Anda di halaman 1dari 69

EFEKTIVITAS PROGRAM KARTU KUSUKA

KARTU PELAKU UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN


DI KOTA BENGKULU

PROPOSAL

Oleh:
Hatica Diah Yulianti
NPM.D1D016048

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
HALAMAN PENGESAHAN
EFEKTIVITAS PROGRAM KARTU KUSUKA
PELAKU UTAMA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN
DI KOTA BENGKULU

PROPOSAL

Oleh:
Hatica Diah Yulianti
NPM.D1D016048

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Djonet Santoso,MA Yorry Hardayani S.IP., M.Si


NIP. 196006011986031024 NIP.196006011986031024

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah, Rabb semesta alam Yang Maha Mengasihi

lagi Maha Menyayangi. Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya berupa ilmu pengetahuan, petunjuk, kesehatan

dan kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “Efektivitas Program Kartu Kusuka Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan

dan Perikanan di Kota Bengkulu”. Shalawat serta salam semoga tetap

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan juga keluarga, sahabat, serta

seluruh umat yang senantiasa istiqomah berada di jalan-Nya.

Penyusunan proposal penelitian ini ditujukan untuk memenuhi salah satu

syarat untuk melakukan penelitian sehingga bisa melanjutkan penyusunan skripsi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu pada jurusan Administrasi Publik

Fakultas lmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu.

Peneliti menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak luput dari

berbagai kekurangan. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan dan perbaikan sehingga proposal ini dapat

bermanfaat di kemudian hari.

Bengkulu, Desember

2020

Hatica Diah Yulianti

ii
DAFTAR SINGKATAN

GT : Gross Ton
KUSUKA : Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan
KTP : Kartu Tanda Penduduk
NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak
SPDN : Solar Packed Dealer Nelayan
PPI : Pangkalan Pelelangan Ikan
SPBU : Stasiun Pengisian Bahan Bakar
PUMN : Program Mina Usaha Pedesaan
KUB : Kelompok Usaha Bersama
ATR : Agraria dan Tata Ruang
BPN : Badan Pertanahan Nasional
SKB : Surat Keputusan Bersama
BPNRI : Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
CBP : Cadangan Beras Pemerintah
KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
PNS : Pegawai Negeri Sipil
DKP : Dinas Kelautan dan Perikanan
BBG : Bahan Bakar Gas
NIB : Nomor Induk Berusaha
TDP : Tanda Daftar Perusahaan
PT : Perseroan Terbatas
CV : Commanditaire Vennootschap/Persekutuan
Komanditer
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
UPT : Unit Pelaksana Teknis
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
BBM : Bahan Bakar Mi

iii
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dua pertiga permukaan bumi terdiri dari lautan, setengah dari permukaannya

terdiri dari laut lepas. Indonesia merupakan negara yang memilki keunggulan di

sektor perairan laut dengan memilki garis pantai sepanjang 104.000 km 2. Luas

total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta km 2

daratan dan dengan luas perairan mencapai 3,25 juta km2 . Sekitar 0,28 Juta km2

dari luas perairan tersebut, merupakan wilayah perairan teritorial dengan luas

perairan kepulauan mencapai 3,09 juta km2. Luas laut yang termasuk dalam zona

ekonomi eksklusif mencapai 2,97 juta km2 dan mempunyai total 17.499 pulau.

Dengan kondisi geografis yang strategis serta memiliki potensi sumber daya

alam melimpah dari sektor kelautan, memberikan dampak signifikan bagi

masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan, khususnya yang

bertempat tinggal didaerah pesisir. Penduduk yang bekerja sebagai nelayan,

memanfaatkan potensi- potensi sumber daya alam kelautan dengan aktifitas

menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Menurut Satria (dalam

Hikmah, 2017:127-142) nelayan memilki peran yang sangat strategis pada sektor

kelautan dan perikanan, yaitu dalam hal ketahanan pangan, dalam penciptaan

lapangan kerja, keberlanjutan sumber daya, peran geopolitik, dan peran dalam

meningkatkan devisa.

Potensi laut yang besar serta peran nelayan dalam sektor ekonomi yang

cukup banyak memilki perbedaan kentara dengan kondisi kehidupan nelayan,

antara lain rumah-rumah nelayan yang sederhana yang berlokasi di bibir pantai,

1
di tambah lagi dengan pencemaran sampah dan limbah dari rumah tangga

maupun pabrik yang bermuara di pantai. Menurut Kusnadi (dalam Hikmah,

2017:127-142), nelayan merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang

mempunyai tingkat kesejahteraan paling rendah, atau paling miskin dibanding

masyarakat subsisten lainnya. Begitu pula Nugraha (dalam Hikmah, 2017:127-

142) menyatakan bahwa sumber daya manusia dibidang perikanan yang memilki

kualitas rendah menyebabkan rendahnya produktivitas, yang berakibat pada

rendahnya pendapatan, dan kemiskinan nelayan.

Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 Ayat (3)

mengatakan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat, oleh sebab itu pemerintah memilki tugas dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum bagi rakyatnya, termasuk perlindungan dan

pemberdayaan nelayan.

Dalam rangka perlindungan nelayan, berbagai kebijakan telah dikeluarkan

pemerintah dalam muatan Undang-Undang Perikanan, Instruksi Presiden,

Keputusan Menteri, dan Undang-Undang Perlindungan Nelayan. Muatan dalam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 45 Tahun

2009 tentang Perikanan dalam Bab 10, Pasal 60 sampai Pasal 64 membahas

mengenai pemberdayaan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, memberikan

perlindungan dan pemberdayaan kepada seluruh nelayan atau pembudidaya ikan.

Pada tahun 2011 presiden juga mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 15

tentang Perlindungan Nelayan, yang menginstruksikan kepada 3 Menteri

koordinator, 5 Menteri Negara, Panglima TNI, Kapolri, 2 Kepala Badan,

2
Gubernur, Bupati/Walikota agar melakukan langkah-langkah yang diperlukan

untuk memberikan jaminan kesejahteraan, kepastian, dan perlindungan hukum

bagi nelayan yang mengoperasikan kapal perikanan sampai 60 GT. Bahkan

kepada Menteri Kelautan dan Perikanan diinstruksikan untuk menyiapkan kapal

perikanan sampai 60 GT dalam rangka restrukturisasi armada.

Dalam lingkup pengaturan yang lebih rendah, Menteri Kelautan dan

Perikanan mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12

Tahun 2014 tentang Perlindungan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak

Garam Rakyat yang terkena Bencana Alam. Dalam aturan tersebut terlihat bahwa

hanya nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam terkena bencana alam

yang mendapatkan bantuan berupa bantuan tanggap darurat dan bantuan

rehabilitasi, antara lain berupa sarana dan prasarana untuk kegiatan usaha.

Selanjutnya pada tahun 2016 terbit Undang-Undang Nomor 7 tentang

Perlindungan Nelayan, Pembudidaya dan Petambak. Klausal dalam Undang-

Undang Nomor 7 ini mewajibkan pemerintah pusat dan daerah merencanakan

ruang kehidupan baik sarana dan prasarana, aksesbilitas, kepastian usaha,

jaminan resiko usaha, dan jaminan keamanan serta perlindungan hukum bagi

nelayan kecil, tradisional, pembudidaya ikan dan petambak garam kecil. Pada

tahun yang sama April 2016 Menteri Kelautan dan Perikanan menerbitkan

Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kartu Nelayan. Yang dimaksud

dengan kartu nelayan itu sendiri adalah kartu identitas dalam melakukan

penangkapan ikan yang di terbitkan oleh dinas kabupaten/kota yang membidangi

kelautan dan perikanan (pasal 1 Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2016).

3
Pada Agustus 2017 Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

dalam masa jabatanya mencabut Peraturan Menteri KKP Nomor 16 Tahun 2016.

Pencabutan Peraturan Menteri KKP Nomor 16 Tahun 2016 ini dimaksudkan

untuk memperluas jangkauan perlindungan dan pemberdayaan tidak hanya

kepada nelayan saja namun juga untuk pelaku usaha dibidang kelautan dan

perikanan lainnya. Maka dari itu menerbitkan Peraturan Menteri KKP Nomor 39

Tahun 2017 tentang Kartu Pelaku Usaha Sektor Kelautan dan Perikanan

(KUSUKA). Kartu Kusuka ini juga sama halnya dengan kartu nelayan hanya saja

jangkauan kartu ini lebih luas. Wacana ini dilayangkan untuk peningkatan

layanan tidak hanya terhadap nelayan namun semua pelaku usaha yang terlibat di

bidang kelautan dan perikanan.

Dan ditahun 2019 dilakukan peninjauan ulang terhadap Peraturan Menteri

KKP Nomor 39 Tahun 2017, yang kemudian menghasilkan Peraturan Menteri

KKP Nomor 42 Tahun 2019 tentang Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan

Perikanan (KUSUKA), yang selanjutnya menjadi landasan hukum pelaksanaan

Kartu Kusuka baik dipusat maupun didaerah. Pencabutan terhadap Peraturan

Menteri KKP Nomor 39 Tahun 2017 didasari oleh peningkatan integrasi data

yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu dengan pengolahan

data secara Real Time System dalam aplikasi One Data serta pembuatan kartu

Kusuka secara elektronik yaitu eKusuka.

Adapun pelaku utama yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor 42 Tahun 2019 yang berhak mendapatkan Kartu Kusuka

terletak pada Pasal 2 ayat (2) sebagai berikut:

4
Pelaku Utama sebagaimana di maksud meliputi :
a. Nelayan
b. Pembudi Daya ikan;
c. Petambak Garam;
d. Pemasar Perikanan.
Merujuk pada pasal tersebut ada beberapa pilihan pelaku utama yang

dijadikan objek sasaran kartu Kusuka. Dalam hal ini penulis terfokus pada

pemberian kartu Kusuka terhadap nelayan dalam kemanfaatanya. Pemilihan

objek ini didasarkan karena jumlah nelayan yang memang jauh lebih banyak

dibanding pembudidaya ikan, petambak garam serta pemasar ikan.

Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42 Tahun 2019

pada Bab III tentang persyaratan dan tata cara penerbitan kartu Kusuka bagian

kesatu pasal 6 ayat (1) yaitu: setiap pelaku utama untuk memilki kartu Kusuka

harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Petugas Kusuka dengan

mengisi kartu formulir penerbitan sesuai dengan domisili dengan melampirkan

persyaratan. (a) Formulir permohonan penerbitan kartu nelayan yang telah di isi,

(b) Foto Kopi KTP, (c) Surat keterangan dari kepala desa/lurah yang menyatakan

bahwa yang bersangkutan berkerja sebagai pelaku utama,apabila pekerjaan yang

tertera dalam KTP bukan termasuk dalam daftar pelaku utama (d ) fotokopi

nomor pokok wajib pajak ( NPWP ), jika memiliki.

Dijelaskan pada Bab I bagian ketiga Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri

Kelautan Perikanan Nomor 42 Tahun 2019 tentang Fungsi kartu Kusuka yaitu :

(a) sebagai identitas profesi nelayan; (b) Basis data untuk memudahkan

perlindungan dan pemberdayaan nelayan; (c) Memberikan kemudahan dalam

5
pembinaan nelayan; dan (d) Memberikan kemudahan dalam pelaksanaan

program kementerian.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang kartu

Kusuka pemerintah daerah memilki kewenangan untuk menyelenggarakan kartu

nelayan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsi dalam perlindungan

dan pemberdayaan nelayan. Penyelenggara kartu Kusuka terdiri atas Direktorat

Jenderal, Dinas Provinsi dan Dinas Kabupaten/kota. Sasaran dari regulasi yang

diselenggarakan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan terdiri dari nelayan-

nelayan yang berada di daerah-daerah yang belum memilki identitas sebagai

nelayan dan juga pelaku utama lainnya yang masuk dalam bidang kelautan dan

perikanan. Pentingnya regulasi ini bagi nelayan adalah sebagai identitas dalam

memudahkan mendistribusikan program-program bantuan pemerintah terhadap

nelayan agar tepat sasaran.

Keuntungan memiliki Kartu Kusuka bagi nelayan itu sendiri antara lain:

1. Memudahkan nelayan untuk mendapatkan bahan bakar. Di kota

Bengkulu sendiri terdapat 6 unit Solar Packed Dealer Nelayan

(SPDN) yang masing-masing tersebar di daerah pelabuhan pulau

Baai 4 unit, Pangkalan Pelelangan Ikan (PPI) Pondok Besi 1 unit,

di Pasar Bengkulu 1 unit. Dalam pembelian bahan bakar di SPDN

tersebut tidak harus menggunakan surat pengantar dari kelompok

nelayan tersebut namun dengan hanya menunjukkan Kartu

Kususka saja nelayan sudah bisa mendapatkan pasokan bahan

6
bakar, sama halnya apabila pembelian bahan bakar dilakukan di

SPBU pada umumnya maka harus menunjukkan Kartu Kusuka.

2. Mendapatkan asuransi. Aturan tentang pemberian asuransi ini

diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18

Tahun 2016 tentang Bantuan Premi Asuransi Nelayan. Untuk

mendaftar menjadi peserta asuransi Jamkesmas ataupun jamsostek

seorang nelayan harus memenuhi ketentuan : memilki Kartu

Kusuka, berusia maksimal 65 tahun, menggunakan kapal berukura

paling besar 10 GT, tidak pernah mendapatkan bantuan program

asuransi dari pemerintah.

3. Program Mina Usaha Pedesaan (PUMN) yang ditujukan kepada

masyarakat nelayan yang sudah terbentuk dalam Kelompok Usaha

Bersama (KUB) untuk terus berkembang dan menumbuhkan

kewirausahaan dan mengajukan program bantuan berupa alat

tangkap dan bantuan keperluan nelayan, dalam pengajuan program

bantuan tersebut harus mencantumkan nama kelompok serta nama

keseluruhan anggota dan melampirkan kartu Kusuka.

4. Selanjutnya adalah kepengurusan sertifikat tanah secara gratis

yang diprogramkan untuk masyarakat nelayan yang dilakukan

oleh kementerian ATR/BPN bekerjasama dengan Kementerian

Kelautan dan Perikanan, berdasarkan keputusan bersama Nomor

04 Tahun 2017 dan Nomor 7-SKB-BPNRI-2017 tanggal 15

November 2017 yang tujuannya untuk memberikan fasilitas akses

7
penguatan hak berupa sertifikasi tanah kepada nelayan dan usaha

penangkapan ikan skala kecil.

5. Program bimbingan teknis penangkapan ikan adalah salah satu

program pemerintah untuk melatih para nelayan dalam pembinaan

menuju nelayan yang baik, guna memberi pengetahuan proses

penangkapan ikan agar kelestarian ikan tetap terjaga dan nelayan

tetap bisa mencari ikan, dari keberadaan program tersebut

diharapkan merubah pola piker masyarakat nelayan yang

tradisional yang lebih baik lagi.

6. Mendapatkan bantuan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang

ditujukan untuk masyarakat nelayan yang tidak bisa melaut

dikarenakan cuaca buruk yang terjadi berkepanjangan yang

menyebabkan masyarakat nelayan tidak bisa melaut, dan program

tersebut ditujukan kepada nelyan yang memiliki kartu nelayan

sebagai bukti tepat sasaran kepada nelayan.

Terkait kegunaan atau kemanfaatan kartu Kusuka, beberapa nelayan di

sejumlah daerah Indonesia mengatakan bahwa mereka belum tahu nilai lebih

kegunaan dari kartu Kusuka tersebut. Dan lebih dari sebagian Nelayan yang

tersebar di Indonesia belum memilki kartu Kusuka sehingga tidak mendapatkan

kemanfaatan dari kartu Kusuka yang dicanangkan untuk memberikan

perlindungan dan pemberdayaan bagi nelayan. Dari data yang diperoleh pada

situs Kementerian Kelautan dan Perikanan sampai dengan akhir Juli 2018, data

yang masuk kedalam aplikasi satu data sebanyak 292.074 yang terdiri dari :

127.804 Nelayan, 10.344 Pemasar Ikan, 30 PPJK, 132.390 Pembudidaya Ikan,

8
16.010 Pengolah Ikan, dan 5.450 Petambak Garam. Padahal menurut data

statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan, nelayan yang tercatat di aplikasi

satu data di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 2.011.455, dari data tersebut

menunjukkan kepemilikkan kartu Kusuka belum mencapai 7% dari jumlah

nelayan yang berada di Indonesia.

Padahal dari semenjak penerbitan Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 16 Tahun 2016 tentang kartu Nelayan hingga sampai berganti

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42 Tahun 2019 tentang Kartu

Kusuka yang menjadi landasan hukum untuk mengimplementasikan kartu

Kusuka nyatanya belum secara keseluruhan nelayan mengetahui apa manfaat

yang didapat setelah memiliki kartu Kusuka tersebut ditambah juga belum

seluruh tersentuh dengan produk kebijakan tersebut. Dari awal peluncuran kartu

nelayan sampai ke kartu Kusuka, kebijakan ini bertujuan sebagai bentuk

penghargaan pemerintah melalui Kemeneterian Kelautan dan Perikanan terhadap

profesi nelayan. Dan penerbitan kartu Kusuka ini menjadi insturmen bagi Dinas

Kelautan dan Perikanan, KKP dan Kementerian/Lembaga Pemerintah saat

memberikan pembinaan dan bantuan penguatan usaha kepada nelayan sehingga

lebih tepat sasaran.

Terkait masalah tersebut beberapa berita online turut menyoroti hal itu

salah satunya di Kabupaten Sumenep. Berikut kutipan salah satu nelayan:

“Abdul Mannan, 53, nelayan asal Desa Kertasada, Kecamatan


Kalianget menuturkan, meski pernah mendengar istilah kartu
Kusuka, selama ini dia tidak begitu memperhatikan.Pasalnya,
penyaluran bantuan nelayan dirasa juga tidak merata.”
”(https://radarmadura.jawapos.com/read/2019/10/10/160063/40723
nelayantak -dapat-kusuka).

9
Berdasarkan berita tersebut dapat diketahui bahwa nelayan merasa acuh

terhadap kartu Kusuka. Pasalnya kartu Kusuka tidak memberikan dampak yang

efektif untuk mereka yang memiliki kartu dalam mendapatkan bantuan serta

masih menilai bahwa bantuan juga belum tepat sasaan. Berdasarkan hasil

wawancara Kasi Perlindungan Nelayan DKP Sumenep Selama 2018 ada 1277

Kusuka yang tersebar, angka itu belum mencapai separuh dari jumlah nelayan

yang tembus 42,000 orang. Dengan demikian 40,723 belum tesentuh program

tersebut.

Selain di Kabupaten Sumenep di daerah Bangkalan juga mengalami hal

yang serupa, belum keseluruhan nelayan memahami betul apa manfaat memiliki

kartu Kusuka, berikut kutipan yang di dapat dalam salah satu laman berita online:

“Nelayan asal Kampung Bandaran, Kelurahan Pejagan, mengaku


tidak tahu mengenai Kusuka. Jangankan kegunaannya, bentuk
kartunya seperti apa saya tidak tahu, tandas Andi nelayan 29
tahun”(https://radarmadura.jawapos.com/read/2019/10/11/160245/
nelayan-tak-tahu-kartu-kusuka)”.
Berdasarkan data yang didapat dalam salah satu berita online di dareah

Bangkalan ada 7,955 nelayan dan hanya sekitar 1,616 nelayan yang datanya

berhasil diinput ke KKP oleh dinas Perikanan. Sementara sisanya belum diinput.

Program Kusuka menemui beberapa kendala salah satunya dari 1,616 data

nelayan yang terinput, kartu Kusuka yang bisa dicetak hanya 749.

Sama halnya di Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Majene masih banyak

masyarakat nelayan yang tidak mengetahui apa itu kartu Kusuka. Maka dari itu

lembaga terkait akan melaksanakan sosialisasi sekaligus pendataan turun ke

10
lapangan secara langsung dengan cara door to door, berdasarkan berita online

Mamuju Pos.

Disisi lain anggota legislatif Jawa Tengah juga menilai bahwa program

pemberian kartu Kusuka belum terlihat manfaatnya terkait upaya peningkatan

kesejahteraan bagi kalangan nelayan. Berikut ungkapan anggota Komisi B DPRD

Jawa Tengah Riyono :

“Saat ini, kartu itu memang ada tapi manfaatnya tidak kelihatan
dan sebaiknya data-data yang berkaitan dengan peningkatan
kesejahteraan nelayan dilengkapi terlebih dahulu oleh instansi
yang berwenang. Beliau juga menambahkan hal yang utama yang
dapat dilakukan DKP Jateng adalah memastikan ‘database’ jumlah
nelayan seluruh Jateng, jangan sampai data yang dimilki DKP
hanya berdasarkan data statistik”.(https://www.wartaekonomi
.co.id/read67542/legislator meni lai-manfaat-kartu-nelayan-belum-
terlihat).
Dari fenomena-fenomena yang terjadi di beberapa wilayah, peneliti

mengamati ada masalah yang sering timbul yaitu masih kurangnya pemahaman

nelayan terhadap manfaat kartu Kusuka. Sehingga kartu Kusuka yang syarat akan

makna menjadi tidak berguna untuk nelayan. Adapun juga masalah lain yang

timbul yaitu bantuan yang tidak tepat sasaran karena kepemilikan kartu Kusuka

yang tidak tepat.

Berangkat dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk menyoroti

bagaimana pelaksanaan program kartu Kusuka di Kota Bengkulu terutama

impelementasinya terhadap nelayan. Dikota Bengkulu sendiri dari tahun ke tahun

jumlah nelayan selalu mengalami peningkatan hal ini berdasarkan jumlah alat

tangkap yang tersebar dibeberapa daerah yang mayoritas masyarakat pesisir.

Berikut data mengenai jumlah nelayan yang berada di Kota Bengkulu :

11
Tabel 1.1
Data Jumlah Nelayan di Kota Bengkulu
No Tahun Jumlah Nelayan
1 2012 3,735
2 2013 3,375
3 2014 5,867
4 2015 8,460
5 2016 8,460
6 2017 8,290
7 2018 8,320
8 2019 8,300
Sumber: Diolah dari DKP Kota Bengkulu,2020
Berdasarkan data tabel statistik Dinas Kelautan dan Perikanan di Kota

Bengkulu jumlah nelayan mengalami tren meningkat, hingga berada pada

puncaknya di tahun 2015-2016. Sedangkan untuk kepemilikan kartu Kusuka

yang berada di Kota Bengkulu penulis dapat dalam pra penelitian di Dinas

Kelautan dan Perikanan Kota Bengkulu. Berikut data Jumlah kartu nelayan

hingga ke kartu Kusuka :

Tabel 1.2
Data Jumlah Kartu Nelayan dan Kartu Kusuka di Kota Bengkulu
Kartu Nelayan Kartu Kusuka
No Kecamatan
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 -2020
1 Gading Cempaka 0 7 0 4 1 1 8 21
2 Kampung Melayu 526 146 38 64 283 36 187 794
3 Muara Bangkahulu 5 1 15 10 1 70
4 Ratu Agung 1 10 10 5 8 4 25 96
5 Ratu Samban 3 6 0 1 12 0 14 4
6 Selebar 1 8 0 8 3 4 18 52
7 Singaran Pati 0 0 0 0 2 0 2 20
8 Sungai Serut 18 39 0 15 43 6 5 216
9 Teluk Segara 250 105 31 46 72 7 34 501
Total 799 326 79 144 439 68 294 1774
Sumber: Diolah dari DKP Kota Bengkulu,2020
Dari data penerima kartu nelayan dan kartu Kusuka tersebut

menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi angka dari tahun ke tahun. Peneliti

memasukkan data kartu Nelayan kedalam hal ini karena kartu Kusuka merupakan

tindak lanjut dari kartu Nelayan sehingga perlu dilihat perkembangan Dinas

12
Kelautan dan Perikanan dalam mendata nelayan-nelayan yang ada di Kota

Bengkulu.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan peneliti ke Dinas Kelautan dan

Perikanan Kota Bengkulu pelaksanaan pendataan serta sosialisasi, dilaksanakan

oleh penyuluh Dinas Kelautan dan Perikanan yang secara langsung ke lokasi

pelaku utama atau dengan kata lain dari pihak penyuluh dinas melakukan jemput

bola kepada nelayan yang sedang berkumpul, sosialisasi kepada KUB nelayan,

bahkan ketempat nelayan mendaratkan kapal dan disana langsung melakukan

pendataan sekaligus sosialisasi pemanfaatan kartu Kusuka. Hal ini dilakukan agar

kartu Kusuka ini tepat sasaran. Selain itu nelayan juga bisa langsung mendatangi

DKP Kota Bengkulu apabila ingin mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu

Kusuka ini.

Dari total keseluruhan Nelayan yang berada di Kota Bengkulu 8.300

orang nelayan, hingga tahun 2020 nelayan yang sudah di fasilitsi Dinas

Kelautan dan Perikanan Kota Bengkulu dalam kelancaran pelaksanaan penerbitan

kartu Kusuka sebanyak 1.774 kartu ( 1 November 2020 ). Artinya belum

mencapai 25% dari total keseluruhan nelayan yang membuat kartu Kusuka

tersebut. Berangkat dari data tersebut peneliti ingin melakukan penelitian lebih

lanjut untuk mengkaji efektivitas Program Kartu Kusuka dan memetik pelajaran

dalam rangka perbaikan program ini, oleh karena itu peneliti tertarik meneliti

lebih jauh mengenai efektivitas kartu Kusuka Pelaku Utama Sektor Kelautan dan

Perikanan di Kota Bengkulu ini terkait dengan tujuannya yaitu memberikan akses

penyaluran bantuan pemerintah terhadap nelayan agar tepat sasaran. Di harapkan

13
dengan Program kartu Kusuka yang efektif maka, pendataan, penyaluran bantuan,

dan pembinaan terhadap nelayan dapat terwujud serta terpenuhi dengan baik..

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti ingin mendapatkan gambaran

mengenai efektivitas kartu Kusuka di Kota Bengkulu untuk nelayan dalam

kepenerimaan bantuan serta pembinaan. Membuat peneliti menganggap perlu

untuk mengkaji lebih dalam mengenai kebermanfaatan kartu Kusuka dalam

memberikan perlindungan serta pemberdayaan. Berangkat dari penjelasan diatas,

peneliti tertarik untuk mengetahui efektivitas Program kartu Kusuka di Kota

Bengkulu yang dapat diukur dengan menggunakan teori Sutrisno, untuk

menentukan tingkat efektivitas bisa kita lihat lima hal yaitu: (1) Pemahaman

program, (2) Tepat sasaran, (3) Tepat waktu, (4) Tercapainya tujuan, (5)

Perubahan nyata. Dengan adanya 5 (lima) target ini dapat mengukur Efektivitas

program kartu Kusuka di kota Bengkulu. Maka dari itu peneliti tertarik

mengangkat judul “Efektivitas Program Kartu Kusuka Pelaku Utama Sektor

Kelautan dan Perikanan di Kota Bengkulu”.

14
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Program kartu Kusuka kurang berhasil dimanfaatkan nelayan di

Kota Bengkulu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengukur sejauh mana Program kartu Kusuka dapat memberikan manfaat bagi

nelayan di Kota Bengkulu.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sarana menambah khasanah

keilmuan bagi seluruh mahasiswa yang akan melakukan penelitian

selanjutnya, serta sebagai langkah mengembangkan lebih baik lagi sistem

yang akan dilakukan oleh instansi terkait.

2. Manfaat Praktis

Kegunaan praktis adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah dan melengkapi kepustakaan pada bidang Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, khususnya Administrasi Publik, terutama yang berkaitan

kebermanfaatan kartu Kusuka, referensi, serta untuk kepentingan dengan

permasalahan yang dibahas.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebijakan Publik

2.1.1 Kebijakan
Sebelum dibahas lebih jauh mengenai konsep kebijakan publik, kita perlu

mengkaji terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam bahasa

inggris sering kita dengar dengan istilah policy. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb);

pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen

dalam usaha mencapai sasaran.

Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008:7)

mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang

diusulakan seseorang,kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan

terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai

tujuan tertentu. Pendapat inijuga menunjukkan bahwa ide kebijakan

melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian

yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus

menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan

dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Solichin Abdul Wahab mengemukkan bahwa istilah kebijakan sendiri

masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli.

16
Maka untuk memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008: 40-

50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut :

1. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

2. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari

administrasi

3. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

4. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya

tindakan

5. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

6. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik

eksplisit maupun implisit

7. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung

sepanjang waktu

8. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar

organisasi dan yang bersifat intra organisasi

9. Kebijakan publik meski tidak eksklusif menyangkut peran

kunci lembaga-lembaga pemerintah

10. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Menurut Budi Winarno (2007 : 15), istilah kebijakan (policy

term)

Menurut Budi Winarno (2007:15), istilah kebijakan (policy term)

mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri

Indonesia”, “kebijakan ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai

untuk menjadi sesuatu yang khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan

17
kebijakan pemerintah tentang debirokrasi dan deregulasi. Namun baik

Solihin Abdul Wahab maupun Budi Winarno sepakat bahwa istilah

kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan istilah lain

seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang-undang, ketentuan-

ketentuan, standar, proposal, dan grand design (Suharno, 2009:11).

Irfan Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010:12) kebijakan

harus dibedakan dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan

kebijakan yang berbeda artinya dengan wisdom yang artinya

kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan-

pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakanmencakup aturan-aturan

yang ada didalamnya. James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy

(2009:17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposive course

of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem

or matter of concern” (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan

tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau

sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut

Budi Winarno (2007:18) dianggap lebih tepat karena memusatkan

perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang

diusulakan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan

secara tegas antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision) yang

mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.

18
Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007:17) juga

menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian

kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-

konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai keputusan

yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat

menjelaskan bahwa mempertukarkan isitilah kebijakan dengan keputusan

adalah keliru, karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau

pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan

sesuatu.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang

sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok

atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya

pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud

dan tujuan tertentu.

2.1.2 Kebijakan Publik

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup

berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya,

hukum, dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkinya kebijakan

publik bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang,

peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan

pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah

kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota.

19
Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) itu

ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya.

Easton memberiakan definisi kebijakan publik sebagai the authoritative

allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilai-

nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswel dan Kaplan

juga mengartikan kebijakan publik sebagai a project program of goal,

value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai

dalam praktek-praktek yang terarah.

Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Budi Winarno

(2002:17) mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis yang

mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan.

Kebijakan publik itu harus dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan

yang lain misalnya kebijakan swasta. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan

faktor-faktor bukan pemerintah. Robert Eyestone sebagaimana dikutip Leo

Agustino (2008:6) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “hubungan

antara unit pemerintah dengan lingkungannya”.Banyak pihak beranggapan

bahwa define tersebut masih terlalu luas untuk dipahami, karena apa yang

dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal.

Menurut Nugroho, ada dua karakteristik dari kebijakan publik,

yaitu:1) kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah untuk dipahami,

karena maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan

nasional; 2)kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur,

karena ukurannya jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita

sudah ditempuh. Menurut Woll sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003:2)

20
menyebutkan bahwa kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah

untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun

melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009:19)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “is whatever government choose

to do or not to do” ( apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau

untuk tidak dilakukan). Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik

adalah mengenai perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan pernyataan

keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di samping itu pilihan

pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan kebijakan

publik karena mempunyai pengaruh (dampak yang sama dengan pilihan

pemerintah untuk melakukan sesuatu).

Terdapat beberapa ahli mendefinisikan kebijakan publik sebagai

tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam merespon suatu krisis atau

masalah publik. Begitupun dengan Chandler dan Plano sebagaimana

dikutip Tangkilisan (2003:1) yang menyatakan bahwa kebijakan publik

adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang

ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.

Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk

intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi

kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar

mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara

luas.

21
David Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino (2009:19)

memberikan definisi kebijakan publik sebagai “the autorative allocation

of values for the whole society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya

pemilik otoritas dalam sistem politik (pemerintah) yang secara sah dapat

berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan pemerinth untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu diwujudkan dalam

bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena pemerintah

termasuk ke dalam “authorities in a political system” yaitu para penguasa

dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari

dan mempunyai tanggungjawab dalam suatu masalah tertentu dimana pada

suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari

kelak diterima serta mengikat sebagian besar anggota masyarakt selama

waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat diartikan bahwa

kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak

dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna

memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik.

Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-

ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah

sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.

2.1.3 Tahap-tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang

kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus

dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk

22
mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan

publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk

memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik. Namun demikian ,

beberpa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan urutan yang

berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn

sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007:32-34) adalah sebagai berikut :

1. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi

terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan.

Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda

kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini mungkin

suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara

masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan,

atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda

untuk waktu yang lama.

2. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian

dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah

tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan

masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari

berbagai alternative atau pilihan kebijakan (policy

alternatives/policy options) yang ada. Dalam perumusan

kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat

23
dipilih sebagai kebijakam yang diambil untuk memecahkan

masalah. Dalam tahap ini masing-masing aktor akan

bersaing dan berusaha untuk mengusulkan pemecahan

masalah terbaik.

3. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan

oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari

alternative kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan

dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga

atau putusan peradilan.

4. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-

catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan,

yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun

agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang

telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit adminstrasikan

yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan

saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan

mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun

beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para

pelaksana.

5. Tahap evaluasi kebijakan

24
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan

dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana

kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang

diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi

masyarakat. Oleh karena itu ditenukan ukuran-ukuran atau

kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah

kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai

dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.

2.1.4 Kerangka Kerja Kebijakan Publik

Menurut Suharno (2010:31) kerangka kebijakan publik akan

ditentukan oleh beberapa variabel dibawah ini, yaitu:

1. Tujuan yang akan dicapai, hal ini mencakup kompleksitas

tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan

semakin kompleks, maka semakin sulit mencapai kinerja

kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan kebijakan semakin

sederhana, maka untuk mencapai juga semakin mudah.

2. Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan.

Suatu kebijakan yang mengandung berbagai variasi nilai

akan jauh lebih sulit untuk dicapai disbanding dengan suatu

kebijakan yang hanya mengejar satu nilai.

3. Sumber daya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu

kebijakan akan ditentukan oleh sumber daya finansial,

material dan infrastruktur lainnya.

25
4. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan

kebijakan. Kualitas dari suatu kebijakan akan dipengaruhi

oleh kualitas aktor kebijakan yang terlibat dalam proses

penetapan kebijakan. Kualitas tersebut ditentukan oleh

tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,

pengalaman kerja dan integritas moralnya.

5. Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi,

politik dan sebgainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan

dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, maupun politik

tempatt kebijakan tersebut diimplementasikan.

6. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi

yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu

kebijakan akan mempengaruhi kinerja suatu kebijakan.

Strategi yang digunakan dapat bersifat top/down approach

atau bottom approach, otoriter atau demokratis (Suharno

2010:31).

2.1.5 Jenis Kebijakan Publik

Banyak pakar yang mengajukan jenis kebijakan publik berdasarkan

sudut pandang masing-masing. James Anderson sebagaimana dikutip

Suharno (2010:24-25) menyampaikan kategori kebijakan publik sebagai

berikut:

1. Kebijakan substantif versus kebijakan procedural

Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa

yang akan dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan

26
procedural adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut

dapat dijalankan.

2. Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus

kebijakan redistributif

Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau

kemanfaatan pada masyarakat atau individu . kebijakan

regulatori merupakan kebijakn yang berupa pembatasan

atau pelarangan terhadap perilaku individu atau kelompok

masyarakat. Sedangkan, kebijakan redistributif merupakan

kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan,

pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam

masyarakat.

3. Kebijakan materal versus kebijakan simbolik

Kebijakan materal adalah kebijakan yang memberikan

keuntungan sumber daya komplet pada kelompok sasaran.

Sedangkan, kebijakan simbolis adalah kebijakan yang

memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran.

4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public

goods) dan barang privat (privat goods)

Kebijakan public goods adalah kebijakan yang mengatur

pemberian barang atau pelayanan publik. Sedangkan,

kebijakan privat goods adalah kebijakan yang mengatur

penyediaan barang atau pelayanan pasar bebas.

27
Sholichin Abdul Wahab sebagaimana dikutip Suharno (2010: 25-

27) mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat

kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan, ketika kita

dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa kategori, yaitu:

1. Tuntutan kebijakan (policy demands)

Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-

pejabat pemerintah yang dilakukan oleh aktor-aktor lain,

baik swasta maupun kalangan pemerintah sendiri dalam

sistem politik untuk melakukan tindakan tertentu atau

sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan pada suatu

masalah tertentu. Tuntutan ini dapat bervariasi, mulai dari

desakan umum, agar pemerintah berbuat sesuatu hingga

usulan untuk mengambil tindakan konkret tertentu terhadap

suatu masalah yang terjadi di dalam masyarakat.

2. Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah

yang dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap

pelaksanaan kebijakan publik. Dalam hal ini, termasuk

didalamnya keputusan-keputusan untuk menciptakan

statuta (ketentuan-ketentuan dasar), ketetapan-ketetapan,

ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang.

3. Pernyataan kebijakan (policy statements)

Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan

publik tertentu. Misalnya; ketetapan MPR, Keputusan

28
Presiden atau Dekrit Presiden, keputusan peradilan,

pernyataan ataupun pidato pejabat pemerintah yang

menunjukkan hasrat, tujuan pemerintah, dan apa yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat

dilihat dan dirasakan, karena menyangkut hal-hal yang

senyatanya dilakukan guna merealisasikan apa yang telah

digariskan dalam keputusan dan pernyataan kebijakan.

Secara singkat keluaran kebijakan ini menyangkut apa yang

ingin dikerjakan oleh pemerintah.

5. Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah akibat-akibat atau berdampak yang benar-benar

dirasakan oleh masyarakat, baik yang diharapkan atau yang

tidak diharapakan sebagai konsekuensi dari adanya

tindakan atu tidak adanya tindakan pemerintah dalam

bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang ada

dalam masyarakat.

2.2 Efektivitas Program

2.2.1 Efektivitas

Kata efektif yang digunakan di Indonesia merupakan kata yang

berasal dari Bahasa Inggris yaitu effective. Arti dari kata ini yakni berhasil

atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik, efektif merupakan kata

dasar, sementar kata sifat dari efektif adalah efektivitas, tujuan atau motif

29
dari pada administrasi dan manajemen ialah untuk mencapai hasil secara

efektif dan efisien. Dengan kata lain ialah pencapaian tujuan dengan hasil

yang berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien). Menurut Steers

(1985:87) mengemukakan bahwa: “efektivitas adalah jangkauan usaha

suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana

tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara

dan sumber daya itu sendiri serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar

terhadap pelaksanaanya”.

Menurut Gibson (1985:34) “efektivitas adalah pencapaian tujuan

dan sasaran yang telah disepakati untuk mencapai tujuan usaha bersama.

Tingkat tujuan dan sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas.

Tercapainya tujuan dan sasaran itu akan ditentukan oleh tingkat

pengorbanan yang telah dikeluarkan”. Menurut Emerson yang dikutip oleh

Handayaningrat (1990:16) menyatakan bahwa “ efektivitas ialah

pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya”. Sedagkan Handayaningrat (1990:16) memberi

penjelasan sebagai berikut; “bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai

dengan yang direncanakan sebelumnya maka dikatakan efektif, tetapi jika

tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka

dikatakan tidak efektif”.

Menurut Ulbert Silalahi (2011:416) dalam bukunya asas-asas

manajemen mendefinisikan efektivitas sebagai berikut : “Efektivitas

adalah kemampuan untuk memilih tujuan-tujuan atau sasaran yang tepat

dan mencapainya. Karena itu efektivitas menunjuk pada kaitan antara

30
output atau apa yang sudah dicapai atau hasil yang sesungguhnya dicapai

dengan tujuan atau apa yang sudah ditetapkan dalam rencana atau hasil

yang diharapkan dan dapat dikatakan efektif jika output yang dihasilkan

bisa memenuhi tujuan yang diharapkan”.

Efektivitas menurut Mahmudi (2005:92) efektivitas merupakan

hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi

(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan maka akan semakin

efektif program atau organisasi. Efektivitas berfokus pada hasil program

atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat

memenuhi tujuan yang diharapkan. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas,

maka jelas bahwa efektivitas adalah ukuran untuk mengetahui

ketercapaian tujuan atau sasaran-sasaran suatu kegiatan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga efektivitas ini

berkaitan dengan hasil atau output atau outcome. Suatu kegiatan atau

program dikatakan efektif jika output yang dihasilkan bisa memenuhi

tujuan yang telah diharapkan. Efektivitas akan berkaitan dengan

kepentingan orang banyak, seperti yang dikemukakan Emerson yang

dikutip Handayaningrat (1995:16) sebagai berikut:

"Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam


arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Efektivitas perlu diperhatikan sebab mempunyai efek yang
besar terhadap kepentingan orang banyak.”
Pendapat diatas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas merupakan

usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang

ditunjukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh sekelompok

sasaran yaitu masyarakat. Persoalan efektivitas sebenarnya tidak terbatas

31
pada keadaan yang bersifat konstitusional saja melainkan terdapat kepada

seluruh aspek kehidupan manusia dengan berbagai atributya. Salah satu

kriteria dari administrasi sebagai suatu ilmu pengetahuan adalah

efektivitas yang sebenarnya tidak dipisahkan dengan kriteria lainnya, yaitu

rasionalitas dan efisiensi. Kriteria ini merupakan suatu kesatuan yang

saling melengkapi dalam rangka keberhasilan dari berbagai rangkaian

kegiatan manusia dalam sebuah organisasi baik dalam pengukuran,

ketepatan dalam menentukan pilihan, ketepatan berpikir, ketepatan dalam

melakukan perintah, ketepatan dalam menentukan tujuan, dan ketepatan

sasaran.

2.2.2 Program

Penyusunan program mempunyai manfaat besar dalam

menentukan masa depan dan kelangsungan suatu organisasi, baik itu suatu

negara maupun organisasi pemerintah. Penyusunan program bermanfaat

tidak hanya berlaku secara khusus melainkan dapat bermanfaat secara

umum yakni dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Manfaat

penyusunan program tersebut dapat dirasakan setelah pelaksanaan suatu

program dilihat dari hasil yang telah tercapai, karena dengan adanya

program yang tersusun maka segala kemungkinan untuk melaksanakan

atau mendapatkan hasil diluar harapan yang telah ditetapkan.

Program juga akan menjadi acuan data suatu organisasi untuk

melaksanakan kegiatan serta menjadi suatu tujuan yang akan dicapai,

selain itu juga program akan menjadi suatu target dari suatu kegiatan.

Dengan demikian suatu program merupakan hal yang sangat penting

32
dalam suatu organisasi. Penyusunan program maka segala kegiatan yang

dilaksanakan dapat terinci sedemikian rupa sehingga dalam

pelaksanaannya sangat sedikit kemungkinan untuk berjalan diluar

jangkauan program. Hal ini sangat baik bila dilaksanakan untuk dapat

menentukan anggaran biaya yang dibutuhkan, alat-alat yang dikehendaki

atau digunakan oleh orang-orang yang akan melaksanakan serta

menyangkut waktu dan tempat dari suatu program yang telah disusun atau

ditetapkan itu.

Untuk dapat menentukan apa saja yang dibutuhkan, maka

diperlukan penggunaan sumber daya, seperti yang dikemukan Terry dalam

Wanardi (2006:228) sebagai berikut:

“Program dapat didefinisikan sebagai sebuah rencana


komperehensif yang meliputi penggunaan macam-macam
sumber daya untuk masa yang akan dating dalam bentuk
sebuah pola yang terintegritas dan yang menetapkan suatu
urutan tindakan-tindakan yang perlu dilaksanakan serta
schedule-schedule waktu untuk masing-masing tindakan
tersebut dalam rangka usaha mencapai sasaran-sasaran
yang ditetapkan.”
Sedangkan menurut Azwar (2006:183) menyatakan bahwa:
“Penyusunan program (programming) adalah suatu upaya
menyusun rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan,
yang juga merupakan perencanaan, karena rangkaian
kegiatan yang disusun pada penyusunan program dapat
dilakukan tidak dari tahap awal.”
Farida dalam Janiati (2014:18) mengartikan program sebagai

segala sesuatu yang dilakukan seseorang dengan harapan akan

mendatangkan hasil atau pengaruh. Dengan demikian program dapat

diartikan serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan

dalam pelaksanaanya berlangsung dalm proses yang berkesinambungan,

33
dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Dalam

pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan

sebagai program, yaitu :

1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan

seksama. Bukan asal rancangan tetapi rancangan kegiatan

yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat.

2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari

satu kegiatan ke kegiatan yang lain, dengan kata lain ada

keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan

sesudahnya.

3. Kegiatan tersebut berlangsug dalam sebuah organisasi, baik

organisasi fomal maupun organisasi non formal bukan

kegiatan individual.

4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya

melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan

oleh perorangan tanpa adanya kaitannya dengan kegiatan

orang lain.

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi tercapainya

suatu kegiatan. Didalam program dibaut beberapa aspekk, disebutkan

bahwa didalam setiap program dijelaskan mengenai tujuan kegiatan yang

akan dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan yang

harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui, perkiraan anggaran

dibutuhkan dan strategi pelaksanaan. Melaului program maka segala

bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk

34
dioperasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program adalah usaha

dalam menentukan serangkain kegiatan yang hendak dilaksanakan

mencakup sumber-sumber yang akan digunakan, sehingga kegiatan yang

direncanakan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2.3 Ukuran Efektivitas Program


Richard M. steers ( dalam Sutrisno 2010:123 ) mengemukakan

bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah

dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling

berhubungan yaitu:

1. Paham mengenai optimal tujuan: efektivitas dinilai menurut

ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai

tujuan yang layak dicapai.

2. Perspektif sistematika: tujuan mengikuti suatu alur dalam

organisasi.

3. Tekanan pada segi prilaku individu dan kelompok akhirnya

dapat menghalangi tujuan organisasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Richard M. Streers yang

menyatakan Kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam

pencapaian tujuan. Setiap orang yang masuk dalam organisasi dituntut

untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja di dalam

organisasi tersebut maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut.

Adapun indikator-indikator penilaian kemampuan menyesuaikan

diri menurut Richard M. Steers (1980:193) yaitu:

35
1. Situasi : Situasi baik di dalam kantor maupun di luar kantor

yang kondusif dapat menimbulkan rasa nyaman baginpara

pegawai untuk melaksanakan tugasnya.

2. Komunikasi : Komunikasi yang lancar antara karyawan

dengan pihak manajemen banyank dipakai alasan untuk

menyukai jabatannya. Maksudnya disini adanya kesediaan

pihak atasan untuk mau mendengar, memahamidan mengakui

pendapat ataupun prestasi pegawainya sangat berperan dalam

menimbulakan rasa puas terhadap kerjanya.

3. Kerjasama : Saling bekerjasama antara pegawai dapat

menjadikan pekerjaan menjadi semakin mudah. Dalam hal ini

setiap pegawai mampu bekerja sama dengan baik sesamanya

sehingga tujuan organisasi dapat terwujud.

Menurut Siagian (2004:154) menguraikan beberapa indikator atau

kriteria untuk menentukan tingkat efektivitas yaitu:

1. Tepat sasaran, hal ini menyangkut sejauh mana pekerjaan yang

dilakukan benar-benar tepat dan sesuai dengan sasaran (target

yang menjadi tjuan) yang diinginkan.

2. Tepat waktu, sejauh mana tingkat keberhasilan tugas-tugas

yang dilaksanakan, apakah sesuai dengan waktu yang

ditentukan dan direncanakan

3. Berhasil guna, sejauh mana tingkat keberhasilan tugas-tugas

yang dilksanakan, apakah sesuai dengan kegunaan dan

36
manfaatnya, serta benar-benar berdammpak positif bagi

kepentingan orgnisasi baik secara internal maupun eksternal.

4. Tujuan tercapai sesuai dengan rencana, apakah tujuan yang

diinginkan dari pelaksanaan organisasi telah tercapai sesuai

dengan rencana dan target yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Riant (2003:179-182) mengemukakan bahwa

terdapat empat “tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal keefektifan

implementasi kebijakan :

1. Tepat kebijakan, ketepatan kebijakan dinilai dari sejauh mana

kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang memang

memecahkan masalah yang hendak dipecahkan. Apakah

kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai karakter masalah

yang hendak dipecahkan. Apakah kebijakan dibuat oleh

lembaga yang mempunyai kewenangan (misi kelembagaan)

yang sesuai dengan karakter kebijakannya.

2. Tepat pelaksananya, terdapat tiga lembaga yang dapat menjadi

pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama antar pemerintah-

masyarakat/swasta, atau implementasi kebijakan yang

diswastakan. Kebijakan-kebijakan yang sifatnya monopoli

sebaiknya diselenggarakan oleh pemerintah. Kebijakan yang

bersifat memberdayakan masyarakat, seperti penanggulangan

kemiskinan sebaiknya diselenggarakan pemerintah bersama

dengan masyarakat. Kebijakan yang bertujuan mengarahkan

kegiatan masyarakat, seperti bagaimana perusahaan harus

37
dikelola, atau di mana pemerintah tidak efektif

menyelenggarakannya sendiri, sebaiknya diserahkan kepada

masyarakat.

3. Tepat target, apakah target yang diintervensi sesuai dengan

yang direncanakan, tidak tumpang tindih atau bertentangan

dengan intervensi kebijakan lain. Apakah target dalam kondisi

siap diintervensi atau tidak. Dan apakah intervensi

implementasi kebijakan bersifat baru atau memperbarui

implementasi kebijakan sebelumnya.

4. Tepat lingkungan, lingkungan dalam hal ini terbagi menjadi

lingkungan internal kebijakan yang berkaitan dengan interaksi

diantar perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan

lembaga lain yang terkait. Dan lingkungan eksternal kebijakan

yang berkaitan dengan persepsi publik akan kebijakan dan

implementasi kebijakan.

Pengukuran efektivitas program menurut Edy Sutrisno (2010:125-

126) yaitu sebagai berikut:

1. Pemahaman Program, yaitu untuk mengetahui sejauh mana

masyarakat dapat memahami program.

2. Tepat Sasaran, yaitu bagaimana program yang dirancang

oleh pengelola kepada kelompok sasaran atau sejauhmana

suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak

dicapai.

38
3. Tepat Waktu, yaitu untuk penggunaan waktu dalam

pelaksanaan program harus sesuai dengan jadwal yang

sudah ditentukan sebelumnya.

4. Tercapainya Tujuan, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan

dari dibentuknya program sudah tercapai atau belum.

5. Perubahan Nyata, yaitu untuk mengetahui bagaimana

bentuk perubahan nyata sebelum dan sesudah adanya

program tersebut.

Dari beberapa pengukuran efektivitas program diatas, dapat

dirangkai bahwa ukuran efektivitas program merupakan suatu cara untuk

mengukur sejauh mana program berjalan, guna mencapai tujuan yang telah

di tentukan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengkuran efektivitas program yang telah

diuangkapkan oleh para ahli maka teori yang cocok digunakan dalam

penelitian ini adalah teori pengukuran efektivitas menurut Edy Sutrisno

(2010:125-126). Karena keseluruhan dari teori ini sesuai dengan fokus

penelitian dan fenomena masalah yang peneliti lakukan, selain itu teori

pengukran yang disampaikan lebih mempermudah peneliti selama

melakukan kegiatan penelitian tentang efektivitas program Kartu Kusuka

Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan di Kota Bengkulu.

2.3 Program Kartu Kusuka

Kartu Kusuka adalah data atau kejelasan informasi terkait profesi, bisa

membantu seseorang saat ingin mendapat bantuan atau ikut serta dalam program

yang dicanangkan oleh pemerintah. Kartu Kusuka merupakan bagian dari Satu

39
Data KKP seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor 42 Tahun 2019 tentang Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan

Perikanan.Dalam hal ini, pelaku usaha kelautan dan perikanan sendiri adalah

setiap orang atau korporasi yang mengelola sebagian atau seluruh kegiatan usaha

kelautan dan perikanan dari hulu sampai hilir.

Program kartu Kusuka ini adalah salah satu bentuk perlindungan dan

pemberdayaan pelaku Utama kelautan dan perikanan, percepatan pelayanan,

peningkatan kesejahteraan serta menciptakan efektivitas dan efesien program

Kementerian Kelautan dan Perikanan agar tepat sasaran dan pendataa kepada

pelaku utama kelautan dan perikanan. Kartu pelaku utama sektor kelautan dan

perikanan yang selanjutnya disebut kartu kusuka adalah identittas tunggal pelaku

utama kelautan dan perikanan.

Gambar 2.1 kkp.go.id diakes desember 2020


2.3.1 Sasaran Program Kartu Kusuka

Sasaran Program kartu Kusuka ini termuat dalam Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor 42 Tahun 2019 sebagai berikut:

40
Pelaku Utama meliputi :

a. Nelayan: Nelayan kecil, Nelayan tradisional, Nelayan buruh, dan

Nelayan pemilik;

b. Pembudi Daya Ikan: Pembudi Daya Ikan kecil, penggarap lahan,

dan pemilik lahan;

c. Petambak Garam: Petambak Garam kecil, penggarap tambak

garam, dan pemilik tambak garam;

d. Pengolah Ikan; dan

e. Pemasar Perikanan: Penyedia Jasa Pengiriman Produk Kelautan

dan Perikanan.

2.3.2 Pemanfaatan Program Kartu Kusuka

Untuk pemanfaatan kartu Kusuka ini memilik banyak manfaat

terutama untuk para nelayan.Manfaat Kartu Kusuka bagi nelayan itu sendiri

antara lain:

1. Memudahkan nelayan untuk mendapatkan bahan bakar.

2. Mendapatkan asuransi. Aturan tentang pemberian asuransi ini

diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

18 Tahun 2016 tentang Bantuan Premi Asuransi Nelayan.

3. Program Mina Usaha Pedesaan (PUMN) yang ditujukan kepada

masyarakat nelayan yang sudah terbentuk dalam Kelompok

Usaha Bersama (KUB).

4. Kepengurusan sertifikat tanah secara gratis yang diprogramkan

untuk masyarakat nelayan yang dilakukan oleh kementerian

ATR/BPN bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan

41
Perikanan, berdasarkan keputusan bersama Nomor 04 Tahun

2017 dan Nomor 7-SKB-BPNRI-2017.

5. Program bimbingan teknis penangkapan ikan

6. Mendapatkan bantuan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang

ditujukan untuk masyarakat nelayan yang tidak bisa melaut

dikarenakan cuaca buruk yang terjadi berkepanjangan.

2.3.3 Mekanisme Pelaksanaan Program Kartu Kusuka

Untuk mekanisme program kartu Kusuka sudah diatur dalam Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42 Tahun 2019 tentang Kartu

Kusuka sebagai berikut :

1. Permohonanan Penerbitan

a. Setiap Pelaku Utama untuk memilki Kartu Kusuka harus

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Petugas Kusuka

dengan mengisi formulir penerbitan.

b. Pelaku utama perseorangan dalam mengajukan permohonan

penerbitan kartu Kusuka harus melampirkan persyaratan:

 Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

 Surat keterangan dari kepala desa atau yang disebut

dengan nama lain yang menyatakan bahwa yang

bersangkutan bekerja sebagai Pelaku Utama, apabila

pekerjaan yang tertera dalam KTP bukan termask dalam

Pelaku Utama.

 Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), jika

memiliki.

42
c. Dalam hal Pelaku Utama berbentuk korporasi maka

pengajuan permohonan penerbitan kartu Kusuka harus

melampirkan NIB.

d. Dalam hal pelaku utama korporasi belum memiliki NIB

maka melampirkan persyaratan:

 Fotokopi KTP penanggung jawab korporasi yang

dibuktikan dengan dokumen resmi yang diterbitkan

oleh korporasi yang bersangkutan;

 Fotokopi NPWP korporasi bagi badan usaha yang

memiliki NPWP;

 Fotokopi tanda daftar perusahan (TDP) bagi badan

usaha yang memiliki TDP;

 Fotokopi akte pendirian bagi bentuk usaha Perseroan

Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer (CV),

Koperasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Yayasan,

Lembaga nonpemerintah;

 Surat keterangan domisili bagi bentuk usaha

PT,CV,BUMN,Koperasi atau BUMD; dan

 Fotokopi surat keputusan pengesahan dari pihak

yang berwenang bagi bentuk usaha kelompok

43
2. Pencetakan dan Pendistribusian

a. Kartu Kusuka elektronik (e-Kusuka) diterbitkan melalui

laman satu data selanjutnya dilakukan pencetakkan Kartu

Kusuka.

b. Pencetakkan Kartu Kusuka dilaksanakan oleh pihak

perbankan yang telah melakukan perjanjian kerjasama

dengan Kementerian.

c. Jangka waktu pencetakan dan pendistribusian kartu Kusuka

yang dilaksanakan oleh pihak perbankan mengacu pada

perjanjian kerjasama antara Kementerian dengan pihak

perbankan.

d. Pencetakan Kartu Kusuka dapat dilakukan oleh Direktorat

Jenderal apabila :

 Tidak tercapai kesepakatan kerjasma dengan pihak

perbankan;

 Pihak perbankan yang telah melakukan perjanjian

kerjasma dengan Kementerian melakukan

wanprestasi;/ atau

 Pihak perbankan yang teah melakukan perjanjian

kerjasma dengan Kementerian menyatakan

ketidaksanggupan untuk mencetak Kartu Kusuka.

e. Pencetakan dan pendistribusian kartu Kusuka yang

dilakukan oleh Direktorat Jenderal dilaksanakan dalam

jangka waktu paling lama 5 (lima) hari.

44
f. Pendistribusian Kartu Kusuka dapat didampingi oleh

Petugas Kusuka.

Gambar 2.2 Mekanisme pelaksanaan kartu kusuka

2.3.4 Peran dan Fungsi Lembaga Pemerintah

Peran dan fungsi lembaga pemerinta dalam program kartu Kusuka

sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42

Tahun 2019 tentang Kartu Kusuka sebagai berikut:

Penyelenggara Kartu Kusuka dilaksanakan oleh :

1. Sekretariat Jenderal berwenang:

a. Menyusun standarisasi formulir Kartu Kusuka:

b. dan mengelola sistem basis data Kartu Kusuka;

c. Mengadakan bimbingan teknis kepada penyelenggara Kartu

Kusuka;

d. Mengelola, menyajikan, dan melakukan diseminasi data

Pelaku Utama sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

45
e. Memfasilitasi kegiatan koordinasi, sinkronisasi, konsultasi

serta sinergitas kebijakan, dan program/kegiatan Kartu

Kusuka antara para pemangku kepentingan;

f. Melakukan Validasi blok umum;

g. Memfasilitasi penyusunan perjanjian kerja sama antara

Kementerian dengan pihak luar terkait penyelenggaraan

Kartu Kusuka;

h. Melakukan monitoring dan evaluasi realisasi perjanjian

kerjasama; dan

i. Menetapkan Petugas Kusuka.

2. Direktorat jenderal berwenang melakukan sosialisasi, pendataan,

Validasi blok khusus, pencetakan, distribusi, dan/atau

pendampingan distribusi Kartu Kusuka sesuai dengan

kewenangannya.

3. Badan bewenang melakukan sosialisasi, pendataan,distribusi,

dan/atau pendampingan distribusi Kartu Kusuka sesuai dengan

kewenangannya.

4. UPT berwenang :

a. Melakukan pendataan, sosialisasi, dan pendampingan

distibusi Kartu Kusuka;

b. Melakukan verifikasi kepada Pelaku Utama yang

mengajukan permohonan; dan

46
c. Memberikan bimbingan teknis pendataan, sosialiasi,

pemantauan, evaluasi, dan konsultasi pelaksanaan Kartu

Kusuka.

5. Dinas berwenang:

a. Mengordinasikan penyelenggaraan,penyelarasan,dan

pengintegrasian pelaksanaan program Kartu Kusuka di

kabupaten/kota/UPTD lingkup provinsi;

b. Mengelola dan menyajikan data Kartu Kusuka di provinsi;

dan

c. Memberikan bimbingan, pemantauan, evaluasi, dan

konsultasi pelaksanaan Kartu Kusuka di provinsi.

47
2.4 Kerangka Berfikir

Efektivitas Program Kartu Kusuka


Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan di Kota
Bengkulu

1. Undang- Undang Nomor 07 Tahun 2016 Tentang Perlindungan dan


Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42 Tahun2019 Tentang
Kartu Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan

Teori Efektivitas (Edy Sutrisno)


1. Pemahaman Program
2. Tepat Sasaran
3. Tepat Tujuan
4. Tercapainya Tujuan
5. Perubahan Nyata

1. Meningkatnya Pelayanan Kepada Pelaku Utama Kelautan


Dan Perikanan
2. Meningkatkan Pendataan Data Identitas Pelaku Utama
Kelautan Dan Perikanan
3. Meningkatkan Efektivitas Dan Efisien Program Lintas
Eselon I Dalam Lingkup KKP Baik Dari Segi Data
Maupun Segi Anggaran

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

48
2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil-hasil penelitian terdahulu

sebagai bahan perbandingan dan kajian. Dasar atau acuan teori yang berupa hasil

penelitian sebelumnya merupakan hal pendukung. Salah satu pendukung yang

menurut para peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu

yang relevan dengan yang dibahas dalam penelitian. Dalam melakukan penelitian

“Efektivitas Program Kartu Kusuka Pelaku Utama Sektor Kelautan dan

Perikanan di Kota Bengkulu” , penelitian mengenai Efektivitas Program Kartu

Kusuka ini bukan penelitian yang baru pertama diteliti, melainkan sudah pernah

dilakukan oleh beberapaa peneliti di Indonsia.

Penelitian ini merupakan penelitian dari beberapa penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini terdapat beberapa persamaan dan

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan dan perbedaan

peneliti sajikan dalam bentuk matriks dan dibawah ini :

Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


1 Dida Efektivitas Hasil dari penelitian yang Persamaann Perbedaanya
Daniarsyah Pelaksanaan telah dilakukan dalam dengan terletak pada
(2017) Kebijakkan Program efektivitas pelaksanaan penelitian ini objek
Kartu Kusuka Pada Program kartu Kusuka ter dapat pada penelitian
Kementerian menunjukkan bahwa kartu variabel yang yaitu seluruh
Kelautan dan kusuka efektif sebagai diteliti yaitu: pelaku utama
Perikanan Provinsi media pendataan kepada -Efektivitas kartu Kusuka
Jawa Barat pelaku usaha, namun -Program serta aspek
kualitas manfaat kartu kebijakan dalam
Kusuka belum sama sekali penelitian
dirasakan oleh pelaku yang
usaha. Serta dalam digunakan
penelitian ini ditemukan
kendala penginputan data
pelaku utama oleh petugas

49
Kartu Kusuka yang sering
di nyatakan tidak valid
oleh sistem.
2 Suhari Efektivitas Hasil dari penelitian yang Persamaann Perbedaan
Yanto Pemanfaatan Kartu telah dilakukan dalam dengan terletak pada
(2019) Nelayan Dalam efektivitas pelaksanaan penelitian ini objek
Rangka Program kartu Kusuka ter dapat pada penelitian
Pemberdayaan menunjukkan bahwa variabel yang yaitu kartu
Nelayan Tradisional pemanfaatan dari diteliti yaitu: nelayan serta
di Kecamatan Koto pemberian kartu nelayan -Efektivitas aspek
Tangah Kota Padang belum efektif. Karena -Program penelitian
nilau plus dari kebijakan Kebijakan yang
Program tersebut tidak digunakan
dimanfaatkan nelayan.

50
Gambar 2.4 Diagram Fishbone Penelitian Terdahulu

Efektivitas Program Kartu Kusuka Pelaku


Utama Sektor Kelautan dan Perikanan di Kota
Bengkulu (Hatica Diah Yulianti,2020 dalam
proses)

Pemanfaatan
Kartu
Kusuka
secara efektif
Hasil dari penelitian yang Jurnal Kualitatif dan efisien
telah dilakukan dalam
Kualitatif
efektivitas pelaksanaan Jurnal
Tujuan penelitian ini untuk
Program kartu Kusuka
menganalisis, menjelaskan,
menunjukkan bahwa kartu Tujuan penelitian ini untuk dan mendeskripsikan
kusuka efektif sebagai media menganalisis, menjelaskan, pemanfaatan program Hasil dari penelitian yang
pendataan kepada pelaku dan mendeskripsikan Kartu Nelayan dalam telah dilakukan dalam
usaha, namun kualitas efektivitas pelaksanaan rangka pemberdayaan efektivitas pelaksanaan
manfaat kartu Kusuka belum kebijakan program Kartu nelayan Tradisional di Koto Program kartu Kusuka
efektif. Kendala yang Kusuka di Provinsi Jawa Tangah Kota Padang. menunjukkan bahwa
ditemukan penginputan data Barat serta kendala apa
yang tidak valid oleh sistem. pemanfaatan dari
yang dihadapai dalam pemberian kartu nelayan
pelaksanaanya. belum efektif. Karena nilai
Efektivitas Pemanfaatan
Efektivitas Pelaksanaan Kartu Nelayan Dalam Rangka plus dari kebijakan
Kebijakkan Program Kartu Pemberdayaan Nelayan Program tersebut tidak
Kusuka Pada Kementerian Tradisional di Kecamatan dimanfaatkan nelayan.
Kelautan dan Perikanan Provinsi Koto Tangah Kota Padang
Jawa Barat (Dida Daniarsyah, (Suhari Yanto, 2019)
2017 ) 51
Dari Gambar 2.4 peneliti memberikan kajian berupa penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan Efektivitas Program kartu Kusuka. Beberapa penelitian

terdahulu yang serupa dengan penelitian penulis yaitu yang pertama mengenai

Efektivitas Pelaksanaan Kebijakkan Program Kartu Kusuka Pada Kementerian

Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat (Dida Daniarsyah, 2017). Dengan

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis, menjelaskan, dan mendeskripsikan

efektivitas pelaksanaan kebijakan program Kartu Kusuka di Provinsi Jawa Barat

serta kendala apa yang dihadapai dalam pelaksanaanya., dengan mengunakan

metode kualitatif dan dengan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan Program kartu Kusuka efektif sebagai media pendataan kepada

pelaku usaha, namun kualitas manfaat kartu Kusuka belum efektif. Kendala yang

ditemukan penginputan data yang tidak valid oleh sistem.

Kedua mengenai Efektivitas Pemanfaatan Kartu Nelayan Dalam Rangka

Pemberdayaan Nelayan Tradisional di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

(Suhari Yanto, 2019).Dengan tujuan untuk Tujuan penelitian ini untuk

menganalisis, menjelaskan, dan mendeskripsikan pemanfaatan program Kartu

Nelayan dalam rangka pemberdayaan nelayan Tradisional di Koto Tangah Kota

Padang., metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan dengan hasil dari

penelitian yang telah dilakukan dalam efektivitas pelaksanaan Program kartu

Kusuka menunjukkan bahwa pemanfaatan dari pemberian kartu nelayan belum

efektif. Karena nilai plus dari kebijakan Program tersebut tidak dimanfaatkan

nelayan.

52
BAB III

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak
Penghasilan Orang Pribadi di Kota
3.1 Pendekatan Penelitian
Bengkulu. (Heltin Ariska, 2020 dalam
proses).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif,

hal ini di karenakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan

isi tapi tidak berdasarkan akurasi statistik. Penelitian kualitatif percaya bahwa Effect
Terlaksana
Ekstensifik
kebenaran adalah dinamis dan dapat ditentukan hanya melalui penelaan terhadap secara efek
efesien.
Kualitatif
orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka. Penelitian
sil analisis dari penelitian yang Tujuan: untuk mengetahui
ah dilakukan menunjukkan kualitatif mengkaji perspektif partisipasi partisipan
bagaimana dengan
pelaksanaan kegiatanstrategi-strategi yang
hwa kegiatan ekstensifikasi wajib ekstensifikasi pajak dan apa saja
jak dan intensifikasi pajak yang yangkualitatif
menjadi faktor-faktor
ah dilakukan KPP Pratama interaktif dan fleksibel. Penelitian ditujukan untuk memahami
penghambat dalam proses
karta Duren Sawit belum kegiatan ekstensifikasi yang
alankan secara maksimal. fenomena-fenomena sosial
Tujuan penelitian ini untuk dari sudut pandang
dilakukan partisipan.
oleh Kantor Pelayanan Dengan demikian
mengetahui kegiatan Pajak Pratama Pontianak serta Hasil dari penelitian ini dalam
ekstensifikasi wajib pajak dan upaya-upaya yang dilakukan pelaksanaan kegiatan ekstensif
penelitian yang digunakan untuk
intensifikasi pajak dan pengaruh meneliti pada kondisi
untuk memaksimalkan kegiatan alamiah dimana peneliti
dilakukan telah berjalan sesuai
kegiatan tersebut terhadap ekstensifikasi tersebut. prosedur dan yang menjadi fak
merupakan instrument
penerimaan kunci
pajak phh orang(Sugiyono,2012:5). penghambat adalah kurangnya
pribadi pada KPP Pratama masyarakat akan pentingnya m
laksanaan Ekstensifikasi Jakarta Duren Sawit serta Nomor Pokok Wajib Pajak dan
ajib Pajak dan Intensifikasi Bogdan dan Taylor
hambatan-hambatan yangdalam Moleong (2011:4) mendefinisikan penelitian keengganan masyarakat sendir
jak: Upaya Peningkatan terjadi pada pelaksanaan membayar pajak.
nerimaan PPH Orang Pribadi kegiatan tersebut. Efektivitas Pelaksanaan
da KPP Pratama Duren Sawit.
kualitatif sebagai prosedur penelitian Ekstensifikasi
yang menghasilan data deskriptif berupa
Basis Wajib Pajak
Maya Safira Dewi, Yessi Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Pontianak. (Anggun
ktavia Suswarno, 2014). kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari
Puspasari, 2016)

fenomena yang terjadi. Menurut Sugiyono (2012:1) penelitian kualitatif pada

hakikatnya adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti keadaan yang

ilmiah. Peneliti merupakan instrumen kunci yang mengumpulkan data secara

triangulasi (gabung), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih

menekankan makna dari generalisasi. Metode kualitatif digunakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna

adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data

yang tampak.

53
Maka pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif

melalui metode kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang

diteliti terkait efektivitas program kartu Kusuka pelaku utama sektor kelautan dan

perikanan di Kota Bengkulu. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam

penelitian status manusia, status objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun

peristiwa pada masa sekarang. Tipe penelitian ini berusaha menerangkan

fenomena sosial tertentu.

Lebih lanjut Moleong (2011:11) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif

menekankan pada data berupa kata-kata gambar, dan bukan angka-angka yang

disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang

dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

Hasil dari penelitian ini hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan

wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai efektifitas program kartu Kusuka di

Kota Bengkulu.

3.2 Fokus dan Aspek Penelitian

Dalam sebuah penelitian perlu adanya batasan atau fokus penelitian.

Penentuan fokus penelitian dimaksudkan agar memperjelas ruang lingkup

pembahasan penelitian ini, sehingga terhindar dari pengumpulan data yang terlalu

umum dan luas atau kurang relevan dengan tujuan penelitian. Penelitian ini

difokuskan secara kualitatif mengenai Efektivitas Program Kartu Kusuka Pelaku

Utama Sektor Kelautan dan Perikanan di Kota Bengkulu. Efektivitas program

kartu kusuka pelaku utama sektor kelautan dan perikanan di Kota Bengkulu,

dalam penelitian ini diartikan sebagai upaya dalam melihat sejauh mana

54
pemanfaatan kartu Kusuka dapat berguna untuk pelaku utama dalam hal ini

khusunya nelayan yang berada di Kota Bengkulu.

Aspek-aspek penelitian yang peneliti jadikan pedoman diambil dari teori

efektivitas program dalam pelaksanaan program kebijakan untuk mencapai tujuan

dimana efektivitas diukur dari indikator pemahaman program, tepat sasaran, tepat

waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata yang dijelaskan di BAB II dan

peneliti sesuaikan dengan kebutuhan penelitian adapun aspek-aspek penelitian

dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 3.1
Aspek Penelitian
Fokus penelitian Aspek penelitian
Efektivitas Program Kartu Pemahaman Program, sejauh mana masyarakat
Kusuka Pelaku Utama dapat memahami program
Sektor Kelautan dan
Perikanan di Kota Bengkulu Tepat Sasaran, bagaimana program yang
dirancang oleh pengelola kepada kelompok
sasaran atau sejauhmana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

Tepat Waktu, penggunaan waktu dalam


pelaksanaan program harus sesuai dengan jadwal
yang sudah ditentukan sebelumnya.

Tercapainya Tujuan, mengetahui apakah tujuan


dari dibentuknya program sudah tercapai atau
belum

Perubahan Nyata, bagaimana bentuk perubahan


nyata sebelum dan sesudah adanya program
tersebut

Sumber: diadopsi dari teori efektivitas Edy Sutrisno

55
3.3 Lokus/ Tempat Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dimaksud untuk lebih mempersempit ruang

penelitian ini dalam membahas dan sekaligus untk mempertajam fenomena sosial

yang dikaji sesuai dengan substansi penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini

dilakukan di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bengkulu dengan

pertimbangan bahwa instansi ini yang melaksanakan program kartu Kusuka.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data harus menggunakan prosedur yang sistematik dan

terstandar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Pasololong, 2016:130). Dalam penelitian kali ini, pengumpulan data dilakukan

dengan setting alamiah (natural setting) dengan menggunakan data primer dan

data sekunder. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun penjelasan lebih lanjut dapat kita

lihat bersama berikut ini:

1. Teknik Wawancara

Wawancara pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

secara langsung bagaimana efektivitas pelaksanaan program kartu

Kusuka di kota Bengkulu. Wawancara yang dilakukan dalam

penelitan ini menggunakan pedoman wawancara tidak terperinci

dan berbentuk pertanyaan terbuka (tidak ada alternatif jawaban)

melalui tatap muka langsung sehingga diharapkan mampu

menggali informasi sebanyak-banyaknya di lapangan.

2. Teknik Observasi

56
Pengamatan yang dilakukan peneliti bertujuan untuk

mengetahui secara langsung situasi dan kondisi dilapangan

sehingga peneliti bisa mendapatkan gambaran dari permasalahan

yang sedang diteliti yakni untuk menemukan dan mengetahui

gambaran efektivitas pelaksanaan program kartu Kusuka di kota

Bengkulu. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan

langsung.

3. Teknik Dokmentasi

Dokumentasi yang dilakukan peneliti diperoleh dari

dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang relevan dengan topik

penelitian seperti Undang-Undang dan dasar hukum pelaksanaan

sistem pelaksanaan program kartu Kusuka di kota Bengkulu. Serta

data-data seperti data target dan realisasi kartu Kusuka,data

pegawai dan struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan

Kota Bengkulu, dan sarana prasarana penunjang kinerja Dinas

Kelautan dan Perikanan Kota Bengkulu.

3.5 Informan Penelitian

Pengambilan informan penelitian dalam penelitian ini diadopsi dari pendapat

seorang ahli dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif Analisis

Data dimana menyatakan:

“memilih pertisipan. Ingat bahwa partisipan untuk penelitian kualitatif


dipilih melalui purposive sampling. Peneliti perlu menguji pertanyaan-
pertanyaan yang sudah dibayangkannya dan menggunakannya sebagai
dasar untuk memilih partisipan. Tergantung pada jenis pertanyaan yang
diajukan, peneliti akan memilih partisipan yang dapat menyediakan
informasi penting, yaitu kunci untuk studi tersebut” (Emzir, 2014: 16).

57
Dalam penelitian ini maka informan yang digunakan adalah informan

langsung, antara lain:

1. Kepala Seksi Bidang Tangkap, yang bertangung jawab terhadap

bidangnya serta sebagi pelaksana program kartu Kusuka.

2. Staf yang sebagai operator One Data, yang menurut peneliti juga dapat

memberikan informasi dan data berkaitan dengan pelaksanaan program

kartu Kusuka di Kota Bengkulu.

3. Kepala Koordinator Penyuluh kartu Kusuka, yang bertanggung jawab

melakukan penyuluhan serta pendataan terhadap nelayan.

4. Nelayan yang memiliki kartu Kusuka, selaku penerima manfaat dari

program kartu Kusuka

Tabel 3.2
Daftar Informan Penelitian

No Jabatan Jumlah
1 Kabid Tangkap Dinas 1 Orang
Kelautan dan Perikanan
kota Bengkulu
2 Staf One Data Dinas 1 Orang
Kelautan dan Perikanan
kota Bengkulu
3 Kepala Koordinator 1 Orang
Penyuluh kartu Kusuka
4 Nelayan yang memiliki 9 Orang
kartu Kusuka

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini mengunakan teknik analisi data deskriptif

kualitatif. Proses analisi data dilakukan secara terus menerus dimulai dari

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari observasi

atau pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, wawancara, dan

dokumen resmi . Menurut Sugiyono (2013: 88) teknik analisis data adalah suatu

58
proses mencari dan menyusun secara sistematis yang diperoleh dari wawancara

dan sumber dari lapangan terkait fokus permasalahan. Alur yang digunakan dalam

penyajian data penelitian kali ini mengadopsi konsep Miles dan Huberman (dalam

Emzir, 2014:129), dimana alur tersebut terbagi tiga yaitu pada penjelasan penulis

di bawah ini:

a. Reduksi Data(data reduction)

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, penyederhanaan,

abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam

catatan-catatan lapangan. Pada tahap ini peneliti memilih data yang

diperoleh dari lapangan. Mulai dari observasi, hingga wawancara

kepada informan dilapangan. Selain selain itu juga peneliti mencari

data dan informasi dari sumber dokumen-dokumen dari berbagai

buku, jurnal, artikel yang terkait dengan topik penelitian, sehingga

data dan informasi yang terkait kemudian dipilih dan dikumpulkan,

dan data yang dirasa tidak sesuai dipisahkan.

b. Model Data (data display)

Data yang sudah direduksi kemudian disajikan dan ditampilkan

dalam bentuk deskripsi sesuai dengan aspek-aspek penelitian.

Selanjutnya penulis dapat menyajikan data mengenai efektivitas

pemungutan parkir ditepi jalan umum dengan menampilkan

gambar, tabel, grafik dan tulisan naratif untuk mendukung proses

analisis.

59
c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan (conclution drawing)

Bagian terakhir dalam penyajian data kualitatif adalah penarikan

dan verifikasi kesimpulan. Setelah mereduksi data kemudian

menyajikan data, selanjutnya adalah memverifikasi data dan

menarik kesimpulan akhir tentang apa yang terjadi di lapangan

mengenai efektivitas sistem pemungutan retribusi parkir di kota

Bengkulu sesuai dengan fokus masalah penelitian. Pada tahap ini

peneliti menghubungkan dan mengklarifikasi data agar sesuai

antara kebenaran dan permasalahan yang ingin dicari, demi

mendapatkan jawaban yang diharapkan oleh peneliti.

60
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Abdurrahmat. 2008. Efektivitas Organisasi Edisi Pertama. Jakarta: Airlangga
Adisasmita, Rahardjo. 2010. Pengelolaan Pendapatan &Anggaran Daerah.
Makassar: Graha Ilmu.
Emzir, 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Depok:
RajawaliPers
Handayaningrat, Suwarno. 1990. Pengantar studi ilmu administrasi dan
management. Jakarta: Gunung Agung
Kuriawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Pembaruan,
Yogyakarta
M. Steers, Richard. 1980. Efektivitas Organisasi (Alih Bahasa Magdalena).
Jakarta: Erlangga
Pasolong, Harbani. 2016. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung.
Alfabeta.
Riant, Nugroho. (2003) Kebijakan Public Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.
Jakarta, Elex Media Komputindo.
Siagian, P. Sondang. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
Steers, Richard M. 1977, Efektivitas Organisasi. Jakarta: Lembaga Pendidikan
dan Pembinaan Manajemen dan Penerbit Erlangga.
Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disestasi. Bandung:
Alfabeta.
Dokumen Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2016 Tentang Pelindungan
Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42 Tahun 2019 Tentang Kartu
Pelaku Utama Sektor Kelautan dan Perikanan (KUSUKA)

Sumber Lain:
Rahmipa, Mukhira Mastie. 2018. Pola Komunikasi Coach Terhadap Peserta
Student Leadership Education Bem Kbm Unib Dalam Membangun
Karakter Kepemimpinana Mahasiswa. Bengkulu: Skripsi Universitas
Bengkulu
Rezki Ananta. 2017. Pengelolaaan Parkir Sebagai Upaya Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah.Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.
Sadad, Abdul. 2014. Organisasi danManajemen (Pengaruh pemotivasian
Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai). Pekanbaru: Alaf Riau

61
62

Anda mungkin juga menyukai