Anda di halaman 1dari 32

Pendahuluan.

Pesawat udara merupakan salah satu komponen


Sistem Senjata Armada Terpadu yang dapat dioperasikan
melalui dua cara, baik melalui pangkalan di darat
maupun berpangkalan di kapal, dimana situasi dan
kondisinya berada serta keuntungan dan kerugian
masing-masing. Dengan dioperasikannya helikopter di
kapal, maka akan menimbulkan suatu kegiatan baru
yang memerlukan kerjasama dan pengertian yang baik
antara awak buah kapal dan awak buah pesawat udara
dalam setiap pelaksanaan tugas. Untuk itu perlu suatu
pengaturan kegiatan tentang penyelenggaraan
pengoperasianya.
Ruang lingkup.

1. Organisasi tempur dan administrasi,

wewenang dan tanggung jawab.

2. Prosedur pengoperasian helikopter di

kapal dan penyelenggaraan kegiatannya.

3. Sarana dan fasilitas pendukungnya.


ORGANISASI.

1. Organisasi tempur bila helikopter dioperasikan di


kapal-kapal Satuan Eskorta (Satkor).

PKU

PK OPS
PA AKS
UD

PT – OPS PT – OPS PT – OPS PT – OPS


UD UD UD UD

ANJUNGAN PIT GELADAK HELI


HELI
2. Organisasi tempur bila helikopter dioperasikan di
kapal-kapal Satuan Amfibi (Satfib).

PKU Komandan, Palaksa, Paga

PK NOP Pa. Direksi Heli

PT – 01 PT – 03 PT – 05 PT – 07
NOP NOP NOP NOP
OPEN PIT GIRO KEMUDI
BRIDGE DARURAT

PT – 02 PT – 04 PT – 06 PT – 08
NOP NOP NOP NOP
ANJUNGAN RDO JACU HELI
3. Organisasi administrasi bila helikopter dioperasikan di
kapal-kapal Satuan Eskorta (Satkor).

KOMANDAN

PALAKSA

DEP OPS DEP SIN DEP EKA DEP LOG


4. Organisasi administrasi bila helikopter dioperasikan di
kapal-kapal Satuan Amfibi (Satfib).

KOMANDAN

PALAKSA

DEP NOP DEP BAHSEN DEP SIN DEP BAN


TUGAS DAN WEWENANG.

1. Komandan Kapal.
a. Mengijinkan/membatalkan penerbangan.
b. Mengijinkan/membatalkan pendaratan.
c. Mengesahkan lembar otoritasi terbang.
d. Mengadakan pencarian dan pertolongan
(SAR).
e. Menyelenggarakan peran heli.

2. Perwira Komando Taktis (OTC).


Atas nama Dangus tugas berwenang dalam
pengendalian/penggunaan taktis operasional atas
helikopter yang dioperasionalkan di kapal untuk
melaksanakan tugas operasi.
3. Penerbang Utama (Capt. Pilot).
a. Menyatakan mampu/tidak untuk terbang/tugas
mengingat keselamatan terbang.
b. Komando penuh.
c. Mengambil keputusan :
1) Tinggal landas/tidak
2) Mendarat/tidak
3) Meneruskan/tidak
4) Kurangi muatan/tidak
5) Peran peninggalan helikopter
6) Pilih penggunaan senjata yang tepat
7) Sasaran dan cara penghancuran
8) Tempat singgah/transit saat terbang
jauh
9) Tentukan cara terbaik untuk laksanakan
tugasnya.
4. Paga Anjungan.
a. Mempertahankan haluan dan kecepatan kapal pada
saat peran heli
b. Bertanggung jawab pada Dan KRI

5. PWA Geladak Heli.


a. Pimpin anggota deck party siapkan geladak heli
b. Mengambil alih pendireksian heli pada saat :
1) Kendali positif waktu Take Off/landing
2) Pada saat penerbangan bebas

6. Pengawas
a. Merupakan pembantu PWA pendireksian heli
b. Melaporkan kepada Perwira Pendireksian Heli
tentang :
1) Gerakan heli pada saat terbang
2) Gerakan pesud dan kapals lain yang
dapat bahayakan pelaks. ops heli
7. Petugas Komunikasi Udara.
a. Selenggarakan hub. kom radio
1) Gunakan kom dal pesud/heli
2) Gunakan 3 frek. giat ops. (frek. kerja,
frek kawal dan frek darurat)
3) Gunakan tek. dan nada suara yang baik
b. Selenggarakan kom. Intern di kapal antara anjungan,
PIT, dan geladak heli

8. Dokter Udara / Bakes yang ditunjuk.


a. Laks. Pre flight medex thd. awak pesud
b. Lapor hasil pada DanKRI
c. Laks. Binkes selama tugas di kapal
d. Terselenggaranya kesehatan awak pesud
e. Membatasi pelaks. terbang siang hari 4 jam, 2 jam
pada malam hari
BATASAN OLENG DAN ANGGUK KAPAL PADA HELI SAAT
TAKE OFF DAN LANDING.

1. Jika heli menggunakan roda pendarat :


a. Siang hari angguk 2,5° dan oleng 5°
b. Malam hari angguk 1,5° dan oleng 3°
2. Jika heli menggunakan alat pendarat berupa skid :
a. Siang hari angguk 2° dan oleng 4°
b. Malam hari angguk 1° dan oleng 2°
3. Pada saat heli berada di geladak heli tidak diijinkan untuk
menghidupkan mesin apabila oleng kapal melebihi 15°
BATASAN ANGIN RELATIF PADA SAAT HELI TAKE OFF DAN
LANDING.

1. Saat start/stop mesin kapal halu cepat tetap :


a. 50 kts bila angin dari haluan (0° merah dan 0° hijau)
b. 40 kts bila angin dari haluan (10° merah dan 10° hijau)
c. 30 kts bila angin dari haluan/samping dgn baringan
antara 120° merah dan 120° hijau

2. Saat take off/landing siang hari :


a. Bila lewat lambung, approach menghadap angin
b. Dilarang Take off/landing dengan angin dari
hijau/merah 90° sampai ke buritan
c. Vmax angin dari samping 15 kts
d. Berat Heli lebih dari 5200 lbs angin dari haluan max 15
kts, jika kurang dari 5200 lbs angin dari haluan max 10 kts
KTS BATASAN ANGIN RELATIF KTS
40 40
10° 10° 10° 10°
30 30
20 50 20
30° 30° 10° 10° 30° 30°
10 40 15
30
60° 60°
20
TOW<5200 LBS 10 TOW>5200 LBS

120° 120° 10°


30° 40 KTS 40 KTS

30 BATASAN START 30
ENGINE
20 30° 20
60°
10 10

VAN SPEIJK MALAM VAN SPEIJK


HARI SIANG HARI
3. Take off / landing malam hari :

a. Bila lewat lambung, approach menghadap arah angin

b. Dilarang take off/landing dengan angin dari hijau 90°

sampai buritan

c. Vmax angin dari samping 10 kts

d. Berat heli lebih dari 5200 lbs angin dari halu max 15 kts

jika kurang dari 5200 lbs angin dari halu max 10 kts
PERSIAPAN.

1. KRI
a. Laks. Peran heli.
b. KRI berada dalam fly course.
c. Tim heli deck party menempati posisi.
d. Relling terbuka, heli deck clear.
e. Infokan halu, cepat, arah angin, oleng dan angguk
ke heli.

2. Ground Crew.
a. Siapkan pesud sesuai misi.
b. Check BBM pesud.
c. Check heli deck clear.
d. Laporan kpd Capt. Pilot kondisi pesud.
3. Pilot.
a. Check kesehatan.
b. Rencanakan terbang sesuai misi.
c. Plot posisi KRI.
d. Laporan DanKRI release autosheet.
e. Laks. Pre flight cx.

4. Ground Crew.
a. Siapkan pesud sesuai misi.
b. Check BBM pesud.
c. Check heli deck clear.
d. Laporan kpd Capt. Pilot kondisi pesud.
PELAKSANAAN.

1. TAKE OFF
a. Heli start engine laporkan ke KRI.

b. Heli running siap T/O KRI infokan arah, cepat angin,

oleng angguk KRI .

c. Pilot beri tanda ke marshaller untuk lepas tali.

d. Pilot laporan siap T/O lambung kanan/kiri sesuai arah

angin.

e. Heli melaksanakan misi dan laporan.

f. Kom. KRI selalu on the air pada saat ops heli.


2. LANDING
a. Pilot lapor KRI (posisi, tinggi, jumlah penumpang).
b. KRI arahkan heli/info halu/cepat kapal, arah/cepat
angin, oleng angguk.
c. Heli final siap mendarat KRI sudah “H” penuh geladak
siap.
d. Pada saat final kurangi/jangan bicara yang tidak perlu.
e. Heli mendarat, pilot beri tanda ke marshaller untuk ikat
heli.
f. Heli cut engine tutup kamar.
3. PENGAKHIRAN

a. Laksanakan post flight.

b. Capt. Pilot laporan pada DanKRI misi selesai.

c. Ground Crew pesud.

d. Deck party tutup relling.


KEADAAN DARURAT (EMERGENCY).

Jika heli yang di ops mengalami keadaan darurat, maka

tindakan yang dilaks. sesuai juklak prosedur pengoperasian

heli di kapal dan flight manual heli.

Tempat pendaratan :

- Di daratan terdekat

- Di kapal sendiri

- Di kapal kawan
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DALAM KEADAAN
DARURAT.

A. Penerbang utama (Capt. Pilot)

1. Lapor tentang keadaan darurat ke kapal pengendali.

2. Bertanggung jawab keselamatan semua material dan

dokumen.

3. Membuat berita acara tentang keadaan darurat yang

dialaminya.

4. Berikan penjelasan kepada tim pemeriksa tentang

proses kejadian keadaan darurat.


B. Komandan kapal yang bersangkutan

1. Laksanakan tindakan penyelamatan, pencarian,

pertolongan (SAR).

2. Meneruskan berita ke komando atas.

3. Monitor gerakan pencarian (SAR) dan koordinir SAR.

4. Buat berita acara apabila terjadi keadaan darurat.

5. Beri penjelasan kepada tim pemeriksa tentang proses

keadaan darurat tersebut.


PENDEKATAN TERKENDALI OLEH KAPAL (PKK).

A. Pendekatan standar heli :

1. 2 mil dari kapal.

2. Baringan 150-165 merah/hijau.

3. Ketinggian 400 ft V=60 kts.

4. Jarak 1,2 mil heli turun, perhatikan GSI.

- merah : heli kurang tinggi

- hijau : tepat pada glide path

- kuning (amber) : heli kurang rendah


5. ¼ mil (hilang di layar radar) kendali diserah pada PGH
pendaratan secara visuil.

Bila lampu GSI tidak terlihat pilot laksanakan go around


belok kiri 90° naik ke ketinggian 400 ft untuk mengulangi
PKK.

PENDEKATAN PADA JARAK PANDANG BURUK (PJB).

A. Jarak pandang terbatas.


B. Sama dengan PKK, hanya titik mulai turun diperbesar (±1/4
mil).
C. Kapal buat tanda-tanda bercahaya.
POLA PROSEDUR PENDEKATAN HELIKOPTER KE KAPAL

Siap untuk turun


300 400 400 FT
275
125 200

¼ ½ ¾ 1 1¼ 1,45 1¾ 2½

marker Alur baling-baling / haluan kapal


TINDAKAN BILA TERJADI PENDEKATAN PADA JARAK
PANDANG BURUK (PJB).

A. Paga Anjungan

1. Sarankan Paops laks. Metode PJB

2. Info ke OTC ttg pelaks. PJB

3. Manuvra kapal untuk dapatkan angin optimum

4. Cepat kapal 16 kts (tikas jelas)

5. Menyalakan lampu navigasi + rintangan sampai maks. 6.

Menyalakan lampu sorot ke arah heli (jangan badan heli) 7.

Siapkan sekoci penolong


B. Pwa Direksi Heli (PDH)
1. Info ke Paga, PGH, pengawas akan laks. PJB

2. Info ke PGH bila jarak heli 1 mil

C. Pwa Geladak Heli (PGH)

1. Nyalakan lampu-lampu geladak heli

2. Siapkan markers

3. Jatuhkan markers saat jarak heli 1 mil

4. Arahkan heli memotong markers/tikas

5. Arahkan pendaratan
HELI DECK
GSI / GPI
FLOOD
HORIZONTAL LIGHT
BAR
GO/NO GO
LIGHT
GO/NO GO
LIGHT
EDGE
LIGHT

TOUCH DOWN
LIGHT

APPROACH
LIGHT
TANDA-TANDA PENDARATAN HELIKOPTER (DECK MARKING)
Lampu sorot
(Overhead Flood Light)
Lampu pemandu “Putih”
(Homing beacon) Lampu Pendekat
“Putih” (Undirectional Line Up Light)
Lampu Sorot Deck
(Deck Mounted “Putih”
Flood Light)
“Merah”

Lampu Titik Lampu Tepi


Pendaratan (Edge Light)
(Touch Down “Merah”
Light)
“Hijau”
Lampu Pendekat Vertrep
(Duplex Line Up Light)
“Putih”
CIRCUIT HELI PADA LST, LSTM, ARN, MLT
VISUAL APPROACH

000°
-110° -30° +30° +110°

LEFT D/W RIGHT D/W

010° 350°
220° 500’ / 90 KTS 500’ / 90 KTS 140°

-210° +210°
GATE GATE
2NM 400’/60 2NM 400’/60

KHUSUS PROCEDURE POSITIF CONTROL MEMAKAI LEFT CIRCUIT PATTERN

Anda mungkin juga menyukai