Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami
pertolongan dan perlindungan, sehingga kami dapat menyelesaikan “Penelitian
Penguatan Peran dan Fungsi SPKKL”, Direktorat Penelitian dan Pengembangan,
Deputi Kebijakan dan Strategi Badan Keamanan Laut Republik Indonesia.

Menyadari bahwa dalam pelaksanaan anggaran tahun 2020 terjadi penyesuaian


kegiatan penelitian/kajian lingkup Direktorat Penelitian dan Pengembangan dikarenakan
selain keterbatasan alokasi anggaran yang akan digunakan dalam penelitian dan
tuntutan penggunaan anggaran agar dilaksanakan secara tertib administrasi, tertib
hukum, dan akuntabilitas juga penyesuaian dengan kondisi pandemi Covid-19 (Corona
Virus Disease 2019 setelah pertengahan Maret 2020. Sehingga alokasi anggaran
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Deputi Kebijakan dan Strategi dilakukan
revisi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) tahun anggaran 2020.

Dalam penyusunan penelitian ini, berdasarkan pada regulasi dan kebijakan,


antara lain :

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025;


2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 –
2024;
3. Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2017 tentang Sinkronisasi proses
perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional;
4. Grand Desain Bakamla 2019 – 2045;
5. Renstra Bakamla 2020 – 2024; dan
6. Konsep Operasi Bakamla 2029.

Kami menyadari sepenuhnya masih terdapat kekurangan dalam penyusunan


Naskah Penelitian “Penelitian Penguatan Peran dan Fungsi SPKKL”. Namun demikian
proses dan prosedur penyusunan anggaran pada Direktorat Penelitian dan
Pengembangan telah dilaksanakan sesuai siklus anggaran (APBN) Peraturan
Pemerintah nomor 17 tahun 2017 tentang Sinkronisasi proses perencanaan dan
penganggaran pembangunan nasional, dan telah dilaksanakan rapat internal persiapan
i
pelaksanaan penelitian, rapat penyusunan naskah penelitian yang melibatkan tenaga
ahli, serta kegiatan pengumpulan data yang dilakukan di Bangka Belitung, Manado, dan
Jayapura, serta pengumpulan data melalui studi literatur dan satuan kerja internal
terkait di Bakamla RI.

Terimakasih disampaikan kepada Pejabat Struktural, Jabatan Fungsional


Peneliti, dan staf pada Satker/Unit Kerja lingkup Deputi Kebijakan dan Strategi, Deputi
Operasi dan Latihan, Deputi Informasi Hukum, dan Kerjasama, dan Sekretariat Utama
Badan Keamanan Laut Republik Indonesia yang telah berperan aktif dan berkontribusi
dalam penyampaian informasi, saran dan masukan dalam penyusunan naskah
“Penelitian Penguatan Peran dan Fungsi SPKKL” Tahun 2020.

Jakarta, Desember 2020


Direktur Penelitian dan Pengembangan

Suhartoyo., CHRMP .
Laksamana Pertama Bakamla

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………….…………......i

DAFTAR ISI ………………………………………………………….…....iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................4

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.......................................5

D. SASARAN PENELITIAN............................................................5

E. METODE PENELITIAN..............................................................6

F. SISTEMATIKA PENULISAN.......................................................7

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................8

A. TEORI KEAMANAN MARITIM....................................................8

1. TEORI DARI J.H.A. LOGEMANN (KEDAULATAN)..................8

2. TEORI JAMES A.F. STONER...............................................8

3. TEORI SPYKMAN................................................................9

4. TEORI ALFRED THAYER MAHAN.......................................10

B. KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS.........................................11

1. UMUM................................................................................11

2. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN GLOBAL...........................11

a. TERORISME...................................................................12

b. HAK ASASI MANUSIA (HAM)...........................................12

c. LINGKUNGAN HIDUP.......................................................13
d. DEMOKRATISASI............................................................13

e. SENJATA PEMUSNAH MASSAL......................................13

f. KEJAHATAN LINTAS NEGARA.........................................14

g. PENYEBARAN COVID-19.................................................14

3. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN REGIONAL.........................14

4. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN NASIONAL.........................15

a. PERAIRAN NATUNA.........................................................16

b. LAUT SULAAWESI............................................................16

c. LAUT BANDA....................................................................17

d. LAUT SAWU......................................................................17

e. SELAT MAKASSAR............................................................17

f. SELAT SUNDA DAN TELUK JAKARTA................................17

g. SELAT MALAKA..................................................................17

C. KONSEP UMUM MARITIME SURVEILLANCE SYSTEM...................18

1. KONSEP COMMAND CENTER..................................................18

a. INDERA ATAU SENSOR......................................................19

b. SISTEM DATA TELEMETRY.................................................19

c. PUSAT INFORMASI DAN DATA...........................................19

1) RADIO TRX HF/SSB.......................................................20

2) JARINGAN BROAD BAND..............................................21

3) RADIO TRX UHF HT.......................................................21

4) RADIO TRX VHF MB......................................................21

5) RADIO TRX VHF GTA.....................................................21


6) SARANA PUBLIK SWITCHEL TELEPHONE NETWORK

(PSTN)...........................................................................21

2. KONSEP FUSION CENTER.......................................................22

D. RENCANA STRATEGIS BAKAMLA RI (2020 – 2024)........................25

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................27

A. HASIL PENGUMPULAN DATA.......................................................27

1. HASIL PENGUMPULAN DATA SPKKL JAYAPURA....................27

2. HASIL PENGUMPULAN DATA GS BANGKA BELITUNG.............29

3. HASIL PENGUMPULAN DATA SPKKL KEMA............................30

4. HASIL PENGUMPULAN DATA SPKKL MANEMBO-NEMBO DAN

GS BITUNG..............................................................................31

5. HASIL PENGUMPULAN DATA KONDISI AKTUAL SPKKL

BAKAMLA RI (DIREKTORAT DATA DAN INFORMASI)...............32

B. ANALISIS PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN SPKKL BAKAMLA

RI.................................................................................................33

C. KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN

SPKKL.........................................................................................34

BAB IV KESIMPULAN........................................................................39

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai Negara kepulauan, Indonesia terus berupaya menjaga kedaulatan

negara dengan melakukan peningkatan kemampuan pada bidang pertahanan,

keamanan dan keselamatan di Laut. Hal tersebut dikarenakan perairan Indonesia

merupakan penghubung antara pulau-pulau di seluruh wilayah kedaulatan NKRI.

Dalam hal ini, Bakamla – RI yang memiliki kewenangan atas keamanan dan

keselamatan di laut sesuai dengan Perpres Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan

Keamanan Laut memiliki sebuah misi untuk meningkatkan pengawasan wilayah

perairan Indonesia sampai fully covered.

Sebagaimana kita ketahui bahwa wilayah perairan Indonesia yang cukup luas

menjadi kendala dalam hal pengawasan dan monitoring keseluruhan pergerakan

kapal – kapal di perairan Indonesia tersebut. Hal ini perlu mensinergikan operasi di

lapangan dengan teknologi Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) yang

telah dimiliki dan yang akan dimiliki oleh Badan Keamanan Laut. Dalam kaitan

tersebut diatas, Bakamla bermaksud untuk meningkatkan kemampuan misi

pengawasan dan pengamanan wilayah Perairan Indonesia, untuk itu peril dilakukan

peningkatan dan perbaikan pada beberapa hal terkait aturan, SDM, Peralatan dan

Anggaran.

Bakamla saat ini telah memiliki 14 Stasiun Pemantauan Keamanan dan

Keselamatan Laut (SPKKL) dan 2 Stasiun Bumi yang tersebar diseluruh wilayah

Indonesia. SPKKL ini awalnya bertujuan untuk melakukan pemantauan di wilayah

perairan ALKI serta mendukung pelaksanaan operasi yang terkoordinasi pada wilayah

di sekitar SPKKL tersebut yang dilengkapi dengan peralatan surveillance seperti Radar,
1
LRC dan AIS serta radio Komunikas dan GMDSS. Dengan adanya peralatan tersebut,

diharapkan dapat melakukan pemantauan dan berkomunikasi dengan para pengguna

laut. Informasi yang dikumpulkan operator kemudian diolah sehingga dapat memberikan

informasi akurat dan cepat kepada bagian terkait di Bakamla dan instansi terkait

mengenai permasalahan di laut untuk menurunkan tingkat kerawanan di wilayah

peraiaran Indonesia Sedangkan Stasiun Bumi memiliki peralatan surveillance Stasiun

Bumi Pengindraan Jauh Resolusi Rendah dan Menengah serta radio Komunikas dan

GMDSS yang bertujuan untuk mendukung data-data yang dimiliki SPKKL melalui data

Citra Satelit.

Gambar 1. Peta Persebaran Kemampuan SPKKL Bakamla RI saat ini (Sumber Data: Bakamla)

Namun dalam pelaksanaannya terdapat 4 (empat) kendala utama yang

menyebabkan operasional kegiatan pantauan tidak dapat berjalan optimal. Dimana

kendala tersebut semakin berdampak lebih buruk dan menyebabkan SPKKL tidak

2
beroperasi sesuai dengan yang diharapkan, bahkan untuk sekedar menyediakan

informasi pantauan secara umum mengenai perairan. Kendala tersebut yakni:

1. Belum tersedianya konsep kerja dalam pelaksanaan operasional seperti :

a. Perkaba masih menjabarkan Tugas SPKKL sebatas Pemantauan.

b. Belum ada batasan wilayah kerja sebagai tanggung jawab SPKKL/SB.

c. Belum ada Bisnis Proses terkait Tugas SPKKL dan Unit Kerja Terkait.

d. SOP pelaksana kegiatan seperti:

1) Operasional, meliputi SAR, Penindakan Hukum, Pengumpulan

data dan informasi, serta Koordinasi antar Instansi terkait;

2) Pemeliharaan, meliputi Peralatan Pemantauan, Peralatan

Kelistrikan, Kapal, dan Gedung.

2. Kapabilitas dan Jumlah Personil yang tidak sesuai requirement, seperti :

a. Background pendidikan personil tidak sesuai tugas.

b. Belum mengikuti training yang dibutuhkan.

c. Jumlah personil sangat terbatas.

3. Infrastruktur Utama dan Pendukung tidak siap, meliputi:

a. Peralatan sebagian besar rusak/tidak dapat beroperasi.

b. Peralatan yang beropersi belum dapat diintegrasikan dengan sistem

utama.

c. Teknologi peralatan sudah ketinggalan zaman.

d. Infrastruktur kelistrikan sering bermasalah.

4. Anggaran pendukung yang tidak tersedia, antara lain:

a. Belum tersedianya anggaran rutin untuk pemeliharan kerusakan yang

berskala besar.

b. Belum tersedia anggaran pendukung kegiatan operasional rutin di SPKKL

3
c. Anggaran pemeliharaan rutin skala kecil masih berada di Pusat

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, saat ini seluruh

SPKKL belum dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang tercantum pada

Perka Bakamla 005 tentang SPKKL, yang secara otomatis untuk meningkatkan

kemampuan SPKKL agar dapat mengemban tugas sebagai SPKKL Percontohan, maka

pada masing-masing point pada kendala diatas harus dapat ditangani secara tepat dan

bertahap.

B. RUMUSAN MASALAH

Kemampuan SPKKL sesuai arahan Kepala Bakamla diharapkan dapat

ditingkatkan dari sebatas Pemantauan menjadi Pengawasan dan Pengamanan

Wilayah Perairan. Oleh karenanya, dilakukan penelitian peningkatan Kemampuan

peran dan fungsi SPKKL dalam segala aspek meliputi aturan, SDM, peralatan, dan

aspek non teknis lainnya. Pada penelitian ini, diperlukan konsep penguatan fungsi

dan peran SPPKL yang tepat dan sesuai untuk menunjang kebutuhan operasional

Bakamla RI secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan

masalah yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah kondisi kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh

seluruh SPKKL Bakamla saat ini?

2. Bagaimanakah konsep dan strategi penguatan fungsi dan peran

SPKKL yang diharapkan dan sesuai untuk mendukung kinerja organisasi

Bakamla secara keseluruhan?

3. Bagaimanakah implementasi dari konsep dan strategi penguatan

fungsi dan peran SPKKL?

4
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendukung kebutuhan operasional Bakamla RI,

diantaranya:

1. Mendapatkan gap atau perbandingan kondisi dan kemampuan secara

riil seluruh SPKKL Bakamla saat ini serta kondisi yang diharapkan ke depan.

2. Mendapatkan gambaran detil konsep dan strategi peningkatan

kemampuan peran dan fungsi SPKKL yang ideal dan sesuai untuk

mendukung kinerja Bakamla RI secara komprehensif.

3. Mendapatkan gambaran awal implementasi dari konsep dan strategi

penguatan peran dan fungsi SPKKL Bakamla secara keseluruhan.

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

Bakamla RI untuk memenuhi kebutuhan ideal dalam rangka menjalankan tugas dan

fungsinya. Saat ini, seluruh SPKKL berikut dengan infrastruktur sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh Bakamla belum optimal dan maksimal untuk melakukan

pemantauan dan pengawasan keamanan laut di wilayah perairan Indonesia dan

wilayah Yurisdiksi Indonesia. Melalui penelitian ini, diharapan Bakamla RI dapat

menjalankan tugas dan fungsi utamanya secara lebih efektif efisien dengan hasil

yang optimal.

D. SASARAN PENELITIAN

Penelitian ini akan mengambil lokasi penelitian pada beberapa SPKKL

Bakamla yang terkait dengan objek penelitian ini. Adapun lokasi penelitian yang

ditentukan dalam penelitian ini yaitu Bangka Belitung, Sulawesi Utara (Manado), dan

Papua (Jayapura). Selain itu, pengumpulan data-data penelitian yang ada juga

dilakukan dari satuan kerja Bakamla terkait yaitu Direktorat Data dan Informasi dan

5
Kantor Pusat Informasi Marabahaya Laut (KPIML).

E. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian terapan dengan metode

kualitatif deskriptif, karena penelitian ini berusaha memecahkan masalah kebutuhan

dengan melihat dari kenyataan yang berada di lapangan. Tujuan peneliti, untuk

memahami dan menelaah secara mendalam serta mengidentifikasi aspek-aspek

penting yang harus ditingkatkan dari kemampuan SPKKL Bakamla RI secara

keseluruhan. Data-data tersebut didapatkan dari studi literatur dan wawancara

maupun monolog dari narasumber yang mempunyai keahlian di bidangnya.

Dalam memperoleh data penelitian tersebut, dibutuhkan masukan dengan

cara melakukan wawancara dan observasi langsung dari masing-masing instansi

terkait sehingga dapat melengkapi dan memetakan kebutuhan, urgensitas, dan

efisiensi dari topik penelitian ini. Data-data terkait penelitian secara kualitatif ini

didapat dari pengamatan atau observasi langsung ke lapangan serta wawancara

dengan personel atau pengawak SPKKL yang bertugas di SPKKL yang dituju. Data

yang diperoleh dijabarkan/dideskriptifkan untuk kemudian digunakan sebagai bahan

untuk melakukan analisa, sehingga diperoleh rumusan kebutuhan/urgensitas konsep

dan implementasi penguatan kemampuan peran dan fungsi SPKKL yang

komprehensif dan ideal untuk menunjang tugas pokok dan fungsi Bakamla RI secara

keseluruhan.

6
F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian/kajian teknis ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri

atas 4 (empat) bab. Bab 1 (satu) secara keseluruhan akan membahas pendahuluan

yang memuat latar belakang, permasalahan dan pertanyaan penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, serta metode penelitian yang akan digunakan. Bab 2 (dua)

secara detil akan membahas mengenai dasar-dasar teori yang menunjang dan

sesuai dengan topik penelitian ini. Adapun dasar-dasar teori yang akan diacu dalam

penelitian ini yaitu teori keamanan maritim, kondisi lingkungan strategis, konsep

umum Maritime Surveillance System dan rencana strategis Bakamla RI.

Bab 3 (tiga) pada penelitian ini akan menjelaskan tentang pembahasan yang

meliputi hasil pengumpulan data serta analisis hasil pengumpulan data untuk

menjawab permasalahan dan pertanyaan dalam penelitian ini. Bab 4 (empat) adalah

kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan serta memuat rekomendasi

ataupun saran tindak lanjut ke depan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan

atau kebijakan Bakamla RI.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Keamanan Maritim

Untuk menghadapi segala ancaman di atau lewat laut baik pada skala Global,

Regional dan Nasional yang mengancam keamanan dan keselamatan di wilayah

yurisdiksi Nasional Indonesia ada bebarapa teori dasar untuk mengatasinya,

diantaranya :

1. Teori dari J.H.A. Logemann (Kedaulatan)

Kedaulatan Negara adalah kekuasaan mutlak atau kekuasaaan

tertinggi atas penduduk dan wilayah bumi beserta isinya yang dimiliki oleh

suatu sistem Negara Nasional yang berdaulat. Bahwasannya Indonesia

memiliki kedaulatan penuh di seluruh perairan yurisdiksi nasional Indonesia

dan hak berdaulat sampai dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia,

sehingga diperlukan pengendalian laut untuk kepentingan sendiri serta

mencegah lawan untuk menggunakannya.

2. Teori James A. F. Stoner (Sinergitas)

Hubungan atau komunikasi para pihak dalam mewujudkan suatu

tugas bersama akan memunculkan berbagai macam pola yang berbeda bila

dihadapkan elemen kepercayaan dan kerjasama yang dimiliki oleh pihak

masing-masing. 3 (tiga) pola tersebut meliputi :

a. Defensif. Tingkat kerjasama dan kepercayaan yang rendah

akan mengakibatkan pola hubungan komunikasi yang bersifat

pasif/defensif.

8
b. Respectful. Tingkat kerjasama dan kepercayaan yang

meningkat memunculkan suatu pola komunikasi yang bersifat

kompromi saling menghargai.

c. Synergistic. Dengan kerjasama yang tinggi serta saling

mempercayai akan menghasilkan pola komunikasi yang bersifat

sinergitas (simbiosis mutualisme) yang berarti bahwa kerjasama

yang terjalin akan menghasilkan "Output" yang jauh lebih besar dari

jumlah hasil keluaran masing-masing pihak.

3. Teori Spykman (1938)

Teori ini menjelaskan bahwa dalam merumuskan suatu kebijakan luar

negeri, Negara harus mampu mengkorelasikan sejarah dengan faktor

kondisional yang mendukung kondisi wilayah suatu Negara. Sejarah suatu

teritori juga akan mempengaruhi perkembangan teritori tersebut pada masa

ke depannya. Terlebih, karakteristik geografis suatu Negara terhadap

tuntutan geografis Negara pun tidak berubah. Jadi, suatu negara yang ingin

memperoleh suatu kekuatan geopoltik akan suatu wilayah haruslah

memperhatikan aspek-aspek yang memang sudah ada dalam suatu negara.

Dikaitkan dengan teori ”Rimland”, aspek permanen geografi seperti daratan,

lautan dan udara, serta Negara-negara dengan letak potensial merupakan

suatu aspek permanen yang dimiliki wilayah tertentu yang menjadikan

penguasaan wilayah eurasia atau wilayah darat saja tidak cukup.

Pertimbangan perumusan suatu kebijakan politik dilandasi oleh faktor

luas daerah serta lokasi. Luas daerah dan lokasi ini merujuk pada aspek

yang sudah didapat suatu wilayah secara permanen serta mengharuskannya

9
menjadi sebuah pertimbangan dalam menjadi wilayah potensial. Faktor

pertama, faktor luas daerah, menjadikannya suatu elemen kebijakan luar

negeri karena luas suatu area mampu menjadikannya daerah berpotensi

(Spykman, 1938). Apabila dikaitkan, Indonesia sebagai negara besar dengan

iklim tropis dianggap mampu menarik perhatian bangsa Eropa untuk

memanfaatkan potensi negara ini.

Faktor lokasi merupakan factor berikutnya yang menjadikan suatu

wilayah berpotensi. Spykman (1938) memperjelas ini dengan mengatakan

bahwa letak geografis seperti letak yang masuk dalam suatu wilayah regional

menjadikannya suatu pertimbangan dalam perumusan kebijakan luar negeri.

Wilayah konsentris Indonesia sebagai Negara yang paling dekat dengan

Negara-negara Asia Tenggara menjadikannya berada pada wilayah lingkaran

konsentris paling dekat serta menjadi pertimbangan besar Indonesia dalam

menentukan kebijakan luar negerinya.

4. Teori Alfred Thayer Mahan

Teori ini dikenal sebagai ahli maritim Amerika Serikat pada paruh

terakhir abad 19. Tokoh ini populer melalui karyanya berjudul The Influence

of Sea Power upon History yang berdasar pada penelitiannya akan negara

maritime dan menjadi dasar strategi maritim Negara-negara besar untuk

mencapai konsep Negara maritim yang ideal. Mahan merumuskan 6 (enam)

karakter yang menjadi syarat sebuah Negara potensial untuk

mengembangkan sea power, antara lain kedudukan geografi, bentuk tanah

dan pantai, luas wilayah, jumlah penduduk yang turun ke laut, karakter

Nasional (penduduk) dan karakter Pemerintah termasuk Lembaga-lembaga

10
Nasional. Elemen-elemen ini bersifat Universal dan tanpa batas waktu

(Universal and timeless in character).

Ditambahkan oleh A.T Mahan bahwa kejadian-kejadian di laut sangat

mempengaruhi kejadian-kejadian di darat. Namun, seringkali keputusan-

keputusan politik yang diambil berdasarkan kejadian-kejadian di darat jarang

mempertimbangkan aspek kemaritiman. A.T Mahan menggaris-bawahi

bahwa Sea Power merupakan unsur yang sangat penting bagi kejayaan

suatu bangsa. Sebaliknya, bila kekuatan-kekuatan di laut kurang

diberdayakan akan merugikan Negara atau meruntuhkan bangsa tersebut.

B. Kondisi Lingkungan Strategis

1. Umum

Perkembangan lingkungan strategis diperkirakan akan tetap

berlangsung secara dinamis di masa mendatang. Situasi dan kondisi tersebut

secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap aspek

keamanan dan keselamatan di laut lingkungan wilayah yurisdiksi Nasional

Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perkembangan lingkungan

strategis dalam tataran global, regional dan Nasional merupakan hal yang

harus diperhatikan dan disikapi secara serius.

2. Perkembangan Lingkungan Global

Perkembangan lingkungan global saat ini sangat dipengaruhi oleh

interaksi yang terjadi antar Negara-negara besar (Amerika Serikat, China,

Rusia, India, dan Jepang). Negara-negara tersebut dalam mengejar dan

mengamankan kepentingan nasionalnya seringkali diwarnai oleh munculnya

konflik antar negara, sehingga menimbulkan ketegangan dan bahkan dapat

11
berkembang menjadi konflik di kawasan. Latar belakang konflik lebih

disebabkan oleh adanya perebutan kepentingan dalam pemanfaatan Sumber

Daya Alam di laut terutama energi gas alam dan minyak bumi di laut yang

akan selalu dipertahankan demi kelangsungan industrinya. Isu-isu global

yang terus mengemuka pada masa mendatang, diantaranya :

a. Terorisme

Aksi-aksi terorisme masih merupakan ancaman global di

beberapa negara termasuk di Indonesia. Aksi penyebaran paham

terorisme juga dilakukan melalui dunia maya yang dapat diakses

secara bebas. Sasaran/target serangan teroris cenderung mengarah

pada sarana prasarana maupun personel aparat penegak hukum.

b. Hak Asasi Manusia (HAM)

Isu-isu pelanggaran HAM masih menjadi sorotan dunia

Internasional, seperti yang terjadi di Myanmar (Suku minoritas

Rohingya), yang mendapat perlakuan tidak manusiawi dari Pemerintah

setempat. Suku Rohingya yang menyelamatkan diri meninggalkan

tanah airnya dengan menyeberang ke negara tetangga melalui darat

dan laut dianggap akan mengganggu keamanan di Negara sekitarnya.

Hal tersebut tentunya perlu mendapat perhatian lebih dari Pemerhati

HAM di PBB.

Kejadian serupa lainnya terjadi baru-baru ini yang menimpa TKI

yang bekerja sebagai ABK di kapal pencari ikan berbendera China

yang diperlakukan semena-mena, dengan jam kerja yang lebih dari 14

jam per-hari serta pemberian upah/gaji dan perlakuan tidak manusiawi

lainnya seperti penenggelaman ke laut terhadap jenazah ABK yang

12
meninggal di atas kapal. Hal ini tentunya membutuhkan perlindungan

hukum bagi mereka agar ke depan tidak mendapat perlakuan serupa.

c. Lingkungan Hidup

Pemanasan global dan kerusakan lingkungan hidup telah

berdampak terhadap perubahan musim yang semakin tidak menentu.

Di satu sisi, terdapat wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan yang

berkepanjangan. Sementara di sisi lain, terdapat wilayah-wilayah curah

hujan yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan bencana banjir dan

kerusakan berbagai infrastruktur. Di samping itu, pencemaran di laut

akibat tumpahan minyak juga menjadi permasalahan lingkungan hidup

lainnya yang dapat mengganggu dan menghancurkan kehidupan

ekosistem di laut.

d. Demokratisasi

Penggunaan isu demokratisasi dalam mengintervensi kebijakan

politik suatu Negara dianggap telah mengguncang Negara-negara

berkembang. Sementara itu, Negara-negara Maju akan tetap

menggunakan isu demokratisasi sebagai komoditas politik guna

mengawal kepentingan politik Negaranya.

e. Senjata Pemusnah Massal

Pengembangan senjata pemusnah massal/senjata biologis akan

tetap menjadi salah satu isu utama keamanan global. Perlombaan

pengembangan senjata ini ke depannya akan semakin meningkat dan

menimbulkan masalah serius dalam dunia Internasional.

13
f. Kejahatan Lintas Negara

Masalah-masalah yang muncul di perbatasan dalam bentuk

kejahatan lintas negara seperti human trafficking, illegal logging, illegal

mining, illegal fishing, penyelundupan senjata (arm smuggling),

perompakan kapal (sea piracy), imigran gelap, dan penyelundupan

komoditas perdagangan serta obat-obatan terlarang (psikotropika)

yang menggunakan laut sebagai jalur lalu lintasnya.

g. Penyebaran Covid-19

Pandemi global corona virus disease-19 (Covid-19) masih terus

mengalami perkembangan yang signifikan, mulai dari peningkatan

jumlah kasus, angka kematian, dan jumlah pasien

sembuh. Penyebaran Covid-19 ke seluruh Negara sangat

mempengaruhi stabilitas dari segala bidang baik ekonomi, politik,

keamanan dan keselamatan seluruh penjuru dunia.

3. Perkembangan Lingkungan Regional

Negara Indonesia merupakan bagian dari kawasan regional Asia

Tenggara. Secara geografis, kawasan Asia Tenggara khususnya wilayah

Perairan Indonesia, merupakan posisi silang berbagai Sea Lines of

Communications (SLOC) bagi kawasan-kawasan disekitarnya.

Perkembangan politik, keamanan dan keselamatan internasional cenderung

menempatkan kawasan Asia Pasifik khususnya Asia Tenggara menjadi fokus

perhatian dunia. Situasi tersebut akan menyebabkan kawasan ini akan rentan

terjadinya konflik, terutama perbatasan di laut.

14
Masalah perbatasan laut antar negara Asia Tenggara yang melibatkan

Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Palau dan

negara Timor Leste, merupakan potensi konflik yang dapat mengancam

stabilitas kawasan, di mana faktor utamanya adalah masalah perbatasan laut,

penggunaan wilayah laut dan pemanfaatan sumber daya laut yang mana

akan dapat meningkat eskalasinya. Sedangkan sengketa wilayah di

Kepulauan Spratly dan Paracel di Natuna Utara yang melibatkan Tiongkok,

Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan, memiliki potensi besar untuk

berkembang menjadi konflik kekuatan secara terbuka.

Terlebih, persoalan antara USA dan Tiongkok telah memanas di Laut

Natuna Utara setelah USA mengerahkan kapal-kapal perang mereka ke

wilayah tersebut dan berhasil dipukul mundur oleh Angkatan Laut dan Udara

Tiongkok, karena dianggap sebagai suatu bentuk provokasi karena USA

dengan sengaja menerobos masuk ke wilayah teritorial Tiongkok. Oleh

karena itu, wilayah Natuna Utara merupakan tempat yang rawan akan

ancaman sehingga diperlukan penguatan terhadap sistem keamanan dan

keselamatan secara holistik dan menyeluruh dalam menghadapi

permasalahan tersebut.

4. Perkembangan Lingkungan Nasional

Perkembangan lingkungan strategis Nasional masih terpengaruh oleh

isu-isu politik dan lainnya yang sangat menyita perhatian Pemerintah dan

rakyat, sehingga pada beberapa tahun mendatang, Indonesia masih akan

menghadapi persoalan-persoalan pelik. Dinamika reformasi di segala bidang

pada tataran nasional dan transisi dari sentralisasi pemerintahan ke

15
desentralisasi masih menimbulkan riak-riak sosial, ekonomi dan politik di

berbagai daerah. Permasalahan lain perihal penegakan hukum terutama

sinergitas hukum, perundangan dan aparat penegak hukum kawasan maritim

yang luas belum dapat terawasi secara menyeluruh oleh aparat penegak

hukum di laut. Keterbatasan peralatan dan teknologi pengawasan maritim

Indonesia dinilai kurang memadai untuk dapat mencakup maritim Indonesia

yang luas dan tersebar diseluruh wilayah Indonesia.

Dari hasil laporan prediksi Ancaman Keamanan Maritim Indonesia

Tahun 2020 melalui kegiatan Human Intelligence (Humint), kejadian-kejadian

tindak pidana di laut sejak tahun 2017 hingga tahun 2019, serta hasil

pengolahan dan analisa informasi dari masyarakat, maka Direktorat Data dan

Informasi Bakamla telah memprediksi beberapa wilayah (choke point) yang

sering menimbulkan ancaman bagi keamanan wilayah perairan Indonesia

pada periode waktu tersebut, diantaranya yaitu :

a. Perairan Natuna

Ancaman keamanan dan keselamatan laut di perairan Natuna adalah

masalah sengketa Laut Natuna Utara yang makin hangat hingga saat

ini termasuk sikap asertif Tiongkok di Laut Natuna Utara. Adapun

pelanggaran saat ini yaitu pelanggaran wilayah kedaulatan yang masih

terjadi di wilayah abu-abu (grey area) yang belum dapat disepakati

antara Indonesia, Malaysia dan Vietnam serta makin maraknya

kegiatan iIlegal fishing oleh kapal-kapal nelayan asing (khususnya

Vietnam, Thailand dan Tiongkok).

b. Laut Sulawesi

Ancaman keamanan dan keselamatan di Laut Sulawesi adalah

16
masalah penyelundupan narkoba, penyelundupan kayu,

penyelundupan senjata api, pelanggaran wilayah dan perompakan di

laut.

c. Laut Banda

Ancaman keamanan dan keselamatan laut yang di prediksi akan sering

terjadi di Laut Banda adalah penyelundupan narkoba, BBM illegal dan

illegal fishing.

d. Laut Sawu

Ancaman keamanan dan keselamatan laut yang di prediksi akan sering

terjadi di Laut Sawu adalah penyelundupan narkoba, BBM illegal dan

illegal fishing.

e. Selat Makassar

Ancaman keamanan dan keselamatan laut yang diprediksi akan sering

terjadi di Selat Makasar adalah penyelundupan narkoba, BBM illegal

dan illegal fishing.

f. Selat Sunda dan Teluk Jakarta

Ancaman keamanan dan keselamatan laut di Selat Sunda dan Teluk

Jakarta adalah penyelundupan narkoba, penyelundupan barang-

barang, human traficking, BBM illegal dan illegal fishing.

g. Selat Malaka

Ancaman keamanan dan keselamatan laut di Selat Malaka adalah

penyelundupan narkoba, penyelundupan barang, human trafficking,

BBM illegal dan illegal fishing. Adapun prediksi ancaman keamanan

dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia pada tahun 2020 dapat

dilihat pada Peta Kerawanan di bawah ini :

17
Gambar 2. Peta Prediksi Ancaman Keamanan Dan Keselamatan Di Wilayah Perairan Indonesia
Pada Tahun 2020 (Sumber: Bakamla RI)

C. Konsep Umum Maritime Surveillance System

Dalam pencapaian dukungan Maritime Surveillance System yang ideal harus

berpedoman kepada kepentingan operasi sehingga akan tercapai sesuai konsep

sebagai berikut :

1. Konsep Command Center.

Sarana dan prasarana Puskodal Bakamla dapat meneruskan

direktif/perintah Kabakamla kepada Puskodal Zona, Pangkalan, Stasiun

Pemantau/Pengamat, dan kapal secara langsung. Selain itu, Puskodal

Bakamla bisa berkoordinasi dengan Puskodal instasi terkait. Konsep Kodal

yang dibangun terwujudnya Integrated Command, Control, Computers,

Communications, Cyber, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance

(C5ISR).

18
Sistem didesain agar mampu melaksanakan tugas pengamatan

(surveillance) secara aktif di seluruh perairan yurisdiksi Indonesia dengan

menggunakan radar dan sensor-sensor lain terhadap unsur sendiri maupun

kapal-kapal yang melintas. Selanjutnya dilaksanakan langkah identifikasi

secara berkelanjutan. Pada tahapan indentifikasi ini dapat dilakukan

pengklasifikasian dan pengelompokkan kapal berdasarkan tipe, jenis dan

status kapal tersebut. Klasifikasi akan membantu dalam memutuskan apakah

perlu tindakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak. Kesimpulan yang diperoleh

dari analisa tersebut kemudian dijadikan dasar dalam mengambil tindakan.

Dukungan Perangkat keras dan lunak dalam Sistem Pengamatan

Maritim yang dibutuhkan secara umum adalah sebagai berikut :

a. Indera atau Sensor

Sensor Maritime Surveillance System yang dioperasikan

berupa RADAR, Automatic Identification System (AIS/W-AIS), Vessel

Monitoring System (VMS) dan metoda indera jauh dengan

menggunakan satelit serta menggabungkan informasi dari laporan

primer maupun sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber;

b. Sistem Data Telemetry

Data yang diterima dari sensor-sensor tersebut harus dapat

dilihat pada level tinggi di luar/jauh dari stasiun radar tetap atau

bergerak agar dapat memberikan gambaran taktis lebih baik bahkan

strategis;

c. Pusat Informasi dan Data

Pusat informasi dan data yang berada di Puskodal Bakamla

yang mendapat input-an data dari Puskodal Zona, Pangkalan dan

19
Stasiun Pemantau/Pengamat serta unsur Kapal Negara (KN) yang

sedang beroperasi. Untuk kebutuhan komando dan pengendalian ini

dibutuhkan sebuah sub sistem yang mampu melakukan hal-hal

sebagai berikut :

1) Menerima semua data yang diterima dari stasiun;

2) Menyimpan/merekam semua data;

3) Mengolah data (membuang, menambah,

menggabungkan) untuk dibentuk menjadi sebuah informasi;

4) Mem-visualisasi-kan data dan informasi yang ada;

5) Membantu proses analisa dan pengambilan keputusan;

dan

6) Mendukung proses penyampaian atau penyebaran

intruksi.

Sistem komunikasi merupakan sarana komando yang memungkinkan

terselenggaranya pengkomandoan kegiatan operasi maupun pertukaran

data/informasi yang terjalin secara interoperabilitas dalam rangka

pelaksanaan tugas keamanan dan keselamatan, khususnya di laut. Untuk

mendukung kegiatan tersebut, diperlukan sarana dan prasarana sistem

komunikasi kodal sebagai berikut :

a. Radio TRX HF/SSB

Sistem komunikasi radio Transceiver High Frequency adalah

alat komunikasi radio yang dipergunakan untuk mengirimkan dan

menerima berita-berita taktis, administrasi maupun operasi ke

komando atas, komando samping maupun komando bawah.

Mempunyai fitur kemampuan Automatic Link Establishment (ALE) dan

20
dilengkapi dengan enkripsi dan hoping. Jaring radio HF SSB dapat

juga digunakan untuk komunikasi suara dan data rate rendah untuk

jarak jauh;

b. Jaringan Broad band

Jaringan ini berfungsi untuk menghubungkan sistem informasi

dari Mabes Bakamla, Zona, Pangkalan dan Stasiun

Pemantau/pengamat dan Kapal Negara (KN) melalui penggelaran

jaringan fiber optic (FO)dan sistem komunikasi VSAT, dengan

memanfaat sistem jaringan Internet, sehingga terjalin sistem

komunikasi data, voice dan video secara real time;

c. Radio TRX UHF HT

Sistem komunikasi radio UHF dapat beroperasi point to point

(jarak dekat) serta dapat digunakan komunikasi jarak jauh dengan cara

menggunakan sarana repeater;

d. Radio TRX VHF MB

Jaringan komunikasi radio Transceiver Very High Frequency FM

Marine Band merupakan alat komunikasi radio yang dipergunakan

untuk komunikasi dengan antar KN dan kapal-kapal sipil, serta

pelabuhan;

e. Radio TRX VHF GTA

Alat komunikasi radio yang dipergunakan untuk komunikasi

telepon (suara) dengan pesawat terbang;

f. Sarana Publik Switchel Telephone Network (PSTN). PSTN

atau yang biasa disebut jaringan telepon tetap (dengan kabel). PSTN

merupakan jaringan publik yang bersifat circuit switch.

21
Permasalahan yang penting dalam membentuk infrastruktur teknologi

MSS yang kuat adalah faktor keamanan jaringan. Keberadaan teknologi MSS

pada dasarnya penggunaan sarana teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK), sehingga hal ini akan rentan terhadap serangan cyber. Untuk itu dalam

jaringan TIK diperlukan keamanan siber (cyber security) yang tinggi telah

menjadi isu prioritas dalam teknologi informasi dan komunikasi. Data yang

tersimpan didalam server harus betul-betul aman, jangan sampai diambil oleh

pihak yang tidak berhak, dalam hal ini merupakan tindakan cyber crime.

Cyber crime adalah semua bentuk akses ilegal terhadap suatu

transmisi data. Hal tersebut menandakan bahwa semua bentuk kegiatan yang

tidak sah dalam suatu sistem komputer termasuk dalam suatu tindak

kejahatan. Salah satu langkah yang perlu diambil dalam

membentuk infrastruktur yang kuat yaitu dengan standarisasi penggunaan

perangkat keras (hardware) dan lunak (software) sehingga memudahkan

proses pengaturan, perawatan, pembuatan aplikasi dan yang terpenting

mempermudah terwujudnya sistem yang terintegrasi. Sedangkan untuk

menciptakan keamanan yang kuat perlu diterapkan kebijakan (policy) bagi

siapa pun yang akan masuk ke dalam jaringan Bakamla. Hal ini sangat

penting untuk mencegah terjadinya gangguan atau kerusakan di jaringan dan

sistem, baik yang disengaja maupun tidak.

2. Konsep Fusion Center

Guna menjamin keamanan dan keselamatan di laut dengan melibatkan

berbagai stakeholder sesuai kewenangannya masing-masing sehingga

mudah dalam mengimplementasikan, optimalisasi, koordinasi dan

kerjasama yang sinergis, maka diperlukan Fusion Center dengan


22
menempatkan Liaison Officer (LO) oleh masing-masing stakeholder. Pada

pelaksanaan pengintegrasian secara nasional, sistem komando operasi

keamanan dan keselamatan laut di Bakamla harus mempunyai kemampuan

mengintegrasikan pengawasan maritim yang tergelar saat ini.

Bakamla sebagai wadah untuk mengkolaborasikan informasi dan data

yang dihasilkan dari sistem-sistem pengawasan maritim yang telah ada saat

ini seperti milik TNI Angkatan Laut, Kepolisian RI, Basarnas, Ditjen Bea

Cukai, Ditjen Imigrasi, LAPAN, Lemsaneg, BPPT, BNPT, BNPB dan

Kementerian Perhubungan (Dirjen Perhubungan Laut) dan lain-lain.

Mekanisme pertukaran informasi/info-sharing di lingkungan maritim pada

prinsipnya merupakan pengintegrasian informasi-informasi maritim yang

diperoleh untuk mendapatkan suatu gambaran kompilasi situasi maritim

Indonesia secara utuh.

Hasil dari gambaran situasi maritim yang diperoleh tersebut

selanjutnya diteruskan kepada pihak-pihak terkait sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan dan tindakan. Dengan

terselenggaranya sistem pengawasan maritim yang memadukan kemampuan

pemantauan dari setiap instansi kemaritiman, pada akhirnya dapat digunakan

dalam mendukung terwujudnya keselamatan dan keamanan. Adapun konsep

integrasi dimaksud sebagai berikut :

a. Sinergitas sharing data dan informasi stakeholder terbagi dalam

3 (tiga) layer data sebagai berikut :

1) Data private yang dimiliki dikelola oleh stakeholder itu

sendiri. Stakeholder itu menjadi ownership dari data, sehingga

berkewajiban untuk mengkoleksi dan menyimpan data tersebut;

23
2) Data kolaborasi merupakan data yang di-share

sehingga dapat digunakan bersama dengan stakeholder lain

yang tergabung dalam sistem; dan

3) Data kolaborasi yang sifatnya publik dapat diangkat ke

dalam kelompok data publik. Data publik bisa menjadi konsumsi

user publik di luar stakeholder yang membutuhkan (dapat

diakses masyarakat umum). Tentunya hal tersebut akan tetap

sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019

tentang Satu Data Indonesia (Perpres SDI) yang telah

diterbitkan pada tanggal 12 Juni 2019 sebagai bentuk kebijakan

tata kelola data pemerintah untuk menghasilkan data yang

akurat, mutakhir, terpadu dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Ada 2 (dua) bentuk sharing yang dapat dibuat berdasarkan

penjelasan di atas, yaitu :

1) Sharing Informasi

Pengimplementasiannya dengan cara membuka

kemungkinan untuk saling tukar informasi/data antar

stakeholder untuk data publik dan kolaboratif; dan

2) Sharing Infrastruktur

Pengimplementasiannya dengan jalan membuka

kemungkinan infrastruktur sebuah stakeholder turut dipakai

untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan stakeholder

lainnya, sehingga akan terbentuk sinergi yang tidak hanya

saling memberi tetapi juga lebih efektif dan efisien.

24
D. Rencana Strategis Bakamla RI (2020 – 2024)

Merujuk bahwa Bakamla RI merupakan institusi profesional dan dapat

dipercaya masyarakat dan secara khusus mengemban dan menjaga keamanan dan

kedaulatan laut wilayah Indonesia, maka diperlukan rencana strategis ke depan

untuk membuat kinerja Bakamla RI lebih baik dan optimal.

Agar penelitian ini dapat berjalan efektif, efisien, terukur, dan komprehensif,

maka harus merujuk pada Grand Design Bakamla RI tahun 2019 - 2045. Adapun

rencana strategis dalam kurun waktu tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terbentuknya kebijakan Nasional di bidang keamanan dan

keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;

2. Terciptanya pengawasan dan penegakan hukum di wilayah perairan

dan wilayah yurisdiksi Indonesia secara terpadu;

3. Terwujudnya sistem informasi maritim di wilayah perairan Indonesia

dan wilayah yurisdiksi Indonesia yang terintegrasi;

4. Terwujudnya kapasitas lembaga keamanan laut yang efisien, efektif

dan terpercaya;

5. Terwujudnya kapasitas sumber daya manusia aparatur keamanan laut

yang profesional, berkompetensi global dan terpercaya; dan

6. Terpenuhinya sarana dan prasarana keamanan dan keselamatan laut

yang handal dan modern.

Adapun peningkatan yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan fungsi dan

peran SPKKL Bakamla RI guna mewujudkan keamanan dan keselamatan di wilayah

perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia, dijabarkan lagi dalam suatu

peran strategis, yaitu :

25
1. Mewujudkan sistem informasi/sistem peringatan dini keamanan dan

keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia

yang terintegrasi; dan

2. Meningkatnya sarana dan prasarana keamanan dan keselamatan laut

yang handal dan modern berbasis sistem peringatan dini.

Selain itu, terdapat beberapa sasaran strategis yang ingin dicapai dalam

rangka peningkatan fungsi dan peran seluruh SPKKL Bakamla RI, diantaranya:

1. SPKKL memiliki kemampuan interoperability dengan menggunakan

National Data Link dan Teknologi ICS (International Communication System);

2. Setiap SPKKL dilengkapi dengan fasilitas gedung ruangan perwira

dengan dilengkapi kamar mandi dalam, ruangan anggota seperti barak untuk

kapasitas 7 sampai 8 orang dan dilengkapi dengan sarana olahraga dan

rekreasi; dan

3. SPKKL harus dapat kontak sejauh mungkin serta memiliki kemampuan

mengklasifikasikan dan mengidentifikasi jenis-jenis kapal yang dipantau.

26
BAB9 III

PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Untuk menjawab permasalahan dan pertanyaan penelitian yang dijabarkan

pada Bab I penelitian ini, dilakukan pengumpulan data penelitian di beberapa SPPKL

dan GS yang terkait dengan topik penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka

pengumpulan data penelitian ini dilakukan di SPKKL Jayapura, SPKKL Kema,

SPKKL Manembo-nembo, GS Bitung, dan GS Bangka Belitung.

Adapun hal-hal yang menjadi perhatian dalam penelitian ini, diantaranya:

Jenis peralatan dan kemampuan SPKKL dan GS yang dimiliki saat ini; Fasilitas yang

dimiliki; Jumlah dan kapabilitas SDM atau personel yang mengawaki; serta SOP

pengoperasian dan maintenance/pemeliharaan/perawatan peralatan yang

digunakan.

1. Hasil Pengumpulan Data di SPKKL Jayapura

a. Saat ini, SPKKL Jayapura memiliki beberapa peralatan sebagai

berikut:

JUMLAH
NAMA PERALATAN MERK TYPE
NO KONDISI
A. NAVIGASI
1 AIS SAAB R40 R40 1 RUSAK
2 Radar JRC 1 RUSAK
AIS Teristerial 1 RUSAK
B. KOMUNIKASI
1 VHF Marine Low Samyung STR-600A 1 OK
2 Fax/Telepon Panasonic KX-TS505MX 1 OK
Modem Internet / IDU SKYEDGE
3 Anatel 1 OK
Wireless II
4 GMDSSS A2 1 OK
C. PERALATAN
PENDUKUNG
1 Genset Perkins 404D-22G 1 OK
2 Avr Oki SVC-20 KVA 1 RUSAK
27
6 Ups Apc RT10000 1 OK
8 PC Radar Dell Vostro 460 MT 1 OK
9 PC Server Dell Vostro 460 MT 1 OK
10 PC AIS Teristerial BenQ 1 OK
11 PC Metocean Dell Vostro 460 MT 1 OK
12 PC AIS Dell Vostro 460 MT 1 OK
13 Mesin Fax Panasonic KX-FP701CX 1 RUSAK
14 Stabilizer Oki 10000W 1 RUSAK
Stabilizer AVR-20000
15 Oki 1 RUSAK
WAT
32 Alat Pemadam Starvvo 1 OK
33 Camera Long Range Flir PTZ6000 1 RUSAK
34 CCTV Luar Axis P5522E 1 OK
35 CCTV Ruangan Axis M1054 1 RUSAK
36 TV Wall LCD Samsung PS51D550 3 RUSAK
37 Sensor Cuaca Vaisala WSP 150 1 RUSAK
38 Power Supply G-Dakai AP-2400AD 1 OK
46 Teropong Siang Bushnell 1 OK
47 Teropong Malam Bushnell 1 OK
48 HT Teno TN-808 3 OK
53 Ups ICA 3 OK
54 CCTV Doom 1 OK
55 Genset Krisbow 1 OK
D. SOFTWARE
1) Metocean View Kelvin Hughes Arpa 5000 1 OK
2) Transas AIS
SAAB VTS Coast Watch 1 OK
Network Viewer
3) AIS LIGH Linux 1 OK
3) Sistem Operasi Windows Windows 7 Prof 1 OK

b. Saat ini, SPKKL Jayapura hanya diawaki oleh 2 (dua) personel,

dengan 1 (satu) PNS dan 1 (satu) Pegawai Harian Lepas (PHL).

c. Secara keseluruhan, SPKKL Bakamla di Jayapura memiliki

perlatan yang cukup memadai untuk melakukan pemantauan

keamanan dan keselamatan laut di daerah sekitarnya, namun perlu

adanyan perbaikan dari peralatan tersebut dikarenakan mayoritas

rusak (peralatan utama seperti radar, LRC rusak, serta GMDSS tidak

berfungsi), dalam hal perbaikan peralatan dan mencukupi

pengawaknya sesuai dengan perlatannya.


28
d. Selain itu, dibutuhkan sistem perawatan yang rutin/periodical

maintenance untuk menjaga kontinuitas fungsi peralatan tersebut,

sehingga peralatan tersebut dapat diintegrasikan dengan SPKKL

Bakamla yang lain, dan kantor Zona Maritim untuk menjadi sistem

pemantau yang besar dan terpusat, sehingga dapat digunakan sebagai

sistem peringatan dini yang terintegrasi

2. Hasil Pengumpulan Data di Stasiun Bumi/Ground Station (GS)

Bangka Belitung

a. Secara umum, Stasiun Bumi (GS) Babel merupakan salah satu

kantor perwakilan Bakamla RI yang memiliki peran dan fungsi terkait

pencitraan satelit data klorofil di laut, suhu air laut, dan tinggi

gelombang air laut.

b. Saat ini, GS Babel memiliki total personel berjumlah 8 orang

dengan pimpinan Kantor Mayor Bakamla setingkat eselon IV.

c. GS Babel dilengkapi dengan sarana dan peralatan pendukung

diantaranya Sistem GS (VISAT), AIS (ZOTAC), Radio GMDSS (Barret

2050), sistem GS yang merupakan hibah dari China, serta 1-unit kapal

Catamaran berukuran 12 meter.

d. Kondisi aktual dari peralatan-peralatan tersebut di atas

diantaranya Sistem GS (VISAT) dalam kondisi discontinue, AIS

(ZOTAC) yang masih berfungsi dalam kondisi baik walaupun masih

terbatas jangkauan wilayahnya karena masih rendahnya antenna yang

terpasang, Radio GMDSS (Barret 2050) sudah tidak berfungsi, dan

sistem GS hibah dari China mengalami kerusakan pada bagian limiter

29
putaran serta belum dilakukan serah terima barang secara resmi

antara Pemerintah Cina dengan Bakamla RI.

e. Secara kemampuan, GS Babel sebenarnya telah memiliki

sistem dan peralatan yang modern dan komprehensif terkait image

processing system dan technical anaylsis system yang mampu

menunjang kinerja Bakamla RI dalam rangka mewujudkan keamanan

dan keselamatan di bidang maritime maupun pemberian data yang

berguna bagi masyarakat nelayan dan stakeholders terkait.

3. Hasil Pengumpulan Data di SPKKL Kema

a. Saat ini, SPKKL Kema telah dilengkapi dengan peralatan dan

sistem pemantauan diantaranya AIS, Radar, GMDSS radio dan Long

Range Camera (LRC);

b. Kondisi yang ada saat ini terkait peralatan-peralatan tersebut

yaitu hanya AIS yang masih berfungsi. Radar dan GMDSS radio

mengalami kerusakan dan membutuhkan penggantian alat, sedangkan

LRC yang telah terpasang masih belum dapat difungsikan disebabkan

belum dilakukan berita acara serah terima barang antara Perusahaan

penyedia dengan Bakamla RI terkait permasalahan dengan KPK;

c. Saat ini, SPKKL Kema hanya beranggotakan 3 (tiga) personel

yang bertugas mengawaki kantor dan peralatan-peralatan yang ada.

30
4. Hasil Pengumpulan Data di SPKKL Manembo-nembo dan Stasiun

Bumi (GS) Bitung

a. SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung terletak pada 1 (satu)

area lokasi yang cukup luas, dimana terdapat juga peralatan dan

sarana backbone yang sudah modern dan komprehensif;

b. SPKKL Manembo-nembo dilengkapi dengan AIS, radar, dan

LRC yang masih dapat berfungsi dengan normal. Adapun GMDSS

Radio sudah tidak dapat difungsikan lagi dan membutuhkan pergantian

alat;

c. GS Bitung merupakan salah satu Stasiun Bumi yang dimiliki

oleh Bakamla RI selain GS Babel. Namun, kondisi 2 peralatan antenna

GS Bitung yang ada sudah tidak dapat berfungsi lagi dan

membutuhkan pergantian alat;

d. Adapun peralatan dan sarana prasarana sistem backbone yang

terdapat di lokasi area GS Bitung dan SPKKL Manembo-nembo saat ini

belum dapat dioperasikan terkait permasalahan hukum dengan KPK

sehingga belum dilakukan berita acara serah terima barang dan

pekerjaan oleh pihak penyedia kepada Bakamla RI;

e. Saat ini, SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung hanya diawaki

oleh masing-masing 3 (tiga) personel yang bertugas mengawaki kantor

dan peralatan-peralatan yang ada.

31
5. Hasil Pengumpulan Data Kondisi Aktual SPKKL Bakamla RI

(Direktorat Data dan Informasi)

Sistem pemantauan Bakamla di Daerah tergelar dari Aceh sampai

dengan Merauke dimana terdapat 2 tipe kantor, yakni:

a. Stasiun Pemantauan Keamanan Dan Keselamatan Laut

(SPKKL), dengan Peralatan LRC, Radar, Ais Base dan Radio/GMDSS;

b. Stasiun Bumi/Ground Station (GS), dengan Peralatan Stasiun

Bumi Satelit Penginderaan Jauh dengan resolusi rendah.

Kondisi peralatan SPKKL saat ini belum optimal karena sebagian besar

radar dan LRC dalam kondisi rusak, sedangkan untuk peralatan AIS

seluruhnya dalam kondisi baik. Untuk Stasiun Bumi seluruh peralatan saat ini

rusak, dan masih menunggu rencana perbaikan dari pihak Cina mengingat

peralatan Stasiun Bumi saat ini hibah dari negara Cina.

Gambar 3. Kondisi Aktual Peralatan SPKKL dan GS Bakamla RI (Sumber: Ditdatin Bakamla RI)

32
B. Analisis Penguatan Fungsi dan Peran SPKKL Bakamla RI

Kemampuan SPKKL sesuai arahan Kepala Bakamla diharapkan dapat

ditingkatkan dari sebatas Pemantauan menjadi Pengawasan dan Pengamanan

Wilayah Perairan maka mendorng untuk dilakukannya peningkatan Kemampuan dan

Kesiapan SPKKL dalam aspek Aturan, SDM, Peralatan dan Anggaran. Untuk

tercapainya kondisi yang diharapkan tersebut, maka perlu disusun pemetaan kondisi

saat ini dan kondisi yang diharapkan sehingga dapat diketahui gap atau jarak antara

kedua kondisi tersebut, yang kemudian pelaksanaannya dapat disusun sesuai

dengan prioritas yang paling mungkin terealisasi dan yang paling perlu dalam

mendukung Tupoksi Bakamla. Berikut merupakan peta kondisi saat ini, gap dan

harapan SPKKL kedepan, yang direncanakan untuk dapat ditingkatkan sebagai

berikut:

Gambar 4. Peta Kondisi Aktual, gap, dan kondisi yang diharapkan dari SPKKL dan GS
Bakamla RI (Sumber: Ditdatin Bakamla RI)
33
C. Konsep dan Implementasi Penguatan Fungsi dan Peran SPKKL

Dengan terpenuhinya kebutuhan SPKKL sebagaimana yang tercantum pada

tabel, tentunya diharapkan memberikan dampak yang signifikan sehingga hal-hal yang

menjadi tanggung jawab dari masing-masing SPKKL harus dilaksanakan sesuai

porsinya (berdasarkan Revisi Perka 005 tahun 2015). Output yang diharapkan mampu

diberikan oleh SPKKL dengan terlaksananya kegiatan peningkatan kemampuan SPKKL

tersebut yakni :

1. Koordinasi kerja antar individu didalam SPKKL lebih efektif dengan

tanggung jawab yang jelas (Hirarki komando yang jelas antar unit kerja).

2. Pengawasan wilayah keamanan laut sesuai wilayah kerja yang lengkap,

meliputi fungsi kerja intelligent, surveillance dan reconnaissance.

3. Pengelolaan informasi dan database.

4. Koordinasi dan kolaborasi dengan Instansi terkait di wilayah kerja SPKKL.

5. Perbantuan SAR dan Penegakkan Hukum di Laut.

6. Pengembangan Business Process dan SOP (Sistem Operasi dan

Prosedur) untuk diterapkan di BAKAMLA – RI sehingga membentuk sebuah

mekanisme kerja yang kongkrit dan terukur.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan SPKKL sebagai yang dijabarkan

sebelumnya, perlu disusun tahapan secara prioritas berdasarkan kemampuan dan

kesiapan Bakamla baik dari segi anggaran, personil dan waktu sehingga

pelaksanaan dapat menghasilkan sasaran yang tepat. Dengan penjabaran tahapan

ini, dapat disusun timeline dan beban pekerjaan sehingga pelaksanaannya dapat

terukur dengan baik Berikut merupakan tahapan pelaksanaan yang dibagi kedalam

kelompok umum dan ditahpkan sesuai kesiapan dan prioritas:

1. Pemetaan kondisi SPKKL saat ini, meliputi:

a. Pengecekan Peralatan Pemantauan


34
1) Kondisi Teknis

2) Lokasi Peralatan

b. Pengecekan Personil

1) Jumlah

2) Pengetahuan

3) Minat

c. Kondisi Peralatan Kelistrikan

1) Kestabilan arus

2) Anti Petir

3) Backup listrik (Genset)

4) Alternative energy (jika ada)

d. Kondisi Peralatan Kapal (jika ada)

e. Hubungan dengan Instansi Terkait berdasarkan prioritas

kedekatan dan instensitas kegiatan rutin di masing-masing SPKKL

2. Penentuan Batasan Wilayah Kerja untuk masing-masing SPKKL

3. Penentuan Organisasi dan jumlah kebutuhan personil SPKKL

4. Penentuan Konsep Operasi yang diharapkan meliputi:

a. Perancangan Bisnis Proses

1) terkait pekerjaan rutin

a) Hubungan kerja antara SPKKL dan SPKKL/GS

b) Hubungan kerja antara SPKKL dan KN Bakamla

c) Hubungan kerja antara SPKKL dan Pangkalan

d) Hubungan kerja antara SPKKL dan Kantor Zona

e) Hubungan kerja antara SPKKL dan KPIML

35
f) Hubungan kerja antara SPKKL dan Direktorat

Operasi Laut dan Direktorat Operasi Udara Maritim

2) Terkait Pembinaan Teknis Peralatan Pemantauan

Hubungan Kerja antara SPKKL dan Direktorat Data dan Informasi.

3) Terkait Perbaikan dan Penambahan Peralatan Pemantauan

dan Kelistrikan serta Gedung

a) Hubungan kerja antara SPKKL dan Biro Sarpras

b) Hubungan kerja antara SPKKL dan Biro Umum

b. Standar Operasional Prosedur

1) Terkait pemantauan

a) Monitoring kapal anomali menggunakan aplikasi

vessel scrutiny;

b) Analisis kapal berpotensi melakukan kegiatan

ilegal.

2) Terkait perbantuan SAR

a) Analisis pencarian kapal menggunakan aplikasi

vessel scrutiny;

b) Pelaksanaan perbantuan SAR di lapangan.

3) Terkait koordinasi antar Instansi

Pertukaran data dan informasi antar instansi terkait.

4) Terkait pelayanan publik

Provide dan Sharing informasi publik.

5) Terkait pemeliharaan

a) Pemeliharaan peralatan pemantauan;

b) Pemeliharaan peralatan kelistrikan;

36
c) Pemeliharaan gedung.

5. Penambahan jumlah SDM.

6. Peningkatan kemampuan SDM melalui training.

7. Perbaikan/penggantian peralatan yang rusak.

8. Penambahan peralatan yang dibutuhkan.

9. Pelaksanaan kegiatan operasional rutin.

10. Pelaksanaan perawatan peralatan rutin.

11. Uji coba menggunakan studi kasus sesuai dengan ancaman di area

SPKKL.

12. Monitoring dan evaluasi kegiatan.

Apabila dibagi ke dalam beberapa tahapan, pemetaan tahapan

peningkatan kemampuan SPKKL Bakamla RI antara lain:

1. Tahap I: Pemetaan kondisi SPKKL percontohan saat ini; Penentuan

batasan wilayah kerja untuk masing-masing SPKKL; Penentuan organisasi

dan jumlah kebutuhan personel; dan Penentuan konsep operasi yang

diharapkan.

2. Tahap II: Penambahan jumlah SDM sesuai dengan kriteria;

Peningkatan kemampuan SDM melalui pelatihans sesuai dengan kebutuhan;

perbaikan/penggantian peralatan yang rusak; dan Penambahan peralatan

yang dibutuhkan.

3. Tahap III: Pelaksanaan kegiatan operasional rutin; Pelaksanaan

perawatan peralatan rutin;Uji coba menggunakan studi kasus sesuai dengan

peta ancaman dan kerawanan di area SPKKL; dan Monitoring dan evaluasi

kegiatan.

37
Setelah dilakukan tahapan pelaksanaan kegiatan peningkatan

kemampuan SPKKL Bakamla sebagaimana yang tercantum diatas, perlu

ditentukan leveling kemampuan SPKKL setelah dilakukan perbaikan dan

peningkatan kemampuan SPKKL sesuai dengan tahapannya dalam

mendukung pelaksanaan Operasi Kamla. Berdasarkan hasil capaian dari

masing-masing tahapan tersebut, dapat diketahui penambahan atau

pengurangan yang perlu dilakukan agar pelaksanaannya dapat berjalan

optimal dan sesuai kebutuhan dan kemampuan organisasi. Berikut

merupakan leveling kemampuan SPKKL sesuai dengan tahapannya:

Gambar 5. Levelling Kemampuan SPPKL Sesuai dengan Tahapannya.

38
BAB IV

KESIMPULAN

Kondisi SPKKL Bakamla saat ini sebagian besar belum dapat mendukung

kebutuhan data dan informasi terkait keamanan dan keselamatan laut sesuai tupoksinya

serta kebutuhan lapangan lainnya. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan kemampuan

SPKKL yang meliputi 4 (empat) aspek yakni Aturan, SDM, Infrastruktur dan Anggaran.

Dalam pelaksanaan peningkatan kemampuan SPKKL juga perlu dirancang tahapan

yang jelas sehingga dapat diukur waktu dan anggaran yang akan digunakan. Hal

berikutnya yaitu perlu ditentukan leveling kemampuan SPKKL sesuai dengan tahapan

pelaksanaannya sehingga dapat memudahkan dalam melakukan monitoring dan

evaluasi pelaksanaannya. Oleh karenanya, penentuan SPKKL Percontohan merupakan

salah satu solusi program perbaikan kemampuan SPKKL Bakamla yang diwakili oleh 1

(satu) SPKKL pada masing-masing Zona Keamanan Maritim, sehingga ke depan dapat

dijadikan standard baku dalam pembangunan ataupun pengembangan SPKKL

Bakamla.

Untuk mewujudkan SPKKL Bakamla yang memenuhi kriteria dan mampu

mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Bakamla secara keseluruhan,

diperlukan kerjasama dan partisipasi aktif dari seluruh internal Bakamla yang terkait.

Pelibatan satuan kerja terkait meliputi Biro Sarana dan Prasarana, Biro Perencanaan,

Bagian Kepegawaian, Direktorat Data dan Informasi, serta Direktorat Operasi Laut.

Selain itu, dibutuhkan juga bantuan dari pihak esternal meliputi pakar/tenaga

ahli/akademisi/praktisi di bidang keamanan maritim dan manajemen organisasi, guna

mendapatkan rekomendasi yang ideal dan optimal dalam rangka mewujudkan realisasi

peningkatan peran dan fungsi SPKKL Bakamla ke depan. Hasil assessment yang telah

dilakukan oleh Direktorat Data dan Informasi pada Tahun 2018 juga dapat menjadi
39
acuan dalam mengimplementasikan peningkatan kemampuan SPKKL Bakamla, serta

dimungkinkan membutuhkan data tambahan dan update agar relevan dengan kondisi

terakhir SPKKL saat ini, khususnya SPKKL yang akan menjadi proyek percontohan.

40

Anda mungkin juga menyukai