EVALUASI RUNWAY
OLEH :
M. REZKY RIDWAN
(03111540000006)
DOSEN :
BUDI RAHARDJO, ST., MT.
Sumber : http://minangkabau-airport.co.id/id/airport/airport-technical-information
Data mengenai sisi udara Bandara Internasional Minangkabau :
1. Landasan : 2750 M x 45 M/PCN 83 F/C/X/T
2. Apron : 37.800 M2 / 7 Parking Stand (B737 Classic)
3. Taxiway : 3 Jalur ( A, B, dan C ) /PCN 83 F/C/X/T
Data mengenai Terminal Penumbang Bandara Internasional Minangkabau
1. Terminal : 20.580,07 M2 / 2,7 juta Pax
2. Checkin Counter : 26 Counter
3. Boarding Lounge : Domestic ( 508 seats), International (168 seats).
4. Arrival Hall : Domestic (1507,2 m2), International (835,5 m2)
Data mengenai Fasilitas Sisi Darat
1. Hanggar : 2.255,28 M2 / 1 B737 Series
2. Garbarata : 4 Unit
2) Evaluasi arah landasan pacu, dan cocokan dengan wind rose!
Landasan pacu tidak dapat dibangun tanpa memperhatikan angin yang bertiup, karena itu
gerakan pesawat sangat dipengaruhi kondisi angin
Keterangan :
Angin haluan (head wind) : Angin yang bertiup berlawanan arah dengan gerakan
pesawat. Landasan yang diperlukan lebih pendek jika bertiup
angin haluan.
Angin Buritan ( tail wind ) : Angin yang bertiup searah dengan arah gerakan pesawat.
Landasan yang dibutuhkan menjadi lebih panjang, angin
buritan yang diizinkan bertiup adalah sebesar 4 knot.
Angin Sisi ( cross wind ) : Angin yang bertiup dengan arah tegak lurus arah pesawat.
Angin ini sangaat berbahaya bagi penerbangan karena dapat
melemparkan pesawat ke samping.
Besarnya cross wind yang dapat diterima oleh sebuah pesawat terbang dipengaruhi oleh ukuran
pesawat dan susunan sayap. ICAO menetapkan besarnya cross wind maksimum yang diizinkan
berdasarkan Panjang landasan pacu standar (ARFL) dari pesawat rencana. Menurut ICAO landasan
pacu harus berorientasi sedemikian rupa, sehingga 95% dari waktu pelayanan haruslah lebih kecil dari
maksimum yang diizinkan
Berdasarkan tabel diatas, dilakukan pengecekan cross wind terhadap arah landasan pacu :
1. Untuk keadaan dimana ARFL > 1500 maka angin sisi maksimum adalah 20 knot
Jadi, untuk semua angin yang berada di bawah 20kn dapat di toleransi, sedangkan >20kn maka dihitung
persentase nya berdasarkan arah runway eksisting. Untuk keadaan ini jumlah persentase dari arah angin
yang berada di bawah 20kn terdapat 100%, maka arah landasan dapat digunakan. Arah kondisi eksisting
runway dapat dilihat pada soal no. 1
0-2 kn 2-4 kn 4-6 kn 6-8 kn 8-10 kn
N 2 2 - - -
NNE 1 - - - -
NE 2 - - - -
ENE 4 3 1 - -
E 4 6 1 1 -
ESE 3 5 1 - -
SE 1 2 - - -
SSE 1 1 - - -
S 7 3 2 - 1
SSW 1 4 1 - -
SW 3 6 2 - -
WSW 4 7 5 - -
W 4 6 1 - -
WNW - 1 1 - -
NW 1 1 1 - -
NNW - 1 - - -
2. Untuk keadaan dimana ARFL < 1200 maka angina sisi maksimum adalah 10 kn.
Jadi, untuk semua angin yang berada di bawah 10kn dapat di toleransi, sedangkan >10kn maka dihitung
persentase nya berdasarkan arah runway eksisting. Untuk keadaan ini jumlah persentase dari arah angin
yang berada di bawah 10kn terdapat 100%, maka arah landasan dapat digunakan. Arah kondisi eksisting
runway dapat dilihat pada soal no. 1
Kesimpulan untuk arah runway :
a. Untuk toleransi crosswind runway dipakai angka toleransi yang terendah, hal ini didasarkan
pada pesawat terkecil yang beroperasi pada bandara tersebut.(ARFL < 1200 ; 10kn )
b. Untuk arah runway eksisting, dapat dipakai, karena semua toleransi terpenuhi dan cross wind
yang terjadi didaerah tersebut tidak terlalu besar.
c. Untuk perencanaa ulang arah runway dapat dilakukan dengan arah mengikuti lahan yang
tersedia, karena cross wind yang terjadi di daerah tersebut, memungkinkan arah runway bisa
kemana saja, akan tetapi disarankan untuk menciptakan headwind yang lebih besar.
Note : data windrose berdasarkan website meteoblue.com
Tampak atas runway Bandara Internasional Minangkabau
a. Pertama kita akan melakukan perencanaan untuk pesawat yang paling banyak di pakai di dunia yaitu boeing 737-900ER
Detail pesawat boeing 737-900ER
Spesifikasi boeing 737-900ER :
Engine - 2 X Scecma/GE CFM 56-7B27
Power - 27,300.00 lbf
Avionics - Rockwell Collins avionics
Maximum Cruising Speed - 875.46 km per hr 544.00 mph
Service Ceiling - 12,496.80 metres 41,000.00 feets
Rate of Climb - N/A N/A
Numbers Ordered/Sold - 500
Cabin Height - 2.20 metres 7.22 feets
Cabin Width - 3.54 metres 11.61 feets
Cabin Length - 32.61 metres 106.99 feets
Exterior Length - 42.10 metres 138.12 feets
Wingspan / Rotor Diameter - 35.70 metres 117.12 feets
Fuselage Diameter - 3.76 metres 12.34 feets
Baggage Volume - 52.50 cubic metre 1,854.02 cubic feet
Maximum Take Off Weight - 85,140.72 kgs 187,700.00 lbs
Maximum Payload - 20,738.00 kgs 45,718.99 lbs
Fuel Tank Capacity - 7,837.00 gallon 29,666.18 litres
Fuel Economy - 0.17 km per litre 0.40 NM per gallon
Take-off weight di ambil 70ton (±82% dari MTOW), maka diperlukan 2700m panjang runway
Landing weight ambil 80 % dari Max Landing Weight = 57 ton, maka ARFL yang dibutuhkan 1630 meter
Analisa runway
(Untuk take-off)
Panjang ARFL : 2700 meter
Elevasi diatas permukaan laut : 5.5 meter
Temperatur diatas lapangan terbang : 28° C
Kemiringan landasan pacu : 0.3%
Kebutuhan panjang runway = ARFL x Fe x Ft x Fs = 2700 x 1.00163 x 1.130455 x 1.03 = 3148.9 meter
(Untuk landing)
Panjang ARFL : 1630 meter
Elevasi diatas permukaan laut : 5.5 meter
Temperatur diatas lapangan terbang : 28° C
Kemiringan landasan pacu : 0.3%
Kebutuhan panjang runway = ARFL x Fe x Ft x Fs = 1630 x 1.00163 x 1.130455 x 1.03 = 1901 meter
b. Kedua kita coba untuk pesawat yang lebih besar yaitu boeing 747-400
Detail pesawat boeing 747-400 :
Take-off weight di anggap sama dengan MTOW = 396890 kg ; maka dari grafik di dapat ARFL = 3200 meter
Landing weight dianggap sama dengan MLW = 302093kg ; maka di dapat dari grafik ARFL = 2800 meter
Analisa runway
(Untuk take-off)
Panjang ARFL : 3200 meter
Elevasi diatas permukaan laut : 5.5 meter
Temperatur diatas lapangan terbang : 28° C
Kemiringan landasan pacu : 0.3%
Kebutuhan panjang runway = ARFL x Fe x Ft x Fs = 3200 x 1.00163 x 1.130455 x 1.03 = 3732.05 meter
(Untuk landing)
Panjang ARFL : 2800 meter
Elevasi diatas permukaan laut : 5.5 meter
Temperatur diatas lapangan terbang : 28° C
Kemiringan landasan pacu : 0.3%
Kebutuhan panjang runway = ARFL x Fe x Ft x Fs = 2800 x 1.00163 x 1.130455 x 1.03 = 3265 meter
BOEING 747-8
Pesawat boeing 747-8 dalam proses pembuatannya memperhatikan dimensi dari pesawat itu
sendiri sehingga dapat di operasikan secara aman dan efisien pada Bandara yang dapat menampung
pesawat Boeing 747-400. Pesawat ini punya dimensi luar yang sama seperti ser 747-400, kecuali pada
wingspan yang 3.5 meter lebih lebar dan 5.6 meter lebih panjang. Pesawat ini di bangun dengan
kemampuan yang dimiliki 747-400 agar dapat terbang hamper keseluruh bandara di dunia, dengan
kemampuan pilot yang sama dan aircraft servis yang sama dan peralatan ground-support yang sama.
Dalam perihal persyaratan bandara, salah satu perbedaan antara ICAO code E dengan code F
adalah persyaratan pemisah antara runway dengan taxiwa, yang mana adalah 182.5 meter untuk Code
E dan 190 meter untuk Code F. Pada umumnya banyak bandara yang di bangun dengan Code E, jadi
untuk mematuhi aturan ICAO mengharuskan mereka untuk menghapuskan taxiway sekarang dan
membangun ulang dengan tambahan 7.5 meter dari satu dengan yang lain. Perbedaan besar lainnya
adalah pemisah antara taxiway dengan objek, yang mana 47.5 meter untuk Code E dan 57.5 meter untuk
code F. Oleh karena itu tambahan 10 meter untuk mengikuti perubahan dari Code E ke Code F sangat
dianjurkan. Perubahan infrastruktur ini tidak hanya akan memakan biaya yang besar tapi juga akan
mempengaruhi kapasitas bandara dalam tahap pembangunannya, bahkan juka bandara punya lahan
yang cukup untuk menjadi Code F, perubahan ini hanya akan menjadi standar minimum untuk
kebutuhan dalam Code F (65-80 meter), oleh karena itu 747-8 akan diperlakukan sama dengan pesawat
besar lain yang hamper mendekati Code F.
Berikut merupakan spesifikasi dari Boeing 747-8
Berikut adalah perbandingan dari perkerasan untuk pesawat 747-8
3750 x 60 meter