Anda di halaman 1dari 91

PENEMPATAN COASTAL RADAR

DAN LONG RANGE CAMERA


2020
DAFTAR ISI

Hal.
1. PENDAHULUAN 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Maksud dan Tujuan 4
2. METODE PENEMPATAN LONG RANGE CAMERA DAN COASTAL 5
RADAR
3. PENENTUAN LOKASI 9
3.1. Sumatra Barat 9
3.2. Sulawesi Tengah 15
3.3. Sulawesi Utara 23
3.3. Biak 27
4. KESIMPULAN 32
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bakamla memiliki tugas untuk melakukan patroli keamanan dan keselamatan
di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia, serta fungsi
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menyusun kebijakan nasional di bidang keamanan dan keselamatan di
wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
b. Menyelenggarakan sistem peringatan dini keamanan dan keselamatan di
wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
c. Melaksanakan penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan
pelanggaran hukum di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi
Indonesia;
d. Menyinergikan dan memonitor pelaksanaaan patroli perairan oleh instansi
terkait;
e. Memberikan dukungan teknis dan operasional kepada instansi terkait;
f. Memberikan bantuan pencarian dan pertolongan di wilayah perairan
Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
g. Melaksanakan tugas lain dalam sistem pertahanan nasional.

Dalam fungsinya menyelenggarakan sistem peringatan dini keamanan dan


keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia, Bakamla
saat ini memiliki kemampuan sarana pemantauan/pengawasan yang masih kurang
dengan dibandingkan negara lain yang memiliki garis pantai. Sarana dan prasarana
pemantauan/pengawasan yang dimiliki BAKAMLA terdiri dari beberapa jenis antara
lain AIS (Automatic Identification System), GDMSS (Global Maritime Distress and
Safety System), Radar, LRC (Long Range Camera) dan Pencitraan Satelit.
Keberhasilan melakukan pemantauan/pengawasan akan sangat dirasakan jika seluruh
alat yang ada ini dapat terintegrasi dan berfungsi dengan baik.
Untuk Pemantauan/pengawasan Radar dan LRC dapat dipakai untuk wahana
laut, darat dan udara. Untuk kedua peralatan tersebut harus memenuhi standar
spesifikasi teknis yang cocok untuk kondisi di Indonesia. Disampingitu penempatan
radar dan LRC harus optimum sehingga efektif dalam penggunaannya.
Yang menjadi perhatian adalah pemenuhan spesifikasi teknis dan penempatan
dari peralatan tersebut. Hal ini menjadi perhatian karena hampir semua alat

3
pemantauan/pengawasan yang dimiliki sekarang secara spesifikasi teknik sudah
memenuhi tetapi ada beberapa alat dalam penempatannya kurang tepat.
Untuk itu perlu membuat analisa penempatan yang optimum peralatan LRC
dan Coastal Radar yang dibutuhkan saat ini oleh BAKAMLA. Hal ini untuk
mengatasi masalah sebagai berikut :
a. Penempatan Coastal Radar dan LRC belum optimum karena berdasarkan
pada lokasi SPPKL.
b. Covering area banyak yang terhalang bukit atau pada teluk yang area
pandangnya terbatas dan mempunyai ketinggian yang kurang memadai
atau rendah.
c. Dalam penentuan lokasi penempatan Coastal Radar dan LRC, kondisi
tanah dan area elektromagnetik tidak diperhitungkan.

Maksud dan Tujuan


Tersusunnya konsep penempatan LRC dan Coatal Radar yang
dapat berfungsi optimum sesuai kemampuan teknisnya.
a. Tersedianya laporan pekerjaan berdasarkan hasil kerja kajian penempatan
LRC dan Coastal Radar yang disingkronkan dengan kemampuan teknologi
sistem pendukungnya.
b. Tersusunnya masukan atau saran yang dapat memberikan keputusan untuk
pimpinan BAKAMLA dalam hal mengambil langkah yang tepat untuk
merencanakan pembangunan BAKAMLA kedepan dalam penempatan
LRC dan Coastal Radar yang disesuaikan dengan kemampuan teknologi
sistem pendukungnya untuk optimasi kebutuhan alat peralatan keamanan
laut BAKAMLA.
c. Konsep infrastruktur untuk menunjang penempatan peralatan tersebut
yang memadai dan optimal

4
2. METODE PENEMPATAN LONG RANGE CAMERA DAN COASTAL RADAR

Secara garis besar metoda penempatan Long Range Camera (LRC) dan
Coastal Radar (CR) terdiri atas dua tahap. Tahap pertama yaitu menghitung dan
simulasi lokasi diatas peta, dan tahap kedua survey langsung ke lokasi untuk melihat
kelayakannya. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penempatan LRC
dan coastal radar ini antara lain:

a. Jangkauan Radar
Secara teoritis, jarak jangkauan dari suatu Radar dapat dihitung melalui
persamaan sebagai berikut:

Target horizon sama dengan jarak jangkauan (coverage) dari radar dengan satuan
NM, h target adalah tinggi dari kapal dari permukaan laut, dan h antenna adalah
tinggi radar diukur dari permukaan laut. Dalam simulasi jangkauan radar tersebut
menggunanakan cara tersebut untuk tinggi target mendekati nol meter.
.Persamaan ini mengimplikasikan bahwa jarak jangkauan Radar sangat
dipengaruhi oleh line of sight ke objek target dan dipengaruhi oleh ada tidaknya
penghalang seperti gunung, bukit atau bangunan, ketinggian dari penempatan
radar, kontur wilayah, kelengkungan bumi (earth curvature), cuaca, pantulan dll.
Oleh karena itu, peta ketinggian (countour) dari calon tempat LRC dan Coastal
Radar menjadi sangat penting. Hal ini berkaitan dengan radar horizon, yaitu jarak
terjauh yang dapat dijangkau dari suatu radar terkait dengan kelengkungan bumi
seperti diilustrasikan pada Gambar 1.
Mengacu pada faktor kelengkungan bumi, jangkauan dari suatu radar sangatlah
dipengaruhi dari ketinggian tower radar dan jari-jari bumi.

5
Clutter zone pada Gambar 1 adalah zona dimana sinyal biasanya terefleksi oleh
ground sehingga dapat menyebabkan unwanted false target atau target palsu.
Untuk mengatasi clutter ini radar biasanya diletakan dengan kemiringan sudut
elevasi tertentu sehingga lebar berkas (beamwidth) bawah dari antena tidak
menyentuh tanah.

b. Lalu-lintas kapal

Tujuan dari penempatan radar BAKAMLA adalah untuk mengawasi kapal-kapal


yang lalu Lalang melewati daerah laut Indonesia. Oleh karena itu, lokasi
penempatan radar harus efektif dan dapat menjangkau daerah laut yang biasanya
dilewati oleh lalu lintas kapal. Pada kajian ini akan ditampilkan peta lalu lintas
kapal sebagai pertimbangan penempatan lokasi radar.

c. Jaringan telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi pada site radar penting untuk diperhatikan. Hal ini
berkaitan dengan pengiriman data radar dan LRC dari suatu lokasi ke pusat
command center dari BAKAMLA sebagai pertimbangan pengambilan keputusan
dari pimpinan mengenai situasi tertentu. Pada kajian ini akan ditampilkan coverage
network dari provider telekomunikasi di Indonesia pada titik-titik calon
penempatan radar yang dikaji seperti pada gambar 2. Tentunya sebagai backup-
plan, telekomunikasi menggunakan satelit dapat digunakan untuk pengiriman data
secara real time.

6
Gambar 2. Contoh peta jaringan telekomunikasi di Wilayah Sumatra Utara

d. Peta kecepatan angin

Beberapa hal perlu diperhatikan saat membangun tower radar pada suatu lokasi.
Satu faktor yang paling penting adalah kecepatan angin di lokasi site radar.
Kecepatan angin ini akan mempengaruhi ketinggian maksimal dari tower yang
dapat dibangun, dan juga bahan material yang perlu digunakan agar tower dapat
tetap kokoh berdiri. Pada kajian awal ini akan ditampilkan peta kecepatan angin
dari setiap calon lokasi penempatan radar sebagai bahan pertimbangan mendirikan
tower.

7
Gambar 3. Contoh peta kecepatan angin di Wilayah Sumatra Utara

e. Infrastruktur

Infrastruktur seperti akses jalan, listrik, dan air juga menjadi bahan pertimbangan
untuk mendirikan site radar. Pada kajian ini akan dibahas lebih lanjut ketersediaan
infrastruktur di lokasi calon penempatan radar.

8
3. PENENTUAN LOKASI

Di dalam laporan ini dikaji tiga lokasi dengan mempertimbangkan faktor lalu-lintas kapal
dan simulasi jangkauan radar.

Sumatra Utara

Gambar 4. Peta Sumatra Utara dan sekitarnya

Gambar 4. Menampilkan peta dari daerah Sumatra Utara dan sekitarnya beserta tiga titik
rekomendasi lokasi penempatan radar. Lokasi-lokasi ini ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

a. Lalu lintas kapal

Pada Gambar 5 terlihat peta trafik kapal di sekitar Sumatra Utara ( Selat Malaka).
Lalu lintas kapal ini terlihat padat di sebelah timur pulau Sumatra, sehingga
penempatan lokasi radar akan lebih optimal apabila diletakan di pesisir utara atau
timur. Dengan asumsi jarak jangkauan radar line of sight 32 nautical mile dan
belum mempertimbangkan faktor-faktor lain, ketiga titik tersebut mampu
mendeteksi lokasi lalu lintas kapal yang menjadi perhatian seperti terlihat pada
gambar 6, 7 dan 8 dibawah ini.

9
Gambar 5. Peta traffic kapal wilayah Sumatra Utara dan sekitarnya (Selat Malaka)

b. Simulasi jangkauan radar

Berikut adalah hasil simulasi jangkauan radar di tiga titik wilayah Sumatra Utara
dan sekitarnya dengan mempertimbangkan ketinggian lokasi dan kelengkungan
bumi (Gambar 6, 7 dan 8). Tinggi tower pada setiap simulasi ditentukan setinggi
25 m untuk meminimalisasi efek dari kecepatan angin. Lokasi 1 Belawan sudah
terdapat radar dari Dirjen Hubla Distrik Navigasi pada Kordinat 3.773551o,
98.698865o dengan total ketinggian pada lokasi tersebut adalah 45m diatas
permukaan laut Lokasi 2 Tanjung Balai pada koordinat 2.961413o, 99.920198o
dengan ketinggian total 45m diatas permukaan laut. Lokasi 3 pulau Rupat berada
pada koordinat 2.10303o, 101.65442o dengan ketinggian total 40m diatas
permukaan laut . Ketiga lokasi tersebut dipilih berdasarkan ketentuan tinggi tanah
yang optimu dari permukaan laut ditambah dengan tinggi tower agar dapat
menjangkau jarak horizon yang optimum. Pada gambar 6, 7, dan 8 terlihat jarak
radar horizon dari setiap site.

10
Gambar 6. Simulasi jangkauan radar lokasi 1 Belawan

11
Gambar 7. Simulasi jangkauan radar lokasi 2 Tanjung Balai

12
Gambar 8. Simulasi jangkauan radar pulau Rupat

c. Akses masuk dan ketersediaan listrik


Untuk akses masuk dan ketersediaan listrik dari ketiga lokasi tersebut sudah
tersedia. Terutama lokasi 1 Belawan sudah terdapat pelabuhan kelas 1, dan
wilayah-wilayah tersebut dapat dilihat dari www.google.co.id/maps dengan
fasilitas street view. Ketiga lokasi tersebut merupakan daerah dataran rendah dan
terdapat jalan raya.

d. Jaringan Telekomunikasi
Peta jaringan telekomunikasi menggunakan provider Telkomsel pada daerah
Kepulauan Riau dapat dilihat di gambar 12. Dari beberapa provider besar,
Telkomsel memiliki cakupan yang lebih bagus dibanding yang lainnya. Dapat
dilihat pada Gambar, lokasi 2 sudah ada jaringan 4G sedangkan lokasi 1 dan 3
belum terdapat data. Untuk memastikan kestabilan jaringan komunikasi perlu
dilakukan survey secara langsung.

13
Gambar 9. Jaringan telekomunikasi di wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya

e. Kecepatan Angin
Dari data BMKG diperoleh bahwa di ketiga lokasi tersebut dan sekitarnya
kecepatan anginnya mencapai 8 kts di waktu malam. Hal ini menjadi pertimbangan
untuk penentuan ketinggian tower.

14
Sulawesi Tengah

Gambar 10. Peta wilayah Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur

Gambar 10. Menampilkan peta Wilayah Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur (Laut
Sulawesi dan Selat Makasar) beserta tiga titik rekomendasi lokasi penempatan radar
(lingkaran hijau kecil). Adapun kordinat lokasi tersebut adalah seperti di bawah ini:

1. Lokasi 1: 0.99501 , 118.932274


2. Lokasi 2: 0.703145 , 120.047259
3. Lokasi 3: 0.930004,120.286004

Lokasi-lokasi ini ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

a. Lalu lintas kapal

Pada Gambar 11 terlihat peta trafik kapal di sekitar Selat Makasar dan Laut
Sulawesi. Lalu lintas kapal ini terlihat padat di sebelah utara sampai selat Makasar,
15
sehingga penempatan lokasi radar akan lebih optimal apabila diletakan di tiga titik
tersebut. Dengan jarak jangkauan radar line seperti hasil semulasi penempatan
radar di bawah diharapkan ketiga titik tersebut mampu mendeteksi lokasi lalu
lintas kapal yang menjadi perhatian seperti terlihat pada gambar 12, 13 dan 14 di
bawah.

Gambar 11. Peta traffic kapal wilayah Kepulauan Riau

b. Simulasi jangkauan radar

Berikut adalah hasil simulasi jangkauan radar di tiga titik wilayah Kepulauan Riau
dengan mempertimbangkan ketinggian lokasi dan kelengkungan bumi (Gambar 12,
13 dan 14). Tinggi tower pada setiap simulasi ditentukan setinggi 30 m. Terlihat
pada gambar- gambar tersebut jarak radar horizon dari setiap site ditandakan
dengan warna merah. Pada lokasi 1, posisi radar hampir seluruhnya menghadap ke
laut.

16
Gambar 12. Menunjukkan hasil simulasi jangkauan radar dengan ketinggian tower
30 m. Dengan ketinggian tower tersebut, posisi radar berada 310 m di atas
permukaan laut.

Gambar 12. Simulasi jangkauan radar lokasi 1 Talok Kalimantan Timur

17
Gambar 13. Simulasi jangkauan radar lokasi 2 Sojol, Sulawesi Tengah

Gambar 13. Menunjukkan hasil simulasi jangkauan radar dengan ketinggian tower
30 m. Dengan ketinggian tower tersebut, posisi radar berada 320 m di atas
permukaan laut.

18
Gambar 14. Simulasi jangkauan radar lokasi 3 Bangkir, Tolit-Toli

Gambar 14. Menunjukkan hasil simulasi jangkauan radar dengan ketinggian tower
30 m. Dengan ketinggian tower tersebut, posisi radar berada 410 m di atas
permukaan laut.

c. Akses masuk dan ketersediaan listrik

Untuk akses masuk dan ketersediaan listrik dari ketiga lokasi tersebut perlu
disurvey secara langsung. Lokasi 1, lokasi 2 dan lokasi 3 bisa dilihat dari
www.google.co.id/maps dengan fasilitas street view, namun tetap harus di survey
langsung. Ketiga lokasi tersebut berdekatan dengan jalan raya sehingga bisa
dipastikan adanya ketersediaan listrik.

19
d. Jaringan Telekomunikasi
Peta jaringan telekomunikasi menggunakan provider Telkomsel pada daerah
Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur dapat dilihat di gambar 15. Dari beberapa
provider besar, Telkomsel memiliki cakupan yang lebih bagus dibanding yang
lainnya. Dapat dilihat pada Gambar, ketiga lokasi tersebut sudah ada jaringan 4G.
Namun untuk kestabilan jaringan komunikasi perlu dilakukan survey.

Gambar 15. Jaringan telkomsel Sulawesi Tenggah dan Kalimantan Timur

e. Kecepatan Angin
Untuk kecepatan angin tidak bisa mendapatkan angka yang pasti. Dari data BMKG
diperoleh bahwa di ketiga lokasi kecepatan angin berkisar 4 - 6 kts. Nilai tersebut
dilihat pada sore hari. Dikarenakan juga kecepatan angin tergantung dari cuaca.

20
Gambar 16. Peta Kecepatan Angin lokasi 1 Talok Kalimantan Timur

Gambar 17. Peta Kecepatan Angin lokasi 2 Sojol, Sulawesi Tengah

21
Gambar 18. Peta Kecepatan Angin lokasi 3 Bangkir, Tolit-Toli

22
Sulawesi Utara dan Sekitarnya

Di Sulawesi Utara akan memakai kantor SPKKL (Stasiun Pemantau Keamanan dan
Keselamtan Laut) yang telah ada.
a. SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung terletak pada 1 (satu) area lokasi yang
cukup luas, dimana terdapat juga peralatan dan sarana backbone yang sudah
modern dan komprehensif;
b. SPKKL Manembo-nembo dilengkapi dengan AIS, radar, dan LRC yang masih
dapat berfungsi dengan normal. Adapun GMDSS Radio sudah tidak dapat
difungsikan lagi dan membutuhkan pergantian alat;
c. GS Bitung merupakan salah satu Stasiun Bumi yang dimiliki oleh Bakamla RI
selain GS Babel. Namun, kondisi 2 peralatan antenna GS Bitung yang ada sudah
tidak dapat berfungsi lagi dan membutuhkan pergantian alat;
d. Adapun peralatan dan sarana prasarana sistem backbone yang terdapat di lokasi
area GS Bitung dan SPKKL Manembo-nembo saat ini belum dapat dioperasikan
terkait permasalahan hukum dengan KPK sehingga belum dilakukan berita acara
serah terima barang dan pekerjaan oleh pihak penyedia kepada Bakamla RI;
e. Saat ini, SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung hanya diawaki oleh masing-
masing 3 (tiga) personel yang bertugas mengawaki kantor dan peralatan-peralatan
yang ada;
f. Sejak pemekaran wilayah Minahasa Selatan pada Tahun 2003, wilayah pesisir
Minahasa Selatan sampai dengan saat ini belum terpasang peralatan maritime
surveillance system, baik yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah maupun Instansi
Pemerintah/TNI/Polri dan K/L terkait;
g. Terkait dengan pengelolaan wilayah laut, seluruh kewenangan diatur dan
ditentukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara;
h. Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan sejauh ini masih belum menjadikan
pengembangan di sektor kemaritiman sebagai prioritas utama. Adapun
pengembangan yang sedang dilakukan saat ini yaitu pengembangan Pulau Sepatu
sebagai objek wisata Minahasa Selatan;
i. Terkait unsur patroli laut di wilayah perairan Minahasa Selatan, Pemerintah
Kabupaten Minahasa Selatan didukung oleh unsur kapal patroli yang dimiliki oleh
KPLP dan PSDKP serta Polres Minahasa Selatan;

23
j. Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan memiliki pelabuhan Amurang yang
mampu untuk menampung kapal dengan ukuran 40 – 60 meter juga setara di atas
35.000 GT;
k. Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan memberikan masukan kepada tim
Litbang Bakamla RI terkait lokasi yang dianggap strategis dan penting untuk
dipasangi peralatan Maritime Surveillance System (MSS) Bakamla RI yaitu di
wilayah Arakan Kecamatan Tetapaan yang terletak di wilayah Tanjung (kurang-
lebih 20 KM dari Jalan Trans- Sulawesi) serta banyak dilewati oleh kapal-kapal
besar yang melintas;
l. Secara prinsip, Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan mendukung penuh
rencana Bakamla RI untuk memasang peralatan MSS Bakamla RI dalam rangka
untuk menjaga wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi Indonesia, khususnya
wilayah perairan Sulawesi Utara yang merupakan jalur ALKI II dan berbatasan
dengan perairan Filipina;
m. Kantor Kamla Zona Maritim II Bakamla RI telah mendapatkan hibah tanah dari
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara seluas kurang lebih 7 hektar di wilayah
Kalasey II, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa yang menghadap ke
wilayah perairan Manado sebelah Barat;
n. Lokasi lahan hibah tersebut berada di area yang cukup tinggi dengan akses jalan
yang cukup mudah untuk dilewati menjadikan lokasi tersebut cukup strategis dan
tepat untuk dipasangi peralatan MSS Bakamla RI;
o. Saat ini, lahan hibah tersebut telah dipasangi papan penanda Bakamla RI dan
dikelilingi oleh pagar kawat berduri sebagian;
p. Pangkalan armada kapal patroli Zona Maritim II Bakamla RI di Serei Kabupaten
Minahasa Utara dilengkapi dengan radio alat komunikasi, GMDSS, Long Range
Camera (LRC), serta sistem dan peralatan Backbone. Selain itu, pangkalan
armada kapal patroli juga memiliki gedung workshop, peralatan dan unsur
pendukung meliputi ROV, Forklift, Generator set, mobil tangki air bersih, tower
LRC dan GMDSS, serta unsur kapal patroli, RHIB, dan Catamaran;
q. Namun, kondisi peralatan-peralatan tersebut saat ini mayoritas tidak dapat
dioperasikan seperti GMDSS yang sudah tidak bisa menyala, LRC yang belum
dapat dioperasikan, sistem dan peralatan backbone yang masih terkendala dengan
temuan KPK dan belum adanya serah terima barang dan pekerjaan dari pihak
penyedia ke Bakamla RI, ROV yang sudah tidak dapat dioperasikan karena
24
terdapat beberapa komponen yang dibawa kembali oleh pihak penyedia, Forklift
yang membutuhkan perawatan dan pemeliharaan, Generator set yang mengalami
kerusakan pada bateray/accu, dan 2 unit kapal patroli 48 meter yang saat ini
sedang mengalami pemeliharaan dan perbaikan berkala;
r. Kantor Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan Laut Bitung secara tugas dan fungsi
memiliki cakupan wilayah operasi yang cukup luas, meliputi Wilayah Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah (Pantoloan) hingga Ternate;
s. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kantor Distrik Navigasi Ditjen
Perhubungan Laut memiliki 15 stasiun radio pantai, 24 menara suar, 3 (tiga) unit
kapal navigasi, 2 (dua) unit kapal RHIB, serta ruangan VTS yang berfungsi
sebagai sistem pengawasan lalu lintas kapal yang dilengkapi oleh LRC, AIS, serta
sistem monitoring lalu lintas kapal di wilayah perairan sisi sebelah Timur Perairan
Sulawesi Utara;
t. Dalam ruangan VTS, kemampuan LRC yang dimiliki mampu mencapai jarak 25
mil dan AIS yang dimiliki mampu mendeteksi kapal hingga radius 25-30 nm.
Seluruh kapal yang berlayar keluar dan masuk ke dalam wilayah cakupan operasi
akan otomatis disampaikan dan ditampilkan pada layar sistem pengawasan yang
terdapat pada ruangan VTS, menggunakan teknologi yang berasal dari Jerman dan
Swedia;
u. Saat ini, Kantor Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan Laut memiliki total
keseluruhan SDM sebanyak 200 pegawai yang ditugaskan di seluruh wilayah
Sulawesi Utara termasuk personel untuk mengawasi suar;
v. Untuk monitoring pelayaran/lalu lintas kapal di wilayah Sulawesi Utara, Kantor
Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan sudah bekerjasama dengan Pelindo II untuk
monitoring kapal dalam pengawasan Pelindo II.

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan, secara umum para
pemangku kepentingan dan wewenang di laut di wilayah Provinsi maupun Kabupaten
Sulawesi Utara masih belum memiliki peralatan dan sistem maritime surveillance yang
memadai dan komprehensif. Terlebih, peralatan dan sistem yang ada juga belum mampu
mencakup jangkauan seluruh wilayah perairan Provinsi Sulawesi Utara. Saat ini, para
pemangku kepentingan dan wewenang di laut di wilayah Provinsi Sulawesi Utara masih
menggunakan metode manual ataupun mengandalkan informasi dari masyarakat pesisir
maupun nelayan.
25
Secara kemampuan, seluruh kantor perwakilan Bakamla RI meliputi SPKKL Kema,
SPKKL Manembo-nembo, dan GS Bitung pada prinsipnya telah berada pada lokasi yang
strategis untuk melakukan pengawasan dan pemantauan di laut. Akan tetapi, masih
banyaknya kondisi peralatan yang tidak dapat dioperasikan maupun membutuhkan
perbaikan atau pergantian menjadikan belum maksimal dan optimalnya pelaksanaan sistem
pengawasan dan pemantauan di laut, khususnya di wilayah perairan Sulawesi Utara.
Kemampuan seluruh unsur tersebut juga dapat menjadi lebih komprehensif lagi apabila
sistem backbone yang telah dibangun dapat dioperasikan secara normal.

Terkait penentuan lokasi pemasangan peralatan dan sistem MSS Bakamla RI di


wilayah ALKI II dan sebagian ALKI III, terdapat lahan hibah yang diberikan oleh
Pemprov Sulawesi Utara kepada Bakamla RI melalui Kantor Zona Maritim II Bakamla RI
berupa tanah seluas 7 hektar. Lokasi lahan yang cukup tinggi dan menghadap wilayah
Barat perairan Sulawesi Utara menjadikan lokasi tersebut cukup strategis untuk dipasangi
peralatan dan sistem MSS Bakamla RI. Hal tersebut menjadi penting apabila menimbang
sistem dan teknologi pengawasan dan pemantauan di laut yang dimiliki oleh pemangku
kepentingan di laut di wilayah Sulawesi Utara masih sangat terbatas. Adapun teknologi
sistem dan peralatan seperti yang dimiliki oleh Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan Laut
Bitung hanya terfokus pada sisi bagian Timur wilayah perairan Sulawesi Utara.

26
Biak

Rekomendasi penempatan Radar dan LRCberdasarkan pemerintah daerah dan instansi


terkait.

a. Secara keseluruhan, Kantor Satuan Radar 242 TNI AU di Biak terletak di wilayah
Tanjung Barari, bagian ujung Timur di dalam Pulau Biak yang menghadap
langsung ke arah Selatan, Timur, dan Utara pulau Biak;
b. Tanjung Barari memiliki kondisi demografi yang terletak di ketinggian di atas
rata-rata (50 m diatas permukaan air laut) dibandingkan wilayah Pulau Biak
lainnya;
c. Kondisi ketinggian tersebut menjadi salah satu faktor dibangunnya Kantor Satuan
Radar 242 TNI AU di wilayah tersebut pada Tahun 2005 dengan luas area sekitar
10 hektar yang diawaki oleh 80 personel secara keseluruhan;
d. Tanjung Barari memiliki jarak tempuh mencapai 20 kilo meter atau sekitar 1 jam
dari pusat kota Biak, dengan kondisi akses jalan yang cukup baik, namun
demikian tidak tersedia fasilitas penunjang yang memadai di wilayah Tanjung
Barari seperti Rumah Sakit, sekolah, tempat beribadah, pasar, listrik yang stabil,
jaringan komunikasi dan internet, dan sarana lainnya sehingga dapat memberikan
dampak psikologis atau dampak negatif lainnya pada personel Satuan Radar 242
TNI AU Biak;
e. Berdasarkan faktor tersebut, TNI AU tidak membangun fasilitas akomodasi/mess
yang melekat pada Kantor Satuan Radar, melainkan dibangun di pusat kota Biak
yang memiliki fasilitas dan sarana pendukung yang lengkap dan memadai;
f. Kepala Satuan Radar 242 TNI AU Biak menyampaikan bahwa Tanjung Barari
merupakan lokasi yang sangat strategis apabila Bakamla ingin menempatkan
peralatan Maritime Surveillance System di wilayah tersebut karena ketinggian dan
posisinya yang mampu mengawasi wilayah perairan sebelah Selatan, Timur dan
Utara Biak yang berhadapan langsung dengan Perairan Samudera Pasifik serta
mengarah ke Selatan perairan Pulau Biak yang berhadapan langsung dengan
Pulau Serui;

27
Gambar 19. Peta lokasi wilayah Tanjung Barari, Biak Numfor, Provinsi Papua

g. Asisten Bupati I menyampaikan bahwa Tanjung Barari merupakan lokasi yang


cukup strategis apabila Bakamla hendak memasang peralatan Maritime
Surveillance System di kemudian hari. Adapun alternatif lokasi lainnya yang
cukup strategis yaitu terletak di wilayah Kabupaten Supiori, yang merupakan
pemekaran Kabupaten Biak-Numfor dan terletak di bagian Barat Laut Kota Biak;
h. Apalagi Kabuapten Biak-Numfor merupakan Kabupaten di Provinsi paling Timur
Indonesia yaitu Provinsi Papua, adalah merupakan Kabupaten terdepan dan
berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik, sehingga menjadi sangat strategis
apabila akan dibangun perkantoran Bakamla dengan penempatan peralatan
surveillance system yang sampai dengan saat ini belum ada
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang memasang peralatan
tersebut;
i. Komandan Lanal Biak menyarankan 2 lokasi yang cukup strategis apabila
Bakamla ingin memasang peralatan MSS di Pulau Biak yaitu Tanjung Barari
(bagian Timur, Tenggara di dalamPulau Biak) dan wilayah Supiori (bagian Barat
Laut di dalam Pulau Biak) untuk monitoring perairan Utara Indonesia yang
menghadap Samudera Pasifik;
j. Raja Tiga Adoki merupakan salah satu lokasi yang berada di wilayah Biak yang
juga terletak cukup tinggi, walaupun tidak setinggi Tanjung Barari;
k. Lokasi tersebut terletak tidak jauh dari jalan utama dan dekat dengan pusat kota
Biak, namun demkian apabila dipasangi peralatan MSS Bakamla hanya mampu
melakukan pengawasan di wilayah Selatan perairan Biak;

28
Gambar 20. Peta lokasi Raja Tiga Adoki, Biak Numfor, Papua.

l. Lokasi alternatif berikutnya yaitu terletak di wilayah pantai Bosnik, yang berada
di dataran rendah, tepat di pinggir pantai Bosnik;
m. Lokasi tersebut juga terletak tidak jauh dari jalan utama dan dekat dengan pusat
kota Biak, namun demkian apabila dipasangi peralatan MSS Bakamla hanya
mampu melakukan pengawasan di wilayah Selatan perairan Biak, khususnya
perairan yang menghubungkan Pulau Biak dengan Pulau Owi;

Gambar 21. Peta lokasi Pantai Bosnik, Biak Numfor, Papua

29
n. Di Kabupaten Supiori merupakan lokasi alternatif berikutnya yang berada di
bagian Barat Laut Pulau Biak dan merupakan daerah administratif tersendiri
sehingga terpisah dari Pemerintah Kabupaten Biak;
o. Kabupaten Supiori dapat dijangkau melalui jalur darat dalam waktu 3 jam, untuk
menuju Distrik Bondifuar Kabupaten Biak yang berbatasan dengan Kabupaten
Supiori akses jalan yang ada masih belum diaspal secara keseluruhan, kondisi
jalan yang bergelombang, jauh dari pusat Kota Biak. Belum stabilnya listrik dan
jaringan internet, serta belum masifnya pembangunan di wilayah Distrik
Bondifuar menjadi pertimbangan apabila Bakamla akan meletakkan peralatan
MSS maupun kantor perwakilan baru di wilayah Distrik Bondifuar Kabupaten
Biak maupun di Kabupaten Supiori.

Gambar 22. Peta Lokasi Kabupaten Supiori, Biak Numfor, Papua

Pemangku kepentingan dan wewenang di laut di wilayah Pulau Biak masih belum
memiliki peralatan dan sistem maritime surveillance yang memadai dan komprehensif.
Terlebih, peralatan dan sistem yang ada juga belum mampu mencakup jangkauan seluruh
wilayah perairan Biak. Secara kemampuan, saat ini hanya TNI AU Biak (Satrad 242
Tanjung Barari) yang dapat diasumsikan memiliki peralatan radar aerial yang modern dan
komprehensif, namun demikian belum mampu mengawasi penerbangan diseluruh wilayah
Biak.
Adapun TNI AL Biak saat ini masih mengandalkan radio komunikasi dan radar pantai
yang hanya menjangkau wilayah perairan Selatan Pulau Biak. Terkait penentuan lokasi
pemasangan peralatan dan sistem MSS Bakamla RI di wilayah Biak, telah dilakukan survei
30
lokasi yang dapat menjadi alternatif pilihan penempatan peralatan Surveillance System
Bakamla RI di kemudian hari, diantaranya Tanjung Barari, Pantai Bosnik, Raja Tiga
Adoki, dan perbatasan Kabupaten Biak dengan Kabupaten Supiori di Distrik Bondifuar.

Penentuan lokasi tersebut dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor teknis


dan non teknis diantaranya kondisi alam, kondisi demografi, kontur tanah, ketinggian
lokasi, akses jalan, kemudahan jaringan listrik, komunikasi dan internet, serta sarana
prasarana pendukung meliputi rumah sakit, tempat ibadah, sekolah, pasar, sarana rekreasi,
dan sarana lainnya. Adapun kegiatan survei juga dilakukan berdasarkan saran dan
masukan dari Pemerintah Kabupaten Biak, Komandan Satuan Radar TNI AU Biak,
Komandan Pangkalan TNI AL Biak, dan survei lokasi dengan mengunjungi lokasi serta
informasi dari penduduk disekitar lokasi.
Berdasarkan kesimpulan di atas, wilayah Kabupaten Biak yang secara administratif
berada dalam naungan Provinsi Papua serta berhadapan langsung dengan perairan
Samudera Pasifik masih belum dipasangi peralatan MSS yang memadai, selain peralatan
dan teknologi yang telah dimiliki oleh Satuan Radar TNI AU (Satrad 242) dan Lanal Biak.
Namun demikian, peralatan yang ada masih belum optimal dan maksimal dalam
melakukan pengawasan wilayah perairan Pulau Biak secara keseluruhan, khususnya
wilayah yang menghadap perairan Samudera Pasifik yang seringkali dilintasi oleh kapal-
kapal asing berukuran besar.

Terkait tujuan dari penelitian tentang “Penempatan Sensor Surveillance System


Bakamla RI Tahap II (LRC & CR)” di wilayah Pulau Biak, terdapat 1 (satu) lokasi yang
cukup strategis dari 4 (empat) alternatif lokasi untuk dipasangi peralatan MSS Bakamla RI,
yaitu wilayah Tanjung Barari yang terletak di bagian ujung Timur Pulau Biak. Lokasi
Tanjung Barari tersebut berada di dataran tinggi dan dapat menjangkau wilayah Selatan,
Timur, dan Utara perairan Pulau Biak yang berhadapan langsung dengan Perairan
Samudera Pasifik dan wilayah perairan yang menghubungkan Pulau Biak dan Pulau Owi.
Selain itu, letaknya yang tidak jauh dari pusat kota, tidak jauh dari sarana dan fasilitas
pendukung, serta akses jalan penghubung yang memadai juga menjadi pertimbangan dan
keunggulan dari Tanjung Barari dibandingkan ketiga alternatif lokasi lainnya.

Terlebih, Satuan Radar TNI AU Biak (Satrad 242) yang berada di Tanjung Bararti
sejak Tahun 2005 juga menjadi faktor lainnya yang dapat memberikan bantuan untuk
menjadi penghubung komunikasi antara Bakamla dengan penduduk lokal setempat apabila
akan dipasang peralatan MSS Bakamla maupun kantor perwakilan Bakamla RI di masa

31
mendatang.

4. KESIMPULAN

Dalam menentukan lokasi penempatan LRC dan Coastal Radar terdapat beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu. Faktor-faktor itu antara lain jangkauan
radar, lalu lintas kapal, jaringan telekomunikasi, peta kecepatan angin dan ketersediaan
infrastruktur. Pada laporan ini telah ditampilkan simulasi jangkauan radar pada enam titik
calon lokasi penempatan pada wilayah Sumatra Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi
Tengah, serta Biak. Hasil simulasi dapat menjadi bahan pertimbangan awal untuk
menentukan lokasi penempatan radar.

Untuk wilayah Sumatra Utara, lokasi terbaik untuk menempatkan radar adalah pada
lokasi-lokasi tersebut diatas yaitu Belawan, Tanjung Balai, dan Pulau Rupat dengan
pertimbangan luasan jangkauan jarak horizon radar terluas dan tersedianya jaringan
telekomunikasi.

Untuk wilayah Sulawesi Tengah Kepulauan Riau, lokasi terbaik untuk menempatkan
radar adalah pada lokasi 1 dengan pertimbangan luasan jangkauan jarak horizon radar
terluas dan tersedianya jaringan telekomunikasi. Prioritas berikutnya adalah lokasi 2 dan
terakhir lokasi 3. Lokasi 3 menjadi prioritas terakhir karena area jangkauan yang lebih
kecil dan lalu lintas kapal yang tidak terlalu banyak.

Untuk wilayah Sulawesi Utara menggunakan SPKKL yang sudah ada yaitu SPKKL
Bitung, SPKKL Keam, Deramga Serei.

Untuk wilayah Biak, lokasi terbaik untuk menempatkan radar adalah Tanjung Barari,
Raja Tiga Adoki, Pantai Bosnik, dan Kabupaten Supiori.

32
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PENELITIAN PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA TAHAP II
Medan, 03-07 Agustus 2020

A. Dasar:
1. Surat Perintah Nomor: SPRIN – 569/ LB.01.02/VII/2020 tentang
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian Penempatan Sensor Surveillance
System Tahap II Direktorat Penelitian dan Pengembangan Bakamla RI di
Sumatra Utara.
2. Surat Permohonan Nomor: B-530/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Pelabuhan Belawan.
3. Surat Permohonan Nomor: B-528/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

B. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data ke Kantor Otoritas Pelabuhan


Utama Balawan Sumatra Utara
1. Waktu dan tempat pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa, 4 Agustus 2020
b. Pukul : 10.00 WIB s.d. 12.00 WIB
c. Tempat : Ruang Kabid Lalu Lintas Laut Otoritas
Pelabuhan Utama Belawan Sumatra Utara
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Kerma Litbang, JFT Peneliti, Analis
Kebijakan Penelitian

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Otoritas Pelabuhan Utama Belawan Sumatra Utara pada pukul
10.00 WIB dan diterima oleh Kabid Lalu Lintas Laut Otoritas Pelabuhan
Utama Belawan.
b. Ramah tamah, dan foto bersama.

1/18
c. Rapat dibuka oleh Kabid Lalu Lintas Laut Otoritas Pelabuhan
Utama Belawan yang menyambut kunjungan dari Tim Pengumpul Data
dan Informasi Direktorat Litbang Kamla.
d. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Kantor Otoritas
Pelabuhan Utama Belawan.
e. Diskusi dan tanya jawab.
f. Tim Pengumpulan Data dan Informasi Bakamla RI melanjutkan ke
Kantor Distrik Navigasi Belawan pada pukul 12.00 WIB.

3. Data yang Diperoleh

a. Dirjen Perhubungan Laut memiliki 5 Direktorat yaitu:


i. Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut
ii. Direktorat Kepelabuhan
iii. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan
iv. Direktorat Kenavigasian
v. Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai

b. Dirjen Perhubungan Laut juga memiliki 323 Unit Pelaksana Teknis


yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, diantaranya:
i. Kesyahbandaran Utama (4 lokasi)
ii. Otoritas Pelabuhan Uatam (4 lokasi)
iii. Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP 96 lokasi)
iv. Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP 186 lokasi)
v. Kantor Pelabuhan Batam (1 Lokasi)
vi. Distrik Navigasi (25 lokasi)
vii. Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (5 lokasi)
viii. Balai Kesehatan Kerja Pelayaran (1 lokasi)
ix. Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran (1 lokasi)

c. Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Belawan mempunyai tugas


melaksanakan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial.
2/18
Dalam melakukan pelayanan kepelabuhan, Kantor Otoritas Pelabuhan
memakai Inaportnet untuk melayani keluar masuk kapal dari pelabuhan
Belawan, dengan frekuensi kapal yang keluar masuk 300 kapal per
bulan. Dalam melakukan pelayanannya Kantor Otoritas Pelabuhan
bekerjasama denagn Distrik Navigasi Belawan,
d. Sumatra Utara Memiliki beberapa UPT Kantor Otoritas Pelabuhan
diantaranya:
i. Pelabuhan Pulau Kampai (KUPP Kelas III Pulau Kampai),
Langkat Sumatra Utara
ii. Pelabuhan Tanjung Pura, Sumatra Utara
iii. Pelabuhan Pangkalan Susu (KSOP Kelas IV Pangkalan
Susu), Jl. Pelabuhan No. 05 Pangkalan Susu Langkat Sumatera
Utara 20858
iv. Pelabuhan Pangkalan Brandan
v. Pelabuhan Belawan (OP Utama Beawan), JL. Suar No. 1
Pelabuhan Belawan Medan, Sumut – 20411.
vi. Pelabuhan Tanjung Beringin (KUPP Kelas II Tanjung
Beringin), Asahan.
vii. Pelabuhan Pangkalan Dodek (KUPP Kelas III Pangkalan
Dodek), Jl. Pelabuhan Desa Nenas Siau Batubara, Suamtera
Utara.
viii. Pelabuhan Kuala Tanjung (KSOP Kelas III Kuala Tanjung),
Jl. Pelabuhan Kuala Tanjung Kec. Sei Suka Kab. Batu Bara
Sumatera Utara.
ix. Pelabuhan Tanjung Tiram/Batubara (KUPP Tanjung Tiram),
Asahan.
x. Pelabuhan Tanjung Balai Asahan (KSOP Kelas IV Tanjung
Balai Asahan), Jl. Pelabuhan Teluk Nibung.
xi. Pelabuhan Teluk Leidong (KUPP Kelas III Leidong), Jl.
Bondar No. 79 Liendong Sumatera Utara.
xii. Pelabuhan Sei Berombang (KUPP Kelas III Sei
Berombang), Jl. Syahbandar No. 86 Sei Barombong Sumatera
Utara.

3/18
xiii. Pelabuhan Tanjung Sarang Elang (KUPP Kelas III Tanjung
Sarang), Labuhan Batu.
xiv. Pelabuhan Barus (KUPP Kelas III Barus), Jl. Yos Sudarso
No. 02 Kel. Pasar Batu Grigis Barus, Kab. Tapanuli Tengah
Sumatera Utara.
xv. Pelabuhan Lahewa (KUPP Kelas III Lahewa), Jl. Bowo No.
1 Kel. Pasar Lahewa Kab. Nias Utara, Suamtera Utara.
xvi. Pelabuhan Gunung Sitoli (KSOP Kelas IV Sitoli), Jl. Yos
Sudarso No. 194 Km. 2 Pelabuhan Angin Gunung Sitoli Sumatera
Utara.
xvii. Pelabuhan Sirombu (KUPP Kelas III Sirombu), Sirombu
Nias Barat.
xviii. Pelabuhan Teluk Dalam (KUPP Kelas III Teluk Dalam Nias),
Nias Selatan.
xix. Pelabuhan Oswald Siahaan/Labuhan Angin.
xx. Pelabuhan Sibolga (KSOP Kelas IV Sibolga), Jl. Horas
Pelabuhan Sibolga, Sibolga Sumatera Utara.
xxi. Pelabuhan Parlimbungan Ketek (KUPP Kelas III Batahan),
Mandailing Natal-Sumatera Utara.
xxii. Pelabuhan Pulau Tello (KUPP Kelas III Pulau Tello), Pulau
Tello – Nias Selatan.

e. Dimana ada UPT Otoritas biasanya ada UPT Navigasi yang


memiliki tugas melaksanakan perencanaan, pengoperasian, pengadaan
dan pengawasan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi
pelayaran serta kegiatan pengamatan laut, survey hidrografi, pemantauan
alur dan perlintasan dengan menggunakan sarana instalasi untuk
kepentingan keselamatan pelayaran.
f. Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Belawan menggunakan aplikasi
Inaportnet dan aplikasi simpel Dephub dalam melayani kapal dengan
frekuensi 300 kapal perbulan atau sekitar 10 kapal per hari.
.

4/18
C. Pelaksanaan Kegiatan pengumpulan data dan informasi ke Distrik Navigasi
Belawan
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa, 4 Agustus 2020
b. Pukul : 12.10 WIB s/d 13.00 WIB
c. Tempat : Kantor Navigasi Belawan
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Kerma Litbang, JFT Peneliti, Analis
Kebijakan

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Navigasi pada pukul 12.00 WIB dan diterima oleh Kepala Bidang
Distrik Navigasi Belawan Sumatra Utara, Kepala Stasiun Radio Pantai
(KSROP) Belawan Medan, beserta staf.
b. Rapat dibuka oleh Kepala Bidang Distrik Navigasi Belawan
Sumatra Utara, menyambut kunjungan dari Tim Pengumpul Data dan
Informasi Direktorat Litbang Kamla.
c. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Distrik Navigasi
Pelabuhan Belawan Sumatra Utara.
d. Diskusi dan tanya jawab.
e. Mengunjungi Stasiun Radio Pantai (SROP) Pelabuhan Belawan
Medan.
f. Foto Bersama.
g. Tim Pengumpulan Data dan Informasi Bakamla RI Mengunjungi
Stasiun Radio Pantai (SROP) Pelabuhan Belawan Medan.

3. Data yang diperoleh


a. Distrik Navigasi Kelas I Belawan merupakan Unit Pelaksana
Teknis di bidang Kenavigasian di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Secara
administratif Distrik Navigasi Kelas I Belawan dibina oleh Sekretaris
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dan secara teknis operasional

5/18
dibina oleh Direktur Kenavigasian (Peraturan Menteri Perhubungan
nomor :KM 30 Tahun 2006).
b. Distrik Navigasi Kelas I Belawan memiliki tugas melaksanakan
perencanaan pengoperasian, pengadaan dan pengawasan sarana bantu
navigasi pelayaran, serta kegiatan pengamatan laut, suvey hidrografi,
serta pemantauan alur dan perlintasan dengan menggunakan sarana
instansi untuk kepentingan keselamatan pelayaran
c. Distrik Navigasi Kelas I Belawan memiliki fungsi:
i. Penyusunan Rencana dan Program Pengoperasian, serta
Pengawasan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Telekomunikasi
Pelayaran, Kapal Negara Kenavigasian, Fasilitas Pangkalan,
Bengkel, Pengamatan Laut dan Survey Hidrografi serta
Pemantauan Alur dan Perlintasan;
ii. Penyusunan Rencana Kebutuhan dan Pelaksanaan
Pengadaan, Penyimpanan, Penyaluran dan Penghapusan
Perlengkapan dan Peralatan untuk Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran, Kapal Negara
Kenavigasian, Fasilitas Pangkalan, Bengkel, Pengamatan Laut dan
Survey Hidrografi serta Pemantauan Alur dan Perlintasan;
iii. Pelaksanaan program Pengoperasian dan Pemeliharaan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran,
Kapal Negara Kenavigasian, dan Fasilitas Pangkalan serta
Bengkel;
iv. Pelaksanaan Pengamatan Laut dan Survei Hidrografi, serta
Pemantauan Alur dan Perlintasan;
v. Pelaksanaan urusan Logistik;
vi. Pelaksanaan Analisis dan Evaluasi Pengoperasian,
Pengawakan dan Pemeliharaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran,
Telekomunikasi Pelayaran, Kapal Negara Kenavigasian, Fasilitas
Pangkalan, Bengkel, Pengamatan Laut, Survey Hidrografi serta
Pemantauan Alur dan Perlintasan;
vii. Pelaksanaan urusan Keuangan, Kepegawaian,
Ketatausahaan, Kerumah Tanggaan, Hubungan Masyarakat,
Pengumpulan dan Pengolahan Data Dokumentasi serta
Penyusunan Laporan.
6/18
Bagan Tugas Fungsi Distrik Navigasi Belawan Sumatra Utara.

D. Pelaksanaan Kegiatan pengumpulan data dan informasi ke Stasiun Radio


Pantai (SROP) Pelabuhan Belawan
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa, 4 Agustus 2020
b. Pukul : 13.10 WIB s/d 14.30 WIB
c. Tempat : Stasiun Radio Pantai Pelabuhan Belawan
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Kerma Litbang, JFT Peneliti, Analis
Kebijakan
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
Stasiun Radio Pantai pada pukul 13.10 WIB dan diterima oleh Kepala
Kepala Stasiun Radio Pantai (KSROP) Pelabuhan Belawan Medan.
b. Kegiatan pengambilan data dibuka oleh Kepala Stasiun Radio
Pantai (KSROP) Pelabuahn Belawan Sumatra Utara, dan menyambut
kunjungan dari Tim Pengumpul Data dan Informasi Direktorat Litbang
Kamla.
c. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Kepala Stasiun Radio
Pantai (KSROP) Pelabuhan Belawan Sumatra Utara.
d. Diskusi dan tanya jawab.
7/18
e. Foto Bersama.
f. Tim Pengumpulan Data dan Informasi Bakamla RI kembali ke
Hotel pukul 14.30 WIB.

3. Data yang diperoleh


a. Stasiun Radio Pantai (SROP) Pelabuhan Belawan Sumatra Utara
merupakan kepanjangan tangan dan dalam pengawasan Distrik Navigasi
Belawan untuk melakukan pelayanan kepelabuhan. SROP Pelabuhan
Belawan memiliki Radio HF/MF GMDSS, Radio VHF, Radar pantai, LRC,
dan AIS (Automatic identification system).
b. SROP Belawan memiliki tugas:
i. Mengkoordinir Semua kegiatan unit-unit kerja Stasiun radio
pantai dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Distrik
Navigasi Belawan;
ii. Berkewajiban memberi bantuan fasilitas operasional dalam
bidang komunikasi radio dinas bergerak pelayaran ,dan dinas
tetap serta Operasi SAR;
iii. Mendapatkan binaan Tehnis Admitrasi dari kasubdit ETP
DITNAV DJPL;
iv. Mengadakan hubungan kerja dengan semua unsur
operasional Disnav Kelas 1 Belawan dan Intansi lainya;
v. Merencanakan kebutuhan Srop Kelas 1-VTS sub center
Belawan;
vi. Melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh kepala
Distrik Navigasi Kelas 1 Belawan dan atau atasan langsung;
vii. Menyusun laporan kegiatan SROP Kelas 1-VTS Belawan;
viii. Menentukan/Mengambil kebijakan yang sifatnya ”tidak
Prinsipil” untuk melancarkan operasional SROP Kelas 1 Belawan.

c. Unit radar yang dimiliki SROP Belwan dapat menjangkau atau


melakukan pengamatan kapal samapi dengan 24 NM dengan tinggi
bangunan 45 meter ditambah tower dengan tinggi 10meter. Unit LRC
dapat menjangkau 10 KM namun dalam keadaan rusak.

8/18
d. Struktur Organisasi SROP Belawan.

Bagan Struktur Organisasi SROP Belawan Sumatra Utara

E. Pelaksanaan Kegiatan pengumpulan data dan informasi ke Stasiun Radio


Pantai (SROP) Tanjung Balai Asahan
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabo, 5 Agustus 2020
b. Pukul : 12.30 WIB s/d 15.00 WIB
c. Tempat : Stasiun Radio Pantai Tanjung Balai Asahan
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Kerma Litbang, JFT Peneliti, Analis
Kebijakan
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
Syahbandar Tanjung Balai Asahan pada pukul 12.30 WIB dan diterima
serat dihantarkan ke Stasiun Radio Pantai Tanjung Balai Asahan Sumatra
Utara.
b. Kegiatan pengambilan data dibuka oleh Kepala Syahbandar
Tanjung Balai Asahan mewakili KSROP Tanjung Balai Asahan.
c. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Kepala Syahbandar
Tanjung Balai Asahan.
d. Diskusi dan tanya jawab.
e. Foto Bersama.

9/18
f. Tim Pengumpulan Data dan Informasi Bakamla RI kembali ke
Hotel pukul 15.00 WIB.

3. Data yang diperoleh


a. Stasiun Radio Pantai (SROP) Tanjung Balai Asahan Sumatra
Utara merupakan kepanjangan tangan dan dalam pengawasan Distrik
Navigasi Belawan untuk melakukan pelayanan kepelabuhan. SROP
Pelabuhan Belawan memiliki Radio HF/MF GMDSS, Radio VHF, dan AIS
(Automatic identification system).
b. SROP Tanjung Balai Asahan memiliki tugas:
i. Mengkoordinir Semua kegiatan unit kerja Stasiun radio
pantai Tanjung Balai Asahan dan bertanggung jawab langsung ke
Stasiun Radioa Pantai Belawan;
ii. Berkewajiban memberi bantuan fasilitas operasional dalam
bidang komunikasi radio dinas bergerak pelayaran ,dan dinas
tetap serta Operasi SAR;
iii. Mendapatkan binaan Tehnis Admitrasi dari kasubdit ETP
DITNAV DJPL;
iv. Mengadakan hubungan kerja dengan semua unsur
operasional Disnav Kelas 1 Belawan dan Intansi lainya;
v. Merencanakan kebutuhan SROP Tanjung Balai Asahan;
vi. Melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh kepala
Distrik Navigasi Kelas 1 Belawan dan atau atasan langsung;
vii. Menyusun laporan kegiatan SROP Tanjung Balai Asahan;
viii. Menentukan/Mengambil kebijakan yang sifatnya ”tidak
Prinsipil” untuk melancarkan operasional SROP Tanjung Balai
Asahan.

F. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan
Ditjen Perhubungan Laut memilik 5 Direktorat dibawahnya dan 323 UPT
(Unit Pelayanan Teknis) tersebar di Indonesia. yang memiliki peralatan Radar
dan LRC adalah Unit Pelayanan Teknis Distrik Navigasi. Distrik Navigasi kelas I
Belawan memiliki SROP (Stasiun Radio Pantai) 22 SROP disetiap pelabuhan,

10/18
namun Radar dan LRC hanya ada di SROP Belawan. Unir SROP yang lain
hanya dilengkapi radio VHF, HF/MF GMDSS dan AIS tanpa radar dan LRC.
Daerah Sumatra utara yang telah didatangi tim peneliti adalah Belawan
dan Tanjung Balai Asahan. Unit belawan sudah terpasanga radar dengan
jangkauan sampai dengan 24NM dan SROP Tanjung Balai Asahan tidak
terpasang radar, namun kantor tersebut memungkinkan atau dapat dipasang
radar untuk mengawasi selat Malaka.
Daerah Sumatra Utara bagian Barat khusunya di daerah Belawan dan
Tanjung Balai Asahan memiliki ketinggian 0 sampai dengan 20meter DPL, atau
termasuk dataran rendah. Bila dipasang radar di daerah tersebut memerlukan
tower yang sangat tinggi (Tower lebih tinggi dari 50meter) untuk dapat
menjangkau garis tengah selat Malaka.

2. Saran
Perlu dilakukan pengambilan data di Direktorat Operasi Laut, mengenai
daerah mana saja yang diperlukan untuk diawasi dengan peralatan seperti radar
dan LRC, sehingga penempatan radar dapat disimulasikan untuk dapat
mengetahui jangkau radar sehingga cocok dengan kebutuhan Direktorat Operasi
Laut.

Demikian laporan ini disusununtuk menjadi periksa serta mohon petunjuk.

Jakarta, Agustus 2020


Peneliti

M. Chairul Anam
Lettu Bakamla

11/18
DOKUMENTASI KEGIATAN

12/18
13/18
14/18
15/18
16/18
17/18
18/18
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PENELITIAN PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA TAHAP II
Sulawesi Tengah, 24-28 Agustus 2020

A. Dasar:
1. Surat Perintah Nomor: SPRIN–687/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian Penempatan Sensor Surveillance
System Tahap II Direktorat Penelitian dan Pengembangan Bakamla RI di
Sulawesi Tengah.
2. Surat Permohonan Nomor : B-610/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Polair Polda Sulteng.
3. Surat Permohonan Nomor : B-611/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Bappeda Kota Palu.
4. Surat Permohonan Nomor : B-612/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Balitbangda Kabupaten Donggala.

B. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data ke DitPolairud Polda Sulawesi


Tengah
1. Waktu dan tempat pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa, 25 Agustus 2020
b. Pukul : 10.00 WIB s.d. 13.00 WIB
c. Tempat : Ruang Rapat Mako Dit Polairud Polda
Sulawesi Tengah
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Monitoring dan Evaluasi Litbang
Kamla, JFT Peneliti, Analis Kebijakan Penelitian

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
Mako Dit Polairud Polda Sulawesi Tengah pada pukul 10.00 WIB dan
diterima oleh Kabid/Kasubdit Penegakan Hukum Kompol Maxi beserta
staf Dit Polairud Polda Sulawesi Tengah.
b. Ramah tamah, dan foto bersama.

1/10
c. Rapat dibuka oleh Kabid Penegakan Hukum Kompol Maxi yang
menyambut kunjungan dari Tim Pengumpul Data dan Informasi Direktorat
Litbang Kamla.
d. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangannya ke Dit Polairud Polda
Sulawesi Tengah.
e. Diskusi dan tanya jawab.

3. Data yang Diperoleh

a. Dit Polairud Polda Sulawesi Tengah memiliki 12 kepanjangan


tanga yang bertemapat di masing-masing Polres wilayah Sulawesi
Tengah yaitu:
i. Kepolisian Resor Palu;
ii. Kepolisian Resor Banggai;
iii. Kepolisian Resor Banggai Kepulauan & Banggai Laut;
iv. Kepolisian Resor Buol;
v. Kepolisian Resor Donggala;
vi. Kepolisian Resor Morowali;
vii. Kepolisian Resor Morowali Utara;
viii. Kepolisian Resor Parigi Moutong;
ix. Kepolisian Resor Poso;
x. Kepolisian Resor Sigi;
xi. Kepolisian Resor Tojo Una-Una;
xii. Kepolisian Resor Tolitoli.

b. Kabid Penegakan Hukum DitPolairud Polda Sulawesi Tengah


menjelaskan bahwa Ditpolair Sulteng belum memiliki peralatan
Surveillance seperti Radar atau Long Range Camera maupun AIS.
Perlatan Komunikasi melalui RF VHF sudah dibangun namun lumpuh
dikarenakan Tsunami tahun 2018 di Palu.
c. Ditpolair Sulteng memiliki unsur kapal fiber dengan panjang 15
meter untuk patroli pantai, dan unsur kapal yang lebh besar yang
merupakan kapal dari Pusat.
2/10
d. Tindak pidana yang sering dilakukan diperairan Sulteng hampir
merata diseluruh Sulteng yaitu destruktif fishing dengan bom ikan.
e. Ditpolair menyambut baik bila Bakamla akan melakukan peralatan
surveillance di daerah Sulteng.
f. Rekomendasi dari Ditpolair Sulteng penempatan Radar dapat
dilakukan di daerah Bangkir kabupaten Toli toli agar dapat mengawasi
laut lepas diutara sulawesi sekaligus Alki II.

C. Pelaksanaan Kegiatan pengumpulan data dan informasi ke Bappeda kota


Palu
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabu, 26 Agustus 2020
b. Pukul : 14.00 WIB s/d 15.00 WIB
c. Tempat : Kantor Bappeda kota Palu
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Monitoring dan Evaluasi Litbang,
JFT Peneliti, Analis Kebijakan

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Bappeda kota Palu pada pukul 14.00 WIB dan diterima oleh
Kepala Bappeda kota Palu Drs. Arfan, M.Si.
b. Rapat dibuka oleh Kepala Bappeda kota Palu dan menyambut
kunjungan dari Tim Pengumpul Data dan Informasi Direktorat Litbang
Kamla.
c. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Bappeda kota Palu.
d. Diskusi dan tanya jawab.
e. Foto Bersama.

3. Data yang diperoleh


a. Kepala Bappeda kota Palu Drs. Arfan, M.Si Menjelaskan bahwa
wilayah perairan kota palu hanya sebatas 40 km wilayah perairan utara
timur dan 31 km wilayah barat, sisanya masuk ke perairan wilayah
kabupaten Donggala. Masyarakat nelayan yg ada hanya nelayan
tradisional dengan jumlah sekitar 800 nelayan, tersebar di 13 kelurahan.
3/10
Menurut informasi beliau hanya Lanal Palu yang memiliki Radar sebagai
peralatan Surveillance.
b. Bappeda Kota Palu sangat menyambut baik bila Bakamla akan
menempatkan peralatan surveillance di daerah Sulteng serta akan
membantu Bakamla jika ingin membangun Kantor SPKKL/Pangkalan di
kota Palu.
c. Rekomendasi dari Kepala Bappeda Kota Palu penempatan Radar
dan LRC dapat dilakukan di daerah Bangkir Kabupaten Toli toli agar
dapat mengawasi Laut Lepas di Utara Sulawesi sekaligus ALKI II yang
padat lalu lintas kapalnya, serta masih sedikit pengawasan laut disana.
d. Untuk koordinasi lebih lanjut ke depan, mengenai realisasi
penempatan peralatan tersebut atas masukan beliau, Bakamla dapat
mengkoordinasikannya dengan Walikota Palu, Bupati Toli toli, Bupati
Donggala dan Bupati Buol untuk penempatan di daerah Bangkir.

D. Pelaksanaan Kegiatan pengumpulan data dan informasi ke Balitbangda


Kabupaten Donggala
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2020
b. Pukul : 10.00 WIB s/d 12.30 WIB
c. Tempat : Kantor Balitbangda Kabupaten Donggala
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Monitoring dan Evaluasi Litbang,
JFT Peneliti, Analis Kebijakan
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
Kantor Balitbangda Kabupaten Donggala pada pukul 10.00 WIB dan
diterima oleh Kepala Balitbangda Kabupaten Donggala.
b. Kegiatan pengambilan data dibuka oleh Kepala Balitbangda
Kabupaten Donggala, dan menyambut kunjungan dari Tim Pengumpul
Data dan Informasi Direktorat Litbang Kamla.
c. Ketua tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan ke Kantor Balitbangda
Kabupaten Donggala.
d. Diskusi dan tanya jawab.
e. Foto Bersama.
4/10
3. Data yang diperoleh
a. Kepala Balitbangda Kabupaten Donggala Bpk. Ardin T. Taiyeb
menjelaskan bahwa wilayah perairan kabupaten Donggala memiliki
kegiatan mayoritas adalah penangkapan ikan nelayan kecil tradisional
dengan daerah tangkapan hanya wilayah teritori (perairan teluk kota
palu). Selain itu perairan Donggala juga didominasi oleh banyaknya
pelabuhan tikus perusahaan penambangan sepanjang pantai antara kota
Palu ke Donggala. Sama dengan Bappeda Kota Palu, Balitbangda
kabupaten Donggala menyambut baik bila Bakamla akan menempatkan
peralatan untuk pemantauan keamanan perairan Donggala dan
sekitarnya.
b. Rekomendasi dari Kepala Balitbangda Donggala untuk melakukan
koordinasi lebih lanjut dengan Gubernur Provinsi Sulteng dan kabupaten
atau kotamadya yg akan dilakuan penempatan peralatan pemantau
tersebut.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari kegiatan pengambilan data penelitian Penempatan Radar dan LRC
Di wilayah provinsi Sulawesi tengah, di daerah tersebut belum terdapat
peralatan surveillance (Radar dan Long Range Camera) untuk pengawasan
perairan Sulteng dan sekitarnya. Data tersebut diwakili oleh instansi yang Tim
Penelitian datangi, yaitu Ditpolair Polda Sulteng, Bappeda Palu, dan Balitbangda
kabupaten Donggala. Beberapa alternatif penempatan peralatan Surveillance
(Radar dan LRC) adalah di daerah Bangkir (kabupaten Tolitoli), Sojol, Banawa,
Balaesang, Damsol (kabupaten Donggala), kabupaten Buol. Dan daerah
alternatif untuk kantor stasiun pemantau perwakilan Bakamla atau Dermaga,
adalah daerah kota Palu /teluk Palu dan daerah Donggala sepanjang garis
pantai teluk Palu. Namun demikian daerah-daerah alternatif tersebut harus
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan pemerintahan provinsi Sulteng.

2. Saran
Perlu dilakukan pengambilan data di Direktorat Operasi Laut, mengenai
daerah mana saja yang diperlukan untuk diawasi dengan peralatan seperti radar
dan LRC, sehingga penempatan radar dapat disimulasikan ditempat-tempat
5/10
tersebut diatas untuk dapat mengetahui jangkau radar sehingga akan sesuai
dengan kebutuhan Direktorat Operasi Laut.

Demikian laporan ini disusununtuk menjadi periksa serta mohon petunjuk.

Jakarta, Agustus 2020


Kasubdit Monev Litbang Kamla

Tuti Ida Halida, S.T., M.I.T.M.


Kolonel Bakamla

6/10
DOKUMENTASI KEGIATAN

7/10
8/10
9/10
10/10
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
PENELITIAN PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA RI TAHAP II (LRC & CR)
Provinsi Sulawesi Utara, 10 - 14 Agustus 2020

A. Dasar:
1. Surat Perintah Nomor : SPRIN – 503/LB.01.02/VII/2020 tentang
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian “Penempatan Sensor Surveillance
System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR)” Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Bakamla RI di Manado, Provinsi Sulawesi Utara;
2. Surat Permohonan Nomor : B-511/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke KSOP Provinsi Sulawesi Utara;
3. Surat Permohonan Nomor : B-522/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Kabupaten Minahasa Selatan;
4. Surat Permohonan Nomor : B-523/LB.01.02/VII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Kantor BNPP (Basarnas) Provinsi
Sulawesi Utara.

B. Kunjungan ke Kantor Kamla Zona Maritim II Bakamla RI


1. Waktu dan tempat pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa, 11 Agustus 2020
b. Pukul : 10.00 s.d. 11.00 WITA
c. Tempat : Ruangan Kepala Kantor Zona Maritim II
Bakamla RI
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Zona Maritim II Bakamla RI pada pukul 10.00 WITA dan diterima
oleh Kepala Kantor Zona Maritim II, pejabat Utama dan jajaran staf.
b. Kasubdit Perencanaan Litbang selaku ketua tim pengumpulan data
penelitian menyampaikan, gambaran umum serta maksud dan tujuan dari

1/17
penelitian tentang “Penempatan Sensor Surveillance System Bakamla RI
Tahap II (LRC & CR)”.
c. Kepala Zona Maritim II Bakamla RI secara prinsip mendukung
penuh pelaksanaan kegiatan pengumpulan data penelitian serta
memberikan arahan dan masukan yang penting untuk peningkatan dan
kemajuan Bakamla RI ke depan.
d. Kunjungan ke Kantor Zona Maritim II Bakamla RI selesai pada
pukul 11.00 WITA dan tim bertolak ke tujuan berikutnya.

C. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke KSOP Ditjen Hubla


di Provinsi Sulawesi Utara
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa,11 Agustus 2020
b. Pukul : 11.30 s.d. 12.30 WITA
c. Tempat : Kantor KSOP Provinsi Sulawesi Utara
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor KSOP Provinsi Sulawesi Utara pada pukul 11.30 WITA dan
diterima oleh Kepala KSOP, Bapak Mozes, Kasi Operasi dan jajaran;
b. Ketua Tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan yaitu dalam rangka
mengumpulkan data dan informasi penelitian terkait Penempatan Sensor
Surveillance System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR);
c. Diskusi dan tanya jawab terkait sistem teknologi serta sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh KSOP Provinsi Sulawesi Utara;
d. Foto Bersama.
e. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
13.30 WITA dan tim langsung bertolak ke tujuan berikutnya.

2/17
3. Data yang diperoleh
a. KSOP Manado yang beranggotakan 50 personel/pegawai secara
kemampuan tidak memiliki sarana dan prasarana maupun sistem yang
memadai dalam rangka melakukan pemantauan lalu lintas kapal yang
masuk dan keluar area pelabuhan Manado.
b. KSOP Manado sejauh ini masih mengandalkan metode manual
melalui mata telanjang dan masih bergantung pada informasi nelayan
maupun para pengguna jasa di laut melalui radio;
c. KSOP Manado menjelaskan bahwa peralatan dan sistem
pengawasan kapal yang komprehensif hanya dimiliki oleh Divisi Navigasi
yang berada di Pelabuhan Kota Bitung dan merekomendasikan kepada
Tim dari Direktorat Litbang untuk pengumpulan data dan informasi ke
Kantor Distrik Navigasi di Kota Bitung;
d. Adapun tantangan terberat yang dihadapi oleh KSOP Manado
yaitu merubah pola pikir para pengguna jasa di laut yang masih
mengabaikan peraturan Kepelabuhan yang berlaku saat ini. Para
pengguna jasa di laut tersebut masih mengacu pada masa lalu dimana
mereka masih menggunakan kapal kayu berukuran kecil (di bawah 30
GT), sementara saat ini mereka (pengusaha pelayaran) telah
menggunakan kapal berbahan besi dan berukuran besar diatas 500 GT,
namun masih berorientasi tradisional secara manual belum dapat move-
on pada peralatan ataupun teknologi informasi yang dapat
mengefektivkan pelaksanaan pengawasan, misalnya KSOP Manado
sudah pengadaan dan pelayanan pembelian tiket pelayaran secara on-
line namun belum dapat dilaksanakan.

D. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke BNPP (Basarnas)


di Provinsi Sulawesi Utara
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa,11 Agustus 2020
b. Pukul : 14.00 s.d. 15.00 WITA
c. Tempat : Kantor BNPP (Basarnas) Provinsi Sulawesi
Utara
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, Kasubbid
Hukum ZMTh, JFT Peneliti, Pembantu Peneliti
3/17
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI beserta
perwakilan dari Kantor Zona Maritim II Bakamla RI tiba di kantor BNPP
(Basarnas) tipe A Sulawesi Utara pada pukul 14.00 WITA dan diterima
oleh Kepala BNPP (Basarnas) Manado Bapak Suhri Sinaga, Kasi
Operasi, Kasubbag TU dan jajaran;
b. Ketua Tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan kepada Kepala BNPP
(Basarnas) tipe A Sulawesi Utara;
c. Diskusi dan tanya jawab terkait sistem teknologi serta sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh BNPP (Basarnas) tipe A Sulawesi Utara;
d. Peninjauan peralatan dan sistem pemantauan yang dimiliki BNPP
(Basarnas) Kelas I Sulawesi Utara;
e. Foto Bersama.
f. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
15.00 WITA dan tim bertolak ke tujuan berikutnya.

3. Data yang diperoleh


a. Secara keseluruhan, terdapat total 5 (lima) kantor perwakilan
BNPP (Basarnas) tipe A yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi
Sulawesi Utara;
b. BNPP (Basarnas) tipe A Provinsi Sulawesi Utara sendiri
merupakan kantor perwakilan tipe A yang beranggotakan 90
Pegawai/Personel, baik struktural maupun fungsional, serta telah
didukung oleh peralatan maupun sarana dan prasarana yang memadai;
c. Saat ini, BNPP (Basarnas) tipe A Sulawesi Utara hanya memiliki 1
(satu) unit kapal berukuran 43 meter yang diawaki oleh 9 orang;
d. BNPP Manado memiliki response time selama 20 menit dalam
bertindak apabila terjadi kecelakaan atau bencana, baik di darat maupun
di laut.
e. Terkait sistem pendeteksian kejadian kecelakaan di laut, BNPP
(Basarnas) tipe A masih bergantung pada sistem deteksi dini yang berada
di kantor pusat BNPP (Basarnas) di Jakarta.

4/17
f. Adapun BNPP (Basarnas) tipe A Sulawesi Utara memiliki control
room yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dan pemantauan antara
BNPP (Basarnas) tipe A Sulawesi Utara dengan kantor BNPP (Basarnas)
pusat apabila terjadi bencana ataupun kecelakaan di darat maupun laut.
g. Control room yang dimiliki BNPP (Basarnas) tipe A Sulawesi Utara
menggunakan sistem MEO LUT yang mengandalkan satelit Uspasarsat
untuk melakukan pemantauan dan deteksi dini bencana atau kecelakaan
di darat dan laut;
h. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNPP (Basarnas) tipe A
Sulawesi Utara potensi kecelakaan laut di wilayah perairan Sulawesi
Utara cukup tinggi dimana pada Tahun 2020 terjadi kecelakaan laut pada
nelayan-nelayan yang mayoritas tidak dilengkapi oleh alat komunikasi
yang memadai.

E. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke Kantor SPKKL


Kema Bakamla RI
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa,11 Agustus 2020
b. Pukul : 15.30 s.d. 16.30 WITA
c. Tempat : Kantor SPKKL Kema Bakamla RI
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, Kasubbid
Hukum ZMTh, JFT Peneliti, Pembantu Peneliti

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang tiba di kantor SPKKL
Kema pada pukul 15.30 WITA;
b. Peninjauan peralatan dan sistem pemantauan yang terdapat di
SPKKL Kema;
c. Foto Bersama.
d. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
16.30 WITA dan tim bertolak ke tujuan berikutnya.

5/17
3. Data yang diperoleh
a. Saat ini, SPKKL Kema telah dilengkapi dengan peralatan dan
sistem pemantauan diantaranya AIS, Radar, GMDSS radio dan Long
Range Camera (LRC);
b. Kondisi yang ada saat ini terkait peralatan-peralatan tersebut yaitu
hanya AIS yang masih berfungsi. Radar dan GMDSS radio mengalami
kerusakan dan membutuhkan penggantian alat, sedangkan LRC yang
telah terpasang masih belum dapat difungsikan disebabkan belum
dilakukan berita acara serah terima barang antara Perusahaan penyedia
dengan Bakamla RI terkait permasalahan dengan KPK;
c. Saat ini, SPKKL Kema hanya beranggotakan 3 (tiga) personel
yang bertugas mengawaki kantor dan peralatan-peralatan yang ada.

F. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke Kantor SPKKL


Manembo-nembo dan Stasiun Bumi (GS) Bitung Bakamla RI
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Selasa,11 Agustus 2020
b. Pukul : 17.00 s.d. 18.00 WITA
c. Tempat : Kantor SPKKL Manembo-nembo dan GS
Bitung Bakamla RI
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, Kasubbid
Hukum ZMTh, JFT Peneliti, Pembantu Peneliti

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang tiba di kantor SPKKL
Manembo-nembo dan GS Bitung pada pukul 17.00 WITA;
b. Peninjauan peralatan dan sistem pemantauan yang terdapat di
SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung;
c. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
18.00 WITA dan tim selesai melakukan kegiatan untuk kembali ke hotel.

6/17
3. Data yang diperoleh
a. SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung terletak pada 1 (satu)
area lokasi yang cukup luas, dimana terdapat juga peralatan dan sarana
backbone yang sudah modern dan komprehensif;
b. SPKKL Manembo-nembo dilengkapi dengan AIS, radar, dan LRC
yang masih dapat berfungsi dengan normal. Adapun GMDSS Radio
sudah tidak dapat difungsikan lagi dan membutuhkan pergantian alat;
c. GS Bitung merupakan salah satu Stasiun Bumi yang dimiliki oleh
Bakamla RI selain GS Babel. Namun, kondisi 2 peralatan antenna GS
Bitung yang ada sudah tidak dapat berfungsi lagi dan membutuhkan
pergantian alat;
d. Adapun peralatan dan sarana prasarana sistem backbone yang
terdapat di lokasi area GS Bitung dan SPKKL Manembo-nembo saat ini
belum dapat dioperasikan terkait permasalahan hukum dengan KPK
sehingga belum dilakukan berita acara serah terima barang dan
pekerjaan oleh pihak penyedia kepada Bakamla RI;
e. Saat ini, SPKKL Manembo-nembo dan GS Bitung hanya diawaki
oleh masing-masing 3 (tiga) personel yang bertugas mengawaki kantor
dan peralatan-peralatan yang ada.

G. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke Kantor Bupati


Minahasa Selatan
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabu,12 Agustus 2020
b. Pukul : 10.00 s.d. 11.00 WITA
c. Tempat : Ruang rapat Kantor Bupati Minahasa Selatan
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, Kabid
Inhuker ZMTh, Kasubbid Kerjasama ZMTh, JFT Peneliti, Pembantu
Peneliti.

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang beserta perwakilan
dari Kantor Zona Maritim II Bakamla RI tiba di kantor Bupati Minahasa
Selatan pada pukul 10.00 WITA dan diterima oleh Sekretaris Daerah
7/17
Kabupaten Minahasa Selatan Bapak Denny P Kaawoan, S.E., M. Si,
Kadis Perhubungan, Kadis Kelautan dan Perikanan, Kadis terkait beserta
jajaran;
b. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang menjelaskan
maksud dan tujuan dari kedatangan tim ke Kantor Bupati Minahasa
Selatan terkait pengumpulan data informasi penelitian yang dilakukan.
c. Diskusi dan tanya jawab.
d. Foto bersama.
e. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
11.00 WITA dan tim bertolak untuk melanjutkan kegiatan berikutnya.

3. Data yang diperoleh


a. Sejak pemekaran wilayah Minahasa Selatan pada Tahun 2003,
wilayah pesisir Minahasa Selatan sampai dengan saat ini belum
terpasang peralatan maritime surveillance system, baik yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah maupun Instansi Pemerintah/TNI/Polri dan K/L terkait;
b. Terkait dengan pengelolaan wilayah laut, seluruh kewenangan
diatur dan ditentukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara;
c. Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan sejauh ini masih
belum menjadikan pengembangan di sektor kemaritiman sebagai prioritas
utama. Adapun pengembangan yang sedang dilakukan saat ini yaitu
pengembangan Pulau Sepatu sebagai objek wisata Minahasa Selatan;
d. Terkait unsur patroli laut di wilayah perairan Minahasa Selatan,
Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan didukung oleh unsur kapal
patroli yang dimiliki oleh KPLP dan PSDKP serta Polres Minahasa
Selatan;
e. Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan memiliki pelabuhan
Amurang yang mampu untuk menampung kapal dengan ukuran 40 – 60
meter juga setara di atas 35.000 GT;
f. Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan memberikan masukan
kepada tim Litbang Bakamla RI terkait lokasi yang dianggap strategis dan
penting untuk dipasangi peralatan Maritime Surveillance System (MSS)
Bakamla RI yaitu di wilayah Arakan Kecamatan Tetapaan yang terletak di
wilayah Tanjung (kurang-lebih 20 KM dari Jalan Trans- Sulawesi) serta
banyak dilewati oleh kapal-kapal besar yang melintas.
8/17
g. Secara prinsip, Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan
mendukung penuh rencana Bakamla RI untuk memasang peralatan MSS
Bakamla RI dalam rangka untuk menjaga wilayah perairan dan wilayah
yurisdiksi Indonesia, khususnya wilayah perairan Sulawesi Utara yang
merupakan jalur ALKI II dan berbatasan dengan perairan Filipina.

H. Peninjauan Lokasi Lahan Hibah dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara


1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabu,12 Agustus 2020
b. Pukul : 12.00 s.d. 12.30 WITA
c. Tempat : Lahan hibah Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara di wilayah Kalasey II
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, Kabid
Inhuker ZMTh, Kasubbid Kerjasama ZMTh, JFT Peneliti, Pembantu
Peneliti.

2. Data yang Diperoleh


a. Kantor Kamla Zona Maritim II Bakamla RI telah mendapatkan
hibah tanah dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara seluas kurang lebih
7 hektar di wilayah Kalasey II, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa
yang menghadap ke wilayah perairan Manado sebelah Barat;
b. Lokasi lahan hibah tersebut berada di area yang cukup tinggi
dengan akses jalan yang cukup mudah untuk dilewati menjadikan lokasi
tersebut cukup strategis dan tepat untuk dipasangi peralatan MSS
Bakamla RI;
c. Saat ini, lahan hibah tersebut telah dipasangi papan penanda
Bakamla RI dan dikelilingi oleh pagar kawat berduri sebagian.

I. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke Pangkalan Armada


Kapal Patroli Zona Maritim II Bakamla RI di Serei Kabupaten Minahasa Utara
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabu,12 Agustus 2020
b. Pukul : 15.00 s.d. 16.30 WITA

9/17
c. Tempat : Kantor Pangkalan Armada Kapal Patroli Zona
Maritim II Bakamla RI di Serei Kabupaten Minahasa Utara
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti.

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang tiba di Kantor
Pangkalan Armada Kapal Patroli Zona Maritim II Bakamla RI di Serei
Kabupaten Minahasa Utara pada pukul 15.00 WITA dan diterima oleh
Komandan pangkalan Kolonel Asep Budiman, Komandan Kapal KN 302
Letkol Bakamla Benny dan Komandan KN 304 Letkol Bakamla Hermawan
yang sedang lego jangkar di Dermaga Serei.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Foto bersama.
d. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
16.30 WITA dan tim selesai melakukan kegiatan pengumpulan data dan
kembali ke hotel.

3. Data yang diperoleh


a. Pangkalan armada kapal patroli Zona Maritim II Bakamla RI di
Serei Kabupaten Minahasa Utara dilengkapi dengan radio alat
komunikasi, GMDSS, Long Range Camera (LRC), serta sistem dan
peralatan Backbone. Selain itu, pangkalan armada kapal patroli juga
memiliki gedung workshop, peralatan dan unsur pendukung meliputi
ROV, Forklift, Generator set, mobil tangki air bersih, tower LRC dan
GMDSS, serta unsur kapal patroli, RHIB, dan Catamaran;
b. Namun, kondisi peralatan-peralatan tersebut saat ini mayoritas
tidak dapat dioperasikan seperti GMDSS yang sudah tidak bisa menyala,
LRC yang belum dapat dioperasikan, sistem dan peralatan backbone
yang masih terkendala dengan temuan KPK dan belum adanya serah
terima barang dan pekerjaan dari pihak penyedia ke Bakamla RI, ROV
yang sudah tidak dapat dioperasikan karena terdapat beberapa
komponen yang dibawa kembali oleh pihak penyedia, Forklift yang
membutuhkan perawatan dan pemeliharaan, Generator set yang
mengalami kerusakan pada bateray/accu, dan 2 unit kapal patroli 48
10/17
meter yang saat ini sedang mengalami pemeliharaan dan perbaikan
berkala.

J. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke Distrik Navigasi


Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub dan VTS Bitung
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Kamis,13 Agustus 2020
b. Pukul : 10.00 s.d. 12.00 WITA
c. Tempat : Kantor Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan
Laut Bitung
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti.

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang tiba di Kantor Distrik
Navigasi Ditjen Perhubungan Laut Bitung pada pukul 10.00 WITA dan
diterima oleh Kepala Distrik Navigasi yang diwakili oleh Kasie Operasi
beserta jajaran.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Foto bersama.
d. Pengumpulan data penelitian ke VTS control room di pelabuhan
Bitung.
e. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
12.00 WITA dan tim selesai melakukan kegiatan pengumpulan data untuk
kembali ke Kasntor Kamla Zona Maritim Tengah di Manado.

3. Data yang diperoleh


a. Kantor Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan Laut Bitung secara
tugas dan fungsi memiliki cakupan wilayah operasi yang cukup luas,
meliputi Wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah (Pantoloan) hingga
Ternate;
b. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kantor Distrik Navigasi
Ditjen Perhubungan Laut memiliki 15 stasiun radio pantai, 24 menara
suar, 3 (tiga) unit kapal navigasi, 2 (dua) unit kapal RHIB, serta ruangan
VTS yang berfungsi sebagai sistem pengawasan lalu lintas kapal yang
11/17
dilengkapi oleh LRC, AIS, serta sistem monitoring lalu lintas kapal di
wilayah perairan sisi sebelah Timur Perairan Sulawesi Utara;
c. Dalam ruangan VTS, kemampuan LRC yang dimiliki mampu
mencapai jarak 25 mil dan AIS yang dimiliki mampu mendeteksi kapal
hingga radius 25-30 nm. Seluruh kapal yang berlayar keluar dan masuk
ke dalam wilayah cakupan operasi akan otomatis disampaikan dan
ditampilkan pada layar sistem pengawasan yang terdapat pada ruangan
VTS, menggunakan teknologi yang berasal dari Jerman dan Swedia;
d. Saat ini, Kantor Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan Laut memiliki
total keseluruhan SDM sebanyak 200 pegawai yang ditugaskan di seluruh
wilayah Sulawesi Utara termasuk personel untuk mengawasi suar;
e. Untuk monitoring pelayaran/lalu lintas kapal di wilayah Sulawesi
Utara, Kantor Distrik Navigasi Ditjen Perhubungan sudah bekerjasama
dengan Pelindo II untuk monitoring kapal dalam pengawasan Pelindo II.

K. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan, secara
umum para pemangku kepentingan dan wewenang di laut di wilayah Provinsi
maupun Kabupaten Sulawesi Utara masih belum memiliki peralatan dan sistem
maritime surveillance yang memadai dan komprehensif. Terlebih, peralatan dan
sistem yang ada juga belum mampu mencakup jangkauan seluruh wilayah
perairan Provinsi Sulawesi Utara. Saat ini, para pemangku kepentingan dan
wewenang di laut di wilayah Provinsi Sulawesi Utara masih menggunakan
metode manual ataupun mengandalkan informasi dari masyarakat pesisir
maupun nelayan.
Secara kemampuan, seluruh kantor perwakilan Bakamla RI meliputi
SPKKL Kema, SPKKL Manembo-nembo, dan GS Bitung pada prinsipnya telah
berada pada lokasi yang strategis untuk melakukan pengawasan dan
pemantauan di laut. Akan tetapi, masih banyaknya kondisi peralatan yang tidak
dapat dioperasikan maupun membutuhkan perbaikan atau pergantian
menjadikan belum maksimal dan optimalnya pelaksanaan sistem pengawasan
dan pemantauan di laut, khususnya di wilayah perairan Sulawesi Utara.
Kemampuan seluruh unsur tersebut juga dapat menjadi lebih komprehensif lagi

12/17
apabila sistem backbone yang telah dibangun dapat dioperasikan secara
normal.
Terkait penentuan lokasi pemasangan peralatan dan sistem MSS
Bakamla RI di wilayah ALKI II dan sebagian ALKI III, terdapat lahan hibah yang
diberikan oleh Pemprov Sulawesi Utara kepada Bakamla RI melalui Kantor Zona
Maritim II Bakamla RI berupa tanah seluas 7 hektar. Lokasi lahan yang cukup
tinggi dan menghadap wilayah Barat perairan Sulawesi Utara menjadikan lokasi
tersebut cukup strategis untuk dipasangi peralatan dan sistem MSS Bakamla RI.
Hal tersebut menjadi penting apabila menimbang sistem dan teknologi
pengawasan dan pemantauan di laut yang dimiliki oleh pemangku kepentingan
di laut di wilayah Sulawesi Utara masih sangat terbatas. Adapun teknologi
sistem dan peralatan seperti yang dimiliki oleh Distrik Navigasi Ditjen
Perhubungan Laut Bitung hanya terfokus pada sisi bagian Timur wilayah
perairan Sulawesi Utara.

2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang


merupakan jalur ALKI II dan sebagian ALKI III masih belum dipasangi peralatan
MSS yang memadai selain peralatan dan teknologi yang telah dimiliki oleh
kantor SPKKL dan GS Bakamla RI yang telah didirikan di wilayah Sulawesi
Utara. Namun demikian, perlu segera dilakukan perbaikan, pergantian, dan
penyelesaian masalah dari kondisi peralatan yang mengalami kerusakan dan
masalah lainnya agar dapat meningkatkan kemampuan dari sistem dan
teknologi yang telah terpasang saat ini.

Terkait tujuan dari penelitian tentang “Penempatan Sensor Surveillance


System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR)” di wilayah Provinsi Sulawesi Utara,
terdapat 2 (dua) lokasi yang cukup strategis untuk dipasangi peralatan MSS
Bakamla RI, yaitu lahan hibah berupa tanah seluas 7 hektar di wilayah Kalasey
II dan wilayah Arakan Kecamatan Tetapaan yang berada di Kabupaten
Minahasa Selatan. Kedua lokasi yang menghadap sisi barat perairan Sulawesi
Utara menjadi salah satu pertimbangan dimana wilayah tersebut belum tercover
dan menghadap langsung ke arah jalur pelayaran ALKI II, yang berbatasan
dengan Filipina.

13/17
.Demikian laporan ini disusun untuk menjadi periksa serta mohon
petunjuk.

Jakarta, 19 Agustus 2020


Kepala Subdirektorat Perencanaan Litbang

Waryoto, S.E.
Kolonel Bakamla

14/17
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
” PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA RI TAHAP II (LRC & CR)”
Provinsi Sulawesi Utara, 10 – 14 Agustus 2020

Tim Litbang diterima KaZona Maritim Tengah (11/8/2020) Tim Litbang diterima KaZona Maritim Tengah (11/8/2020)

Tim Litbang diterima KaKSOP Manado (11/8/2020) Tim Litbang foto bersama KaKSOP Manado (11/8/2020)

Tim Litbang menyerahkan cinderamata kepada KaBasarnas Tim Litbang foto bersama KaBasarnas Sulut (11/8/2020)
Sulut (11/8/2020)

15/17
Tim Litbang ke SPKKL Kema (11/8/2020) Tim Litbang ke SPKKL Kema (11/8/2020)

Tim Litbang diterima Sekda Minsel (12/8/2020) Tim Litbang menyerahkan cinderamata (12/8/2020)

Tim Litbang cek lahan hibah 7 ha di Kalasei II (12/8/2020) Lahan hibah 7 ha dari Pemprov Sulut (12/8/2020)

Tim Litbang diterima KaPankalan di Serei dan Dan KN 48 meter Tim Litbang ke KN Gajah Laut (KN 48 meter) di Dermaga Serei
di Pangkalan Serei Minut (12/8/2020) Kab. Minut (12/8/2020)

16/17
Tim Litbang diterima Ka Navigasi Bitung (13/8/2020) Tim Litbang foto bersama dengan KaNavigasi Bitung
(13/8/2020)

Tim Litbang diterima KaNavigasi Bitung di VTS Bitung Tim Litbang foto bersama dengan KaNavigasi Bitung di VTS
(13/8/2020) Bitung (13/8/2020)

17/17
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
PENELITIAN PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA RI TAHAP II (LRC & CR)
Biak Numfor, Provinsi Papua, 08 - 11 September 2020

A. Dasar:
1. Surat Perintah Nomor: SPRIN – 715/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian “Penempatan Sensor Surveillance
System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR)” Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Bakamla RI di Biak-Numfor, Provinsi Papua;
2. Surat Permohonan Nomor: B-621/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Bupati Biak Numfor, Provinsi Papua;
3. Surat Permohonan Nomor: B-622/LB.01.02/VIII/2020 tentang
Permohonan Pelaksanaan Penelitian ke Pangkalan TNI Angkatan Laut Biak-
Numfor, Provinsi Papua.

B. Pengumpulan Data Penelitian ke Kantor Satuan Radar TNI Angkatan Udara


Biak
1. Waktu dan tempat pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabu, 09 September 2020
b. Pukul : 09.00 s.d. 10.45 WIT
c. Tempat : Kantor Satuan Radar TNI AU Biak
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti.

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
Kantor Satuan Radar TNI AU pada pukul 09.00 WIT dan diterima oleh
Kepala Kantor/ Komandan Satuan Radar 242 TNI AU Letkol (Komlek)
Joko Aprianto beserta jajaran staf.
b. Kasubdit Perencanaan Litbang selaku ketua tim pengumpulan data
penelitian menyampaikan,gambaran umum serta maksud dan tujuan dari
penelitian tentang “Penempatan Sensor Surveillance System Bakamla RI
Tahap II (LRC & CR)” di Biak.
1/11
c. Kepala Kantor Satuan Radar TNI AU (Dan Satrad 242) secara
prinsip mendukung penuh pelaksanaan kegiatan pengumpulan data
penelitian serta memberikan arahan dan masukan untuk dimasukkan ke
dalam penelitian.
d. Kunjungan ke Fasilitas dan Peralatan Radar TNI AU Biak.
e. Kunjungan ke Kantor Satuan Radar TNI AU selesai pada pukul
10.45 WIT dan tim bertolak ke tujuan berikutnya.

3. Hasil yang Diperoleh


a. Secara keseluruhan, Kantor Satuan Radar 242 TNI AU di Biak
terletak di wilayah Tanjung Barari, bagian ujung Timur di dalam Pulau
Biak yang menghadap langsung ke arah Selatan, Timur, dan Utara pulau
Biak;
b. Tanjung Barari memiliki kondisi demografi yang terletak di
ketinggian di atas rata-rata (50 m diatas permukaan air laut) dibandingkan
wilayah Pulau Biak lainnya;
c. Kondisi ketinggian tersebut menjadi salah satu faktor dibangunnya
Kantor Satuan Radar 242 TNI AU di wilayah tersebut pada Tahun 2005
dengan luas area sekitar 10 hektar yang diawaki oleh 80 personel secara
keseluruhan;
d. Tanjung Barari memiliki jarak tempuh mencapai 20 kilo meter atau
sekitar 1 jam dari pusat kota Biak, dengan kondisi akses jalan yang cukup
baik, namun demikian tidak tersedia fasilitas penunjang yang memadai di
wilayah Tanjung Barari seperti Rumah Sakit, sekolah, tempat beribadah,
pasar, listrik yang stabil, jaringan komunikasi dan internet, dan sarana
lainnya sehingga dapat memberikan dampak psikologis atau dampak
negatif lainnya pada personel Satuan Radar 242 TNI AU Biak;
e. Berdasarkan faktor tersebut, TNI AU tidak membangun fasilitas
akomodasi/mess yang melekat pada Kantor Satuan Radar, melainkan
dibangun di pusat kota Biak yang memiliki fasilitas dan sarana pendukung
yang lengkap dan memadai;
f. Kepala Satuan Radar 242 TNI AU Biak menyampaikan bahwa
Tanjung Barari merupakan lokasi yang sangat strategis apabila Bakamla
ingin menempatkan peralatan Maritime Surveillance System di wilayah
tersebut karena ketinggian dan posisinya yang mampu mengawasi
2/11
wilayah perairan sebelah Selatan, Timur dan Utara Biak yang berhadapan
langsung dengan Perairan Samudera Pasifik serta mengarah ke Selatan
perairan Pulau Biak yang berhadapan langsung dengan Pulau Serui.

Gambar 1. Peta lokasi wilayah Tanjung Barari, Biak Numfor, Provinsi Papua.

C. Pengumpulan Data Penelitian ke Kantor Bupati Biak Provinsi Papua


1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabu, 09 September 2020
b. Pukul : 12.00 s.d. 13.45 WIT
c. Tempat : Kantor Bupati Biak
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti

2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Bupati Biak pada pukul 11.45 WIT dan diterima oleh Asisten I
bidang Pemerintahan Bupati Biak (Bapak Hi Abdul Kahar);
b. Ketua Tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan yaitu dalam rangka
mengumpulkan data dan informasi penelitian terkait Penempatan Sensor
Surveillance System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR);
c. Diskusi dan foto Bersama;
d. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
13.45 WIT dan tim langsung bertolak ke tujuan berikutnya.

3/11
3. Data yang diperoleh
a. Asisten Bupati I menerima dan menyambut baik maksud dan
tujuan kedatangan tim dari Bakamla RI yang melakukan pengumpulan
data penelitian di Pulau Biak;
b. Asisten Bupati I yang mewakili Bupati Biak secara prinsip
mendukung penuh apabila di kemudian hari Bakamla akan menempatkan
peralatan MSS Bakamla RI di Pulau Biak;
c. Asisten Bupati I mengharapkan adanya Kerja Sama secara penuh
antara Pemerintah Kabupaten Biak dengan Bakamla RI di kemudian hari,
salah satunya pembentukan desa maritim Bakamla RI pada salah satu
desa pesisir di Pulau Biak;
d. Asisten Bupati I menyampaikan bahwa Tanjung Barari merupakan
lokasi yang cukup strategis apabila Bakamla hendak memasang
peralatan Maritime Surveillance System di kemudian hari. Adapun
alternatif lokasi lainnya yang cukup strategis yaitu terletak di wilayah
Kabupaten Supiori, yang merupakan pemekaran Kabupaten Biak-Numfor
dan terletak di bagian Barat Laut Kota Biak;
e. Apalagi Kabuapten Biak-Numfor merupakan Kabupaten di Provinsi
paling Timur Indonesia yaitu Provinsi Papua, adalah merupakan
Kabupaten terdepan dan berhadapan langsung dengan Samudera
Pasifik, sehingga menjadi sangat strategis apabila akan dibangun
perkantoran Bakamla dengan penempatan peralatan surveillance system
yang sampai dengan saat ini belum ada Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah yang memasang peralatan tersebut.
.
D. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian ke Pangkalan TNI AL
(Lanal) Biak, Provinsi Papua
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Rabu, 09 September 2020
b. Pukul : 14.00 s.d. 15.50 WITA
c. Tempat : Kantor Lanal Biak
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti

4/11
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Tim Pengumpulan data dan informasi Litbang Bakamla RI tiba di
kantor Lanal Biak pada pukul 14.00 WIT dan diterima oleh Komandan
Lanal Biak (Kolonel Laut (P) Dominggos Sidang Misalayuk) beserta
jajaran;
b. Ketua Tim Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian
menyampaikan, maksud dan tujuan kedatangan tim;
c. Diskusi dan tanya jawab terkait sistem teknologi serta sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh Lanal Biak;
d. Foto Bersama;
e. Kegiatan pengumpulan data dan informasi penelitian selesai pukul
15.50 WIT dan tim selesai melakukan kegiatan untuk kembali ke hotel.

3. Data yang diperoleh


a. Lanal Biak menerima dan menyambut baik maksud dan tujuan
kedatangan tim Litbang Bakamla;
b. Secara prinsip, Lanal Biak siap mendukung penuh apabila
Bakamla ingin memasang peralatan MSS Bakamla RI maupun
mendirikan kantor perwakilan baru (SPKKL) di Kota Biak;
c. Komandan Lanal Biak menawarkan lahan milik TNI AL Biak
apabila Bakamla ingin mendirikan kantor perwakilan baru (SPKKL) di
Kota Biak, karena terdapat gedung perkantoran yang tidak termanfaatkan
eks-Kogabwilhan III di Komplek Lanal Biak, namun dengan proses
administrasi berjenjang;
d. Komandan Lanal Biak menyarankan 2 lokasi yang cukup strategis
apabila Bakamla ingin memasang peralatan MSS di Pulau Biak yaitu
Tanjung Barari (bagian Timur, Tenggara di dalamPulau Biak) dan wilayah
Supiori (bagian Barat Laut di dalam Pulau Biak) untuk monitoring perairan
Utara Indonesia yang menghadap Samudera Pasifik;
e. Secara kemampuan, Lanal Biak maupun Gugus Keamanan Laut
(Guskamla) Biak belum dilengkapi dengan peralatan-peralatan
Surveillance yang memadai;

5/11
f. Adapun Lanal Biak maupun Guskamla Biak saat ini hanya
mengandalkan radio komunikasi dan radar pantai yang hanya mampu
menjangkau wilayah Selatan perairan Pulau Biak.

E. Peninjauan Lokasi Alternatif Penempatan Peralatan MSS Bakamla RI


1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari, Tanggal : Kamis,10 September 2020
b. Pukul : 10.00 s.d. 15.00 WIT
c. Tempat : Raja Tiga Adoki, Bosnik, dan Distrik
Bondifuar yang berbatasan dengan
Kabupaten Supiori
d. Tim yang terlibat : Kasubdit Perencanaan Litbang, JFT Peneliti,
Pembantu Peneliti.

2. Data yang Diperoleh


a. Raja Tiga Adoki merupakan salah satu lokasi yang berada di
wilayah Biak yang juga terletak cukup tinggi, walaupun tidak setinggi
Tanjung Barari;
b. Lokasi tersebut terletak tidak jauh dari jalan utama dan dekat
dengan pusat kota Biak, namun demkian apabila dipasangi peralatan
MSS Bakamla hanya mampu melakukan pengawasan di wilayah Selatan
perairan Biak;

Gambar 2. Peta lokasi Raja Tiga Adoki, Biak Numfor, Papua.


c. Lokasi alternatif berikutnya yaitu terletak di wilayah pantai Bosnik,
yang berada di dataran rendah, tepat di pinggir pantai Bosnik.
6/11
d. Lokasi tersebut juga terletak tidak jauh dari jalan utama dan dekat
dengan pusat kota Biak, namun demkian apabila dipasangi peralatan
MSS Bakamla hanya mampu melakukan pengawasan di wilayah Selatan
perairan Biak, khususnya perairan yang menghubungkan Pulau Biak
dengan Pulau Owi.

Gambar 3. Peta lokasi Pantai Bosnik, Biak Numfor, Papua


e. Di Kabupaten Supiori merupakan lokasi alternatif berikutnya yang
berada di bagian Barat Laut Pulau Biak dan merupakan daerah
administratif tersendiri sehingga terpisah dari Pemerintah Kabupaten
Biak;
f. Kabupaten Supiori dapat dijangkau melalui jalur darat dalam waktu
3 jam, untuk menuju Distrik Bondifuar Kabupaten Biak yang berbatasan
dengan Kabupaten Supiori akses jalan yang ada masih belum diaspal
secara keseluruhan, kondisi jalan yang bergelombang, jauh dari pusat
Kota Biak. Belum stabilnya listrik dan jaringan internet, serta belum
masifnya pembangunan di wilayah Distrik Bondifuar menjadi
pertimbangan apabila Bakamla akan meletakkan peralatan MSS maupun
kantor perwakilan baru di wilayah Distrik Bondifuar Kabupaten Biak
maupun di Kabupaten Supiori.

7/11
Gambar 4. Peta Lokasi Kabupaten Supiori, Biak Numfor, Papua

F. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan, secara
umum :
a. Pemangku kepentingan dan wewenang di laut di wilayah Pulau
Biak masih belum memiliki peralatan dan sistem maritime surveillance
yang memadai dan komprehensif. Terlebih, peralatan dan sistem yang
ada juga belum mampu mencakup jangkauan seluruh wilayah perairan
Biak. Secara kemampuan, saat ini hanya TNI AU Biak (Satrad 242
Tanjung Barari) yang dapat diasumsikan memiliki peralatan radar aerial
yang modern dan komprehensif, namun demikian belum mampu
mengawasi penerbangan diseluruh wilayah Biak;
b. Adapun TNI AL Biak saat ini masih mengandalkan radio
komunikasi dan radar pantai yang hanya menjangkau wilayah perairan
Selatan Pulau Biak;
c. Terkait penentuan lokasi pemasangan peralatan dan sistem MSS
Bakamla RI di wilayah Biak, telah dilakukan survei lokasi yang dapat
menjadi alternatif pilihan penempatan peralatan Surveillance System
Bakamla RI di kemudian hari, diantaranya Tanjung Barari, Pantai Bosnik,
Raja Tiga Adoki, dan perbatasan Kabupaten Biak dengan Kabupaten
Supiori di Distrik Bondifuar (gambar 1, 2, 3 dan 4);
d. Penentuan lokasi tersebut dilakukan dengan memperhatikan
beberapa faktor teknis dan non teknis diantaranya kondisi alam, kondisi

8/11
demografi, kontur tanah, ketinggian lokasi, akses jalan, kemudahan
jaringan listrik, komunikasi dan internet, serta sarana prasarana
pendukung meliputi rumah sakit, tempat ibadah, sekolah, pasar, sarana
rekreasi, dan sarana lainnya. Adapun kegiatan survei juga dilakukan
berdasarkan saran dan masukan dari Pemerintah Kabupaten Biak,
Komandan Satuan Radar TNI AU Biak, Komandan Pangkalan TNI AL
Biak, dan survei lokasi dengan mengunjungi lokasi serta informasi dari
penduduk disekitar lokasi.
.
2. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, wilayah Kabupaten Biak yang secara
administratif berada dalam naungan Provinsi Papua serta berhadapan langsung
dengan perairan Samudera Pasifik masih belum dipasangi peralatan MSS yang
memadai, selain peralatan dan teknologi yang telah dimiliki oleh Satuan Radar
TNI AU (Satrad 242) dan Lanal Biak. Namun demikian, peralatan yang ada
masih belum optimal dan maksimal dalam melakukan pengawasan wilayah
perairan Pulau Biak secara keseluruhan, khususnya wilayah yang menghadap
perairan Samudera Pasifik yang seringkali dilintasi oleh kapal-kapal asing
berukuran besar.

Terkait tujuan dari penelitian tentang “Penempatan Sensor Surveillance


System Bakamla RI Tahap II (LRC & CR)” di wilayah Pulau Biak, terdapat 1
(satu) lokasi yang cukup strategis dari 4 (empat) alternatif lokasi untuk dipasangi
peralatan MSS Bakamla RI, yaitu wilayah Tanjung Barari yang terletak di bagian
ujung Timur Pulau Biak. Lokasi Tanjung Barari tersebut berada di dataran tinggi
dan dapat menjangkau wilayah Selatan, Timur, dan Utara perairan Pulau Biak
yang berhadapan langsung dengan Perairan Samudera Pasifik dan wilayah
perairan yang menghubungkan Pulau Biak dan Pulau Owi. Selain itu, letaknya
yang tidak jauh dari pusat kota, tidak jauh dari sarana dan fasilitas pendukung,
serta akses jalan penghubung yang memadai juga menjadi pertimbangan dan
keunggulan dari Tanjung Barari dibandingkan ketiga alternatif lokasi lainnya.

Terlebih, Satuan Radar TNI AU Biak (Satrad 242) yang berada di Tanjung
Barari sejak Tahun 2005 juga menjadi faktor lainnya yang dapat memberikan
bantuan untuk menjadi penghubung komunikasi antara Bakamla dengan

9/11
penduduk lokal setempat apabila akan dipasang peralatan MSS Bakamla
maupun kantor perwakilan Bakamla RI di masa mendatang.

Demikian laporan ini disusun untuk menjadi periksa serta mohon


petunjuk.

Jakarta, 14 September 2020


Kepala Subdit Perencanaan Litbang

Waryoto, S.E
Kolonel Bakamla

10/11
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
” PENEMPATAN SENSOR SURVEILLANCE SYSTEM
BAKAMLA RI TAHAP II (LRC & CR)”
Kabupaten Biak, Provinsi Papua, 08 – 11 September 2020

Diskusi dengan Dan Satrad 242 Biak, 09/09/2020 Kunjungan ke Satrad 242 TNI AU Tanjung Barari 09/09/2020

Diskusi dengan Asisten I Bupati Biak, 09/09/2020 Kunjungan ke Bupati Biak, diterima Asisten I, 09/09/2020

Diskusi dengan Dan Lanal Biak, 09/09/2020 Kunjungan ke Lanal Biak, diterima Dan Lanal, 09/09/2020

11/11
12/11

Anda mungkin juga menyukai