Hal.
1. PENDAHULUAN 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Maksud dan Tujuan 4
2. METODE PENEMPATAN LONG RANGE CAMERA DAN COASTAL 5
RADAR
3. PENENTUAN LOKASI 9
3.1. Sumatra Barat 9
3.2. Sulawesi Tengah 15
3.3. Sulawesi Utara 23
3.3. Biak 27
4. KESIMPULAN 32
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bakamla memiliki tugas untuk melakukan patroli keamanan dan keselamatan
di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia, serta fungsi
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyusun kebijakan nasional di bidang keamanan dan keselamatan di
wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
b. Menyelenggarakan sistem peringatan dini keamanan dan keselamatan di
wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
c. Melaksanakan penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan
pelanggaran hukum di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi
Indonesia;
d. Menyinergikan dan memonitor pelaksanaaan patroli perairan oleh instansi
terkait;
e. Memberikan dukungan teknis dan operasional kepada instansi terkait;
f. Memberikan bantuan pencarian dan pertolongan di wilayah perairan
Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
g. Melaksanakan tugas lain dalam sistem pertahanan nasional.
3
pemantauan/pengawasan yang dimiliki sekarang secara spesifikasi teknik sudah
memenuhi tetapi ada beberapa alat dalam penempatannya kurang tepat.
Untuk itu perlu membuat analisa penempatan yang optimum peralatan LRC
dan Coastal Radar yang dibutuhkan saat ini oleh BAKAMLA. Hal ini untuk
mengatasi masalah sebagai berikut :
a. Penempatan Coastal Radar dan LRC belum optimum karena berdasarkan
pada lokasi SPPKL.
b. Covering area banyak yang terhalang bukit atau pada teluk yang area
pandangnya terbatas dan mempunyai ketinggian yang kurang memadai
atau rendah.
c. Dalam penentuan lokasi penempatan Coastal Radar dan LRC, kondisi
tanah dan area elektromagnetik tidak diperhitungkan.
4
2. METODE PENEMPATAN LONG RANGE CAMERA DAN COASTAL RADAR
Secara garis besar metoda penempatan Long Range Camera (LRC) dan
Coastal Radar (CR) terdiri atas dua tahap. Tahap pertama yaitu menghitung dan
simulasi lokasi diatas peta, dan tahap kedua survey langsung ke lokasi untuk melihat
kelayakannya. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penempatan LRC
dan coastal radar ini antara lain:
a. Jangkauan Radar
Secara teoritis, jarak jangkauan dari suatu Radar dapat dihitung melalui
persamaan sebagai berikut:
Target horizon sama dengan jarak jangkauan (coverage) dari radar dengan satuan
NM, h target adalah tinggi dari kapal dari permukaan laut, dan h antenna adalah
tinggi radar diukur dari permukaan laut. Dalam simulasi jangkauan radar tersebut
menggunanakan cara tersebut untuk tinggi target mendekati nol meter.
.Persamaan ini mengimplikasikan bahwa jarak jangkauan Radar sangat
dipengaruhi oleh line of sight ke objek target dan dipengaruhi oleh ada tidaknya
penghalang seperti gunung, bukit atau bangunan, ketinggian dari penempatan
radar, kontur wilayah, kelengkungan bumi (earth curvature), cuaca, pantulan dll.
Oleh karena itu, peta ketinggian (countour) dari calon tempat LRC dan Coastal
Radar menjadi sangat penting. Hal ini berkaitan dengan radar horizon, yaitu jarak
terjauh yang dapat dijangkau dari suatu radar terkait dengan kelengkungan bumi
seperti diilustrasikan pada Gambar 1.
Mengacu pada faktor kelengkungan bumi, jangkauan dari suatu radar sangatlah
dipengaruhi dari ketinggian tower radar dan jari-jari bumi.
5
Clutter zone pada Gambar 1 adalah zona dimana sinyal biasanya terefleksi oleh
ground sehingga dapat menyebabkan unwanted false target atau target palsu.
Untuk mengatasi clutter ini radar biasanya diletakan dengan kemiringan sudut
elevasi tertentu sehingga lebar berkas (beamwidth) bawah dari antena tidak
menyentuh tanah.
b. Lalu-lintas kapal
c. Jaringan telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi pada site radar penting untuk diperhatikan. Hal ini
berkaitan dengan pengiriman data radar dan LRC dari suatu lokasi ke pusat
command center dari BAKAMLA sebagai pertimbangan pengambilan keputusan
dari pimpinan mengenai situasi tertentu. Pada kajian ini akan ditampilkan coverage
network dari provider telekomunikasi di Indonesia pada titik-titik calon
penempatan radar yang dikaji seperti pada gambar 2. Tentunya sebagai backup-
plan, telekomunikasi menggunakan satelit dapat digunakan untuk pengiriman data
secara real time.
6
Gambar 2. Contoh peta jaringan telekomunikasi di Wilayah Sumatra Utara
Beberapa hal perlu diperhatikan saat membangun tower radar pada suatu lokasi.
Satu faktor yang paling penting adalah kecepatan angin di lokasi site radar.
Kecepatan angin ini akan mempengaruhi ketinggian maksimal dari tower yang
dapat dibangun, dan juga bahan material yang perlu digunakan agar tower dapat
tetap kokoh berdiri. Pada kajian awal ini akan ditampilkan peta kecepatan angin
dari setiap calon lokasi penempatan radar sebagai bahan pertimbangan mendirikan
tower.
7
Gambar 3. Contoh peta kecepatan angin di Wilayah Sumatra Utara
e. Infrastruktur
Infrastruktur seperti akses jalan, listrik, dan air juga menjadi bahan pertimbangan
untuk mendirikan site radar. Pada kajian ini akan dibahas lebih lanjut ketersediaan
infrastruktur di lokasi calon penempatan radar.
8
3. PENENTUAN LOKASI
Di dalam laporan ini dikaji tiga lokasi dengan mempertimbangkan faktor lalu-lintas kapal
dan simulasi jangkauan radar.
Sumatra Utara
Gambar 4. Menampilkan peta dari daerah Sumatra Utara dan sekitarnya beserta tiga titik
rekomendasi lokasi penempatan radar. Lokasi-lokasi ini ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
Pada Gambar 5 terlihat peta trafik kapal di sekitar Sumatra Utara ( Selat Malaka).
Lalu lintas kapal ini terlihat padat di sebelah timur pulau Sumatra, sehingga
penempatan lokasi radar akan lebih optimal apabila diletakan di pesisir utara atau
timur. Dengan asumsi jarak jangkauan radar line of sight 32 nautical mile dan
belum mempertimbangkan faktor-faktor lain, ketiga titik tersebut mampu
mendeteksi lokasi lalu lintas kapal yang menjadi perhatian seperti terlihat pada
gambar 6, 7 dan 8 dibawah ini.
9
Gambar 5. Peta traffic kapal wilayah Sumatra Utara dan sekitarnya (Selat Malaka)
Berikut adalah hasil simulasi jangkauan radar di tiga titik wilayah Sumatra Utara
dan sekitarnya dengan mempertimbangkan ketinggian lokasi dan kelengkungan
bumi (Gambar 6, 7 dan 8). Tinggi tower pada setiap simulasi ditentukan setinggi
25 m untuk meminimalisasi efek dari kecepatan angin. Lokasi 1 Belawan sudah
terdapat radar dari Dirjen Hubla Distrik Navigasi pada Kordinat 3.773551o,
98.698865o dengan total ketinggian pada lokasi tersebut adalah 45m diatas
permukaan laut Lokasi 2 Tanjung Balai pada koordinat 2.961413o, 99.920198o
dengan ketinggian total 45m diatas permukaan laut. Lokasi 3 pulau Rupat berada
pada koordinat 2.10303o, 101.65442o dengan ketinggian total 40m diatas
permukaan laut . Ketiga lokasi tersebut dipilih berdasarkan ketentuan tinggi tanah
yang optimu dari permukaan laut ditambah dengan tinggi tower agar dapat
menjangkau jarak horizon yang optimum. Pada gambar 6, 7, dan 8 terlihat jarak
radar horizon dari setiap site.
10
Gambar 6. Simulasi jangkauan radar lokasi 1 Belawan
11
Gambar 7. Simulasi jangkauan radar lokasi 2 Tanjung Balai
12
Gambar 8. Simulasi jangkauan radar pulau Rupat
d. Jaringan Telekomunikasi
Peta jaringan telekomunikasi menggunakan provider Telkomsel pada daerah
Kepulauan Riau dapat dilihat di gambar 12. Dari beberapa provider besar,
Telkomsel memiliki cakupan yang lebih bagus dibanding yang lainnya. Dapat
dilihat pada Gambar, lokasi 2 sudah ada jaringan 4G sedangkan lokasi 1 dan 3
belum terdapat data. Untuk memastikan kestabilan jaringan komunikasi perlu
dilakukan survey secara langsung.
13
Gambar 9. Jaringan telekomunikasi di wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya
e. Kecepatan Angin
Dari data BMKG diperoleh bahwa di ketiga lokasi tersebut dan sekitarnya
kecepatan anginnya mencapai 8 kts di waktu malam. Hal ini menjadi pertimbangan
untuk penentuan ketinggian tower.
14
Sulawesi Tengah
Gambar 10. Menampilkan peta Wilayah Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur (Laut
Sulawesi dan Selat Makasar) beserta tiga titik rekomendasi lokasi penempatan radar
(lingkaran hijau kecil). Adapun kordinat lokasi tersebut adalah seperti di bawah ini:
Pada Gambar 11 terlihat peta trafik kapal di sekitar Selat Makasar dan Laut
Sulawesi. Lalu lintas kapal ini terlihat padat di sebelah utara sampai selat Makasar,
15
sehingga penempatan lokasi radar akan lebih optimal apabila diletakan di tiga titik
tersebut. Dengan jarak jangkauan radar line seperti hasil semulasi penempatan
radar di bawah diharapkan ketiga titik tersebut mampu mendeteksi lokasi lalu
lintas kapal yang menjadi perhatian seperti terlihat pada gambar 12, 13 dan 14 di
bawah.
Berikut adalah hasil simulasi jangkauan radar di tiga titik wilayah Kepulauan Riau
dengan mempertimbangkan ketinggian lokasi dan kelengkungan bumi (Gambar 12,
13 dan 14). Tinggi tower pada setiap simulasi ditentukan setinggi 30 m. Terlihat
pada gambar- gambar tersebut jarak radar horizon dari setiap site ditandakan
dengan warna merah. Pada lokasi 1, posisi radar hampir seluruhnya menghadap ke
laut.
16
Gambar 12. Menunjukkan hasil simulasi jangkauan radar dengan ketinggian tower
30 m. Dengan ketinggian tower tersebut, posisi radar berada 310 m di atas
permukaan laut.
17
Gambar 13. Simulasi jangkauan radar lokasi 2 Sojol, Sulawesi Tengah
Gambar 13. Menunjukkan hasil simulasi jangkauan radar dengan ketinggian tower
30 m. Dengan ketinggian tower tersebut, posisi radar berada 320 m di atas
permukaan laut.
18
Gambar 14. Simulasi jangkauan radar lokasi 3 Bangkir, Tolit-Toli
Gambar 14. Menunjukkan hasil simulasi jangkauan radar dengan ketinggian tower
30 m. Dengan ketinggian tower tersebut, posisi radar berada 410 m di atas
permukaan laut.
Untuk akses masuk dan ketersediaan listrik dari ketiga lokasi tersebut perlu
disurvey secara langsung. Lokasi 1, lokasi 2 dan lokasi 3 bisa dilihat dari
www.google.co.id/maps dengan fasilitas street view, namun tetap harus di survey
langsung. Ketiga lokasi tersebut berdekatan dengan jalan raya sehingga bisa
dipastikan adanya ketersediaan listrik.
19
d. Jaringan Telekomunikasi
Peta jaringan telekomunikasi menggunakan provider Telkomsel pada daerah
Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur dapat dilihat di gambar 15. Dari beberapa
provider besar, Telkomsel memiliki cakupan yang lebih bagus dibanding yang
lainnya. Dapat dilihat pada Gambar, ketiga lokasi tersebut sudah ada jaringan 4G.
Namun untuk kestabilan jaringan komunikasi perlu dilakukan survey.
e. Kecepatan Angin
Untuk kecepatan angin tidak bisa mendapatkan angka yang pasti. Dari data BMKG
diperoleh bahwa di ketiga lokasi kecepatan angin berkisar 4 - 6 kts. Nilai tersebut
dilihat pada sore hari. Dikarenakan juga kecepatan angin tergantung dari cuaca.
20
Gambar 16. Peta Kecepatan Angin lokasi 1 Talok Kalimantan Timur
21
Gambar 18. Peta Kecepatan Angin lokasi 3 Bangkir, Tolit-Toli
22
Sulawesi Utara dan Sekitarnya
Di Sulawesi Utara akan memakai kantor SPKKL (Stasiun Pemantau Keamanan dan
Keselamtan Laut) yang telah ada.
a. SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung terletak pada 1 (satu) area lokasi yang
cukup luas, dimana terdapat juga peralatan dan sarana backbone yang sudah
modern dan komprehensif;
b. SPKKL Manembo-nembo dilengkapi dengan AIS, radar, dan LRC yang masih
dapat berfungsi dengan normal. Adapun GMDSS Radio sudah tidak dapat
difungsikan lagi dan membutuhkan pergantian alat;
c. GS Bitung merupakan salah satu Stasiun Bumi yang dimiliki oleh Bakamla RI
selain GS Babel. Namun, kondisi 2 peralatan antenna GS Bitung yang ada sudah
tidak dapat berfungsi lagi dan membutuhkan pergantian alat;
d. Adapun peralatan dan sarana prasarana sistem backbone yang terdapat di lokasi
area GS Bitung dan SPKKL Manembo-nembo saat ini belum dapat dioperasikan
terkait permasalahan hukum dengan KPK sehingga belum dilakukan berita acara
serah terima barang dan pekerjaan oleh pihak penyedia kepada Bakamla RI;
e. Saat ini, SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung hanya diawaki oleh masing-
masing 3 (tiga) personel yang bertugas mengawaki kantor dan peralatan-peralatan
yang ada;
f. Sejak pemekaran wilayah Minahasa Selatan pada Tahun 2003, wilayah pesisir
Minahasa Selatan sampai dengan saat ini belum terpasang peralatan maritime
surveillance system, baik yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah maupun Instansi
Pemerintah/TNI/Polri dan K/L terkait;
g. Terkait dengan pengelolaan wilayah laut, seluruh kewenangan diatur dan
ditentukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara;
h. Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan sejauh ini masih belum menjadikan
pengembangan di sektor kemaritiman sebagai prioritas utama. Adapun
pengembangan yang sedang dilakukan saat ini yaitu pengembangan Pulau Sepatu
sebagai objek wisata Minahasa Selatan;
i. Terkait unsur patroli laut di wilayah perairan Minahasa Selatan, Pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan didukung oleh unsur kapal patroli yang dimiliki oleh
KPLP dan PSDKP serta Polres Minahasa Selatan;
23
j. Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan memiliki pelabuhan Amurang yang
mampu untuk menampung kapal dengan ukuran 40 – 60 meter juga setara di atas
35.000 GT;
k. Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan memberikan masukan kepada tim
Litbang Bakamla RI terkait lokasi yang dianggap strategis dan penting untuk
dipasangi peralatan Maritime Surveillance System (MSS) Bakamla RI yaitu di
wilayah Arakan Kecamatan Tetapaan yang terletak di wilayah Tanjung (kurang-
lebih 20 KM dari Jalan Trans- Sulawesi) serta banyak dilewati oleh kapal-kapal
besar yang melintas;
l. Secara prinsip, Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan mendukung penuh
rencana Bakamla RI untuk memasang peralatan MSS Bakamla RI dalam rangka
untuk menjaga wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi Indonesia, khususnya
wilayah perairan Sulawesi Utara yang merupakan jalur ALKI II dan berbatasan
dengan perairan Filipina;
m. Kantor Kamla Zona Maritim II Bakamla RI telah mendapatkan hibah tanah dari
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara seluas kurang lebih 7 hektar di wilayah
Kalasey II, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa yang menghadap ke
wilayah perairan Manado sebelah Barat;
n. Lokasi lahan hibah tersebut berada di area yang cukup tinggi dengan akses jalan
yang cukup mudah untuk dilewati menjadikan lokasi tersebut cukup strategis dan
tepat untuk dipasangi peralatan MSS Bakamla RI;
o. Saat ini, lahan hibah tersebut telah dipasangi papan penanda Bakamla RI dan
dikelilingi oleh pagar kawat berduri sebagian;
p. Pangkalan armada kapal patroli Zona Maritim II Bakamla RI di Serei Kabupaten
Minahasa Utara dilengkapi dengan radio alat komunikasi, GMDSS, Long Range
Camera (LRC), serta sistem dan peralatan Backbone. Selain itu, pangkalan
armada kapal patroli juga memiliki gedung workshop, peralatan dan unsur
pendukung meliputi ROV, Forklift, Generator set, mobil tangki air bersih, tower
LRC dan GMDSS, serta unsur kapal patroli, RHIB, dan Catamaran;
q. Namun, kondisi peralatan-peralatan tersebut saat ini mayoritas tidak dapat
dioperasikan seperti GMDSS yang sudah tidak bisa menyala, LRC yang belum
dapat dioperasikan, sistem dan peralatan backbone yang masih terkendala dengan
temuan KPK dan belum adanya serah terima barang dan pekerjaan dari pihak
penyedia ke Bakamla RI, ROV yang sudah tidak dapat dioperasikan karena
24
terdapat beberapa komponen yang dibawa kembali oleh pihak penyedia, Forklift
yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan, Generator set yang mengalami
kerusakan pada bateray/accu, dan 2 unit kapal patroli 48 meter yang saat ini
sedang mengalami pemeliharaan dan perbaikan berkala;
r. Kantor Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan Laut Bitung secara tugas dan fungsi
memiliki cakupan wilayah operasi yang cukup luas, meliputi Wilayah Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah (Pantoloan) hingga Ternate;
s. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kantor Distrik Navigasi Ditjen
Perhubungan Laut memiliki 15 stasiun radio pantai, 24 menara suar, 3 (tiga) unit
kapal navigasi, 2 (dua) unit kapal RHIB, serta ruangan VTS yang berfungsi
sebagai sistem pengawasan lalu lintas kapal yang dilengkapi oleh LRC, AIS, serta
sistem monitoring lalu lintas kapal di wilayah perairan sisi sebelah Timur Perairan
Sulawesi Utara;
t. Dalam ruangan VTS, kemampuan LRC yang dimiliki mampu mencapai jarak 25
mil dan AIS yang dimiliki mampu mendeteksi kapal hingga radius 25-30 nm.
Seluruh kapal yang berlayar keluar dan masuk ke dalam wilayah cakupan operasi
akan otomatis disampaikan dan ditampilkan pada layar sistem pengawasan yang
terdapat pada ruangan VTS, menggunakan teknologi yang berasal dari Jerman dan
Swedia;
u. Saat ini, Kantor Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan Laut memiliki total
keseluruhan SDM sebanyak 200 pegawai yang ditugaskan di seluruh wilayah
Sulawesi Utara termasuk personel untuk mengawasi suar;
v. Untuk monitoring pelayaran/lalu lintas kapal di wilayah Sulawesi Utara, Kantor
Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan sudah bekerjasama dengan Pelindo II untuk
monitoring kapal dalam pengawasan Pelindo II.
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan, secara umum para
pemangku kepentingan dan wewenang di laut di wilayah Provinsi maupun Kabupaten
Sulawesi Utara masih belum memiliki peralatan dan sistem maritime surveillance yang
memadai dan komprehensif. Terlebih, peralatan dan sistem yang ada juga belum mampu
mencakup jangkauan seluruh wilayah perairan Provinsi Sulawesi Utara. Saat ini, para
pemangku kepentingan dan wewenang di laut di wilayah Provinsi Sulawesi Utara masih
menggunakan metode manual ataupun mengandalkan informasi dari masyarakat pesisir
maupun nelayan.
25
Secara kemampuan, seluruh kantor perwakilan Bakamla RI meliputi SPKKL Kema,
SPKKL Manembo-nembo, dan GS Bitung pada prinsipnya telah berada pada lokasi yang
strategis untuk melakukan pengawasan dan pemantauan di laut. Akan tetapi, masih
banyaknya kondisi peralatan yang tidak dapat dioperasikan maupun membutuhkan
perbaikan atau pergantian menjadikan belum maksimal dan optimalnya pelaksanaan sistem
pengawasan dan pemantauan di laut, khususnya di wilayah perairan Sulawesi Utara.
Kemampuan seluruh unsur tersebut juga dapat menjadi lebih komprehensif lagi apabila
sistem backbone yang telah dibangun dapat dioperasikan secara normal.
26
Biak
a. Secara keseluruhan, Kantor Satuan Radar 242 TNI AU di Biak terletak di wilayah
Tanjung Barari, bagian ujung Timur di dalam Pulau Biak yang menghadap
langsung ke arah Selatan, Timur, dan Utara pulau Biak;
b. Tanjung Barari memiliki kondisi demografi yang terletak di ketinggian di atas
rata-rata (50 m diatas permukaan air laut) dibandingkan wilayah Pulau Biak
lainnya;
c. Kondisi ketinggian tersebut menjadi salah satu faktor dibangunnya Kantor Satuan
Radar 242 TNI AU di wilayah tersebut pada Tahun 2005 dengan luas area sekitar
10 hektar yang diawaki oleh 80 personel secara keseluruhan;
d. Tanjung Barari memiliki jarak tempuh mencapai 20 kilo meter atau sekitar 1 jam
dari pusat kota Biak, dengan kondisi akses jalan yang cukup baik, namun
demikian tidak tersedia fasilitas penunjang yang memadai di wilayah Tanjung
Barari seperti Rumah Sakit, sekolah, tempat beribadah, pasar, listrik yang stabil,
jaringan komunikasi dan internet, dan sarana lainnya sehingga dapat memberikan
dampak psikologis atau dampak negatif lainnya pada personel Satuan Radar 242
TNI AU Biak;
e. Berdasarkan faktor tersebut, TNI AU tidak membangun fasilitas akomodasi/mess
yang melekat pada Kantor Satuan Radar, melainkan dibangun di pusat kota Biak
yang memiliki fasilitas dan sarana pendukung yang lengkap dan memadai;
f. Kepala Satuan Radar 242 TNI AU Biak menyampaikan bahwa Tanjung Barari
merupakan lokasi yang sangat strategis apabila Bakamla ingin menempatkan
peralatan Maritime Surveillance System di wilayah tersebut karena ketinggian dan
posisinya yang mampu mengawasi wilayah perairan sebelah Selatan, Timur dan
Utara Biak yang berhadapan langsung dengan Perairan Samudera Pasifik serta
mengarah ke Selatan perairan Pulau Biak yang berhadapan langsung dengan
Pulau Serui;
27
Gambar 19. Peta lokasi wilayah Tanjung Barari, Biak Numfor, Provinsi Papua
28
Gambar 20. Peta lokasi Raja Tiga Adoki, Biak Numfor, Papua.
l. Lokasi alternatif berikutnya yaitu terletak di wilayah pantai Bosnik, yang berada
di dataran rendah, tepat di pinggir pantai Bosnik;
m. Lokasi tersebut juga terletak tidak jauh dari jalan utama dan dekat dengan pusat
kota Biak, namun demkian apabila dipasangi peralatan MSS Bakamla hanya
mampu melakukan pengawasan di wilayah Selatan perairan Biak, khususnya
perairan yang menghubungkan Pulau Biak dengan Pulau Owi;
29
n. Di Kabupaten Supiori merupakan lokasi alternatif berikutnya yang berada di
bagian Barat Laut Pulau Biak dan merupakan daerah administratif tersendiri
sehingga terpisah dari Pemerintah Kabupaten Biak;
o. Kabupaten Supiori dapat dijangkau melalui jalur darat dalam waktu 3 jam, untuk
menuju Distrik Bondifuar Kabupaten Biak yang berbatasan dengan Kabupaten
Supiori akses jalan yang ada masih belum diaspal secara keseluruhan, kondisi
jalan yang bergelombang, jauh dari pusat Kota Biak. Belum stabilnya listrik dan
jaringan internet, serta belum masifnya pembangunan di wilayah Distrik
Bondifuar menjadi pertimbangan apabila Bakamla akan meletakkan peralatan
MSS maupun kantor perwakilan baru di wilayah Distrik Bondifuar Kabupaten
Biak maupun di Kabupaten Supiori.
Pemangku kepentingan dan wewenang di laut di wilayah Pulau Biak masih belum
memiliki peralatan dan sistem maritime surveillance yang memadai dan komprehensif.
Terlebih, peralatan dan sistem yang ada juga belum mampu mencakup jangkauan seluruh
wilayah perairan Biak. Secara kemampuan, saat ini hanya TNI AU Biak (Satrad 242
Tanjung Barari) yang dapat diasumsikan memiliki peralatan radar aerial yang modern dan
komprehensif, namun demikian belum mampu mengawasi penerbangan diseluruh wilayah
Biak.
Adapun TNI AL Biak saat ini masih mengandalkan radio komunikasi dan radar pantai
yang hanya menjangkau wilayah perairan Selatan Pulau Biak. Terkait penentuan lokasi
pemasangan peralatan dan sistem MSS Bakamla RI di wilayah Biak, telah dilakukan survei
30
lokasi yang dapat menjadi alternatif pilihan penempatan peralatan Surveillance System
Bakamla RI di kemudian hari, diantaranya Tanjung Barari, Pantai Bosnik, Raja Tiga
Adoki, dan perbatasan Kabupaten Biak dengan Kabupaten Supiori di Distrik Bondifuar.
Terlebih, Satuan Radar TNI AU Biak (Satrad 242) yang berada di Tanjung Bararti
sejak Tahun 2005 juga menjadi faktor lainnya yang dapat memberikan bantuan untuk
menjadi penghubung komunikasi antara Bakamla dengan penduduk lokal setempat apabila
akan dipasang peralatan MSS Bakamla maupun kantor perwakilan Bakamla RI di masa
31
mendatang.
4. KESIMPULAN
Dalam menentukan lokasi penempatan LRC dan Coastal Radar terdapat beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu. Faktor-faktor itu antara lain jangkauan
radar, lalu lintas kapal, jaringan telekomunikasi, peta kecepatan angin dan ketersediaan
infrastruktur. Pada laporan ini telah ditampilkan simulasi jangkauan radar pada enam titik
calon lokasi penempatan pada wilayah Sumatra Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi
Tengah, serta Biak. Hasil simulasi dapat menjadi bahan pertimbangan awal untuk
menentukan lokasi penempatan radar.
Untuk wilayah Sumatra Utara, lokasi terbaik untuk menempatkan radar adalah pada
lokasi-lokasi tersebut diatas yaitu Belawan, Tanjung Balai, dan Pulau Rupat dengan
pertimbangan luasan jangkauan jarak horizon radar terluas dan tersedianya jaringan
telekomunikasi.
Untuk wilayah Sulawesi Tengah Kepulauan Riau, lokasi terbaik untuk menempatkan
radar adalah pada lokasi 1 dengan pertimbangan luasan jangkauan jarak horizon radar
terluas dan tersedianya jaringan telekomunikasi. Prioritas berikutnya adalah lokasi 2 dan
terakhir lokasi 3. Lokasi 3 menjadi prioritas terakhir karena area jangkauan yang lebih
kecil dan lalu lintas kapal yang tidak terlalu banyak.
Untuk wilayah Sulawesi Utara menggunakan SPKKL yang sudah ada yaitu SPKKL
Bitung, SPKKL Keam, Deramga Serei.
Untuk wilayah Biak, lokasi terbaik untuk menempatkan radar adalah Tanjung Barari,
Raja Tiga Adoki, Pantai Bosnik, dan Kabupaten Supiori.
32
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PENELITIAN PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA TAHAP II
Medan, 03-07 Agustus 2020
A. Dasar:
1. Surat Perintah Nomor: SPRIN – 569/ LB.01.02/VII/2020 tentang
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian Penempatan Sensor Surveillance
System Tahap II Direktorat Penelitian dan Pengembangan Bakamla RI di
Sumatra Utara.
2. Surat Permohonan Nomor: B-530/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Pelabuhan Belawan.
3. Surat Permohonan Nomor: B-528/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Otoritas Pelabuhan Utama Belawan Sumatra Utara pada pukul
10.00 WIB dan diterima oleh Kabid Lalu Lintas Laut Otoritas Pelabuhan
Utama Belawan.
b. Ramah tamah, dan foto bersama.
1/18
c. Rapat dibuka oleh Kabid Lalu Lintas Laut Otoritas Pelabuhan
Utama Belawan yang menyambut kunjungan dari Tim Pengumpul Data
dan Informasi Direktorat Litbang Kamla.
d. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Kantor Otoritas
Pelabuhan Utama Belawan.
e. Diskusi dan tanya jawab.
f. Tim Pengumpulan Data dan Informasi Bakamla RI melanjutkan ke
Kantor Distrik Navigasi Belawan pada pukul 12.00 WIB.
3/18
xiii. Pelabuhan Tanjung Sarang Elang (KUPP Kelas III Tanjung
Sarang), Labuhan Batu.
xiv. Pelabuhan Barus (KUPP Kelas III Barus), Jl. Yos Sudarso
No. 02 Kel. Pasar Batu Grigis Barus, Kab. Tapanuli Tengah
Sumatera Utara.
xv. Pelabuhan Lahewa (KUPP Kelas III Lahewa), Jl. Bowo No.
1 Kel. Pasar Lahewa Kab. Nias Utara, Suamtera Utara.
xvi. Pelabuhan Gunung Sitoli (KSOP Kelas IV Sitoli), Jl. Yos
Sudarso No. 194 Km. 2 Pelabuhan Angin Gunung Sitoli Sumatera
Utara.
xvii. Pelabuhan Sirombu (KUPP Kelas III Sirombu), Sirombu
Nias Barat.
xviii. Pelabuhan Teluk Dalam (KUPP Kelas III Teluk Dalam Nias),
Nias Selatan.
xix. Pelabuhan Oswald Siahaan/Labuhan Angin.
xx. Pelabuhan Sibolga (KSOP Kelas IV Sibolga), Jl. Horas
Pelabuhan Sibolga, Sibolga Sumatera Utara.
xxi. Pelabuhan Parlimbungan Ketek (KUPP Kelas III Batahan),
Mandailing Natal-Sumatera Utara.
xxii. Pelabuhan Pulau Tello (KUPP Kelas III Pulau Tello), Pulau
Tello – Nias Selatan.
4/18
C. Pelaksanaan Kegiatan pengumpulan data dan informasi ke Distrik Navigasi
Belawan
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa, 4 Agustus 2020
b. Pukul : 12.10 WIB s/d 13.00 WIB
c. Tempat : Kantor Navigasi Belawan
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Kerma Litbang, JFT Peneliti, Analis
Kebijakan
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Navigasi pada pukul 12.00 WIB dan diterima oleh Kepala Bidang
Distrik Navigasi Belawan Sumatra Utara, Kepala Stasiun Radio Pantai
(KSROP) Belawan Medan, beserta staf.
b. Rapat dibuka oleh Kepala Bidang Distrik Navigasi Belawan
Sumatra Utara, menyambut kunjungan dari Tim Pengumpul Data dan
Informasi Direktorat Litbang Kamla.
c. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Distrik Navigasi
Pelabuhan Belawan Sumatra Utara.
d. Diskusi dan tanya jawab.
e. Mengunjungi Stasiun Radio Pantai (SROP) Pelabuhan Belawan
Medan.
f. Foto Bersama.
g. Tim Pengumpulan Data dan Informasi Bakamla RI Mengunjungi
Stasiun Radio Pantai (SROP) Pelabuhan Belawan Medan.
5/18
dibina oleh Direktur Kenavigasian (Peraturan Menteri Perhubungan
nomor :KM 30 Tahun 2006).
b. Distrik Navigasi Kelas I Belawan memiliki tugas melaksanakan
perencanaan pengoperasian, pengadaan dan pengawasan sarana bantu
navigasi pelayaran, serta kegiatan pengamatan laut, suvey hidrografi,
serta pemantauan alur dan perlintasan dengan menggunakan sarana
instansi untuk kepentingan keselamatan pelayaran
c. Distrik Navigasi Kelas I Belawan memiliki fungsi:
i. Penyusunan Rencana dan Program Pengoperasian, serta
Pengawasan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Telekomunikasi
Pelayaran, Kapal Negara Kenavigasian, Fasilitas Pangkalan,
Bengkel, Pengamatan Laut dan Survey Hidrografi serta
Pemantauan Alur dan Perlintasan;
ii. Penyusunan Rencana Kebutuhan dan Pelaksanaan
Pengadaan, Penyimpanan, Penyaluran dan Penghapusan
Perlengkapan dan Peralatan untuk Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran, Kapal Negara
Kenavigasian, Fasilitas Pangkalan, Bengkel, Pengamatan Laut dan
Survey Hidrografi serta Pemantauan Alur dan Perlintasan;
iii. Pelaksanaan program Pengoperasian dan Pemeliharaan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran,
Kapal Negara Kenavigasian, dan Fasilitas Pangkalan serta
Bengkel;
iv. Pelaksanaan Pengamatan Laut dan Survei Hidrografi, serta
Pemantauan Alur dan Perlintasan;
v. Pelaksanaan urusan Logistik;
vi. Pelaksanaan Analisis dan Evaluasi Pengoperasian,
Pengawakan dan Pemeliharaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran,
Telekomunikasi Pelayaran, Kapal Negara Kenavigasian, Fasilitas
Pangkalan, Bengkel, Pengamatan Laut, Survey Hidrografi serta
Pemantauan Alur dan Perlintasan;
vii. Pelaksanaan urusan Keuangan, Kepegawaian,
Ketatausahaan, Kerumah Tanggaan, Hubungan Masyarakat,
Pengumpulan dan Pengolahan Data Dokumentasi serta
Penyusunan Laporan.
6/18
Bagan Tugas Fungsi Distrik Navigasi Belawan Sumatra Utara.
8/18
d. Struktur Organisasi SROP Belawan.
9/18
f. Tim Pengumpulan Data dan Informasi Bakamla RI kembali ke
Hotel pukul 15.00 WIB.
10/18
namun Radar dan LRC hanya ada di SROP Belawan. Unir SROP yang lain
hanya dilengkapi radio VHF, HF/MF GMDSS dan AIS tanpa radar dan LRC.
Daerah Sumatra utara yang telah didatangi tim peneliti adalah Belawan
dan Tanjung Balai Asahan. Unit belawan sudah terpasanga radar dengan
jangkauan sampai dengan 24NM dan SROP Tanjung Balai Asahan tidak
terpasang radar, namun kantor tersebut memungkinkan atau dapat dipasang
radar untuk mengawasi selat Malaka.
Daerah Sumatra Utara bagian Barat khusunya di daerah Belawan dan
Tanjung Balai Asahan memiliki ketinggian 0 sampai dengan 20meter DPL, atau
termasuk dataran rendah. Bila dipasang radar di daerah tersebut memerlukan
tower yang sangat tinggi (Tower lebih tinggi dari 50meter) untuk dapat
menjangkau garis tengah selat Malaka.
2. Saran
Perlu dilakukan pengambilan data di Direktorat Operasi Laut, mengenai
daerah mana saja yang diperlukan untuk diawasi dengan peralatan seperti radar
dan LRC, sehingga penempatan radar dapat disimulasikan untuk dapat
mengetahui jangkau radar sehingga cocok dengan kebutuhan Direktorat Operasi
Laut.
M. Chairul Anam
Lettu Bakamla
11/18
DOKUMENTASI KEGIATAN
12/18
13/18
14/18
15/18
16/18
17/18
18/18
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PENELITIAN PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA TAHAP II
Sulawesi Tengah, 24-28 Agustus 2020
A. Dasar:
1. Surat Perintah Nomor: SPRIN–687/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian Penempatan Sensor Surveillance
System Tahap II Direktorat Penelitian dan Pengembangan Bakamla RI di
Sulawesi Tengah.
2. Surat Permohonan Nomor : B-610/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Polair Polda Sulteng.
3. Surat Permohonan Nomor : B-611/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Bappeda Kota Palu.
4. Surat Permohonan Nomor : B-612/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Balitbangda Kabupaten Donggala.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
Mako Dit Polairud Polda Sulawesi Tengah pada pukul 10.00 WIB dan
diterima oleh Kabid/Kasubdit Penegakan Hukum Kompol Maxi beserta
staf Dit Polairud Polda Sulawesi Tengah.
b. Ramah tamah, dan foto bersama.
1/10
c. Rapat dibuka oleh Kabid Penegakan Hukum Kompol Maxi yang
menyambut kunjungan dari Tim Pengumpul Data dan Informasi Direktorat
Litbang Kamla.
d. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangannya ke Dit Polairud Polda
Sulawesi Tengah.
e. Diskusi dan tanya jawab.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Bappeda kota Palu pada pukul 14.00 WIB dan diterima oleh
Kepala Bappeda kota Palu Drs. Arfan, M.Si.
b. Rapat dibuka oleh Kepala Bappeda kota Palu dan menyambut
kunjungan dari Tim Pengumpul Data dan Informasi Direktorat Litbang
Kamla.
c. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Bappeda kota Palu.
d. Diskusi dan tanya jawab.
e. Foto Bersama.
2. Saran
Perlu dilakukan pengambilan data di Direktorat Operasi Laut, mengenai
daerah mana saja yang diperlukan untuk diawasi dengan peralatan seperti radar
dan LRC, sehingga penempatan radar dapat disimulasikan ditempat-tempat
5/10
tersebut diatas untuk dapat mengetahui jangkau radar sehingga akan sesuai
dengan kebutuhan Direktorat Operasi Laut.
6/10
DOKUMENTASI KEGIATAN
7/10
8/10
9/10
10/10
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
PENELITIAN PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA RI TAHAP II (LRC & CR)
Provinsi Sulawesi Utara, 10 - 14 Agustus 2020
A. Dasar:
1. Surat Perintah Nomor : SPRIN – 503/LB.01.02/VII/2020 tentang
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian “Penempatan Sensor Surveillance
System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR)” Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Bakamla RI di Manado, Provinsi Sulawesi Utara;
2. Surat Permohonan Nomor : B-511/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke KSOP Provinsi Sulawesi Utara;
3. Surat Permohonan Nomor : B-522/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Kabupaten Minahasa Selatan;
4. Surat Permohonan Nomor : B-523/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Kantor BNPP (Basarnas) Provinsi
Sulawesi Utara.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Zona Maritim II Bakamla RI pada pukul 10.00 WITA dan diterima
oleh Kepala Kantor Zona Maritim II, pejabat Utama dan jajaran staf.
b. Kasubdit Perencanaan Litbang selaku ketua tim pengumpulan data
penelitian menyampaikan, gambaran umum serta maksud dan tujuan dari
1/17
penelitian tentang “Penempatan Sensor Surveillance System Bakamla RI
Tahap II (LRC & CR)”.
c. Kepala Zona Maritim II Bakamla RI secara prinsip mendukung
penuh pelaksanaan kegiatan pengumpulan data penelitian serta
memberikan arahan dan masukan yang penting untuk peningkatan dan
kemajuan Bakamla RI ke depan.
d. Kunjungan ke Kantor Zona Maritim II Bakamla RI selesai pada
pukul 11.00 WITA dan tim bertolak ke tujuan berikutnya.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor KSOP Provinsi Sulawesi Utara pada pukul 11.30 WITA dan
diterima oleh Kepala KSOP, Bapak Mozes, Kasi Operasi dan jajaran;
b. Ketua Tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan yaitu dalam rangka
mengumpulkan data dan informasi penelitian terkait Penempatan Sensor
Surveillance System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR);
c. Diskusi dan tanya jawab terkait sistem teknologi serta sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh KSOP Provinsi Sulawesi Utara;
d. Foto Bersama.
e. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
13.30 WITA dan tim langsung bertolak ke tujuan berikutnya.
2/17
3. Data yang diperoleh
a. KSOP Manado yang beranggotakan 50 personel/pegawai secara
kemampuan tidak memiliki sarana dan prasarana maupun sistem yang
memadai dalam rangka melakukan pemantauan lalu lintas kapal yang
masuk dan keluar area pelabuhan Manado.
b. KSOP Manado sejauh ini masih mengandalkan metode manual
melalui mata telanjang dan masih bergantung pada informasi nelayan
maupun para pengguna jasa di laut melalui radio;
c. KSOP Manado menjelaskan bahwa peralatan dan sistem
pengawasan kapal yang komprehensif hanya dimiliki oleh Divisi Navigasi
yang berada di Pelabuhan Kota Bitung dan merekomendasikan kepada
Tim dari Direktorat Litbang untuk pengumpulan data dan informasi ke
Kantor Distrik Navigasi di Kota Bitung;
d. Adapun tantangan terberat yang dihadapi oleh KSOP Manado
yaitu merubah pola pikir para pengguna jasa di laut yang masih
mengabaikan peraturan Kepelabuhan yang berlaku saat ini. Para
pengguna jasa di laut tersebut masih mengacu pada masa lalu dimana
mereka masih menggunakan kapal kayu berukuran kecil (di bawah 30
GT), sementara saat ini mereka (pengusaha pelayaran) telah
menggunakan kapal berbahan besi dan berukuran besar diatas 500 GT,
namun masih berorientasi tradisional secara manual belum dapat move-
on pada peralatan ataupun teknologi informasi yang dapat
mengefektivkan pelaksanaan pengawasan, misalnya KSOP Manado
sudah pengadaan dan pelayanan pembelian tiket pelayaran secara on-
line namun belum dapat dilaksanakan.
4/17
f. Adapun BNPP (Basarnas) tipe A Sulawesi Utara memiliki control
room yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dan pemantauan antara
BNPP (Basarnas) tipe A Sulawesi Utara dengan kantor BNPP (Basarnas)
pusat apabila terjadi bencana ataupun kecelakaan di darat maupun laut.
g. Control room yang dimiliki BNPP (Basarnas) tipe A Sulawesi Utara
menggunakan sistem MEO LUT yang mengandalkan satelit Uspasarsat
untuk melakukan pemantauan dan deteksi dini bencana atau kecelakaan
di darat dan laut;
h. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNPP (Basarnas) tipe A
Sulawesi Utara potensi kecelakaan laut di wilayah perairan Sulawesi
Utara cukup tinggi dimana pada Tahun 2020 terjadi kecelakaan laut pada
nelayan-nelayan yang mayoritas tidak dilengkapi oleh alat komunikasi
yang memadai.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang tiba di kantor SPKKL
Kema pada pukul 15.30 WITA;
b. Peninjauan peralatan dan sistem pemantauan yang terdapat di
SPKKL Kema;
c. Foto Bersama.
d. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
16.30 WITA dan tim bertolak ke tujuan berikutnya.
5/17
3. Data yang diperoleh
a. Saat ini, SPKKL Kema telah dilengkapi dengan peralatan dan
sistem pemantauan diantaranya AIS, Radar, GMDSS radio dan Long
Range Camera (LRC);
b. Kondisi yang ada saat ini terkait peralatan-peralatan tersebut yaitu
hanya AIS yang masih berfungsi. Radar dan GMDSS radio mengalami
kerusakan dan membutuhkan penggantian alat, sedangkan LRC yang
telah terpasang masih belum dapat difungsikan disebabkan belum
dilakukan berita acara serah terima barang antara Perusahaan penyedia
dengan Bakamla RI terkait permasalahan dengan KPK;
c. Saat ini, SPKKL Kema hanya beranggotakan 3 (tiga) personel
yang bertugas mengawaki kantor dan peralatan-peralatan yang ada.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang tiba di kantor SPKKL
Manembo-nembo dan GS Bitung pada pukul 17.00 WITA;
b. Peninjauan peralatan dan sistem pemantauan yang terdapat di
SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung;
c. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
18.00 WITA dan tim selesai melakukan kegiatan untuk kembali ke hotel.
6/17
3. Data yang diperoleh
a. SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung terletak pada 1 (satu)
area lokasi yang cukup luas, dimana terdapat juga peralatan dan sarana
backbone yang sudah modern dan komprehensif;
b. SPKKL Manembo-nembo dilengkapi dengan AIS, radar, dan LRC
yang masih dapat berfungsi dengan normal. Adapun GMDSS Radio
sudah tidak dapat difungsikan lagi dan membutuhkan pergantian alat;
c. GS Bitung merupakan salah satu Stasiun Bumi yang dimiliki oleh
Bakamla RI selain GS Babel. Namun, kondisi 2 peralatan antenna GS
Bitung yang ada sudah tidak dapat berfungsi lagi dan membutuhkan
pergantian alat;
d. Adapun peralatan dan sarana prasarana sistem backbone yang
terdapat di lokasi area GS Bitung dan SPKKL Manembo-nembo saat ini
belum dapat dioperasikan terkait permasalahan hukum dengan KPK
sehingga belum dilakukan berita acara serah terima barang dan
pekerjaan oleh pihak penyedia kepada Bakamla RI;
e. Saat ini, SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung hanya diawaki
oleh masing-masing 3 (tiga) personel yang bertugas mengawaki kantor
dan peralatan-peralatan yang ada.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang beserta perwakilan
dari Kantor Zona Maritim II Bakamla RI tiba di kantor Bupati Minahasa
Selatan pada pukul 10.00 WITA dan diterima oleh Sekretaris Daerah
7/17
Kabupaten Minahasa Selatan Bapak Denny P Kaawoan, S.E., M. Si,
Kadis Perhubungan, Kadis Kelautan dan Perikanan, Kadis terkait beserta
jajaran;
b. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang menjelaskan
maksud dan tujuan dari kedatangan tim ke Kantor Bupati Minahasa
Selatan terkait pengumpulan data informasi penelitian yang dilakukan.
c. Diskusi dan tanya jawab.
d. Foto bersama.
e. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
11.00 WITA dan tim bertolak untuk melanjutkan kegiatan berikutnya.
9/17
c. Tempat : Kantor Pangkalan Armada Kapal Patroli Zona
Maritim II Bakamla RI di Serei Kabupaten Minahasa Utara
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang tiba di Kantor
Pangkalan Armada Kapal Patroli Zona Maritim II Bakamla RI di Serei
Kabupaten Minahasa Utara pada pukul 15.00 WITA dan diterima oleh
Komandan pangkalan Kolonel Asep Budiman, Komandan Kapal KN 302
Letkol Bakamla Benny dan Komandan KN 304 Letkol Bakamla Hermawan
yang sedang lego jangkar di Dermaga Serei.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Foto bersama.
d. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
16.30 WITA dan tim selesai melakukan kegiatan pengumpulan data dan
kembali ke hotel.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang tiba di Kantor Distrik
Navigasi Ditjen Perhubungan Laut Bitung pada pukul 10.00 WITA dan
diterima oleh Kepala Distrik Navigasi yang diwakili oleh Kasie Operasi
beserta jajaran.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Foto bersama.
d. Pengumpulan data penelitian ke VTS control room di pelabuhan
Bitung.
e. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
12.00 WITA dan tim selesai melakukan kegiatan pengumpulan data untuk
kembali ke Kasntor Kamla Zona Maritim Tengah di Manado.
12/17
apabila sistem backbone yang telah dibangun dapat dioperasikan secara
normal.
Terkait penentuan lokasi pemasangan peralatan dan sistem MSS
Bakamla RI di wilayah ALKI II dan sebagian ALKI III, terdapat lahan hibah yang
diberikan oleh Pemprov Sulawesi Utara kepada Bakamla RI melalui Kantor Zona
Maritim II Bakamla RI berupa tanah seluas 7 hektar. Lokasi lahan yang cukup
tinggi dan menghadap wilayah Barat perairan Sulawesi Utara menjadikan lokasi
tersebut cukup strategis untuk dipasangi peralatan dan sistem MSS Bakamla RI.
Hal tersebut menjadi penting apabila menimbang sistem dan teknologi
pengawasan dan pemantauan di laut yang dimiliki oleh pemangku kepentingan
di laut di wilayah Sulawesi Utara masih sangat terbatas. Adapun teknologi
sistem dan peralatan seperti yang dimiliki oleh Distrik Navigasi Ditjen
Perhubungan Laut Bitung hanya terfokus pada sisi bagian Timur wilayah
perairan Sulawesi Utara.
2. Rekomendasi
13/17
.Demikian laporan ini disusun untuk menjadi periksa serta mohon
petunjuk.
Waryoto, S.E.
Kolonel Bakamla
14/17
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
” PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA RI TAHAP II (LRC & CR)”
Provinsi Sulawesi Utara, 10 – 14 Agustus 2020
Tim Litbang diterima KaZona Maritim Tengah (11/8/2020) Tim Litbang diterima KaZona Maritim Tengah (11/8/2020)
Tim Litbang diterima KaKSOP Manado (11/8/2020) Tim Litbang foto bersama KaKSOP Manado (11/8/2020)
Tim Litbang menyerahkan cinderamata kepada KaBasarnas Tim Litbang foto bersama KaBasarnas Sulut (11/8/2020)
Sulut (11/8/2020)
15/17
Tim Litbang ke SPKKL Kema (11/8/2020) Tim Litbang ke SPKKL Kema (11/8/2020)
Tim Litbang diterima Sekda Minsel (12/8/2020) Tim Litbang menyerahkan cinderamata (12/8/2020)
Tim Litbang cek lahan hibah 7 ha di Kalasei II (12/8/2020) Lahan hibah 7 ha dari Pemprov Sulut (12/8/2020)
Tim Litbang diterima KaPankalan di Serei dan Dan KN 48 meter Tim Litbang ke KN Gajah Laut (KN 48 meter) di Dermaga Serei
di Pangkalan Serei Minut (12/8/2020) Kab. Minut (12/8/2020)
16/17
Tim Litbang diterima Ka Navigasi Bitung (13/8/2020) Tim Litbang foto bersama dengan KaNavigasi Bitung
(13/8/2020)
Tim Litbang diterima KaNavigasi Bitung di VTS Bitung Tim Litbang foto bersama dengan KaNavigasi Bitung di VTS
(13/8/2020) Bitung (13/8/2020)
17/17
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
PENELITIAN PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA RI TAHAP II (LRC & CR)
Biak Numfor, Provinsi Papua, 08 - 11 September 2020
A. Dasar:
1. Surat Perintah Nomor: SPRIN – 715/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian “Penempatan Sensor Surveillance
System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR)” Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Bakamla RI di Biak-Numfor, Provinsi Papua;
2. Surat Permohonan Nomor: B-621/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Bupati Biak Numfor, Provinsi Papua;
3. Surat Permohonan Nomor: B-622/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Pangkalan TNI Angkatan Laut Biak-
Numfor, Provinsi Papua.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
Kantor Satuan Radar TNI AU pada pukul 09.00 WIT dan diterima oleh
Kepala Kantor/ Komandan Satuan Radar 242 TNI AU Letkol (Komlek)
Joko Aprianto beserta jajaran staf.
b. Kasubdit Perencanaan Litbang selaku ketua tim pengumpulan data
penelitian menyampaikan,gambaran umum serta maksud dan tujuan dari
penelitian tentang “Penempatan Sensor Surveillance System Bakamla RI
Tahap II (LRC & CR)” di Biak.
1/11
c. Kepala Kantor Satuan Radar TNI AU (Dan Satrad 242) secara
prinsip mendukung penuh pelaksanaan kegiatan pengumpulan data
penelitian serta memberikan arahan dan masukan untuk dimasukkan ke
dalam penelitian.
d. Kunjungan ke Fasilitas dan Peralatan Radar TNI AU Biak.
e. Kunjungan ke Kantor Satuan Radar TNI AU selesai pada pukul
10.45 WIT dan tim bertolak ke tujuan berikutnya.
Gambar 1. Peta lokasi wilayah Tanjung Barari, Biak Numfor, Provinsi Papua.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Bupati Biak pada pukul 11.45 WIT dan diterima oleh Asisten I
bidang Pemerintahan Bupati Biak (Bapak Hi Abdul Kahar);
b. Ketua Tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan yaitu dalam rangka
mengumpulkan data dan informasi penelitian terkait Penempatan Sensor
Surveillance System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR);
c. Diskusi dan foto Bersama;
d. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
13.45 WIT dan tim langsung bertolak ke tujuan berikutnya.
3/11
3. Data yang diperoleh
a. Asisten Bupati I menerima dan menyambut baik maksud dan
tujuan kedatangan tim dari Bakamla RI yang melakukan pengumpulan
data penelitian di Pulau Biak;
b. Asisten Bupati I yang mewakili Bupati Biak secara prinsip
mendukung penuh apabila di kemudian hari Bakamla akan menempatkan
peralatan MSS Bakamla RI di Pulau Biak;
c. Asisten Bupati I mengharapkan adanya Kerja Sama secara penuh
antara Pemerintah Kabupaten Biak dengan Bakamla RI di kemudian hari,
salah satunya pembentukan desa maritim Bakamla RI pada salah satu
desa pesisir di Pulau Biak;
d. Asisten Bupati I menyampaikan bahwa Tanjung Barari merupakan
lokasi yang cukup strategis apabila Bakamla hendak memasang
peralatan Maritime Surveillance System di kemudian hari. Adapun
alternatif lokasi lainnya yang cukup strategis yaitu terletak di wilayah
Kabupaten Supiori, yang merupakan pemekaran Kabupaten Biak-Numfor
dan terletak di bagian Barat Laut Kota Biak;
e. Apalagi Kabuapten Biak-Numfor merupakan Kabupaten di Provinsi
paling Timur Indonesia yaitu Provinsi Papua, adalah merupakan
Kabupaten terdepan dan berhadapan langsung dengan Samudera
Pasifik, sehingga menjadi sangat strategis apabila akan dibangun
perkantoran Bakamla dengan penempatan peralatan surveillance system
yang sampai dengan saat ini belum ada Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah yang memasang peralatan tersebut.
.
D. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke Pangkalan TNI AL
(Lanal) Biak, Provinsi Papua
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabu, 09 September 2020
b. Pukul : 14.00 s.d. 15.50 WITA
c. Tempat : Kantor Lanal Biak
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti
4/11
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Lanal Biak pada pukul 14.00 WIT dan diterima oleh Komandan
Lanal Biak (Kolonel Laut (P) Dominggos Sidang Misalayuk) beserta
jajaran;
b. Ketua Tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan tim;
c. Diskusi dan tanya jawab terkait sistem teknologi serta sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh Lanal Biak;
d. Foto Bersama;
e. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
15.50 WIT dan tim selesai melakukan kegiatan untuk kembali ke hotel.
5/11
f. Adapun Lanal Biak maupun Guskamla Biak saat ini hanya
mengandalkan radio komunikasi dan radar pantai yang hanya mampu
menjangkau wilayah Selatan perairan Pulau Biak.
7/11
Gambar 4. Peta Lokasi Kabupaten Supiori, Biak Numfor, Papua
8/11
demografi, kontur tanah, ketinggian lokasi, akses jalan, kemudahan
jaringan listrik, komunikasi dan internet, serta sarana prasarana
pendukung meliputi rumah sakit, tempat ibadah, sekolah, pasar, sarana
rekreasi, dan sarana lainnya. Adapun kegiatan survei juga dilakukan
berdasarkan saran dan masukan dari Pemerintah Kabupaten Biak,
Komandan Satuan Radar TNI AU Biak, Komandan Pangkalan TNI AL
Biak, dan survei lokasi dengan mengunjungi lokasi serta informasi dari
penduduk disekitar lokasi.
.
2. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, wilayah Kabupaten Biak yang secara
administratif berada dalam naungan Provinsi Papua serta berhadapan langsung
dengan perairan Samudera Pasifik masih belum dipasangi peralatan MSS yang
memadai, selain peralatan dan teknologi yang telah dimiliki oleh Satuan Radar
TNI AU (Satrad 242) dan Lanal Biak. Namun demikian, peralatan yang ada
masih belum optimal dan maksimal dalam melakukan pengawasan wilayah
perairan Pulau Biak secara keseluruhan, khususnya wilayah yang menghadap
perairan Samudera Pasifik yang seringkali dilintasi oleh kapal-kapal asing
berukuran besar.
Terlebih, Satuan Radar TNI AU Biak (Satrad 242) yang berada di Tanjung
Barari sejak Tahun 2005 juga menjadi faktor lainnya yang dapat memberikan
bantuan untuk menjadi penghubung komunikasi antara Bakamla dengan
9/11
penduduk lokal setempat apabila akan dipasang peralatan MSS Bakamla
maupun kantor perwakilan Bakamla RI di masa mendatang.
Waryoto, S.E
Kolonel Bakamla
10/11
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
” PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA RI TAHAP II (LRC & CR)”
Kabupaten Biak, Provinsi Papua, 08 – 11 September 2020
Diskusi dengan Dan Satrad 242 Biak, 09/09/2020 Kunjungan ke Satrad 242 TNI AU Tanjung Barari 09/09/2020
Diskusi dengan Asisten I Bupati Biak, 09/09/2020 Kunjungan ke Bupati Biak, diterima Asisten I, 09/09/2020
Diskusi dengan Dan Lanal Biak, 09/09/2020 Kunjungan ke Lanal Biak, diterima Dan Lanal, 09/09/2020
11/11
12/11