Anda di halaman 1dari 19

KONSEP & SYARAT-SYARAT HUKUM UTAMA MENGENAI KEWAJIBAN AKUNTAN

SEBAGAI DASAR MEMPELAJARI KEWAJIBAN HUKUM PADA AUDITOR

Disusun guna memenuhi Tugas Pengauditan 1

Dosen pengampu : Febrian Kwarto, Dr. SE, M.Akt.,Ak.,CA.,ACPA

Disusun Oleh:

Ria Mita Hatul Huda – 43221010012

Raka Aldrean Erdhitya – 43221010156

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

TAHUN 2023
DAFTAR ISI
BAB 1 ............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 4
1.3 TUJUAN MASALAH...................................................................................................... 4
BAB 2 ............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
2.1 DEFINISI DAN KONSEP ............................................................................................... 5
2.2 Kewajiban Terhadap Klien Menurut COMMON LAW ................................................... 6
2.3 Kewajiban Terhadap Pihak Ketiga (Nonklien) Menurut Common Law .......................... 8
2.4 Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Menurut Federal Securities Act ................................ 10
2.5 Kewajiban Kriminal ....................................................................................................... 14
2.6 Tanggung Jawab Untuk Menemukan Kecurangan ......................................................... 14
2.7 Tanggung Jawab Terhadap Tindakan Melawan Hukum (Ilegal) .................................... 17
2.8 Melindungi Akuntan Publik Individual Dari Kewajiban Hukum .................................. 18
Seorang auditor yang berpraktik juga dapat pula mengambil tindakan tertentu untuk
meminimalkan kewajibannya. Beberapa dari yang umum itu adalah sebagai berikut: ............ 18
BAB 3 ........................................................................................................................................... 19
PENUTUP..................................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 19
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kita hidup di masyarakat hukum. Saat ini auditor patut berhati-hati karena setiap
tindakan tidak terlepas apakah hal itu benar atau salah dapat dipersoalkan secara hukum dan
mungkin menimbulkan kerugian yang substansial.
Apabila suatu perusahaan yang sedang diaudit sedang proses menuju kebangkrutan
(kesulitan keuangan) maka pihak investor, kreditor, dan badan pengawas akan
mempertimbangkan siapa yang akan digugat atas kerugian tersebut. Dan apabila perusahaan
tidak dapat membayarnya maka auditor, pengacara, dan direktur akan menjadi target yang
menggiurkan untuk dikenakan tuntutan hukum.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara
hukum.
Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan
publik dapat menarik perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan
dengan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor. Pemahaman terhadap hukum
tidaklah mudah mengingat pemahaman tersebut menuntut suatu kesadaran dari perilaku-
perilaku yang terlibat di dalamnya dan juga adanya kemungkinan interpretasi yang berbeda-
beda terhadap keberadaan suatu hukum.
Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-perilaku yang
terlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah menjadi kewajiban yang
nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum. Suatu pemahaman yang baik
terhadap hukum akan membawa profesi akuntan publik ke dalam praktek-praktek yang sehat,
yang dapat meningkatkan performance dan kredibilitas publik yang lebih baik. Sebaliknya
apabila akuntan publik kurang memahaminya pada iklim keterbukaan di era reformasi seperti
sekarang ini maka akan dapat membawa perkembangan fenomena ke dalam konteks yang
lebih luas pada publik yang sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum terhadap berbagai
profesi termasuk profesi akuntan publik.
Dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang akuntan publik adalah
bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang
diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor.
Untuk itu dalam makalah ini, pemakalah menulis tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kewajiban hukum yang harus diperhatikan dan ditaati oleh akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Definisi Dan Konsep Hukum
2. Kewajiban Terhadap Klien Menurut COMMON LAW
3. Kewajiban Terhadap Pihak Ketiga (Nonklien) Menurut Common Law
4. Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Menurut Federal Securities Act
5. Kewajiban Kriminal
6. Tanggung Jawab Untuk Menemukan Kecurangan
7. Tanggung Jawab Terhadap Tindakan Melawan Hukum (Ilegal)
8. Melindungi Akuntan Publik Individual Dari Kewajiban Hukum

1.3 TUJUAN MASALAH


1. Untuk Mengetahui Apa itu Definisi Dan Konsep Hukum
2. Agar Mengetahui Apa itu Kewajiban Terhadap Klien Menurut COMMON LAW
3. Agar Mengetahui Kewajiban Terhadap Pihak Ketiga (Nonklien) Menurut Common
Law
4. Untuk Mengetahui Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Menurut Federal Securities Act
5. Kewajiban Kriminal
6. Tanggung Jawab Untuk Menemukan Kecurangan
7. Tanggung Jawab Terhadap Tindakan Melawan Hukum (Ilegal)
8. Melindungi Akuntan Publik Individual Dari Kewajiban Hukum
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI DAN KONSEP
ada beberapa hal konsep hukum yang merupakan hal yang penting dalam pembahasan
pada materi yang saya bawakan hari ini yaitu :

1. Hubungan Kontrak ( privity of contract )


Merupakan hubungan antara 2 pihak atau lebih yang menimbulkan tanggung jawab
kontraktual. Lalu dalam konteks auditing, CPA dan klien memiliki sebuah hubungan
kontrak yang biasanya ditetapkan oleh suatu kontrak yang disebut sebagai surat
penugasan (engagement letter). Tetapi biasanya pihak ketiga seperti investor dan kreditor
bukan merupakan yg tercakup dalam kontrak dan tidak memiliki hubungan kontrak.
2. Penggunaan Profesionalisme (due profesional care)
Merupakan pelaksanaan, termasuk pelaporan, atas suatu penugasan profesional dengan
tingkat kemahiran, kompetensi, pelaporan. Dan pengalam yang umumnya dimiliki oleh
anggota profesi akuntan dan yang disyaratkan oleh standar profesional.
3. Kelalaian (neglience)
Merupakan suatu kegagalan CPA dalam melakukam dan melaporkan penugasan audit
karena tidak menggunakan profesionalisme dan kompetensinya sebagai seorang auditor
yg bijaksana dan berhati-hati (prudent auditor), maka seorang CPA akan dianggap lalai
bila ia gagal untuk melakukan apa yang semestinya dilaksanakan atau tdk dilaksanakan
oleh seorang auditor yg bijaksana dan berhati-hati.
4. Kelalaian Yang Disengaja (gross neglience)
Atau yang biasa disebut dengan kesembronoan atau kecurangan terencana dan hal ini
merupakan kejadian besar tentang kelalaian yang mencolok atau kesembronoan atas
standar kemahiran dan hal ini bisa disebut dengan audit yang buruk dan kurangnya dasar
yang masuk akal untuk dipercaya.
5. Penipuan (fraud)
Jadi hal ini bisa terjadi apabila CPA mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan tsb
dan dimana ia mengetahui bahwa laporan tersebut salah. Hal ini berbeda dengan kelalaian
yang disengaja krn tidak hanya kurang dukungan yang layak untuk dipercaya ttp juga
mengetahui kepalsuan maupun niat untuk mencurangi klien atau pihak ketiga. Hal ini
menyangku dengan penyajian yang salah, mengetahui kesalahan dan berniat mencurangi,
memiliki niat mempengaruhi kepercayaan, dan menimbulkan kerugian

2.2 Kewajiban Terhadap Klien Menurut COMMON LAW


Gugatan yang diajukan kepada auditor oleh klien itu dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kasus dimana klien secara terus menerus mengalami sebuah kerugian karna berpatokan
pada laporan keuangan yang penyajiannya salah secara material
2. Kasus dimana auditor gagal menemukan suatu penggelapan. Contohnya ialah seorang
auditor dituntut oleh klien dikarnakan melaporkan laba yang terlalu tinggi sehingga
klien membayarkan dividen yang seharusnya tidak dibayarkan dan auditor gagal
menemukan penggelapan yang dilakukan oleh pihak pembukuan tepat pada waktunya.

Dan dalam melakukan tuntutan kepada auditor, klien dapat mendasarkan tindakannya pada
pelanggaran kontrak, pada kesalahan (tort), atau keduanya. Suatu tuntutan yang berdasarkan
kontrak itu didasarkan atas kesepakatan antara auditor dengan klien (hubungan kontrak) dan
atas dugaan yang kuat bahwa auditor telah melanggar kesepakatan.

Standar Penggunaan Profesionalisme

Klien tidak dibenarkan berharap agar CPA bebas dari berbuat salah/keliru, tetapi klien
dapat berharap agar CPA bertindak secara teliti dan kompeten. Dan klien yang membeli jasa
(misalnya audit, penelaahan, atau kompilasi) dari CPA, tidak terbebas dari segala risiko. CPA
bertanggung jawab untiik menggunakan kemampuan dan keahlian yang memadai seperti yang
dilakukan oleh CPA lainnya, terhadap fakta dan keadaan yang sama. Sebagai contoh, jika
penugasan audit menghendaki keahlian khusus dalam mengaudit transaksi keuangan yang
kompleks, maka auditor harus memiliki atau mengembangkan keahlian tersebut atau
berkonsultasi dengan spesialis yang memiliki keahlian yang dibutuhkan.

Tanggung Jawab Memberikan Bukti dan Pembelaan

Jadi berikut ini harus ditetapkan oleh klien, sebagai pihak penuntut, untuk berhasil
dalam suatu gugatan hukum berdasarkan kesalahan (tort) atau kontrak, terhadap seorang CPA,
dengan dalih :
1. Auditor telah menerima penugasan (misalnya, tugas mengaudit laporan keuangan
tertentu).
2. Auditor telah melanggar penugasan (misalnya, gagal menyerahkan laporan audit pada
tanggal yang telah disepakati).
3. Klien menderita kerugian (misalnya, pembeli usaha klien batal melakukan pembelian
karena tidak adanya laporan keuangan yang telah diaudit).
4. Terjadi hubungan sebab akibat yang erat antara pelanggaran yang dilakukan oleh auditor
dengan kerugian yang diderita klien (sebagai contoh, klien terpaksa menjual usahanya
kepada pembeli lain dengan harga $100.000 lebih murah daripada yang disanggupi oleh
calon pembeli pertama).

Ketika melakukan pembelaan terhadap tuntutan Klien, auditor dapat menggunakan


salah satu atau lebih dari alasan-alasan berikut:

1. Audit telah dilakukan dengan tingkat ketelitian dan keahlian yang memadai serta telah
dilakukan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum. (Akan tetapi, perhatikan
bahwa CPA yang melanggar standar auditing yang berlaku umum tidak bertanggung jawab
menurut common law. Sebagai contoh, klien mungkin bisa memberikan bukti pelanggaran
yang menyebabkan kerugian).
2. Kelalaian yang dilakukan oleh klien merupakan faktor yang memberikan andil terhadap
kerugian klien. Pembelaan atas kelalaian yang dilakukan oleh klien tidak dapat digunakan
sebagai pembelaan atas pelanggaran kontrak, tetapi hal itu mungkin ditimbulkan ole
kesalahan dalam beberapa keadaan. Kecenderungan terkini dalam sebagian besar keadaan
adalah pembelaan atas kelalaian komparatif atau proporsional di mana pengadilan
mengalokasikan total kerugian di antara klien dengan CPA berdasarkan kesalahan relatif
yang dilakukan masing-masing.
3. Tidak terdapat hubungan sebab akibat antara kerugian klien dengan, tindakan CPA

Hak-hak Subrogess

Terdapat hal-hal yang dapat digali dalam common law bahwa hak klien dapat
dilimpahkan atau disubrogasikan (dialihkan) ke pihak ketiga, seperti perusahaan asuransi atau
perusahaan pengikat, pihak penerima yang mengambil alih usaha kien yang mengalami
kesulitan bisnis insolun, atau trustee kepailitan. Sebagai contoh, perusahaan asuransi yang
mengganti uang klien karena penggelapan yang dilakukan ole pegawai mempunyai hak
hukum yang sama sebagaimana ia berhak atas kompensasi. Oleh karena itu, jika laporan
keuangan klien telah diaudit dan CPA tidak menemukan penggelapan karena kelalaian atau
pelanggaran kontrak, sebagai subrogee (pihak penangguag/perusahaan asuransi) harus
mengganti kerugian yang telah dibayar CPA kepada klien.

2.3 Kewajiban Terhadap Pihak Ketiga (Nonklien) Menurut Common Law


Sebagian besar tuntutan hukum pihak ketiga menggugat auditor terjadi ketika pihak ketiga
memberi pinjaman atau melakukan investasi dalam bisnis berdasarkan laporan audit CPA,
padahal laporan keuangan yang diaudit dinyatakan terlalu tinggi atas posisi keuangan atau
hasil operasi klien. Lalu pihak ketiga mengklaim bahwa pihak CPA telah melakukan kelalaian,
kelalaian yang disengaja, atau kecurangan dalam pelaksanaan auditnya.
Lalu pihak ketiga yang bukan subrogee (seseorang yang mempunyai hak untuk
menggantikan orang lain dengan cara subrogasi) itu hanya dapat menuntut berdasarkan
kesalahan dan bukan berdasarkan pelanggaran kontrak, dan pihak ketiga itu harus
membuktikan unsur yang serupa yang harus dibuktikan oleh klien terhadap tuntutan tsb. Dan
unsur itu berupa tanggung jawab atas ketelitian, pelanggaran atas tanggung jawab tersebut,
kerugian yang diderita, dan hubungan sebab akibat antara pelanggara yang dilakukan oleh
CPA dengan kerugian yang diderita pihak ketiga.
Jika pihak ketiga dapat membuktikan unsur tsb di setiap negara bagian AS, maka ia akan
dapat ganti rugi, akan tetapi jika untuk ganti rugi ke pihak ketiga melalui pembuktian kelalaian
akan lebih kompleks dan beragam. Dan hingga akhir tahun 1960 CPA menurut common law
itu hanya bertanggung jawab kepada kliennya atas kelalaian saja, hal ini merupakan penerapan
hukum inggris kuno yang menyatakan bahwa yang bukan merupakan pihak dalam kontrak
yaitu orang yang tidak ada hubungan kontrak tidak berhak menerima ganti rugi akibat
tindakan kelalaian.

Pengamatan tentang Kewajiban Pihak Ketiga

Jadi beberapa bagian negara yang mengikuti kaidah Ultramares itu menimbulkan kesulitan
bagi pihak ketiga yg tidak terlibat kontrak untuk dapat ganti rugi akibat kelalaian auditor. Tapi
ketika dalam menginterpretasikan Utramares keputusan Credit Alliance (perusahaan kredit)
itu menetapkan bahwa jika auditor mengetahui pihak ketiga berdasarkan nama dan tindakan
eksplisit yang me-nunjukkan kepedulian pada pihak ketiga pengguna laporan kuangan untuk
tujuan tertentu, pihak ketiga meskipun tidak terlibat dalam kontrak dapat menuntut auditor
atas kelalaian yang dilakukannya.

Negara-negara bagian lainnya mengikuti doktrin Restatement of Torts dan berpegangan


bahwa jika pihak ketiga tidak terlibat dalam kontrak tetapi merupakan bagian dari golongan
pengguna yang diduga, maka auditor mungkin bertanggung jawab atas kelalaian. Golongan
pengguna yang diduga (foreseen class of users) didefinisikan sebagai kelompok dalam jumlah
tertentu, yang kadangkala sangat banyak, yang secara khusus ditetapkan oleh auditor
berdasarkan golongan atau kelas, tampa perlu mengetahuinya secara individual. Akan tetapi,
harus diperhatikan bahwa pengadilan yang mengadopsi doktrin Restatement of Tort telah
mencapai hasil yang berbeda tentang lingkup kaidah. Beberapa pengadilan telah
menginterpretasikan doktrin tersebut secara sempit, yang mengharuskan penuntut untuk
membuktikan bahwa CPA sungguh-sungguh mengetahui tuntutan tertentu. Pengadilan lainnya
yang telah mengadopsi interpretasi yang lebih luas atas kaidah tersebut berpandangan bahwa
kewaliban tidak terbatas pada tuntutan yang diajukan oleh mereka yang. sungguh-sungguh
diketahui CPA; bahkan, kewajiban CPA diperluas kepada orang-orang, yang pada saat laporan
audit diterbitkan, harus diperkirakan secara layak untuk irenerima atau mengandalkan
informasi.

Akhirnya, pada perkembangan terakhir beberapa negara bagian mengikuti doktrin Rosenblum
dan beipendapat bahwa auditor bertanggung jawab kepada pihak ketiga yang dapat diduga
yang menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit dalam pengambilan keputusan bisnis.
Di negara-negara bagian in, pihak ketiga dapat berasal davi angsota golongan yang diduga
atau dapat diduga yang lebih luas. Golongan pengsuna yang dapat diduga (foreseeable class
of users) bisa merupakan sejumlah orang yang sangat banyak, yang tidak tridentifikasi sebagai
orang atau golongan tertentu dalam suatu transaksi khusus.

Hingga keputusan Credit Alliance diambil, semakin jelas bahwa common law cenderung
menjauh dari Ultramares. Namun pada saat ini, kecenderungan tersebut telah berubah secara
terus-menerus karena Credit Alliance, dan sulitnya meramalkan hukum apa yang akan
diberlakukan pada suatu negara bagian, khususnya di negara hagian yang dak memiliki aturan
mengenai kasus yang melibatkan kelalaian auditor kepada pihak ketiga.

2.4 Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Menurut Federal Securities Act


Securities Act tahun 1933 (1933 Act) dan Securities Exchange Act tahun 1934 (1934 Act)
secara substansial meningkatkan kewajiban CPA kepada pihak ketiga hingga melebihi lingkup
yang ditetapkan dalam common law. Undang-undang in dikeluarkan oleh Securities and
Exchange Commission (SEC), yaitu sebuah badan pemerintah federal. Undang-undang in
dimaksudkan untuk membuat investor dapat memperoleh secara penuh dan wajar posisi
keuangan serta laba semua perusahaan yang sekuritasnya diperdagangkan kepada publik.
Perusahaan-perusahaan yang menawarkan sekuritas baru untuk dijual pada bursa saham
diharuskan untuk mendaftarkan pada SEC. Pada saat pendaftaran pertama dan selanjutya
secara tahunan, perusahaan diminta untuk menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit
kepada SEC. tetapi, SEC tidak menjamin atau bertanggung jawab atas kewajaran laporan
keuangan tersebut. Tanggung jawab tetap berada pada pendaftar dan akuntan independen yang
mengaudit laporan keuangan.

Persyaratan Independensi dan Pendapat SEC

AICPA telah mengeluarkan peraturan inde-pendensi dan interpretasi yang ekstensif mengenai
independensi. Akan tetapi, SEC tidak menggunakan secara eksklusif peraturan-peraturan
tersebut karena telah meng-gunakan peraturan independensi dan interpretasinya sendiri.
Peraturan SEC secara substansial serupa dengan yang dimiliki oleh AICPA kecuali untuk
empat hal berikut. SEC

1. Melarang penyusun laporan keuangan dan jasa profesi sejenis untuk melakukan audit
kepada klien
2. Memiliki persyaratan yang lebih keras mengenai hubungan bisnis antara akuntan dan klien
3. Melarang hubungan bisnis dengan akuntan klien dan pimpinan, direktur, serta pemegang
saham utama.
4. Memiliki peraturan yang lebih keras berkaitan dengan kegiatan partner yang telah pensiun
Keunikan SEC lainnya berkaitan dengan jenis pendapat audit yang dapat diterima.
SEC biasanya tidak menerima pendapat auditor dengan pengecualian (misalnya, karena
pembatasan lingkup audit atau pengecualian yang disebutkan oleh pensimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum), pendapat tidak wajar, atau menolak memberikan pendapat.

The 1933 Act (bagian 11)

Securities Act tahun 1933 itu mengatur tentang penawaran perdana dan penjualan sekuritas
melalui pos serta bentuk lain dari perdagangan antarnegara bagian. Tujuan utama dari UU
tahun 1933 adalah untuk mempromosikan pengungkapan penuh dan wajar serta untuk
mencegah salah saji akibat kecurangan. UU tahun. 1933 mengharuskan perusahaan
menyerahkan laporan pendaftaran, termasuk prospektus, kepada SEC sebelum penjualan
sekuritas utama, kecuali penjualan itu dikualifikasikan secara lain. Penjualan dilakukan
perusahaan penerbit. UU tahun 1933 tidak berlaku atas penjualan yang dilakukan oleh satu
pemegang saham kepada pemegang saham yang lain. Bagian 11 (a) dari UU 1933 menetapkan
bahwa akuntan bertanggung jawab atas pembelian sekuritas yang mengandung kesalahan
material dalam bagian laporan registrasi atau pendaftaran di mana CPA bertanggung jawab.

Setiap pembeli sekuritas dapat menuntut CPA menurut Bagian 11(a). tetapi, pembeli harus
membuktikan sekuritas tersebut merupakan bagian dari penawaran lembar saham yang
tercakup dalam laporan registrasi dan bahwa laporan registrasi itu salah atau menyesatkan
atau mengabaikan informasi material yang harus diikutsertakan. Penuntut atau pembeli tidak
memiliki tanggung jawab untuk membuktikan bahwa CPA telah lalai atau berlaku curang atau
bahwa laporan keuanganlah yang menyebabkan kerugian. Dengan kata lain, CPA harus
membuktikan bahwa ia tidak melakukan penipuan atau kecurangan, atau yang menyebabkan
pembeli menderita kerugian adalah sesuatu yang berada di luar lingkup laporan keuangan.

Pembelaan Yang Dapat Dilakukan

Bagian 11(a) adalah klausa kewajiban yang paling berat di Amerika Serikat berkaitan dengan
akuntan karena ini membebankan tanggung jawab kepada CPA, pihak tergugat untuk
memberikan pembuktian (selain pembuktian atas salah saji atau kelalaian yang material) dan
bukan pada penuntut. Akan tetapi, Bagian 11(a) menyatakan bahwa CPA dapat melakukan
pembelaan atas tuntutan yang diajukan dengan pembuktian due diligence.
Jika CPA mengajukan pembelaan due diligence, maka ia memiliki tanggung jawab untuk
membuktikannya diligence. Ini berlawanan dengan kasus dalam common law, di mana
penuntut harus membuktikan bahwa CPA telah lalai. Dengan kata lain, CPA harus
membuktikan bahwa ia tidak melakukan kelalaian.

Selain due diligence, terdapat pembelaan lain yang dapat digunakan oleh CPA menurut Bagian
11. CPA dapat membuktikan

1. Laporan keuangan tidak salah, menyesatkan, atau tidak lengkap.


2. Salah saji atau penghilangan tidak material.
3. Penuntut mengetahui, pada saat membeli, bahwa laporan kuangan adalah salah,
menyesatkan, atau tidak lengkap.
4. Kerugian penuntut bukan disebabkan oleh kesalahan, penyesatan, atau ketidak-
lengkapan laporan keuangan.
5. Undang-undang pembatasan (the statute of limitation) telah kadaluarsa; tuntutan tidak
diajukan tepat waktu (Bagian 11 menetapkan bahwa tuntutan harus diajukan dalam satu
tahun semenjak ditemukanna ketidakbenaran, atau peng-hilangan dan dalam tiga tahun
semenjak tanggal berlakunya laporan registrasi atau pendaftaran).
6. Penuntut membeli sekuritas setelah penerbitan laporan laba yang mencakup 12 bulan
menyusul tanggal mulai berlakunya laporan pendaftaran dan tidak mengandalkan pada
laporan pendaftaran itu.

UU Tahun 1934 – Bagian 10(b)

Securities Exchange Act tahun 1934 terutama berhubungan dengan perdagangan sekuritas
yang telah diterbitkan sebelumnya. Bagian 10(b) dan Peraturan 10b-5 yang dikeluarkan
menurut UU tahun 1934 telah menjadi sumber yang paling banyak menjadi acuan. dalam
tuntutan hukum berkaitan dengan undang-undang, sekuritas federal.

Perhatikan bahwa Bagian 10(b) berlaku untuk pembelian atau penjualan sekuritas. Peraturan
10b-5 menielaskan secara lebih rinci jenis-jenis perilaku yang dilarang. Hal in tidak
membenarkan setiap orang untuk

1. menggunakan setiap cara, perencanaan, atau kepandaian untuk menipu,


2. membuat laporan yang tidak benar mengenai fakta-fakta material atau sengaja tidak
memasukkan fakta-fakta material yang diperoleh agar laporan terlihat wajar, tau tidak
menyesatkan dengan mempertimbangkan situasi yang diciptakan, atau
3. terlibat dalam tindakan untuk melakukan menjalankan, atau memper-tahankan bismis
yang beroperasi atau akan beroperasi sebagai usaha penipuan atan penyesatan terhadap
setiap orang, dalam kaitannya dengan pembelian atau penjualan suatu sekuritas.

Meskipun Bagian 10(b) maupun Peraturan 10b-5 dengan jelas menunjuk CPA untuk
bertanggung jawab atas penyimpangan akuntansi atau audit, namun undang-undang dan
peraturan dengan cukup jelas menciptakan kewajiban yang dinyatakan secara langsung
kepada akuntan.

Dalam mengajukan kasus menurut Bagian 10(b) atau Peraturan 10b-5, penuntut harus
membuktikan (1) materialitas kesalahan yang diduga, penyesatan, atau penghilangan laporan;
(2) pengetahuan CPA terhadap laporan; (3) keandalan laporan; dan (4) kerugian aktual akibat
mengandalkan laporan seperti itu.

Beberapa pengadilan telah mengizinkan menggunakan Peraturan 10b-5 untuk kasus kelalaian.
Sementara pengadilan lainnya meminta penuntut untuk membuktikan scienter (dilafalkan
"sigh enter"), yaitu sesuatu yang lebih dari sekadar kelalaian. Pengadilan mendefinisikan
scienter sebagai *keadaan mental yang meliputi niat untuk memperdaya, memanipulasi, atau
menggelapkan."

Pembelaan yang dapat dilakukan oleh CPA berdasarkan Peraturan 106-5 adalah sebagai
berikut:

1. Perilaku CPA tidak termasuk dalam scienter.


2. Kerugian penuntut bukan disebabkan oleh mengandalkan pada laporan keuangan, atau
salah saji atau penghilangan apa pun yang tidak material.
3. Undang-undang yang membatasi telah kadaluarsa.

Bagian 10(6) dari UU tahun 1934 tidak mencakup ketentuan yang berkaitan dengan batas
waktu pengajuan tuntutan. Akan tetapi baru-baru ini, Mahkamah Agung menetapkan bahwa
penuntut harus mengajukan tuntutannya satu tahun sejak tanggal ia mengetahui atau
mengetahui pelanggaran atas 10b-5 dan tidak lebih dari tiga tahun setelah pelanggaran.
2.5 Kewajiban Kriminal
Dalam tahun-tahun terakhir ini, banyak akuntan merasa terkejut karena menyadari mereka
dapat dituntut, didenda, dan bahkan dipenjarakan secara kriminal sebagai akibat yang timbul
dari penugasan profesional mereka. Kewajiban kriminal (crimi-nal liability) adalah sarana
yang berfungsi sebagai penghukum dan pencegah perilaku, yang melalui tuntutan hukum,
dianggap masyarakat tidak bisa diterima. Auditor adalah subjek dari sejumlah undang-undang
kriminal negara bagian dan federal. Hal yang paling penting dalam kasus in adalah undang-
undang penipuan sekuritas dan kesalahan mengarsip (securities fraud and false-filing statue)
menurut Securities Exchange Act tahun 1934. Bagian 32(a) dari UU tahun 1934 melarang
pelanggaran yang disengaja terhadap setiap ketentuan dari UU tahun 1934 atau peraturan SEC
yang terkait. Bagian itu juga melarang tindakan membuat laporan yang salah atau
menyesatkan secara sadar dan diketahui sepenuhnya terhadap fakta-fakta material dalam
dokumen yang diperlukan ole SEC atau bursa sekuritas menurut undang-undang.
Dalam tuntutan kriminal kepada auditor, Pihak penuntut tidak perlu membuktikan
kerugian yang ia derita; tetapi, pelanggaran atas undang-undang kriminal harus disebutkan.
Penuntut juga harus menetapkan dengan jelas bahwa auditor mengetahui bahwa ia terlibat
dalam tindak kriminal dan oleh karenanya a bertindak secara sengaja. Secara khusus, kasus-
kasus in melibatkan klien yang bersalah karena telah memalsukan laporan keuangan untuk
menyembunyikan tindakan yang melanggar hukum.
Pembelaan utama CPA dalam menghadapi tuntutan kriminal adalah keyakinan yang
memadai. Yaitu, CPA harus membuktikan bahwa ia telah menaati prinsip akuntansi yang
berlaku umm dan standar auditing, tidak bertindak secara sengaja atau dengan membuat
laporan yang salah atau penghilangan dalam laporan, dan, tidak sembrono dalam menaati
standar profesional yang dapat digunakan. Suatu putusan bersalah dalam kasus kriminal, di
samping berupa denda atau hukuman penjara, sebagian besar berupa pencabutan sertifikat dan
izin praktik bagi CPA.

2.6 Tanggung Jawab Untuk Menemukan Kecurangan


yang salah saji secara material akibat penipuan atau kecurangan. Auditor memiliki
tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan setiap audit guna mem-peroleh
kepastian yang layak bahwa laporan kuangan telah bebas dari salah saji yang disebabkan ole
kekeliruan atau kecurangan. Tanggung jawab auditor untuk menemukan dan melaporkan
kecurangan diatur dalam SAS No. 82, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit.
Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, namun kepentingan auditor
berkaitan dengan tindakan kecurangan yang menyebabkan laporan kuangan mengalami salah
saji yang material.
Jenis-jenis Kecurangan
Dua jenis kecurangan dalam kesalahan penyajian adalah relevan berkaitan dengan audit
laporan keuangan:
1. Salah saji yang disebabkan oleh kecurangan pelaporan keuangan
2. Salah saji yang disebabkan oleh penggelapan aktiva
Kecurangan dalam pelaporan keuangan biasanya dilakukan oleh manajemen untuk
menipu para pengguna laporan keuangan, sedangkan penggelapan aktiva yang dilakukan
dalam suatu entitas, biasanya dilakukan ole pegawai. Kedua jenis kecurangan ini biasanya
melibatkan tekanan atau dorongan untuk melakukan kecurangan dan ada peluang untuk
melakukannya. Sebagai contoh, manajemen mungkin berada dalam tekanan karena ingin
mempertahankan atau mencapai harga saham tertentu berdasarkan peramalan yang terlalu
optimistik. Tekanan in mungkin dikaitkan dengan peluang untuk memanipulasi pendapatan
karena lemahnya pengendalian internal. Meskipun kecurangan dapat disembunyikan, namun
kehadiran faktor-faktor risiko kecurangan menuntut auditor untuk mewaspadainya.

Penilaian Risiko Kecurangan


SAS No. 82 mewalibkan auditor untuk secara khusus menilai risiko salah saji yang
material akibat kecurangan (yaitu, faktor-faktor risiko kecurangan) dan merancang serta
melaksanakan prosedur audit untuk mengidentifikasi masalah. Ketika menaksir faktor-faktor
risiko kecurangan, auditor menggunakan kerangka kerja berikut.

Pelaporan Keuangan yang Curang


• Karakteristik dan Pengaruh Manajemen terhadap Lingkungan Pengendalian Hal ini
berkaitan dengan kemampuan, tekanan, gaya, dan sikap manajemen terhadap
pengendalian internal serta proses pelaporan keuangan. Sebagai contoh, manajemen
mungkin mempekerjakan staf akuntansi tau audit internal yang tidak efektif.
• Kondisi Industri Faktor-faktor risiko in melibatkan lingkungan ekonomi dan
peraturan-peraturan yang menyangkut usaha klien. Sebagai contoh, klien mungkin
berada dalam industri yang sedang les dengan tingkat rintangan yang besar.
• Karakteristik Operasi dan Stabilitas Keuangan Hal in berkaitan dengan sifat dan
kompleksitas klien dan transaksinya, kondisi keuangan, dan profitabilitas. Sebagai
contoh, klien mungkin melakukan transaksi yang signifikan dengan pihak-pihak
terkait yang bukan dalam bisnis utamanya.

Penggelapan Aktiva
• Kerentanan Aktiva terhadap Penggelapan Faktor-faktor risiko ini berkaitan dengan
sifat aktiva klien dan tingkat kemudahan aktiva tersebut untuk dicuri. Sebagai contoh,
klien mungkin merupakan perusahaan teknologi tinggi yang memiliki chip-chip
komputer yang mahal dan mudah dicuri.
• Pengendalian Faktor-faktor risiko in meliputi lemahnya pengendalian untuk mencegah
atau menemukan penggelapan aktiva. Sebagai contoh, sistem akuntansi klien mungkin
tidak bagus.

Tanggapan terhadap Risiko Kecurangan yang Teridentifikasi


Setelah menerapkan kerangka kerja, mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan,
dan menanyakan manajemen tentang pemahaman mereka terhadap risiko kecurangan dan
dalam entitas dan kecurangan apa yang telah diketahui manajemen, auditor harus merancang
tanggapan terhadap faktor-faktor yang teridentifikasi itu. Auditor mungkin memberikan
tanggapan dengan menugaskan auditor yang lebih berpengalaman untuk melakukan
penugasan tersebut, dengan mengubah sifat atau jenis prosedur audit untuk memperoleh bukti
yang lebih bisa dipercaya, dengan mengubah jadwal (tim-ing) pekerjaan audit ke tanggal yang
mendekati akhir tahun, atau dengan menerapkan lebih banyak prosedur audit yang serupa.
SAS No, 82 mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan: dalam kertas kerja
semua faktor risiko kecurangan yang teridentifikasi dan bagaimana menanggapi terhadap
risiko tersebut. Setelah memberikan tanggapan, auditor akan mengevaluasi hasil-hasil
pekerjaan yang dilaksanakan. Jika auditor mengidentifikasi salah saji akibat kecurangan,
maka tahap berikutnya tergantung pada seberapa material kesalahan tersebut.
Lalu pada tahap ini, auditor dapat memutuskan untuk menarik diri dari penugasan jika
risiko atau kesalahan aktual yang disebabkan oleh adanya kecurangan atau jika hail pengujian
audit menunjukkan kecurangan yang menyebar atau lemahnya integritas manajemen.
Auditor harus melaporkan kecurangan yang melibatkan manajemen senior dan
kecurangan yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan secara langsung
kepada komite audit, dewan direktur, atau kepada otoritas setingkat lainnya. Dalam beberapa
keadaan, auditor juga memiliki tanggung jawab untuk melaporkan masalah ini kepada pihak
eksternal. Sebagai contoh, hukum atau undang-undang mengharuskan auditor untuk
mengkomunikasikan kepada SEC atau badan pemerintah lainnya.

2.7 Tanggung Jawab Terhadap Tindakan Melawan Hukum (Ilegal)


SAS No. 54, Illegal Acts by Clients (AU 317), mendefinisikan tindakan melawan
hukum (illegal act) sebagai pelanggaran atas hukum atau peraturan pemerintah. Jadi tidak
mungkin untuk melakukan audit guna mendapatkan kepastian yang layak dalam menemukan
semua tindakan melawan hukum yang dapat memiliki pengaruh material terhadap laporan
keuangan. Institusi bisnis dan entitas lain di AS diatur undang-undang yang, jika dilanggar,
akan menimbulkan konsekuensi material dalam laporan keuangan mereka,
Auditor biasanya tidak dilatih untuk mengidentifikasi pelanggaran atas undang-
undang seta peraturan tersebut, dan sebagai masalah praktisi, mereka memiliki sedikit, bila
ada, peluang untuk menemukannya kecuali diinformasikan oleh klien atau pengacara klien
atau kecuali mereka tidak mendapatkan bukti dari investigasi pemerintah atau pelaksanaan
hal-hal yang ada dalam akte perusahaan atau korespondensi yang tersedia.
auditor tidak melibatkan prosedur audit yang secara khusus dirancang untuk mene-
mukan tindakan melawan hukum. Akan tetapi, auditor diwajibkan untuk menyadari bahwa
terdapat beberapa masalah yang memerlukan perhatiannya selama audit yang mengesankan
adanya tindakan melawan hukum. Seorang auditor yang mencurigai tindakan seperti itu
mungkin terjadi harus melaksanakan prosedur audit yang secara khusus dirancang untuk
menemukan tindakan melawan hukum.
2.8 Melindungi Akuntan Publik Individual Dari Kewajiban Hukum
Seorang auditor yang berpraktik juga dapat pula mengambil tindakan tertentu untuk
meminimalkan kewajibannya. Beberapa dari yang umum itu adalah sebagai berikut:
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2. Mempekerjakan personil yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka secara
layak
3. Mengikuti standar profesi
4. Mempertahankan independensi
5. Memahami bisnis klien
6. Melaksanakan audit yang bermutu
7. Mendokumentasikan pekerjaan yang layak
8. Mendapatkan surat penugasan dan surat representasi
9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
10. Mengadakan asuransi yang memadai
11. Mencari bantuan hukum
12. Memilih bentuk organisasi dengan kewajiban terbatas
13. Mengungkapkan skeptisme profesional
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi materi ini membahas tentang kewajiban hukum auditor yang dimana setiap orang yang
menggeluti profesi akuntan publik pada saat ini harus menyadari kewajiban hukum yang
melekat pada auditing, yang dimana saat ini para auditor harus berhati-hati karena setiap
tindakannya terlepas itu benar ataupun salah itu dapat dipersoalkan secara hukum yang akan
menimmbulkan kerugian yang substansial. Lalu akuntan harus mem-pertimbangkan masalah
tuntutan hukum yang dihadapi oleh praktisi yang ceroboh.

Anda mungkin juga menyukai