya berlaku asas lex spesialis derogat lex generalis.
Illegal fishing sangat merugikan negara maupun nelayan tradisional. Nelayan tradisional
yang merupakan masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat pesisir terse but juga terkena imbas
dan pencurian ikan. Selain itu, masyarakat lain yang menjadi konsumen juga ikut dirugikan karena
tidak bisa menik mati hasil Iaut di negeri sendiri.
Penyebab terjadinya kegiatan illegal fishing di perairan Indonesia, antara lain disebabkan oleh
1. Terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan
2. Terbatasnya dana untuk operasional pengawasan
3. Terbatasnya tenaga polisi perikanan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
4. Masih terbatasnya kemampuan nelayan Indonesia dalam memanfaatkan potensi perikanan
di perairan Indonesia, terutama ZEE
5. Kebutuhan sumber bahan baku di negara pelaku, illegal fishing sudah menipis akibat
praktik industrialisasi kapal penangkapnya sehingga daya tumbuh ikan tidak sebanding
dengan jumlah yang ditangkap, dan sebagai akibatnya, mereka melakukan ekspansi hingga
ke wilayah Indonesia
6. Kemampuan memantau setiap gerak kapal patroli pengawasan di laut dapat diketahui oleh
kapal ikan asing karena alat komunikasi yang canggih, sehingga hasil operasi tidak
optimal.

Solusi Dalam Kasus Illegal Fishing


Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi pencurian hasil kekayaan laut
adalah:
1. Menenggelamkan kapal yang tertangkap mencuri ikan.
Penenggelaman kapal ini merupakan bentuk tindakan khusus yang dapat dilakukan oleh
kapal pengawas perikanan Indonesia. Kewenangan ini tertuang dalam Pasal 69 UU Nomor
45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Dalam pasal tersebut, kapal pengawas perikanan dapat menghentikan, memeriksa,
membawa, dan menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran di
wilayah pengelolaan perikanan Indonesia ke pelabuhan terdekat untuk pemrosesan lebih
lanjut. Penyidik atau pengawas perikanan pun dapat melakukan tindakan khusus berupa
pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan
bukti permulaan yang cukup.
2. Pemidanaan melalui sanksi pidana berupa denda dan penjara bagi pelaku illegal fishing.
Dalam Pasal 93, Pasal 94 dan Pasal 94A UU Nomor 45 Tahun 2009 dan UU Nomor 31 Tahun
2004, setiap orang yang melakukan pengangkutan atau penangkapan ikan tanpa dilengkapi dengan
surat izin usaha perikanan (SIUP), surat izin penangkapan ikan (SIPI), dan surat izin kapal
pengangkut ikan (SIKPI), diancam lima sampai tujuh tahun penjara dan denda sebesar Rp 1,5
miliar hingga Rp 20 miliar. Adapun bagi nahkoda yang tidak memiliki surat ijin berlayar namun
mengendarai kapal pengangkutan dan penangkapan ikan, maka diancam pidana penjara satu tahun
dengan denda Rp 200 juta
3. Memperkuat penjagaan di perairan yang berbatasan dengan negara lain, seperti perairan
Natuna Utara. Penguatan penjagaan ini dengan menambah dan memperkuat kapal patroli.
Penjagaan dilakukan oleh TNI Angkatan Laut, Badan Keamanan Laut (Bakamla) maupun
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing.
Selain menangkap nelayan asing yang melakukan pencurian di wilayah perairan Indonesia, kapal
patroli juga berfungsi untuk melindungi kapal nelayan Indonesia yang sedang beroperasi di
wilayah perbatasan.

Studi Kasus Illegal Fishing


Salah satu kasus illegal fishing yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus nelayan
Vietnam yang melakukan illegal fishing di Laut Ntuna Utara. - Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) menangkap dua kapal ikan asing pelaku illegal fishing di Laut Natuna Utara
pada Selasa (17/8/2021). Penangkapan yang bertepatan dengan perayaan HUT ke-76
Kemerdekaan RI tersebut menegaskan komitmen Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu
Trenggono dalam melindungi laut Indonesia dari praktik IUU Fishing, sebagai upaya menjaga
kedaulatan, pertumbuhan ekonomi, dan keberlanjutan ekosistem.
Laksamana Muda TNI Adin Nurawaluddin dalam konferensi pers yang dilaksanakan di
Pangkalan PSDKP Batam pada Jumat (20/8/2021) menuturkan bahwa operasi pengawasan yang
dilakukan oleh Kapal Pengawas Perikanan Hiu 11, Hiu Macan Tutul 02 dan Orca 03 mendeteksi
keberadaan dua kapal berbendera Vietnam KG 1843 TS dan KG 9138 TS yang melakukan aksi
pencurian ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 711 Laut
Natuna Utara. Kedua kapal tersebut diduga mengoperasikan alat tangkap trawl yang ditarik dengan
dua kapal (pair trawl). Pair trawl ini tentu sangat merusak karena beroperasi sampai secara aktif
dan memiliki tingkat selektif sangat rendah sehingga semua ikan bisa tertangkap baik besar
maupun kecil. Kapal dan 22 awak kapal yang berkewarganegaraan Vietnam ini sudah berada di
Pangkalan PSDKP Batam untuk proses hukum lebih lanjut. Saat proses penangkapan, satu kapal
melakukan perlawanan hingga kapalnya terbakar dan tenggelam namun awak kapal sudah berhasil
dievakuasi. Setelah melalui proses hukum pelaku illegal fishing tersebut dideportasi tidak hanya
pada kasus ini namun juga pada kasus illegal fishing yang lain.

Anda mungkin juga menyukai