Anda di halaman 1dari 2

Beberapa kasus-kasus penegakan hukum yang terjadi di Indonesia antara lain:

1.Penangkapan Mentri Sosial Juliari Batubara akibat penggelapan dana bansos

Pada 6 Desember 2020, KPK menetapkan Mantan Menteri Sosial Juliari Batubara sebagai tersangka
kasus dugaan suap bantuan sosial penanganan pandemi Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek tahun
2020.

Untuk setiap paket bansos, fee yang disepakati sebesar Rp 10.000 per paket sembako dari nilai Rp
300.000 per paket bansos.

Pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama diduga diterima fee Rp 12 miliar. Dari jumlah
itu, diduga total suap yang diterima oleh Juliari sebesar Rp 8,2 miliar

Kemudian pada periode kedua pelaksanaan paket bansos sembako, terkumpul uang fee dari Oktober
sampai Desember 2020 sekitar Rp 8,8 miliar.

Total uang suap yang diterima oleh Juliari menurut KPK adalah sebesar Rp 17 miliar. Seluruh uang
tersebut diduga digunakan oleh Juliari untuk keperluan pribadi.

Majelis hakim menilai Juliari terbukti melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dalam UU RI Nomor 20 Tahun
2001.

Juliari divonis 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor). Hakim juga menjatuhkan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti sejumlah
Rp 14.590.450.000 atau sekitar Rp 14,59 miliar.

2.Penangkapan dan Penghancuran Kapal penangkap ikan Asing oleh Menteri Kelautan dan Perikanan
Susi Pudjiastuti

Mentri Susi menenggelamkan kapal dengan nama lambung KM Laut Natuna 28 atau KM Sudhita yang
diketahui berasal dari Thailand. Kapal tersebut terbukti melakukan penangkapan ikan tanpa dokumen
izin yang sah di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 atau di sekitar Laut Natuna, Kepulauan Riau.
Sesuai ketentuan Undang-undang (UU), kapal tersebut dilakukan tindakan khusus berupa pemusnahan
atau penenggelaman.

Kapal tertangkap saat menggunakan alat penangkap ikan trawl dan ditemukan hasil tangkapan ikan
campuran sekitar 100 kg. Selain itu, kapal tersebut melakukan aktivitas penangkapan ikan tanpa
dilengkapi dokumen perizinan dan melanggar Pasal 26 UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Di
mana, setiap orang yang melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP).

Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Tanjungpinang melalui Putusan Nomor: 04/Pid.Sus-
PRK/2014/PNTPG tanggal 5 Januari 2015, menetapkan terdakwa Sangwian Srisom bersalah dan dijatuhi
pidana penjara selama 3 (tiga) tahun dengan denda sebesar Rp 500.000.000. Apabila denda tersebut
tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama tiga bulan.
Sumber:

https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/18010551/awal-mula-kasus-korupsi-bansos-covid-19-
yang-menjerat-juliari-hingga-divonis?page=1

https://news.detik.com/berita/d-2828236/ini-penampakan-penghancuran-kapal-ilegal-di-perairan-
batam-oleh-menteri-susi

Anda mungkin juga menyukai