0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan4 halaman
Kasus penangkapan dua kapal nelayan asing dari Vietnam yang melakukan illegal fishing di perairan Natuna Utara pada Agustus 2021. Kapal-kapal tersebut ditangkap oleh Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing setelah ditemukan menggunakan alat tangkap trawl secara berlebihan di perairan Indonesia. Awak kapal kemudian dijadikan tersangka dan proses hukum lebih lanjut.
Kasus penangkapan dua kapal nelayan asing dari Vietnam yang melakukan illegal fishing di perairan Natuna Utara pada Agustus 2021. Kapal-kapal tersebut ditangkap oleh Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing setelah ditemukan menggunakan alat tangkap trawl secara berlebihan di perairan Indonesia. Awak kapal kemudian dijadikan tersangka dan proses hukum lebih lanjut.
Kasus penangkapan dua kapal nelayan asing dari Vietnam yang melakukan illegal fishing di perairan Natuna Utara pada Agustus 2021. Kapal-kapal tersebut ditangkap oleh Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing setelah ditemukan menggunakan alat tangkap trawl secara berlebihan di perairan Indonesia. Awak kapal kemudian dijadikan tersangka dan proses hukum lebih lanjut.
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun oleh: KELOMPOK 4
Elizabeth Verum Silaban 6661210097
Devi Aulia 6661210014 Mulya Ayuningtyas Gowin 6661210058 Deanra Salsabila 6661210139 Hana Hanifah El Fitria 6661210140
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2022 Kasus Illegal Fishing Sebagai negara berkembang dengan populasi penduduk yang besar ditambah dengan struk- tur geografis yang dikelilingi oleh laut maka laut menjadi tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama di daerah pesisir, seperti nelayan. Nelayan adalah kelompok masyarakat yang bermukim di kawasan pantai umumnya menggan- tungkan sumber kehidupan dan sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, bagi negara kepulauan seperti indonesia, laut memiliki posisi yang strategis dan potensi yang luar biasa, di mana perairan indonesia adalah laut tenitorial baik perairan kepulauan maupun perairan penclalaman. Kemudian laut Indonesia juga sebagai perairan laut Zona Ekonomi Ekskulsif (ZEE), sesuai pengumuman Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 31 Maret 1980, yang merupakan jaminan masa depan bangsa. Saat ini sangat marak terjadi penangkapan ikan secara illegal (illegal fishing) di wilayah perairan Indonesia dilakukan oleh nelayan lokal dan asing. Tidak sedikit kasus penangkapan nelayan-nelayan “nakal” dan luar negeri yang sengaja masuk ke kawasan perairan Indonesia untuk mengambil ikan maupun kekayaan laut lainnya. Menurut UU Perikanan bahwa pencurian ikan (illegal fishing) adalah pencunian yang dilakukan karena menangkap ikan tanpa SIUP dan SIPI, menggunakan bahan peledak, bahan beracun, bahan berbahaya yang mengakibatkan kerusakan dan kepunahan sumber daya ikan. Tindakan illegal fishing tenjadi hampir di seluruh belahan dunia. Illegal fishing merupakan kejahatan perikanan yang sudah teroganisasi secara matang, mulai di tingkat nasional sampai internasional. Penegakan hukum terhadap tindakan mi dinilai masih kurang memadai dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana. Meskipun demikian, pemermntah berupaya meminimalisir tindak pindana di bidang perikanan dengan melakukan deregulasi terhadap Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1985 di- ganti dengan Undang-Undan Nomor 31 Tahun 2004 tentang Pe- rikanan selanjutnya diubah dengan Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009 mengamanatkan agar tindak pidana dibidang perikanan diselesaikan melalui jalur Pengadilan Penikanan. Masih banyak tindak pidana perikanan diselesaikan di Pengadilan Umum kanena penyidik dan jaksa masih menerapkan Kitab Undang- undang Hukum Pidana (KUHP), seharusnya berlaku asas lex spesialis derogat lex generalis. Illegal fishing sangat merugikan negara maupun nelayan tradisional. Nelayan tradisional yang merupakan masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat pesisir terse but juga terkena imbas dan pencurian ikan. Selain itu, masyarakat lain yang menjadi konsumen juga ikut dirugikan karena tidak bisa menik mati hasil Iaut di negeri sendiri. Penyebab terjadinya kegiatan illegal fishing di perairan Indonesia, antara lain disebabkan oleh 1. Terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan 2. Terbatasnya dana untuk operasional pengawasan 3. Terbatasnya tenaga polisi perikanan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 4. Masih terbatasnya kemampuan nelayan Indonesia dalam memanfaatkan potensi perikanan di perairan Indonesia, terutama ZEE 5. Kebutuhan sumber bahan baku di negara pelaku, illegal fishing sudah menipis akibat praktik industrialisasi kapal penangkapnya sehingga daya tumbuh ikan tidak sebanding dengan jumlah yang ditangkap, dan sebagai akibatnya, mereka melakukan ekspansi hingga ke wilayah Indonesia 6. Kemampuan memantau setiap gerak kapal patroli pengawasan di laut dapat diketahui oleh kapal ikan asing karena alat komunikasi yang canggih, sehingga hasil operasi tidak optimal.
Solusi Dalam Kasus Illegal Fishing
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi pencurian hasil kekayaan laut adalah: 1. Menenggelamkan kapal yang tertangkap mencuri ikan. Penenggelaman kapal ini merupakan bentuk tindakan khusus yang dapat dilakukan oleh kapal pengawas perikanan Indonesia. Kewenangan ini tertuang dalam Pasal 69 UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dalam pasal tersebut, kapal pengawas perikanan dapat menghentikan, memeriksa, membawa, dan menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran di wilayah pengelolaan perikanan Indonesia ke pelabuhan terdekat untuk pemrosesan lebih lanjut. Penyidik atau pengawas perikanan pun dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup. 2. Pemidanaan melalui sanksi pidana berupa denda dan penjara bagi pelaku illegal fishing. Dalam Pasal 93, Pasal 94 dan Pasal 94A UU Nomor 45 Tahun 2009 dan UU Nomor 31 Tahun 2004, setiap orang yang melakukan pengangkutan atau penangkapan ikan tanpa dilengkapi dengan surat izin usaha perikanan (SIUP), surat izin penangkapan ikan (SIPI), dan surat izin kapal pengangkut ikan (SIKPI), diancam lima sampai tujuh tahun penjara dan denda sebesar Rp 1,5 miliar hingga Rp 20 miliar. Adapun bagi nahkoda yang tidak memiliki surat ijin berlayar namun mengendarai kapal pengangkutan dan penangkapan ikan, maka diancam pidana penjara satu tahun dengan denda Rp 200 juta 3. Memperkuat penjagaan di perairan yang berbatasan dengan negara lain, seperti perairan Natuna Utara. Penguatan penjagaan ini dengan menambah dan memperkuat kapal patroli. Penjagaan dilakukan oleh TNI Angkatan Laut, Badan Keamanan Laut (Bakamla) maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Satuan Tugas Pemberantasan Illegal Fishing. Selain menangkap nelayan asing yang melakukan pencurian di wilayah perairan Indonesia, kapal patroli juga berfungsi untuk melindungi kapal nelayan Indonesia yang sedang beroperasi di wilayah perbatasan.
Studi Kasus Illegal Fishing
Salah satu kasus illegal fishing yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus nelayan Vietnam yang melakukan illegal fishing di Laut Ntuna Utara. - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap dua kapal ikan asing pelaku illegal fishing di Laut Natuna Utara pada Selasa (17/8/2021). Penangkapan yang bertepatan dengan perayaan HUT ke-76 Kemerdekaan RI tersebut menegaskan komitmen Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam melindungi laut Indonesia dari praktik IUU Fishing, sebagai upaya menjaga kedaulatan, pertumbuhan ekonomi, dan keberlanjutan ekosistem. Laksamana Muda TNI Adin Nurawaluddin dalam konferensi pers yang dilaksanakan di Pangkalan PSDKP Batam pada Jumat (20/8/2021) menuturkan bahwa operasi pengawasan yang dilakukan oleh Kapal Pengawas Perikanan Hiu 11, Hiu Macan Tutul 02 dan Orca 03 mendeteksi keberadaan dua kapal berbendera Vietnam KG 1843 TS dan KG 9138 TS yang melakukan aksi pencurian ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 711 Laut Natuna Utara. Kedua kapal tersebut diduga mengoperasikan alat tangkap trawl yang ditarik dengan dua kapal (pair trawl). Pair trawl ini tentu sangat merusak karena beroperasi sampai secara aktif dan memiliki tingkat selektif sangat rendah sehingga semua ikan bisa tertangkap baik besar maupun kecil. Kapal dan 22 awak kapal yang berkewarganegaraan Vietnam ini sudah berada di Pangkalan PSDKP Batam untuk proses hukum lebih lanjut. Saat proses penangkapan, satu kapal melakukan perlawanan hingga kapalnya terbakar dan tenggelam namun awak kapal sudah berhasil dievakuasi. Setelah melalui proses hukum pelaku illegal fishing tersebut dideportasi tidak hanya pada kasus ini namun juga pada kasus illegal fishing yang lain.