Anda di halaman 1dari 4

Muhamad Razan Haris

21/480573/PN/17384

Negara Asing Masih Terus Curi Ikan di Perairan Indonesia

Gambar 1. Kapal pengawas kelautan dan perikanan Hiu 015 melakukan penghentian,
pemeriksaan, dan penahanan kapal ikan asing berbendera Filipina karena diduga melakukan
penangkapan ikan secara ilegal di perairan Laut Sulawesi, Sabtu (14/10/2023).

Berdasarkan berita yang diterbitkan oleh Kompas Jakarta pada (18/10/2023)


menginformasikan bahwa kapal-kapal ikan asing masih terus mengincar sumber daya ikan
yang ada di Indonesia. Aparat pengawasan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang
berjaga, menggagalkan pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal ikan berbendera Filipina di
perairan Laut Sulawesi.

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP)


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Laksamana Muda TNI Adin Nurawaluddin
mengemukakan bahwa kapal ikan FB SL asal Filipina tersebut tertangkap saat melakukan
penangkapan ilegal di Laut Sulawesi, pada koordinat 04°26.386'N-124°01.980'E. Penangkapan
kapal asing tersebut dilakukan oleh kapal pengawasan KKP Hiu 015. Operasi penangkapan itu
merupakan bentuk sistem pengawasan terintegrasi yang tengah dikembangkan KKP.

”Ini merupakan bentuk komitmen KKP dalam rangka menindak tegas para pencuri
ikan,” kata Adin dalam keterangan pers, Rabu (18/10/2023).

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, sejak bulan Januari hingga
pertengahan Oktober 2023, kapal pengawas KKP tercatat telah menangkap 15 kapal ikan asing
yang sedang menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia.
Gambar 2. Kapal pengawas kelautan dan perikanan Hiu 015 melakukan penghentian,
pemeriksaan, dan penahanan kapal ikan asing berbendera Filipina karena diduga melakukan
penangkapan ikan secara ilegal di perairan Laut Sulawesi, Sabtu (14/10/2023).

Pencurian ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik (WPPNRI) 716 itu
awalnya diketahui dari pantauan citra satelit Command Center KKP. Informasi itu kemudian
ditindaklanjuti oleh kapal pengawas perikanan KKP Hiu 015 dengan melakukan penghentian,
pemeriksaan, dan penahanan terhadap kapal ikan ilegal asal Filipina tersebut pada akhir pekan
lalu.

Dari hasil pemeriksaan, pada kapal tersebut memuat ikan lemadang kering, cakalang
kering, cumi kering, dan layang kering. Kapal tersebut diawaki oleh nakhoda bewrasal Filipina
dan 14 anak buah kapal (ABK) yang juga berkebangsaan Filipina.

Adin menambahkan, kapal ikan berbendera Filipina tersebut telah tiba di Pangkalan
PSKDP Tahuna untuk selanjutnya dilakukan proses hukum. Rencananya kapal ikan asing
tersebut akan disita oleh negara dan tersangka pelaku diancam dengan hukuman penjara paling
lama delapan tahun dengan denda maksimal Rp 1,5 miliar.

Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Mohammad Abdi


Suhufan, saat dihubungi terpisah, mengemukakan bahwa penangkapan kapal ikan asing
merupakan bagian dari penanggulangan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak
diatur (IUU Fishing). Meski demikian, radar pengawasan dinilai perlu diperluas ke wilayah
Natuna dan Selat Malaka. Hal tersebut berdasarkan laporan masyarakat karena masih marak
terjadinya pencurian ikan oleh kapal ikan asing diwilayah tersebut.
KKP telah menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun
2023 sebagai turunan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penangkapan Ikan
Terukur. Kebijakan itu, antara lain, membuka kuota penangkapan ikan untuk kapal-kapal ikan
milik pemodal asing pada zona-zona penangkapan ikan di Indonesia. Dari enam zona wilayah
pengelolaan perikanan. Empat zona di antaranya dibuka untuk dimanfaatkan oleh badan usaha
penanaman modal asing.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dalam
pertemuan dengan Front Nelayan Bersatu (FNB) di kantor KKP pada hari Rabu (18/10/2023),
menjelaskan bahwa pemerintah mulai memberlakukan kebijakan penangkapan ikan terukur
pada awal tahun depan. Perizinan berusaha subsektor penangkapan ikan dan pengangkutan
ikan akan berubah menjadi format penangkapan ikan terukur, penerapan mekanisme kuota
penangkapan ikan, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Pengajuan perubahan format dibuka mulai pada tanggal 1 sampai 18 November 2023.
Adapun batas waktu permohonan dan layanan kuota penangkapan ikan dimulai pada tanggal
21 November sampai 29 Desember 2023. Saat ini KKP masih dalam tahap menyelesaikan
dokumen keputusan menteri mengenai kuota penangkapan ikan.
”Kuota penangkapan saya pastikan utamanya untuk nelayan dan pelaku usaha
perikanan dalam negeri. Maka dari itu, saya minta teman-teman juga siap dengan mekanisme
penangkapan yang baru ini. Perizinannya, kewajiban PNBP-nya, peralatannya seperti VMS
(sistem monitoring kapal), saya harap dilengkapi semuanya,” ujar Trenggono, dalam
keterangan pers.

Gambar 3. Kapal ikan berbendera Vietnam, KG 9394 TS yang berukuran 140 gros ton
ditangkap oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan karena
menangkap ikan secara ilegal di Laut Natuna Utara pada Rabu (16/11/2022).

Sebelumnya, Ketua Bidang Pemberdayaan Nelayan dan Masyarakat Pesisir Majelis


Pemberdayaan Masyarakat Pengurus Pusat Muhammadiyah Suadi menyoroti dibukanya keran
investasi asing untuk kapal penangkapan ikan di di perairan Indonesia. Sebelumnya, Indonesia
melarang modal asing dalam usaha kapal penangkapan ikan melalui Peraturan Presiden Nomor
44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Suadi mengemukakan, target investasi baru usaha perikanan tangkap, khususnya asing
melalui penanaman modal asing, diberikan pada zona perikanan paling produktif. Masuknya
kapal dari modal asing itu dinilai dapat mendorong eksploitasi sumber daya ikan. ”Kontrol
menjadi sangat penting karena sumber daya ikan berpotensi habis dan merugikan semua,”
katanya, dalam Forum Nelayan, akhir pekan lalu.

Sumber : https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/10/18/asing-masih-terus-curi-ikan-di-
perairan-indonesia

Anda mungkin juga menyukai