Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TANGGUNG JAWAB HUKUM AKUNTAN PUBLIK

OLEH KELOMPOK 3
KELAS B

• (B1C120078) WA ODE RESKIA TRIANA NINGSIH


• (B1C120079) WA ODE YAMISA HALTI TUANI
• (B1C120080) WA ODE SITI ARSYI MASYITA
• (B1C120081) WAWAN KURNIAWAN
• (B1C120082) YETI PURNAMA
• (B1C120083) YUNIAR
• (B1C120084) ZUL YATIN
• (B1C120086) AGIEL CANDRAGALIH NURALIM
• (B1C120087) AHMAD FARIZMAN
• (B1C120088) ALFAN SEPTIAN
• (B1C120089) ALMIRA MIMI KANIA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu. Berikut ini penulis membuat makalah berjudul “Tanggung Jawab Hukum Akuntan
Publik”.

Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi tugas ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

21 Maret 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Hal


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3


A. Tuntutan Hukum yang dihadapi Akuntan Publik .............................. 3
B. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik .......................................... 4
C. Contoh Fraud di Indonesia dan Amerika Serikat ............................... 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 8


A. Kesimpulan............................................................................................... 8
B. Saraan ....................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu laporan keuangan yang telah diaudit akan lebih mempunyai nilai
kepercayaan di mata para pemakai informasi jika dibandingkan dengan laporan keuangan
yang tidak diaudit. Dalam hal ini terjadi suatu expectation gap antara pengguna laporan
keuangan yang pengguna laporan keuangan yang telah diaudit untuk telah diaudit untuk
mendapatkan informasi yang mendapatkan informasi yang memadai atas laporan
keuangan, namun di sisi lain adanya keterbatasan dalam audit ya keterbatasan dalam
audit yang dihadapi oleh akuntan publik.

Akuntan publik dalam melaksanakan auditnya akan selalu menghadapi risiko


dimana laporan keuangan dianggap wajar, tetapi kemudian pada kenyataannya pendapat
tidak wajar bisa diterbitkan karena ada kesalahan material yang mempengaruhi
keputusan pengguna laporan keuangan . Untuk itu, setidak-tidaknya seorang akuntan
publik harus berpegang teguh pada standar profesi dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Perihal penegakan hukum profesi terhadap tanggung-jawab
akuntan publik menjadi hal yang sangat penting pada saat ini, hal ini didapat dilihat dari
lingkup akibat yang disebabkan ataupun pencegahan untuk terjadinya kasus-kasus audit
yang lebih besar, bukan tidak mungkin kasus Enron yang menggemparkan pasar modal
yang terjadi di Amerika dapat terj modal yang terjadi di Amerika dapat terjadi di Indo
adi di Indonesia.

Tugas dan kewajiban akuntan publik diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP), manakala akuntan publik tidak mentaatinya disitulah
terjadinya pelanggaran oleh pelanggaran oleh akuntan akuntan publik. Dalam publik.
Dalam lingkup inil lingkup inilah penulis ah penulis bermaksud bermaksud untuk lebih
jauh melihat permasalahan yang ada, di mana dalam lingkup ini penulis akan menekankan
tinjauan dari sudut hukum yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
1. Tuntutan Hukum yang dihadapi Akuntan Publik
2. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik
3. Contoh Fraud di Indonesia dan Amerika Serikat

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tuntutan Hukum yang dihadapi Akuntan Publik
2. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik
3. Untuk mengetahui Contoh Fraud di Indonesia dan Amerika Serikat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tuntutan Hukum yang dihadapi Akuntan Publik


Profesi Akuntan Publik di seluruh dunia merupakan profesi yang menghadapi
risiko yang sangat tinggi. Hampir semua akuntan publik menyadari bahwa mereka harus
memberikan jasa profesionalnya sesuai dengan standar profesional akuntan public,
mentaati kode etik akuntan publik dan memiliki standar pengendalian mutu. Jika tidak,
akuntan publik bisa salah dalam memberikan opini karena memberikan opini Wajar
Tanpa Pengecualian padahal laporan keuangan mengandung salah saji material (ini
disebut audit failure). Sejak terjadinya kasus Enron, World Comp, Xerox dan lain-lain
yang menyebabkan ditutupnya KAP Arthur Anderson, kepercayaan masyarakat terhadap
profesi akuntan publik menurun drastis.
Di Amerika dikeluarkan Sarbanes Oxley Act untuk mencegah terulangnya kasus
serupa. Indonesia pun tidak mau ketinggalan, saat ini sudah dikeluarkan Undang-Undang
Akuntan Publik Nomor 5 Tahun 2011 Tanggal 3 Mei 2011 yang salah satu pasalnya
menyebutkan akuntan publik bisa dikenakan sanksi pidana jika terbukti lalai dalam
menjalankan tugasnya dan terbukti terlibat tindak pidana.
Bapepam LK (sekarang OJK) dan PPAJP Departemen Keuangan (sekarang PPPK
Kementerian Keuangan) pun membuat berbagai aturan, antara lain menyangkut
independensi akuntan publik, pembatasan jangka waktu pemberian jasa audit (tahun
untuk Akuntan Publik dan 6 tahun untuk KAP yang memiliki lebih dari satu partner).
Seorang akuntan publik dibatasi pemberian jasa audit atas laporan keuangan
historis terhadap suatu entitas paling lama 5 tahun buku berturut-turut. Setelah 2 tahun
berturut-turut akuntan publik tidak memberikan jasa audit atas entitas yang sama.
Akuntan Publik tersebut dapat memberikan kembali jasa audit terhadap entitas tersebut,
maka berdasarkan PP 20/2015 tidak ada pembatasan lagi untuk Kantor Akuntan Publik.
Akuntan publik bisa dituntut secara hukum oleh klien jika tidak bisa memenuhi
kontrak yang dibuat dengan klien atau tidak hati-hati (lalai) dalam memberikan jasa
profesionalnya.
Menurut Arens (2017:139) : Profesional audit memiliki tanggung jawab
berdasarkan hukum umum untuk memenuhi kontrak tersirat atau tersurat dengan klien.
Mereka bertanggung jawab kepada klien mereka atas kelalaian dan/atau pelanggaran

3
kontrak jika mereka gagal memberikan layanan atau tidak berhati-hati dalam kinerja
mereka.
Tuntutan hukum juga bisa terjadi karena business failure, audit failure, dan audit
risk. Business failure terjadi manakala perusahaan tidak kewajibannya atau tidak bisa
memenuhi harapan investor karena kondisi ekonomi mampu atau bisnis yang
memberatkan. Audit failure terjadi manakala akuntan publik memberikan opini yang
salah karena gagal mematuhi apa yang diatur dalam standar auditing. Audit risk adalah
risiko bahwa akuntan publik menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar dan memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian padahal dalam kenyataannya
laporan keuangan mengandung salah saji material.

B. Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik


Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik
dalam memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang
bersifat pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK
No.17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa sanksi peringatan,
sanksi pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam
pasal 62, pasal 63, pasal 64 dan pasal 65.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan
dalam hal seorangAkuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam SPAP dantermasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI,
serta juga melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
berhubungan dengan bidang jasayang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang
terus dilakukan walaupun telah mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun
tindakan-tindakan yang menentang langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya
dugaan pelanggaran profesionalisme akuntan publik.

4
Tanggung jawab hukum akuntan publik terjadi jika timbul kelalaian atau akuntan
publik tersangkut fraud. Jenis pelanggaran dapat dibedakan menjadi:
• Ordinary negligence (kesalahan ringan, manusiawi, tidak disengaja) ini merupakan
pelanggaran ringan.
• Gross negligence (kesalahan agak berat, harusnya tidak terjadi jika menerapkan due
professional care).
• Constructive fraud (pelanggaran berat, akuntan publik terlibat secara langsung atau
tidak langsung membantu dalam fraud yang dilakukan manajemen).
• Fraud (pelanggaran sangat berat, akuntan publik secara sadar terlibat bersama
manajemen dalam melakukan fraud).

Di Indonesia, tuntutan hukum bisa berasal dari :


• Klien
• (Calon) investor
• Bapepam-LK (sekarang OJK)
• PPAJP-Departemen Keuangan (sekarang PPPK Kementerian Keuangan)
• Bank Indonesia
• Pengguna Laporan Keuangan

Sanksi yang diberikan PPPK Kementerian Keuangan bisa dalam bentuk peringatan
tertulis, penghentian sementara pemberian jasa akuntan publik atau, usulan kepada
Menteri Keuangan untuk pencabutan izin praktik akuntan publik tergantung berat atau
ringannya pelanggaran. Sanksi yang diberikan OJK dalam bentuk peringatan tertulis,
larangan pemberian jasa di pasar modal. Pihak lainnya (klien, investor BI, pengguna
laporan keuangan) bisa mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan jika merasa
dirugikan.
Dengan adanya Undang-Undang Akuntan Publik tahun 2011, Akuntan Publik yang
belum terbukti melakukan tindak pidana bisa dijatuhi hukuman penjara atau denda milyar
dan rupiah. Beberapa hal yang bisa dilakukan akuntan publik untuk menghindari tuntutan
hukum antara lain:
• Jangan sembarang menerima klien, pilih klien yang memiliki integritas.
• Pilih audit staf yang qualified dan memiliki integritas.
• Pertahankan independensi (in fact, in appearance, dan in mind).

5
• Patuhi standar auditing, kode etik akuntan publik.
• Miliki dan taati standar pengendalian mutu.
• Pahami betul bisnis klien.
• Lakukan audit yang berkualitas.
• Dukung laporan audit dengan kertas kerja yang lengkap.
• Untuk setiap penugasan harus ada kontrak kerja (engagement letter).
• Dapatkan surat pernyataan langganan sebelum mengeluarkan audit report
• Jaga data confidential client

C. Contoh-Contoh Fraud di Indonesia dan Amerika Serikat

1. Contoh fraud di Indonesia

Poles Laporan Keuangan oleh Garuda Indonesia


PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengklaim mencatatkan kinerja keuangan
cemerlang pada 2018 lalu, dengan laba bersih US$ 809 ribu atau sekitar Rp 11,33
miliar. Namun dua komisaris perusahaan menolak menandatangani laporan
keuangan karena menduga ada kejanggalan pencatatan transaksi demi memoles
laporan keuangan tahunan 2018. Dua komisaris tak sepakat dengan salah satu
transaksi kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi, perusahaan rintisan
(startup) penyedia teknologi wifi on board, yang dibukukan sebagai pendapatan oleh
manajemen.
Kronologinya, Mahata bekerja sama secara langsung dengan PT Citilink
Indonesia, anak usaha Garuda Indonesia yang dianggap menguntungkan hingga US$
239,9 juta. Dalam kerja sama itu, Mahata berkomitmen menanggung seluruh biaya
penyediaan, pemasangan, pengoperasian, dan perawatan peralatan layanan
konektivitas. Pihak Mahata sebenarnya belum membayar sepeserpun dari total
kompensasi yang disepakati hingga akhir 2018, namun manajemen tetap mencatat
laporan itu sebagai pendapatan kompensasi atas hak pemasangan peralatan layanan
konektivitas dan hiburan dalam pesawat.
Sampai pada akhirnya, laporan keuangan Garuda Indonesia menorehkan laba
bersih. Namun, hal itu terendus oleh pihak regulator. Pada akhirnya, Bursa Efek
Indonesia (BEI) memberikan peringatan tertulis III dan mengenakan denda sebesar

6
Rp 250 juta kepada Garuda Indonesia, serta menuntut perusahaan untuk
memperbaiki dan menyajikan laporan keuangan. Tak hanya itu, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mengenakan denda masing-masing sebesar Rp 100 juta kepada
Garuda Indonesia dan seluruh anggota direksi. OJK juga mewajibkan perusahaan
untuk memperbaiki dan menyajikan kembali laporan keuangan 2018.
Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), OJK membekukan Surat Tanda Terdaftar
(STTD) selama 1 tahun kepada KAP Kasner Sirumapea. Di sisi lain, Kementerian
Keuangan juga membekukan izin terhadap AP Kasner Sirumapea selama 12 bulan.
Skandal keuangan yang dialami Garuda Indonesia ini merupakan contoh kasus
kecurangan laporan keuangan atau fraud jenis Fraudulent Statements.

2. Contoh fraud di Amerika Serikat

Facebook dan Google Fraud US$ 122 Juta


Esvaldas Rimasauskas, didakwa melakukan tindak kejahatan pencurian
identitas, penipuan finansial, dan pencucian uang sepanjang 2013-2015. Pria asal
Lithuania itu melakukan penipuan terhadap dua perusahaan teknologi raksasa asal
Amerika Serikat (AS), Facebook dan Google. Pria berusia 50 tahun tersebut
melakukan penipuan dengan total kerugian mencapai US$ 122 juta. Masing-masing
Facebook US$ 99 juta dan Google US$ 23 juta. Esvaldas melancarkan aksinya
dengan metode Business Email Compromise (BEC).
Ia mengirimkan tagihan kepada kedua perusahaan menggunakan email
beridentitas Quanta Computer, perusahaan manufaktur di Taiwan, lengkap dengan
dokumen dan surat kontrak yang dipalsukan. Facebook dan Google percaya tagihan
itu dan mengirimkan uang. Namun pada 2017, aksi itu ketahuan dan Esvaldas
akhirnya dijatuhi hukuman. Fraud dengan metode BEC ini disebut-sebut tak hanya
dialami oleh Facebook dan Google.
Berdasarkan data FBI, total kerugian yang dialami perusahaan di seluruh dunia
melalui penipuan BEC mencapai US$ 12,5 miliar. Modus operandi yang dilakukan
umumnya ialah membajak email dan mengirimnya seakan asli dari mitra bisnis
perusahaan. Kasus fraud yang dialami Facebook dan Google ini merupakan salah
satu contoh kasus fraud jenis Aset misappropriation.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi Akuntan Publik di seluruh dunia merupakan profesi yang menghadapi
risiko yang sangat tinggi. Hampir semua akuntan publik menyadari bahwa mereka harus
memberikan jasa profesionalnya sesuai dengan standar profesional akuntan public,
mentaati kode etik akuntan publik dan memiliki standar pengendalian mutu.
Begitu pentingnya keberadaan dari seorang Akuntan Publik sebagai perwakilan
dari kepentingan publik dalam suatu aktivitas perekonomian, yang tidak saja melibatkan
pelaku-pelaku bisnis pribadi akan tetapi juga melibatkan negara untuk suatu jangkauan
serta konsekuensi aktivitas dan hukum komersial yang berskala nasional maupun
internasional.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat beberapa kesalahan baik dari segi isi
maupun tulisan. Untuk itu saya sebagai penulis memohon maaf apabila pembaca merasa
kurang puas dengan hasil makalah ini. Kritik serta saran diharapkan agar dapat
memperbaiki kesalahan yang ada demi terwujudnya makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2018. Buku Auditing. Jakarta:Salemba Empat.

Contoh Kasus Fraud Laporan Keuangan yang Merugikan Perusahaan (jurnal.id)

https://www.hukumonline.com/berita/a/kewajiban-dan-tanggung-jawab-hukum-akuntan-
publik-hol21999?page=2

Anda mungkin juga menyukai