F. Putusan
DALAM EKSEPSI
1. Menolak Eksepsi Tergugat ;
DALAM POKOK PERKARA:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menyatakan bahwa perjanjian atau kesepakatan sebagaimana tertuang dalam surat
Pernyataan Tertanggal 15 Januari 2016 yang di buat oleh kedua belah pihak di
hadapan Lurah Pauwo, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango adalah Sah
dan memiliki kekuatan hukum mengikat bahwa Tergugat memiliki hutang kepada
Penggugat sejumlah Rp 75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah);
3. Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Wanprestasi/Ingkar janji;
4. Menghukum Tergugat untuk memenuhi isi Perjanjian sebagaimana yang tertuang
dalam Surat Pernyataan Tertanggal 15 Januari 2016 sejumlah
75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah) dengan jaminan rumah dan tanah milik
Tergugat;
5. Menghukum Tergugat untuk tunduk dan patuh terhadap putusan ini;
6. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya; ini sejumlah Rp. 416.000,00 (empat
ratus enam belas ribu rupiah);
G. Analisis Tinjauan Yuridis Kasus
Perjanjian diatur dalam pasal 1313 KUH Perdata mengatur bahwa suatu perjanjian adalah
“suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih.”1 Pasal ini menerangkan secara sederhana tentang pengertian perjanjian
yang menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. Buku III
KUH Perdata mengatur perihal hubungan hukum antara orang dengan orang (hak-hak
perseorangan), meskipun mungkin yang menjadi obyek juga suatu benda. Sebagaian besar
buku III KUH Perdata ditujukan pada perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian,
1
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita,
2004), hal. 338
jadi berikan hukum perjanjian. Perikatan merupakan suatu pengertian abstrak, sedangkan
perjanjian adalah suatu peristiwa hukum yang konkrit. 2 Perjanjian berisi kaidah tentang apa
yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian. Perjanjian berisi
hak dan kewajiban kedua belah pihak yang harus dilaksanakan. Perjanjian tersebut dikatakan
sah jika memenuhi beberapa syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang sehingga
diakui oleh hukum. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian itu sah harus
terpenuhi 4 syarat, yaitu:
a) Adanya kesepakatan
b) Kecakapan untuk membuat perjanjian
c) Adanya suatu hal tertentu
d) Adanya causa yang halal.
Dua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif, mengenai orangorangnya atau
subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir adalah syarat
objektig mengenai perjanjian atau objektif mengenai perjanjiannya atau objek dari perbuatan
hukum yang dilakukan. Syarat pertama dan kedua pasal 1320 KUHPerdata disebut syarat
subjektif, karena melekat pada diri orang yang menjadi subjek perjanjian. Jika tidak
dimintakan pembatalan kepada hakim, perjanjian tersebut mengikat kepada para pihak,
walaupun diancam pembatalan sebelum waktunya. Syarat ketiga dan keempat pasal 1320
KUHPerdata disebut syarat objektif, karena mengenai sesuatu yang menjadi objek
perjanjian. Jika syarat ini tidak dipenuhi, perjanjian batal. Wanprestasi adalah tidak
memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam
perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.3 Wanprestasi atau tidak dipenuhinya
janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja.4 Seorang debitur dikatakan
lalai, apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya tetapi tidak
seperti yang telah diperjanjikan.5
Pada perkara NOMOR 42/Pdt.G/2020/PN Gto Bahwa pada sekitar tahun 2014 Tergugat
telah meminjam uang dari Penggugat sebesar Rp.75.000.000,-(tujuh puluh lima juta rupiah),
dengan perjanjian akan dibayar oleh Tergugat dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
2
R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995). hal. 122.
3
Salim H.S, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, (Jakarta: Rajawali Pres, 2008), hal. 180
4
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hal. 74
5
R.Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Arga Printing, 2007), hal. 146
hari setelah lebaran idul fitri tahun 2015, akan tetapi setelah tibah jangka waktu yang
dijanjikan tersebut, Tergugat belum juga membayar hutangnya oleh karena Tergugat belum
membayar hutangnya sebagaimana dalam jangka waktu yang dijanjikan tersebut, maka pada
tanggal 15 Januari 2016 Penggugat datang kerumah Tergugat di Kelurahan Pauwo
Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango untuk menagih hutang tersebut, akan tetapi
pada waktu Penggugat bertemu dengan Tergugat, pada waktu itu Tergugat menyampaikan
kepada Penggugat bahwa Tergugat belum mempunyai uang untuk melunasi hutang
penggugat tersebut, sehingga pada waktu itu Penggugat Langsung datang Kekantor
kelurahan untuk mengadukan permasalahan ini kepada Kepala kelurahan, dengan adanya
aduan Penggugat tersebut maka diudanglah Tergugat.
Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Gorontalo tersebut diatas, jelas bahwa perjanjian
utang piutang yang dibuat oleh pihak Penggugat dan Tergugat adalah sah berdasarkan
hukum telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam KUHPerdata. Demikian halnya
dengan perbuatan wanprestasi yang dilakukan dalam hal ini dilakukan oleh pihak debitur
dengan tidak melunasi kewajibannya untuk membayar utang sebagaimana yang telah
diperjanjikan Terhadap wanprestasi yang dilakukan oleh tergugat menimbulkan suatu
tanggung jawab hukum yang harus diterimanya yaitu debitur dituntut untuk membayar ganti
rugi atas tidak terpenuhinya prestasi debitur tersebut. Yang menurut Pasal 1243 KUHPerdata
: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai
diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat
diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.”
Ganti kerugian tersebut meliputi:
a) Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan;
b) Ganti kerugian atas kesalahan Tergugat (debitur);
c) Bunga atau keuntungan yang diharapkan.tidak mau melunasi pinjaman yang telah
dipinjamkan oleh penggugat dan debitur telah lalai dengan prestasinya.
Ganti rugi harus mempunyai langsung (hubungan kausal) dengan ingkar janji
sebagaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 1248 KUHPerdata dan kerugian dapat diduga
atau sepatutnya diduga pada saat waktu perikatan dibuat. Dalam kaitannya dengan
wanprestasi bahwa ada kemungkinan bahwa ingkar janji (wanprestasi) ini terjadi bukan
hanya karena kesalahan debitur (lalai atau kesengajaan), tetapi juga terjadi karena keadaan
memaksa. Kesengajaan adalah perbuatan yang diketahui dan dikehendaki, sedangkan
kelalaian adalah perbuatan yang mana si pembuatnya mengetahui akan kemungkinan
terjadinya akibat yang merugikan orang lain.