Anda di halaman 1dari 19

HUKUM PIDANA DI BIDANG

PERIKANAN
KETENTUAN PIDANA PERIKANAN

- Pidana Perikanan diatur dalam UU nomor 31 tahun 2004


menggantikan UU nomor 9 tahun 1985.

- UU tersebut memberikan kejelasan dan kepastian hukum


terhadap penegakan hukum atas tindak pidana di bidang
Perikanan yang mencakup penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan.
UU no 31 tahun 2004 mengalami revisi melalui
terbentuknya UU no 45 tahun 2009.
Kelemahan yang dimiliki UU no 31 tahun 2004 meliputi :
- Aspek manajemen pengelolaan perikanan, belum
terdapatnya koordinasi antara instansi terkait dengan
pengelolaan perikanan
- Aspek birokrasi, terjadinya benturan kepentingan dalam
kepentingan perikanan
- Aspek hukum antara lain, masalah penegakan hukum,
rumusan sanksi dan kompetensi pengadilan negeri
terhadap tindak pidana perikanan diluar kewenangan
pengadilan negeri tersebut.
TUJUAN DIATURNYA PIDANA PERIKANAN

- Untuk menunjang pembangunan perikanan secara


terkendali dan sesuai dengan asas pengelolaan perikanan
sehingga pembangunan perikanan dapat berjalan secara
berkelanjutan.
MACAM-MACAM TINDAK PIDANA
PERIKANAN
- Kejahatan Perikanan Destruktif : kegiatan penangkapan
dan budidaya ikan di wilayah pengelolaan RI dengan
menggunakan bahan kimia, bahan biologis, dan/cara
yang dapat merugikan kelestarian sumber daya ikan dan
lingkungannya.

- Kejahatan Penggunaaan Teknologi : kejahatan yang


dilakukan jika seseorang memiliki, menguasai,
membawa dan/atau menggunakan alat-alat penangkapan
ikan yang tidak sesuai dengan ukuran dan standar yang
ditetapkan, tidak sesuai dengan persyaratan, dan/atau
dilarang penggunaannya.
- Kejahatan Perizinan : Pemerintah menetapkan 2 macam
surat izin bagi seseorang untuk menjalankan usaha
penangkapan ikan yaitu a) Surat Izin Usaha Perikanan
(SIUP), dan b) Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI).
Seluruh kegiatan usaha dan penangkapan tanpa SIUP dan
SIPI merupakan sebuah pelanggaran.

- Kejahatan Pengangkutan Ikan : Seluruh pengoperasian


kapal pengangkut ikan di wilayah Indonesia harus
memiliki Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)
yaitu surat izin tertulis yang wajib dimiliki untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah
Indonesia.
- Kejahatan Perusakan Lingkungan : perbuatan yang
membahayakan kesehatan manusia, seperti pencemaran,
perusakan sumber daya ikan dan lingkungan, budidaya
ikan dengan rekayasa genetik yang membawa dampak
negatif, dan penggunaan obat obatan dalam budidaya
ikan yang membawa dmpak negatif.

- Kejahatan Karantina Ikan : perbuatan memasukkan ikan


ke dalam wilayah pengelolaan Indonesia, mengeluarkan
ikan dari wilayah Indonesia, memelihara ikan yang
merugikan masyarakat pembudidayaan ikan, sumber
daya ikan serta lingkungannya tanpa proses karantina
terlebih dahulu
- Kejahatan Penanganan dan Pengolahan Ikan : berkaitan
dengan penggunaan bahan baku, bahan tambahan,
dan/atau alat yang membahayakan kesehatan manusia
dan/atau lingkungan.
JENIS DAN SIFAT HUKUMAN PIDANA
PERIKANAN
Jenis Hukuman Sifat Hukuman

- Jenis hukuman pidana di - Sebagian besar bersifat


bidang perikanan hanya kumulatif
mengenal pidana pokok.
- Pidana tambahan tidak diatur
- Yaitu pidana penjara dan
dalam UU Perikanan. pidana denda diterapkan
- Pidana pokok yang dijatuhkna sekaligus
berupa penjara dan denda.
- Hakim tetap dapat
menjatuhkan pidana tambahan.
PENGGOLONGAN TINDAK PIDANA
PERIKANAN
Diatur dalam pasal 84 sampai 104 UU tentang Perikanan :
1. Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik
Indonesia melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan dengan
menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara,
dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian
sumber daya ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 Ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling banyak Rp.1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah).

2. Nakhoda atau pemimpin kapal perikanan, ahli penangkapan ikan, dan anak
buah kapal yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik
Indonesia melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia,
bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang
dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan
dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp.1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah).
3. Pemilik kapal perikanan, pemilik perusahaan perikanan, penangnggung
jawab perusahaan perikanan, dan/atau operator kapal perikanan yang
dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
melakukan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia,
bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang
dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan
dan/atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ayat (3),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

4. Pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, dan/atau penanggung jawab


perusahaan pembudidayaan ikan yang dengan sengaja melakukan usaha
pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau
cara dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan
kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 Ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah).
TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN
KORPORASI

- Prinsip pertanggung jawaban korporasi diatur dalam UU


Perikanan.

- Dalam pasal 101 disebutkan bahwa “dalam hal tindak


pidana perikanan dilakukan oleh korporasi, tuntutan dan
sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, dan
pidana dendanya ditambah sepertiga dari pidana yang
dijatuhkan.”
PEMBEBASAN DENGAN JAMINAN UANG
Penangguhan penahanan dapat kita lihat pengaturannya dalam Pasal
31 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang
berbunyi:

1. Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut


umum atau hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing,
dapat mengadakan penangguhan penahanan dengan atau
tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan syarat yang
ditentukan.
2. Karena jabatannya penyidik atau penuntut umum atau hakim
sewaktu-waktu dapat mencabut penangguhan penahanan dalam
hal tersangka atau terdakwa melanggar syarat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
Selanjutnya diatur dalam PP no 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan
KUHAP yaitu :

1. Jaminan uang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai


dengan tingkat pemeriksaan dan disimpan di kepaniteraan
pengadilan negeri;
2. Apabila tersangka atau terdakwa melarikan diri dan setelah lewat
waktu 3 (tiga) bulan tidak diketemukan, uang jaminan tersebut
menjadi milik negara dan disetor ke Kas Negara;
3. Penyerahan uang jaminan kepada kepaniteraan pengadilan negeri
dilakukan sendiri oleh pemberi jaminan dan untuk itu panitera
memberikan tanda terima;
4. Tembusan tanda penyetoran tersebut oleh panitera disampaikan
kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat
pemeriksaan.
PEMBERLAKUAN PIDANA PENJARA UNTUK
TINDAK PIDANA DI ZEEI
Penegakan hukum tindak pidana perikanan di wilayah ZEEI diatur dalam Pasal
97 ayat (2), Pasal102, dan Pasal 104 ayat (1) UU Perikanan yang
merupakan adopsi dari ketentuan yang ada di UNCLOS (United Nations
Convention On The Law Of The Sea).
Pasal 97 ayat (2) mengatur mengenai Nakhoda kapal yang mengoperasikan
kapal penangkap ikan berbendera asing yang telah memiliki izin
penangkapan ikan dengan 1 (satu) jenis alat penangkapan ikan tertentu di
bagian tertentu di ZEEI yang membawa penangkapan ikan lainnya dapat
dipidana dengan pidana denda.
Pasal 102 UU Perikanan tahun 2004, pidana penjara tidak berlaku di wilayah
ZEEI kecuali telah ada perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah negara yang bersangkutan.
Pasal 104 ayat (1) UU Perikanan mengatur mengenai permohonan untuk
membebaskan kapal dan/atau orang yang ditangkap karena melakukan
tindak pidana di wilayah ZEEI dapat dilakukan setiap waktu sebelum ada
keputusan dari pengadilan perikanan yang menyerahkan sejumlah uang
jaminan yang layak, yang penetapannya dilakukan oleh pengadilan.
Tahun Jumlah Kasus
2015 43
2016 142
2017 56
2018 6

Tabel Penanganan Kasus di Wilayah ZEEI yang Ditangani


oleh PPNS Perikanan Tahun 2015-2018.

Berdasarkan data dari Direktorat Penanganan Pelanggaran


Kementerian Kelautan dan Perikanan ada 363 kapal perikanan
yang telah ditenggelamkan dari Oktober 2014 sampai dengan
Oktober 2017.
PENYETORAN PEMBAYARAN PIDANA DENDA
- Pembayaran denda dilakukan paling lama 1 bulan setelah
putusan berkekuatan hukum tetap.
- Pidana denda dibayarkan kepada kejaksaan dan segera
disetorkan ke kas Negara.
- UU Republik Indonesia no. 13 tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, pasal 43 ayat 1
disebutkan “Dalam hal terpidana tidak mampu
membayar pidana denda sebagaimana dimaksud dalam
pasal 37, pasal 38, pasal 39, pasal 40, pasal 41, pasal
42 pidana denda tersebut diganti dengan pidana penjara
paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun.”
KEPEDULIAN NEGARA DALAM
MEMBERANTAS ILEGAL FISHING
Beberapa contoh komitmen Negara dalam memberantas
ilegal fishing dengan cara :

- Penguatan Lembaga Pengawasan Laut : pembentukan


Bakamla ( Badan Keamanan Laut)

- Penguatan Sarana Sistem Pengawasan Perikanan :


meningkatkan dan menambah stasiun pengawas (radar),
peningkatan frekuensi pengawasan dengan menambah
jumlah kapal patroli
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai